Anda di halaman 1dari 49

BAB I

JENIS-JENIS GARDU INDUK


Gardu Induk.
Gardu induk merupakan sub system dari system penyaluran (transmisi)
tenaga listrik, atau merupakan satu kesatuan dari system penyaluran (transmisi).
Berarti gardu induk merupakan sub-sub system dari system tenaga listrik, sebagai
sub system dari system penyulang (transmisi) gardu induk mempunyai peran
penting dalam pengoprasiannya, tidak dapat dipisahkan dari system penyaluran
(transmisi) secara keseluruhan.
1.1 Jenis-jenis Gardu Induk.
1.
a.
b.
2.
a.

Berdasarkan besaran tegangannya, terdiri dari :


Gardu induk tegangan ekstra tinggi (GITET) 275 KV, 500 KV.
Gardu induk tegangan tinggi (GI) 150 KV dan 70 KV.
Berdasarkan pemasangan peralatan :
Gardu induk pasangan luar :
Adalah gardu induk yang sebagian luar komponennya di tempatkan di

luar gedung, kecuali komponen control, sitem proteksi dan system kendaki
serta komponen bantu lainnya ada di dalam gedung. Gardu induk semacam ini
biasa disebut dengan gardu induk konvensional. Sebagian besar gardu induk
di Indonesia adalah gardu induk konvensional.
b. Gardu induk pasangan dalam :
Adalah gardu induk yang hampir semua komponennya (switchgear,
busbar, isolator, komponen control, komponen kendali, cubicle, dan lain-lain)
dipasang dalam gedung. Kecuali transformator daya, pada umumnya dipasang
di luar gedung. Gardu induk semacam ini biasa disebut gas insutaled
substation (GIS). GIS merupakan bentuk pengembangan gardu induk, yang
pada umumnya dibangun di daerah perkotaan atau padat pemukiman yang
sulit untuk mrndapatkan lahan.
c. Gardu induk kombinasi pasangan luar dan pasangan dalam :
Adalah gardu induk yang komponennya switch gear-nya ditempatkan
di dalam gedung dan sebagian komponen switchgear ditempatkan di luar
gedung, misalnya ganty (tie line) dan saluran udara teganggan tinggi ( SUTT)

sebelum masuk ke dalam switchgear. Transformator daya juga ditempatkan di


luar gedung.
3. Berdasarkan fungsinya :
a. Gardu induk penaik teganggan.
Adalah gardu induk yang berfungsi untuk menaikkan tegangan, yaitu
tegangan pembangkit (generator) dinaikkan menjadi tegangan system. Gardu
induk ini berada di lokasi pembangkit tenaga listrik. Karena output voltage
yang dihasilkan pembangkit listrik kecil dan harus disalurkan pada jarak yang
jauh, maka dengan pertimbangan efisiensi, tegangannya dinaikkan menjadi
tegangan ekstra tinggi atau tegangan tinggi.
b. Gardu induk penurun tegangan :
Adalah gardu induk yang berfungsi untuk menurunkan tegangan, dari
tegangan ekstre tinggi menjadi tegangan tinggi, dan tegangan tinggi menjadi
tegangan rendah (menegah) atau tegangan distribusi. Gardu induk terletak di
daerah pusat-pusat beban, karena di gardu induk inilah pelanggan (beban)
dilayani.
c. Gardu induk pengatur tegangan :
Pada umumnya gardu induk jenis ini terletak jauh dari pembangkit
tenaga listrik. Karena listrik disalurkan sangat jauh, maka teradi tegangan
jatuh (voltage drop) transmisi yang cukup besar. Oleh kerena itu dibutuhkan
alat penaik tegangan seperti bank capasitor, sehingga tegangan kembali dalam
keadaan normal.
d. Gardu induk pengatur beban :
Berfungsi untuk mengatur beban. Pada gardu induk ini terpasang
beban motor, yang pada saat tertentu menjadi pembangkit tenaga listrik, motor
berubah menjadi generator dan suatu saat generator menjadi motor atau
menjadi beban. Dengan generator berubah menjadi motor yang memompakan
air kembali ke kolam utama.
e. Gardu distribusi :

Gardu induk yang menyalurkan tenaga listrik dari tegangan system ke


tegangan distribusi. Gardu induk ini terletak di dekat pusat-pusat beban.
4. Berdasarkan isolasi yang digunakan :
a. Gardu induk yang menggunakan isolasi udara
Adalah gardu induk yang menggunakan isolasi udara antara bagian
yang bertegangan yang satu dengan bagian yang bertegangan lainnya. Gardu
induk ini berupa gardu induk konvensional, dan gardu induk ini memerlukan
tempat terbuka yang cukup luas.
b. Gardu induk yang menggunakan isolasi gas SF 6 :
Gardu induk yang menggunakan gas SF 6 sebagai isolasi antara bagian
yang bertegangan yang satu dengan bagian lain yang bertegangan, maupun
antara bagian yang bertegangan dengan bagian yang tidak bertegangan.
Gardu induk ini disebut gas Insulated Substation atau gas Insulated
Switchgear (GIS), yang memerlukan tempat yang tidak luar (sempit).
5. Berdasarkan system Rel ( Busbar) :
Rel (Busabar) merupakan titik hubungan pertemuan (connecting)
antara transformator daya, SUTT/SKTT dengan komponen listrik lainnya,
untuk menerima dan menyalurkan tenaga listrik. berdasarkan system rel
(busbar) gardu induk dibagi menjadi beberapa jenis, sebagaimana tersebut di
bawah ini :
a. Gardu induk system rel busbar :
Adalah gardu induk yang busbarnya berbentuk ring. Pada gardu induk
ini, semua busbar yang ada tersambung satu dengan lainnya dan berbentuk
ring (cincin)
b. Gardu induk system single busbar :
Adalah gardu induk yang mempunyai satu (single) busbar. Pada
umumnya gardu system ini adalah gardu induk yang berada pada ujung (akhir)
dari suatu sitem transmisi. Single line diagram gardu system single busbar.
c. Gardu induk system double busbar :

