Anda di halaman 1dari 8

HUKUM ANTI

MONOPOLI
M. Hawin
Fakultas Hukum
Universitas Gadjah Mada

Hukum Anti Monopoly;


In US disebut Antitrust Law;
Di Europe disebut Competition Law;
Di Australia disebut Restrictive Trade
Practices Law.

Tujuan hukum antimonopoli


1. Meningkatkan persaingan
perfect
competition
Mengapa persaingan penting?
Meningkatkan efisiensi alokasi (allocative efficiency)=
membuat produk yang diinginkan konsumen;
Meningkatkan efisiensi produksi (productive
efficiency)= memproduksi barang atau jasa dengan
murah
Mendorong kemajuan dengan menghargai innovasi.

Perfect competition:
Ada banyak pembeli dan penjual;
Kuantitas produk yang dibeli/dijual kecil dibandingkan
dengan jumlah produk yang diperdagangkan
sehingga perubahan kuantitas tersebut tidak
mempengaruhi harga pasar;
Produk homogen;
Informasi yang lengkap bagi pembeli dan penjual
tentang harga pasar dan produk yang dijual;
Bebas masuk ke dalam pasar (freedom of entry).

2. Untuk melindungi konsumen;


3. Untuk melindungi produsen /pesaing:
Larger firms may be prevented from engaging
in efficient competitive conducts that can cause
less efficient firms to become non-workable.
4. Untuk mencapai tujuan kesejahteraan sosial.
Untuk sektor tertentu, persaingan justru dibatasi
dengan memberikan hak monopoli kepada
perusahaan ttt, misalnya: listrik, air minum, dll

Monopolistic Competition:
Ada banyak pembeli dan penjual;
Informasi yang lengkap bagi pembeli dan
penjual tentang harga pasar dan produk yang
dijual;
Bebas masuk ke dalam pasar;
Produk yang dijual heterogen; dari
pandangan pembeli, produk setiap penjual
berbeda (walaupun sedikit) dengan produk
penjual lainnya.

Pasar (market)
Monopoli:
Satu penjual dalam satu pasar;
Produk penjual unik (tidak ada substitusi yang
dekat);
Sangat sukar bagi penjual lain untuk masuk
ke dalam pasar tersebut.

A market is the area of close competition


between firms or the field of rivalry
between them.
Untuk menentukannya harus dilihat:
Produk subtitusi;
Intensitas persaingan dalam area tersebut.

Bentuk-bentuk larangan
Semakin sempit pasar, semakin mungkin
suatu aktivitas mendatangkan dampak
yang substansial terhadap persaingan
dalam area tersebut.

Per se illegal = suatu tindakan


dilarang tanpa harus dibuktikan
dulu apakah tindakan tsb
mengurangi persaingan atau tidak;
Rule of reason = dilarang apabila
secara substansial mengurangi
persaingan (substantially lessening
competition).

Yang dilarang:
Horizontal arrangement, contoh:
Kolusi antar pesaing
Kartel;
Penetapan harga (price fixing);

Vertical arrangement, contoh:


Exclusive dealing:
Tying agreement (second line forcing, full line forcing,
third line forcing);
Solus agreement;
Customer and territorial exclusivity;

Resale price maintenance (vertical price fixing).

Misuse of market power, contoh:


Predatory pricing;
Refusal to deal.

Sebagian merger, akuisisi, dan konsolidasi.

Price fixing: beberapa supplier yang


seharusnya masing-masing bersaing
menetapkan bahwa produk mereka harus
dijual pada harga tertentu. (Per se illegal).
Contoh?

Second line forcing: supplier memaksa retailer


yang membeli produk dari supplier untuk
membeli (menggunakan) produk kedua hanya
dari supplier. (Rule of Reason)
Misal: pembeli (retailer) soft drink Coca Cola harus
menggunakan lemari es dari Coca Cola

Full line forcing: supplier memaksa retailer yang


membeli produk dari supplier untuk membeli
(menggunakan) produk-produk yang lain hanya
dari supplier. (Rule of Reason)

Solus agreement: supplier akan mensuply


produk kepada retailer dengan syarat
bahwa retailer hanya berhubungan
dengan dia (tidak boleh membeli produk
yang sama dari supplier yang lain). (Rule
of reason).
Misal: Pabrik traktor bersedia untuk mensuply
traktor kepada dealer-dealer dengan syarat
bahwa dealer-dealer ini tidak akan membeli
traktor dari Pabrik traktor yang lain.