Adalah gardu induk yang mempunyai dua (double) busbar. Gardu


induk system double busbar sangat efektif untuk mengurangi terjadinya
pemadaman beban, khususnya pada saat melakukan perubahan system
(maneuver system). Jenis gardu induk ini pada umumnya yang banyak
digunakan. Single line diagram gardu induk system double busbar.
d. Gardu induk system satu setengah (on half) busbar :
Adalah gardu induk yang mempunyai dua (double) busbar. Pada
umumnya gardu induk jenis ini dipasang pada gardu induk di pembangkit
tenaga listrik atau gardu induk yang berkapasitas besar. Dalam segi
operasional, gardu induk ini sangat efektif, karena dapat mengurangi
pemadaman beban pada saat dilakukan perubahan system ( maneuver system).
Sistem ini menggunakan 3 buah PMT dalam satu diagonal yang terpasang
secara deret (seri).
1.2 Fasilitas dan Peralatan Gardu Induk.
Gardu induk dilengkapi komponen utama sebagai fasilitas yang
diperlukan sesuai dengan tujuannya serta mempunyai fasilitas untuk operasi
dan pemeliharaan, komponen tersebut antara lain :
a)
b)
c)
d)
e)
f)
g)
h)
i)
j)

Transformator Daya
Pemisah
Pemutus Tenaga
Transformator Tegangan
Transformator Arus
Arrester
Panel kontrol.
Baterai
Busbar
Sistem pentanahan titik netral.

Dari komponen-komponen diatas dapat di jelaskan pada bab 3.


BAB II
SISTEM HUBUNGAN RANGKAIAN
2.1 Sistem hubungan rangkaian

Susunan GI selalu diusahakan agar dapat memenuhi segi fungsional,


kemanan dan segi ekonomis. Pada umumnya bentuk/susunan dari GI ditentukan
oleh :
a)
b)
c)
d)

Jumlah jaringan suplai (incoming networks)


Jumlah trafo daya
Jumlah jaringan primer / jaringan pelayanan (outgoing networks)
Jumlah PMS dan PMT.

Ada beberapa macam system susunan busbar/ril yang dipergunakan pada GI :


a) Sistem Susunan busbar/ril tunggal.
Ril tunggal (Gbr. 1) adalah sistem ril yang paling sederhana. Sistem ini
dipakai untuk G.I. skala kecil yang hanya mempunyai sedikit saluran keluar dan
tidak memerlukan pindah hubungan sistem tenaga. Namun, jika terjadi gangguan
pada ril, isolator pada sisi ril, pemutus beban, dan peralatan diantaranya, maka
pelayanan aliran tenaga listrik akan terputus sama sekali.

Gbr. 1 Ril Tunggal


b) Sistem Susunan busbar/ril ganda
Ril ganda terdiri dari dua ril, tiga ril, atau empat ril dimana kedua jenis
terakhir ini tidak lazim dipakai. Gbr. 2 menunjukkan ril rangkap standar, dengan
pemutus beban penghubung ril yang dipasang di antara kedu ril tadi. Sistem ini
memerlukan lebih banyak isolator, ril, bengunan konstruksi baja dan ruang
dibandingkan dengan ril tunggal. Tapi dengan pemeriksaan alat dan operasi sistem
tenaga menjadi lebih mudah.

Gbr. 2 Ril Rngkap Standar


Pada G.I. dimana terdapat pemusatan banyak saluran transmisi dan dimana
diperlukan keandalan yang sangat tinggi, maka dipasanglah pemutus beban bagian
pada setiap ril. Terdapat ril rangkap jenis lain yaitu sistem 1.5 pemutus beban dan
sistem 2 pemutus beban serta sistem ril inspeksi atau sistem ril pindah atau sistem
ril pembantu. Ril inspeksi ditambahkan pad aril tunggal sehingga memudahkan
melakukan pemeriksaan atas ril atau pemutus beban, meskipun ia tidak dapat
bekeja seperti system du ril standar.
c) Sistem Susunan busbar/ril gelang
Gbr. 3 adalah sebuah contoh ril gelang. Ril gelang hanya memerlukan
ruang yang kecil dan baik untuk pemutusan sebagian dari pelayanan dan
pemeriksaan pemutus beban. Sistem ini mempunyai kerugian bahwa dari segi
operasi system tenaga ia tidak begitu leluasa seperti sistem dua ril, rancangan
kontrol dan pengamanannya lebih kompleks, dan kapasitas arus dari alat-alat yang
terpasang seri harus lebih besar.

Gbr. 3 Ril Gelang

d)

Sistem Susunan tanpa busbar/ril


Akhir-akhir ini, sistem unit dengan menghilangkan ril mulai banyak

dipakai dipakai karena adanya kemajuan dalam keandalan alat-alat, meluasnya


system transmisi bawah tanah di kota-kota, dan penyederhanaan instalasi karena
sukarnya memperoleh tanah.
2.2 Kebijakan dalam Pemilihan Sistem Hubungan Rangkaian
a. Pertimbangan dari Segi Gangguan
Dalam perencanaan hubungan pemutus beban, keseimbangan antara
seringnya terjadi gangguan terhadap alat-alat yang diamankan dan terhadap
pemutuskan beban itu sendiri, berkurangnya mutu pelayanan tenaga listrik karena
pemeriksaan pemutus tenaga dan pertimbangan ekonomi keseluruhan, harus
diperhatikan, karena kadang-kadang ternyata bahwa beberapa pemutus tenaga
dapat dihilangkan.
b. Pertimbangan dari Segi Pemeriksaan
Untuk

mengurangi

pemutusan

pelayanan

tenaga

akibat

adanya

pemeriksaan peralatan, maka harus dipertimbangkan pemakaian jumlah peralatan


yang lebih banyak, misalnya transformator ganda, saluran transmisi atau distribusi
dengan rangkaian ganda

atau ril rangkap. Karena system ini memerlukan

investasi yang besar, perlu ditinjau tingkatan pelayanan dari daerah asuhan itu,
karakteristik dari kebutuhan tenaga, dan seringnya dilakukan pemeriksaan
peralatan.

c. Pertimbangan dari Segi Konstruksi


Sejak permulaan proyek, sudah harus dipertimbangkan hubungan dan tata
ruang (lay out) peralatan sedemikian sehingga perluasan kelak dimungkinkan.
Pemutusan pelayanan harus ditinjau baik sukar atau mudahnya pemutusan
pelayanan ataupun mudahnya konstruksi, kemudian baru dipilih system hubungan
rangkaian yang cocok.

BAB III
PERALATAN GARDU INDUK
Pada bab ini akan di jelaskan peralatan/komponen-komponen gardu induk
seperti yang disebutkan pada subbab 1.2 diatas.
A. Transformator Daya.
Transformator daya atau tenaga merupakan peralatan listrik yang berfungsi
untuk menyalurkan tenaga listrik dari tegangan tinggi (500 KV) ke tegangan
menengah (20 KV) atau sebaliknya (mentransformasikan tegangan).

B. Pemisah (PMS)
Pemisah (PMS) adalah alat yang dipergunakan untuk menyatakan secara
visual bahwa suatu peralatan listrik sudah bebas dari tegangan kerja. Oleh karena
itu pemisah tidak boleh dihubungkan atau dikeluarkan dari rangkaian listrik dalam
keadaan berbeban. Adapun fungsi pemisah adalah menghubungkan atau
memutuskan rangkaian dalam keadaan tidak berbeban.Cara pemasangan PMS
dibedakan ataspasangan dalam dan pasangan luar. Tenaga penggerak dari PMS
adalah secara manual, motor, pneumatic atau angin dan hidrolis. Sesuai dengan
fungsi dan kegunaannya maka pemisah dapat dibagi menjadi :
Pemisah peralatan : Sebagai pengamanan peralatan atau instalasi yang
bertegangan saat dihubungkan dan melepaskan pemutus arus dalam
keadaan tanpa beban.

Pemisah tanah : berfungsi untuk mengamankan peralatan dari sisa


tegangan yang timbul sesudah SUTT / SUTM diputuskan.

C. Pemutus Tenaga (Circuit Breaker)


Pemutus

tenaga

(PMT)

adalah

peralatan

atau

saklar

untuk

menghubungkan atau memutuskan suatu rangkaian/jaringan listrik sesuai dengan


ratingnya. PMT memutuskan hubungan daya listrik bila terjadi gangguaan, baik
dalam keadaan berbeban maupun tidak berbeban dan proses ini di lakukan dengan
cepat. Pada saat PMT dalam keadaan gangguan menimbulkan arus yang relatif
besar, PMT dibedakan menjadi tiga, yaitu :
a) PMT dengan menggunakan udara sebagai pemadam busur api
b) PMT dengan menggunakan minyak sebagai pemadam busur api
c) PMT dengan menggunakan gas sebagai pemadam busur api

D. Trafo Tegangan
Trafo tegangan disebut juga potensial transformator adalah trafo yang
berfungsi menurunkan tegangan tinggi menjadi tegangan menengah dan tegangan
rendah, untuk sumber tegangan alat-alat ukur dan alat-alat proteksi. Fungsi trafo
tegangan (potensial transformer) :
a) Memperkecil besaran tegangan pada system tenaga listrik menjadi
besaran tegangan untuk system pengukuran atau proteksi.

b) Mengisolasi rangkaian sekunder tehadap rangkaian primer.


c) Memungkinkan standarisasi rating tegangan untuk peralatan sisi
sekunder.
Penggunaan/pemakaian

tegangan

sekunder

potensial

transformer

antara

lain :
Matering atau pengukuran
a. KV meter, MW meter, MVar meter, KWH meter.
2. Proteksi atau pengaman
a. Relai jarak (distance relay).
b. Relai sinkron (synchron relay).
c. Relai berarah (directional relay).
d. Relai frekuensi (frequency relay).
e. Relai tegangan (voltage relay).
Prinsip kerja trafo tegangan
Hampir sama dengan trafo-trafo pada umumnya arus bolak-balik yang
mengalir mengelilingi suatu inti besi maka inti besi itu akan berubah menjadi
magnit dan apabila magnit tersebut dikelilingi oleh suatu belitan maka kedua
ujung tersebut akan tejadi beda tegangan yang membedakan hanya dalam trafo
tegangan arus dan daya nya kecil. Klasifikasi transformator tegangan dibedakan
menurut tipe kontruksinya yaitu :
a) Trafo

tegangan

induktif

(inductive

voltage

transformer

atau

electromagnetic voltage transformer) yang terdiri dari lilitan priemer dan


lilitan sekunder, dan tegangan pada lilitan priemer akan mengiduksikannya
ke lilitan sekunder.
b) Trafo tegangan kapasitif (capacitor voltage transformer) terdiri dari
rangkaian kondensator yang berfungsi sebagai pembagi teganganpada sisi
tegangan tinggi dari trafo pada tegangan menengah yang menginduksikan
tegangan ke lilitan sekunder.
c) Trafo tegangan trafo tegangan 1 phasa, 2 phasa dan, 3 phasa.
E. Trafo Arus.

Trafo arus atau disebut juga current transformer (CT) berfungsi untuk
menurunkan arus besar pada tegangan tinggi menjadi arus kecil pada tegangan
rendah untuk keperluan pengukuran dan pengaman. Menurut tipe kontruksinya :
1. Tipe Cincin (ring/window tipe)
2. Tipe Tangki Minyak
3. Tipe cor-coran Cast Resin (mounded cast resin tipe)

F. Arrester
Berfungsi sebagai alat untuk melindungi isolasi atau mengamankan
instalasi (peralatan listrik pada instalasi) dari gangguan tegangan lebih yang
diakibatkan oleh sambaran petir atau tegangan transient yang tinggi dari suatu
penyambungan atau pemutusan rangkaian, alat ini bersifat sebagai by-pass
disekitar isolasi yang membentuk jalan yang mudah dilalui oleh arus kilat sistem
pentanahan sehingga akan menimbulkan tegangan lebih yang tinggi dan
tidakmerusak isolasi peralatan listrik. By- pass ini harus sedemikian rupa sehingga
tidak mengganggu aliran daya ke konsumen. Jadi pada keadaan normal arrester
berlaku sebagai isolator, bila timbul tegangan surya maka alat ini bersifat
konduktor yang tahanannya lebih rendah, sehingga dapat menyalurkan arus yang
tinggi ketanah. Setelah surya hilang, arrester harus dapat dengan cepat kembali
menjadi isolasi. Sesuai dengan fungsinya, maka arrester dipasang pada setiap
ujung saluran udara tegangan tinggi yang memasuki gardu induk. Bentuk umum
arrester yang digunakan pada Gardu Induk.