Efek negatif monopoli:


Output berkurang;
Harga mahal;
Konsumen rugi;
Mendorong inefficiency.

Third line forcing: supplier memaksa


retailer yang membeli produk dari supplier
untuk membeli (menggunakan) produk lain
dari pihak ketiga tertentu. (Per se illegal)
Misal: penerima pinjaman suatu bank harus
mengasuransikan gedung yang dijadikan
jaminan kredit kepada suatu perusahaan
asuransi tertentu (mungkin anak perusahaan
bank tersebut)

Resale price maintenance: supplier


menetapkan harga minimal untuk produk
yang akan dijual oleh retailer. (Per se
illegal).
Misal: Penerbit buku hanya akan menjual buku
kepada pedagang buku apabila pedagang
buku ini mau menjual buku tsb kepada
konsumen pada harga minimal tertentu.

Pembuktian:
Untuk Perjanjian: langsung;
Untuk arrangement atau understanding:
Langsung
Tidak langsung (indirect/circumstantial evidence),
contoh:
Adanya tindakan yang paralel;
Adanya tindakan bersama-sama (joint action);
Adanya struktur harga yang serupa.

UU Antimonopoli (UU No 5 /
1999)
Perjanjian Yang Dilarang
Perbuatan Yang Dilarang
Posisi Dominan

UU Antimonopoli (UU No 5 / 1999)


I. Perjanjian Yang Dilarang:
Pasal 1 (g):
Perjanjian adalah suatu perbuatan satu atau lebih
pelaku usaha untuk mengikatkan diri terhadap satu atau
lebih pelaku usaha lain dengan nama apa pun, baik
tertulis maupun tidak tertulis.
Bandingkan:
Australia (the Trade Practices Act 1974):
Contract, Arrangement, and Understanding.

II. Beberapa Perjanjian Yang Dilarang:


1.

Oligopoli
Pasal 4(1):
Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku
usaha lain untuk secara bersama-sama melakukan
penguasaan produksi dan atau pemasaran barang dan atau
jasa yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek
monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat.
Pasal 4(2): Pelaku usaha patut diduga melakukan oligopoli
sebagaimana dimaksud ayat (1), apabila 2 (dua) atau 3
(tiga) pelaku usaha menguasai lebih dari 75% (tujuh puluh
lima persen) pangsa pasar satu jenis barang atau jasa
tertentu.

Persoalan: apakah oligopoli terjadi harus


dengan perjanjian?
Bandingkan:
Di AS, oligopoli banyak terjadi tanpa
adanya kontrak, tapi dengan implicit verbal
negotiation. Maka oligopoli bisa terkena
Pasal 2 the Sherman Act combine or
conspire to monopolize.

Perjanjian yang Dilarang


Oligopoli (Pasal 4)
Perusahaan minyak goreng A, B, dan C membuat
perjanjian untuk secara bersama-sama melakukan
pengaturan jumlah produksi minyak goreng dalam suatu
pasar sbb:
Perusahaan A
= 30%
Perusahaan B
= 40%
Perusahaan C
= 20%
______ +
Total
= 90%
Dengan kondisi ini mereka menguasai pangsa pasar
lebih dari 75%.
Terjadi Oligopoli

2. Penetapan harga horizontal (price fixing)


Pasal 5(1):
Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan
pelaku usaha pesaingnya untuk menetapkan harga atas
suatu barang dan atau jasa yang harus dibayar oleh
konsumen atau pelanggan pada pasar bersangkutan
yang sama.
Di AS dan Australia, price fixing disebut naked restraint of
trade with no purpose except the stifling of competition.

Price fixing menurut Pasal 5(1) adalah


per se illegal. Sama dengan AS, EU dan
Australia.
Dianggap melanggar tanpa melihat:
Tingkat harga;
Market power
Apakah price fixing sudah dilaksanakan atau
belum

Pasal 5(2): Joint Venture dikecualikan dari


larangan price fixing.
Namun, tdk dijelaskan joint venture yg mana
yang memenuhi syarat untuk dikecualikan.
Di AS, EU dan Australia: syaratnya adlh: the
benefit of joint venture must outweigh its
detriment (dari tindakan price fixing nya).
Juga pengecualiannya tidak absolute tetapi
hanya dari per se illegal.