G. Panel Kontrol.
Jenis-jenis panel kontrol yang ada dalam suatu gardu induk terdiri dari
panel kontrol utama, panel relay.
a. Panel kontrol utama.
Yang terdiri dari panel instrumen dan panel operasi. Pada panel instrument
terpasang alat-alat ukur dan indikator gangguan, dari panel ini alat-alat tersebut
dapat diawasi dalam keadaan sedang beroperasi. Indikator-indikator yang ada
pada rel kontrol antara lain :
1. 400 V AC fault
2. 24 V DC charger
3. 110 V DC charger
4. Low pressure
5. Distance protective trip
6. Isolating switch on load control
7. Auto recloser
8. PLC equipment fault
9. Breaker failure protection trip
10. Motor over run
11. 150 KV apparatus motor fault
12. Busbar protection fault
13. Busbar VT secondary MCB fault
14. Busbar breaker failure protection trip

Pada panel operasi terpasang saklar operasi pemutus tenaga, pemisah serta
lampu indikator posisi saklar dan diagram rail. Diagram ril (mimic bus), saklar
dan lampu indikator diatur letak dan hubungannya sesuai dengan rangkaian yang
sesungguhnya sehingga keadaan dapat dilihat dengan mudah.
b. Panel relay
Pada panel ini terdapat relay pengaman untuk trafo dan sebagainya. Relay
pengaman differensual trafo dan sebagainya. Bekerjanya relay dapat diketahui
dari penunjukkan pada relay itu sendiri dan pada indikator gangguan dipanel
kontrol utama. Pada gardu induk ada yang memanfaatkan sisi depan dari panel
dipakai sebagai panel utama dengan instrument dan saklar, kemudian sisi
belakangnya dipakai sebagai panel relay. Pada gardu induk yang rangkaiannya
rumit, maka panel relay terpasang pada panel tersendiri.
H. Baterai
Sumber tenaga untuk sistem kontrol dan proteksi selalu mempunyai
keandalan dan stabilitas yang tinggi, maka batere dipakai sebagai sumber tenaga
kontrol dan proteksi pada gardu induk. Peranan dari batery sangat penting karena
pada saat gangguan terjadi, batery sebagai sumber tenaga untuk menggerakkan
alat-alat kontrol dan proteksi. Bentuk fisik baterai yang digunakan pada gardu
induk. Menurut bahan elektrolit yang digunakan maka baterai dapat dibedakan
atas dua, yaitu :
1. Baterai timah hitam (lead acid storage batery)
Bahan elektrolitnya adalah larutan asam belerang. Baterai timah hitam ada
dua macam yaitu: Lead-antimony & Lead-calcium.
2. Baterai alkali (alkali stroge batery)
Bahan elektrolitnya adalah larutan alkali (patassium hydroxide). Batery
alkali ada dua macam yaitu : Nickel-iron-alkaline storage batery (NI-Fe batery) &
Nickel-cadmium battery (Ni-Cd battery).
I. Busbar
Busbar atau rel berfungsi sebagai titik pertemuan atau hubungan trafotrafo tenaga saluran udara tegangan tinggi (SUTT) dan peralatan listrik lainnya

untuk menerima dan menyalurkan tenaga dan daya listrik. Bahan dari rel terbuat
dari bahan tembaga (bar copper atau hollow conductor). Pada dasarnya sistem
rel/busbar dapat dibagi, yaitu (petunjuk pengoperasian dan pemeliharaan peralatan
instalasi gardu induk PT. PLN. 1995) :
1. Rel tunggal
Rel tunggal adalah sistem rel yang paling sederhana, karena hanya
memerlukan sedikit peralatan dan ruang, maka dari segi ekonomis sistem ini
sangat menuntungkan. Sistem ini dapat dipakai pada gardu induk berskala kecil
yang hanya mempunyai sedikit saluran keluar. Namun jika terjadi gangguan
sehingga pelayanan aliran listrik akan terputus sama sekali.
2. Rel ganda
Rel ganda adalah tipe gardu induk dengan dua rel pengumpul daya.
Biasanya daya yang terkumpul dan daya yang disalurkan lebih besar dari pada
sistem rel tunggal. Apabila terjadi gangguan pada salah satu rel, kita dapat
memindahkan beban ke rel lain yang tidak terganggu.
3. Rel gelang (ring)
Ring gelang memerlukan ruang kecil dan baik untuk pemutusan bagian
dari pelayanan dan pemeriksa pemutus beban. Sistem ini jarang dipakai karena
mempunyai kerugian disisi operasi dan sistem ini tidak begitu leluasa seperti rel
ganda.

J. Sistem Pentanahan Titik Netral.


Pentanahan titik netral atau disebut juga Netral Ground Resistant (NGR)
adalah suatu sistem yang melalui kumparan petersen, tahanan (resistor) atau
langsung (solldy) yang berfungsi untuk menyalurkan arus gangguan fasa pada
sistem. Arus yang melalui pentanahan merupakan besaran ukur alat proteksi. Pada
trafo yang sisi primernya ditanahkan dan sisi sekundernya juga ditanahkan, maka
gangguan fasa ketanah disisi primer selalu dirasakan pada sisi sekunder dan
sebaliknya.

BAB IV
ISOLASI DALAM GARDU INDUK
4.1 Isolasi dalam Gardu Induk
Sambaran petir pada jaringan distribusi, baik sambaran langsung maupun
sambaran tidak langsung dapat menyebabkan kerusakan pada jaringan distribusi,
khususnya peralatan gardu. Pada dasarnya sambaran petir menyebabkan kenaikan
tegangan pada jaringan sehingga timbul tegangan lebih berbentuk gelombang
impuls yang merambat ke ujung-ujung jaringan, tegangan lebih akibat sambaran

petir ini atau sering disebut surja petir dapat merusak isolasi pada peralatan gardu.
Maka dari itu untuk mengetahui karakteristik petir akan dibahas mekanisme dari
petir itu sendiri dan bagaimana cara pengamanannya, serta yang mempengaruhi
dari besarnya kemungkinan sambaran petir terjadi seperti jenis tiang yang
digunakan, hari guruh, dan tinggi penghantar dari permukaan tanah. Selain itu
juga akan dibahas alat pelindung sistem tenaga listrik yang saat ini banyak
digunakan seperti sela batang, kawat tanah dan arrester, serta mengetahui jenisjenis arrester, karakteristik dari arrester, penempatan arrester, dan spesifikasi dari
arrester yang biasa digunakan pada sistem jaringan distribusi
Koordinasi Isolasi untuk tegangan Lebih yang Lain dari Sambungan Petir
Dalam peninjauan koordinasi isolasi, yang ditinjau tidak hannya puncak dari
tegangan implus, melainkan seluruh tegangan sebagai fungsi dari waktu, meliputi
tegangan implus, surja hubung dan tegangan dengan frekuensi rendah.
Untuk tegangan system kurang dari 275 kV, tingkat isolasi dari peralatan G.I pada
umumnya ditentukan oleh tegangan lebih sambaran petir. Surja hubung dan
tegangan abnormal frekuwensi rendah (untuk system dari 33 kV) hamper selalu
kurang berbahaya dibandingkan dengan sambaran petir. Tetapi bila saluran
tarnsmisinya berada dalam tanah yang tidak mungkin disambar petir maka
tegangan lebih dan surja hubung lebih diperhitungakan dan dapat mengurangi
isolasi pada G.I tersebut.
Pada system tegangan 500 kV bahaya surja hubung menjadi lebih besar
lagi dibandingkan penurunan BIL. Khususnya dalam perencanaan isolator dan
jarak-jarak isolasi surja hubung kadang-kadang memberikan persyaratan yang
lebih tinggi dari pada surja petir. Jadi perlindungan terhadap surja hubung oleh
arrester dan usaha penekanan tegangan surja hubung ini menjadi sangat penting.
Arrester bisa dipasang pada bangunan gedung atau di dekat alat yang perlu
dilindungi misalnya pada komputer. Alat yang dilindungi perlu tidak saja
dilindungi terhadap sambaran petir secara langsung, tetapi juga terhadap sambaran
tidak langsung yang menimbulkan induksi.

a. Lightning Arrester Tegangan Rendah Untuk Dipasang di Luar Gedung


b. Lightning Arrester Tegangan Rendah Untuk Dipasang didalam Gedung
4.2 Koordinasi isolasi
Tegangan lebih yang berasal dari dalam system jaringan mencapai
beberapa kali tegangan system itu ke tanah, maka tidak ekonomis jika seluruh
system itu diisolasikn terhadap tegangan setinggi itu. Untuk gelombang tegangan
dari sambaran petir, tegangan itu tinggi sekali, sehingga hamper tidak mungkin
mengisolasikan peralatan sistim terhadap tegangan tersebut, karena tidak mungkin
mengisolasikan peralatan sistim terhadap tegangan tersebut. untuk pengamanan
terhadap sambaran petir, dipakai kawat tanah dan tahanan tanah yang serendah
mungkin. Selain itu, dipakai alat pengaman yang cocok (arrester) untuk
gelombang yang merambat ke G.I Ketika kita berusaha untuk memperkuat isolasi
pada saluran maka akan terjadi penurunan kekuatan isolasi pada G.I, begitu
sebaliknya, oleh sebab itu kita harus seimbang dan tapat dalam memasaang isolasi
tersebut.
4.3 Koordinasi Isolasi dengan Sela Udara
Sela udara (sela batang = rod gap) dipakai dalam koordinasi isolasi untuk
keadaan-keadaan berikut :
a. sela udara digunakan pada G.I yang memiliki frekuensi petir tidak terlalu
tinggi di suatu daerah atau banyaknya saluran selalu terhubung kepada ril,
sela udara dpat dipakai alat pelindung mengatikan arrester.
b. Sela udara atau sela batang pada dipasang pada alat-alat yang tidak terlalu
penting sehingga tidak dipasang arrester, maka sebaiknya dipasang sela
batang pada alat itu. Bertujuan untuk membuat kekuatan isolasi antar
kutub tetap lebih tinggi.
c. Sela udara digunakan untuk koordinasi antara kekuatan isolasi antar kutub
dan isolasi terhadap tanah, dalam hal pegisolasian lebih dari isolator dan
bushing.
d. Sela udara sebaiknya tidak dipasang pada bushing dari trafo, karena dapat
mengganggu perbaikan karakteristik arrester.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemakaian sela udara :


(a) karakteristik percikannya sangat berubah-ubah tergantung pada keadaan
udara dan polaritas tegangan implus.
(b) sela udara dapat memutuskan arus susulan dank arena itu tidak kembali
normal dengan sendirinya.
(c) karakteristik tegangan-waktu dari tegangan percikannya berbeda dari
arrester dan dari alat yang dilindunggi ; tegangan percikannya naik dengan
naiknya kecuraman muka gelombang.
(d) percikan pada sela udara dapat menimbulkan tegangan osilasi peralatan
yang mungkin dapat menyebabkan tegangan osilasi yang lebih tinggi pada
alat lain.
4.4 GIS ( Gas Insulated Switcgear )
GIS merupakan sebuah switchgear yang menggunakan gas Sf6 bertekanan
sebagai material isolasi listrik dan pemadam busur api. GIS saat ini banyak di
gunakan karena memberikan keandalan serta keamanan yang tinggi,di samping itu
GIS membutuhkan ruang yang lebih kecil di bandingkan dengan switctgear yang
konvensional.
GIS memiliki keandalan yang tinggi karena bagian bagian yang
bertegangan (konduktor) di dalam sebuah lapisan metal yang di isolasi oleh gas
Sf6 yang memiliki kekuatan dielektrik hampir 2,3 kali udara yaitu sebesar 8,9 KV
/ mm ( IEE STD C37.122.1-1993 IEEE guide for gas insulated substation )
4.5 Kualitas Gas
Sampai dengan saat ini , kualitas gas sf6 yang dapat terukur oleh alat ukur
dan uji yang tersedia yaitu antara lain : purity , dew point , ( moisture content ,
dan decomposition product ).
(a) Purity ( kemurnian )
Purity di nyatakan dengan presentase jumlah gas Sf6 murni dalam suatu
kompartment GIS .semakin tinggi prosentase ini maka semakin sedikit Zat lain
dalam isolasi gas Sf6.untuk gas Sf6 baru nilai kemurniannya yang di syaratkan
adalah > 99,9 % ( IEC standard 60376).
(b) Dew Point ( titik embun )