Di Indonesia:
Pasal 8 menganut Rule of Reason
Bandingkan:
Di Australia dan AS, baik penetapan harga
horisontal maupun penetapan harga
vertikal adalah per se illegal.

Apa yang dimaksud menetapkan?


Bandingkan:
Di Australia, Pasal 45A(1) the Trade
Practices Act 1974: fixing, controlling,
or providing for the fixing, controlling or
maintaining of, the price for, or a discount,
allowance, rebate or credit in relation to
goods or services.

3. Penetapan harga vertikal (Resale Price


Maintenance):
Pasal 8:
Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan
pelaku usaha lain yang memuat persyaratan bahwa
penerima barang dan atau jasa tidak akan menjual atau
memasok kembali barang dan atau jasa yang
diterimanya, dengan harga yang lebih rendah daripada
harga yang telah diperjanjikan sehingga dapat
mengakibatkan terjadinya persaingan usaha tidak sehat.

4. Market Allocation (Pembagian Wilayah)


Pasal 9:
Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian
dengan pelaku usaha pesaingnya yang
bertujuan untuk membagi wilayah pemasaran
atau alokasi pasar terhadap barang dan atau
jasa sehingga dapat mengakibatkan terjadinya
praktek monopoli dan atau persaingan usaha
tidak sehat.

Perjanjian Yang Dilarang


Pembagian Wilayah (Pasal 9)
Perusahaan A dan perusahaan B memproduksi barang
yang sejenis.
Keduanya memiliki pabrik di daerah Jawa Barat
Konsumen barang yang diproduksi oleh kedua perusahaan
itu ada di Jawa dan Sumatera
Dengan alasan agar tidak terlibat dalam perang harga
yang dapat merugikan atau bahkan mematikan kedua belah
pihak.
Perusahaan A dan B berjanji untuk membatasi wilayah
pemasaran A akan memasarkan produknya di Jawa dan B
akan memasarkan produknya di Sumatera

5. Kartel
Pasal 11:
Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian,
dengan pelaku usaha pesaingnya, yang
bermaksud untuk mempengaruhi harga dengan
mengatur produksi dan atau pemasaran suatu
barang dan atau jasa, yang dapat
mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan
atau persaingan usaha tidak sehat.

Pasal 11: menganut Rule of Reason.


Artinya hanya dilarang apabila ia
mengurangi persaingan secara
substansial.
Bandingkan:
Di AS, Australia dan Uni Eropa, kartel
adalah per se illegal.

Pembagian wilayah:
Pembagian secara geografis;
Pembagian macam dan kelas konsumen
(misal: wholesalers dan retailers);
Pembagian berdasarkan jenis barang (misal:
peralatan video professional dan peralatan
video amatiran).

A Cartel is:
An arrangement in which competing
firms have substituted an agreement on
price, output, or related matters for
independent decision making.

6. Pemboikotan
Adalah: suatu perjanjian antara para
pesaing untuk tidak berhubungan
dengan pesaing-pesaing lain, supplier
dan atau konsumen lain.
Biasanya, boikot menutup akses terhadap input
yang diperlukan (produk, fasilitas atau pasar).

Perjanjian Yang Dilarang


Boikot (Pasal 10)

Pasal 10:
(1) Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian, dengan
pelaku usaha pesaingnya, yang dapat menghalangi
pelaku usaha lain untuk melakukan usaha yang sama,
baik untuk tujuan pasar dalam negeri maupun pasar luar
negeri.
(2) Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan
pelaku usaha pesaingnya, untuk menolak menjual setiap
barang dan atau jasa dari pelaku usaha lain sehingga
perbuatan tersebut:
a. merugikan atau dapat diduga akan merugikan pelaku
usaha lain; atau
b. membatasi pelaku usaha lain dalam menjual atau
membeli setiap barang dan atau jasa dari pasar
bersangkutan.