Dew Point menunjukan titik di mana gas berubah menjadi air.hal ini
terkait dengan tingkat kelembaban gas Sf6,yaitu berapa banyak partikel air yang
terkandung dalam isolasi gas Sf6.Nilai titik embun ini sangat di pengaruhi oleh
kondisi lingkungan terutama suhu.semakin tinggi suhu maka semakin tinggi
kandungan uap air yang berada di dalamnya (CIGRE 15/23-1 Diagnostic Methods
For GIS Insulating System,1992).
(c) Decomposition Product ( Produk hasil dekomposisi )
Decomposition Product terjadi karena ketidak sempurnaan pembentukan
kembali gas Sf6.hal ini dapat terjadi karena adanya pemanasan yang
berlebih,percikan listrik serta busur api daya. ( IEE STD C37.122.1-1993 IEEE
guide for gas insulated substation ).Jika Decomposition Product ini terjadi dalam
jumlah

yang

besar

,maka

kekuatan

Dielektrik

dari

isolasi

gas

Sf6

akanmmengalami penurunan.Beberapa Decomposition Product yang terjadi pada


gas Sf6 serta sumber penyebabnya dapat di lihat pada tabel berikut :

Decomposition
Product untuk gas
Sf6
Udara
Moisture
Hidroflouric Acid
Sulfur Dioxide

N2 , O2
H2O

Bocor / intrusi dari luar


Bocor / intrusi dari luar

HF

Terbentuk di Sf6 jika

SO4

ada arc
Terbentuk

jika

SOF2 bereaksi dengan


Sulfur Tetraflouride
Sulfur Diflouride
Thionil Flouride

SF 4
SF2
SOF2

air
Mudah bereaksi
Mudah bereaksi
Jika arcing dan air

(d) Partial Discharge


Partial Discharge adalah Peluahan elektrik pada medium isolasi yang
terdapat di antara dua elektroda berbeda tegangan,di mana peluahan tersebut tidak
sampai menghubungkan kedua elekteroda secara sempurna. peristiwa semacam
ini dapat terjadi pada bahan isolasi yang padat.sedangkan pda bahan isolasi
gas,partial discharge terjadi di sekitar elektroda yang runcing. partial discharge di
sekitar suatu elektroda dalam gas biasanya di sebut korona.
Adanya aktifitas partial discharge di dalam komparmen menandakan
adanya defect dalam kompartmen.sumber partial discharge tersebut dapat di
sebabkan oleh beberapa hal ,antara lain :

(e)

Partikel bebas
Partikel bebas yang menempel pada permukaan
Tonjolan atau ketidakrataan permukaan ( protrusion )
Elektroda yang mengambang (floating electrode )
Gelembung udara ( void )
Suhu
Suhu memiliki kaitan yang erat dengan dew point. untuk lingkungan

dengan suhu yang tinggi maka kandungan uap air yang adapun akan
menjadi tinggi.hal ini akan membuat kemungkinan untuk terjadinya intrusi uap air
ke dalam gas Sf6 menjadi lebih tinggi.
(f) Korona
Korona merupakan partial discharge yang bercahaya di sebabkan ionisasi
udara. bertambahnya ionisasi yang timbul hanya jika elektron bergerak cukup
kuat misalnya jika medan listrik melebihi nilai kritisnya.
Faktor faktor yang mempengaruhi pelepasan korona yaitu tekanan
udara,kelembaban,dan suhu .dengan berkurangnya tekanan udara maka akan
mengurangi nilai kritis sehingga mengakibatkan korona bertambah.Dengan
bertambahnya

kelembaban

akan

membantu

terjadinya

pelepasan

korona.sedangkan dengan meningkatnya suhu maka akan menurunkan tekanan


udara sehingga nilai kritis berkurang dan pada akhirnya korona bertambah.

BAB V

SISTEM KONTROL PENGAWASAN & KEAMANAN


Sistem SCADA
Fasilitas SCADA diperlukan untuk melaksanakan pengusahaan tenaga
listrik terutama pengendalian operasi secara realtime. Suatu sistem SCADA terdiri
dari sejumlah RTU (Remote Terminal Unit), sebuah Master Station / RCC
(Region Control Center), dan jaringan telekomunikasi data antara RTU
dan Master Station. RTU dipasang di setiap Gardu Induk atau Pusat Pembangkit
yang hendak dipantau. RTU ini bertugas untuk mengetahui setiap kondisi
peralatan tegangan tinggi melalui pengumpulan besaran-besaran listrik, status
peralatan, dan sinyal alarm yang kemudian diteruskan ke RCC melalui jaringan
telekomunikasi data. RTU juga dapat menerima dan melaksanakan perintah untuk
merubah status peralatan tegangan tinggi melalui sinyal-sinyal perintah yang
dikirim dari RCC. Dengan sistem SCADA maka Dispatcher dapat mendapatkan
data dengan cepat setiap saat (real time) bila diperlukan, disamping itu SCADA
dapat dengan cepat memberikan peringatan pada Dispatcher bila terjadi gangguan
pada sistem, sehingga gangguan dapat dengan mudah dan cepat diatasi /
dinormalkan. Data yang dapat diamati berupa kondisi ON / OFF peralatan
transmisi daya, kondisi sistem SCADA sendiri, dan juga kondisi tegangan dan
arus pada setiap bagian di komponen transmisi. Setiap kondisi memiliki indikator
berbeda, bahkan apabila terdapat indikasi yang tidak valid maka operator akan
dapat megetahui dengan mudah.
Fungsi kendali pengawasan mengacu pada operasi peralatan dari jarak
jauh,

seperti switching

circuit

breaker,

pengiriman

sinyal

balik

untuk

menunjukkan atau mengindikasikan kalau operasi yang diinginkan telah berjalan


efektif. Sebagai contoh pengawasan dilakukan dengan menggunakan indikasi
lampu, jika lampu hijau menyala menunjukkan peralatan yang terbuka (open),
sedang lampu merah menunjukkan bahwa peralatan tertutup (close), atau dapat
menampilkan

kondisi

tidak

valid

yaitu

kondisi

apakah open atau close.

Saat

RTU

melakukan

yang

operasi

tidak
kendali

diketahui
seperti

membuka circuit breaker, perubahan dari lampu merah menjadi hijau pada pusat
kendali menunjukkan bahwa operasi berjalan dengan sukses.
Operasi pengawasan disini memakai metode pemindaian (scanning) secara
berurutan dari RTU-RTU yang terdapat pada Gardu Induk-Gardu Induk. Sistem
ini mampu mengontrol beberapa RTU dengan banyak peralatan pada tiap RTU
hanya dengan satu Master Station. Lebih lanjut, sistem ini juga mampu mengirim
dari jarak jauh data-data hasil pengukuran oleh RTU ke Master Station, seperti
data analog frekuensi, tegangan, daya dan besaran-besaran lain yang dibutuhkan
untuk keseluruhan / kekomplitan operasi pengawasan .
Keuntungan sistem SCADA lainnya ialah kemampuan dalam membatasi
jumlah data yang ditransfer antarMaster Station dan RTU. Hal ini dilakukan
melalui prosedur yang dikenal sebagai exception reporting dimana hanya data
tertentu yang dikirim pada saat data tersebut mengalami perubahan yang melebihi
batas setting, misalnya nilai frekuensi hanya dapat dianggap berubah apabila
terjadi perubahan sebesar 0,05 Herzt. Jadi apabila terjadi perubahan yang nilainya
sangat kecil maka akan dianggap tidak terjadi perubahan frekuensi. Hal ini adalah
untuk mengantisipasi sifat histerisis sistem sehingga nilai frekuensi yang
sebenarnya dapat dibaca dengan jelas. Master Station secara berurutan memindai
(scanning) RTU-RTU dengan mengirimkan pesan pendek pada tiap RTU untuk
mengetahui jika RTU mempunyai informasi yang perlu dilaporkan. Jika RTU
mempunyai sesuatu yang perlu dilaporkan, RTU akan mengirim pesan balik
pada Master Station, dan data akan diterima dan dimasukkan ke dalam memori
komputer. Jika diperlukan, pesan akan dicetak pada mesin printer di Master
Station dan ditampilkan pada layar monitor.
Siklus pindai membutuhkan waktu relatif pendek, sekitar 7 detik
(maksimal 10 detik). Siklus pindai yaitu pemindaian seluruh remote terminal
dalam sistem. Ketika Master Station memberikan perintah kepada sebuah RTU,
maka semua RTU akan menerima perintah itu, akan tetapi hanya RTU yang
alamatnya sesuai dengan perintah itulah yang akan menjalankannya. Sistem ini

dinamakan dengan sistem polling. Pada pelaksanaannya terdapat waktu tunda


untuk mencegah kesalahan yang berkaitan dengan umur data analog.
Selain dengan sistem pemindaian, pertukaran data juga dapat terjadi
secara incidental ( segera setelah aksi manuver terjadi ) misalnya terjadi
penutupan switch circuit breaker oleh operator gardu induk, maka RTU secara
otomatis akan segera mengirimkan status CB di gardu induk tersebut ke Master
Station. Dispatcher akan segera mengetahui bahwa CB telah tertutup.
Ketika operasi dilakukan dari Master Station, pertama yang dilakukan adalah
memastikan peralatan yang dipilih adalah tepat, kemudian diikuti dengan
pemilihan operasi yang akan dilakukan. Operator pada Master Station melakukan
tindakan tersebut berdasar pada prosedur yang disebut metode select before
execute (SBXC), seperti di bawah ini:

Dispatcher di Master Station memilih RTU.


Dispatcher memilih peralatan yang akan dioperasikan.
Dispatcher mengirim perintah.
Remote Terminal Unit mengetahui peralatan yang hendak dioperasikan.
Remote Terminal Unit melakukan operasi dan mengirim sinyal balik
pada Master Station ditunjukkan dengan perubahan warna pada layar
VDU dan cetakan pesan pada printer logging.
Prosedur di atas meminimalkan kemungkinan terjadinya kesalahan

operasi. Jika terjadi gangguan pada RTU, pesan akan dikirim dari RTU yang
mengalami gangguan tadi ke Master Station, dan pemindaian yang normal akan
mengalami penundaan yang cukup lama karena Master Station mendahulukan
pesan gangguan dan menyalakan alarm agar operator dapat mengambil tindakan
yang diperlukan secepatnya. Pada saat yang lain, pada kebanyakan kasus, status
semua peralatan pada RTU dapat dimonitor setiap 2 detik, memberikan informasi
kondisi sistem yang sedang terjadi pada operator di Pusat Kendali (RCC).
Hampir semua sistem kendali pengawasan modern berbasis pada
komputer, yang memungkinkan Master Station terdiri dari komputer digital
dengan peralatan masukan keluaran yang dibutuhkan untuk mengirimkan pesanpesan kendali ke RTU serta menerima informasi balik. Informasi yang diterima
akan

ditampilkan

pada

layar

VDU

dan/atau

dicetak

pada

printer

sebagai permanent records. VDU juga dapat menampilkan informasi grafis seperti
diagram satu garis. Pada RCC (pusat kendali), seluruh status sistem juga
ditampilkan pada Diagram Dinding (mimic board), yang memuat data mengenai
aliran daya pada kondisi saat itu dari RTU.
5.1 Kontrol Pengawasan
A. Pengawasan dan Pencatatan
Tujuan dari pengawasan di dalam G.I. adalah untuk mendapatkan
gambaran keadaan operasi sistem tenaga listrik dan kondisi peralatan agar
supaya fluktuasi abnormal

pada sistem dan peralatan

Oleh

diawasi tegangan,

karena

itu

perlu

arus,

dapat diketahui.

daya, terbuka

atau

tertutupnya pemutus beban dan pemisah, keadaan operasi dan gangguan pada
pengatur tegangan dan peralatan lainnya dalam gardu. Keterangan-keterangan
yang penting ini dikumpulkan

di dalam ruang kontrol pusat dengan cara

pengawasan terpusat (centralized supervision). Tujuan dari pada pencatatan


dalam gardu adalah untuk mencatat
peralatan;

data ini berguna

pemeliharaan

dan

operasi

untuk

keadaan
perancangan

sistem. Data

operasi dari sistem dan


instalasi,

ini dicatat

perancangan

dengan instrumen

pencatat otomatis.
Untuk keperluan di atas, digunakan

instrumen penunjuk, meter

pencatat, atau instrumen penunjuk dan pencatat, sesuai dengan maksudnya.