A dan B adalah pedagang besar dari produsen


C dan D untuk produk X di pasar tertentu
dengan pangsa pasar 80%.
A dan B sepakat untuk tidak membeli barang
dari C agar dapat mengendalikan harga
pembelian dari D.

Kegiatan yang dilarang menurut


UU Antimonopoli
Pasal 10 menganggap pemboikotan
sebagai per se illegal.
Pasal 10 mengikuti Australia yang
menganggap pemboikotan (exclusionary
provisions) illegal tanpa harus dibuktikan
adanya efek negatifnya.

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Monopoli (Pasal 17)


Monopsoni (Pasal 18)
Penguasaan pasar (Pasal 19)
Persekongkolan (Pasal 20)
Penyalahgunaan posisi dominan (Pasal 25)
Jabatan rangkap (Pasal 26)
Pemilikan saham mayoritas pada beberapa
perusahaan sejenis (Pasal 27)
8. Penggabungan, Peleburan, dan
Pengambilalihan tertentu (Pasal 28 dan 29)

Pengecualian dari UU Antimonopli


Pasal 50 mengecualiakan dari ketentuan undang-undang sbb:
a. perbuatan dan atau perjanjian yang bertujuan melaksanakan
peraturan perundang-undangan yang berlaku;
b. perjanjian yang berkaitan dengan hak atas kekayaan intelektual
seperti lisensi, paten, merek dagang, hak cipta, desain produk
industri, rangkaian elektronik terpadu, dan rahasia dagang, serta
perjanjian yang berkaitan dengan waralaba;
c. perjanjian penetapan standar teknis produk barang dan atau jasa
yang tidak mengekang dan atau menghalangi persaingan; atau
d. perjanjian dalam rangka keagenan yang isinya tidak memuat
ketentuan untuk memasok kembali barang dan atau jasa dengan
harga yang lebih rendah daripada harga yang telah diperjanjikan;
e. perjanjian kerja sama penelitian untuk peningkatan atau perbaikan
standar hidup masyarakat luas;
f. perjanjian internasional yang telah diratifikasi oleh Pemerintah
Republik Indonesia;
g. perjanjian dan atau perbuatan yang bertujuan untuk ekspor yang
tidak mengganggu kebutuhan dan atau pasokan pasar dalam negeri;
h. pelaku usaha yang tergolong dalam usaha kecil; atau
i. kegiatan usaha koperasi yang secara khusus bertujuan untuk
melayani anggotanya.

Sherman Act
Section 1: Every contract, combination or
conspiracy, in restraint of trade or commerce among
the several States, or with foreign nations, is declared
to be illegal.
Section 2: Every person who shall monopolize, or
attempt to monopolize, or combine or conspire with
any other person or persons, to monopolize any part
of the trade or commerce among the several States,
or with foreign nations, shall be deemed guilty of a
felony

The Treaty Establishing the European Community


Article 81 (ex Article 85):
1. The following shall be prohibited as incompatible with the common
market: all agreements between undertakings, decisions by
associations of undertakings and concerted practices which may
affect trade between Member States and which have as their object
or effect the prevention, restriction or distortion of competition with
the common market, and in particular those which:
a. directly or indirectly fix purchase or selling prices or any other
trading conditions;
b. limit or control production, markets, technical development, or
investment;
c. share markets or sources of supply;
d. apply dissimilar conditions to equivalent transactions with other
trading parties, thereby placing them at a competitive disadvantage;
e. make the conclusion of contracts subject to acceptance by the
other parties of supplementary obligations which, by their nature or
according to commercial usage, have no connection with the subject
of such contracts.

Article 86:
Any abuse by one or more undertakings of a dominant position
with the common market or a substantial part of it shall be
prohibited as incompatible with the common market in so far as
it may affect trade between the Member states. Such abuse in
particular, consist in: (a) directly or indirectly imposing unfair
purchase or selling prices or unfair trading conditions; (b)
limiting production, market or technical development to the
prejudice of consumers; (c) applying dissimilar conditions to
equivalent transactions with other trading parties, thereby
placing them at a competitive disadvantage; (d) making the
conclusion of contracts subject to acceptance by the other
parties of supplementary obligations which, by their nature or
according to commercial usage, have no connection with the
subject of such contracts.

Anda mungkin juga menyukai