Jika perlujuga digunakan instrumen penunjuk maksimum dan minimum
untuk

pengawasan

(indication)

pada

kebutuhan
instrumen

ada

tenaga dan
dua macam:

gangguan. Penunjukan
yang pertama

adalah

penunjukan keadaan terbuka atau tertutupnya pemutus beban dan pemisah,


dan yang kedua adalah penunjukan adanya gangguan (keadaan abnormal)
dari alat-alat. Yang pertama
penunjuk
dilaksanakan

(lamp

indicators)

biasanya

dilaksanakan

sedang untuk

dengan lampu dan alat penderu

(alarm bell) dan tanda-tanda jatuh (drop target).

dengan

penunjuk

lampu
gangguan

(buzzer), genta bahaya

B. Kontrol
Bekerjanya pemutus beban dan pemisah dalam operasi normal,
bekerjanya

bermacam-macam

ekonomis

dari

berdasarkan

pertimbangannya

Pengontrolan
pada

transformator, semuanya
dan jadwal

tegangan

dan

dikontrol

operasi
oleh

yang ditentukan

yang

operator

lebih dulu.

tegangan dalam G.I. biasanya diatur sehingga tegangan

sisi transmisinya

rendahnya,

pengatur

selalu memberi

tegangan

pada

sisi tegangan

dengan harga yang dikehendaki. Kapasitor shunt dan reaktor

shunt mungkin dioperasikan berdasarkan jadwal yang telah ditentukan lebih


dulu menurut jangka waktu tertentu dalam sehari. Transformator dengan
pengubah tap berbeban biasanya dikontrol secara otomatis menurut jadwal
tertentu atau oleh arus beban agar supaya tegangan standar dipertahankan
pada

sisi tegangan

rendah. Bila pemutus beban dari saluran transmisi

terbuka secara otomatis, maka penutupannya kembali dilakukan

secara

otomatis

udara

(ada sinkronisasi

untuk

saluran

paralel). Bila saluran

distribusi terbuka secara otomatis, maka ia akan menutup kembali secara


otomatis karena bekerjanya rele penutup kembali. Jika gangguan masih ada
setelah penutupan

kembali maka ia akan terbuka lagi. Bila saluran itu

diperlengkapi dengan pembagi bagian otomatis, saluran distribusi itu akan


menutup kembali, dan pembagi otomatis itu yang akan memutuskan bagian
yang terganggu.
C. Sistem Kontrol Pengawasan
Dalam kontrol

pengawasan yang tidak terus menerus (intermittent)

operator hanya bertugas mengawasi keadaan operasi pada saat-saat tertentu


saja. Karena sering pada malam hari tidak ada seorang operatorpun di G.I.
maka sangat perlu menyederhanakan pengawasan, pencatatan
serta meninjau kemungkinan pemasangan meter pencatat
tempat

Kepala

G.I.

(resident

engineer),

dan operasi,

dan alarm ke

menyederhanakan sistem

hubungan rangkaian utama, memakai alat-alat dengan keandalan yang


tinggi dan memakai alat penutup kembali (recloser) otomatis. Dalam kontrol

pengawasan dari jauh (remote) pengawasan atas beberapa G.I. dilakukan oleh
gardu kontrol pengawasan yang terpusat.

Pada system kontrol ini, fasilitas

rangkaian transmisi isyarat yang digunakan untuk kontrol pengawasan, dan


pengaturan kendaraan keliling sangat perlu diperhatikan. Kontrol pengawasan
yang disederhanakan diterapkan pada G.I. yang kecil, di mana pemulihan
kembali gangguan dengan segera relatip tidak perlu. Disini alarm dan tanda
penunjukan yang perlu untuk operasi diteruskan kepada kepala G.I. Jenis-jenis
penunjukan terbagi dalam penunjukan terhadap gangguan saluran distribusi
dan gangguan G.I.;

apa yang tidak perlu segera diketahui detailnya,

ditunjukkan dengan Iampu.


D. Sistem Kontrol Pengawasan dari Jauh
Sistem ini mengontrol banyak peralatan dan melakukan pengukuran
secara selektif. Dalam stasiun induk terdapat panel kontrol guna kontrol
pengawasan. Pada panel ini terdapat saklar kontrol dan lampu isyarat yang
nomornya berkorespondensi dengan peralatan pada stasiun yang dikontrol,serta
peralatan kontrol pengawasan jauh yang menghubungkan stasiun induk dengan
stasiun pembantu. Peralatan kontrol pengawasan jauh

banyak macamnya.

Sistem yang disederhanakan atau yang langsung menghubungkan

stasiun

yang mengontrol dan yang dikontrol melalui rangkaian kontrol. Meskipun


untuk

ini diperlukan

banyak

rangkaian isyarat,

sistem ini banyak

keuntungannya bila jumlah pokok yang harus diawasi sedikit atau bila lebih
murah harganya dibanding

dengan sistem yang lain, karena peralatannya

sederhana. Keunggulan sistim ini operasinya

cepat. Sistim

kombinasi

(combination type selection) mempunyai banyak rangkaian kontrol yaitu


dengan mengombinasikan

saluran-saluran

penghubung isyarat; karena itu

sistem ini membutuhkan banyak saluran isyarat, meskipun jumlahnya lebih


sedikit dari sistem langsung di atas. Dalam sistim kombinasi silang (cross
combination) seperti Gbr. 12 banyak saluran penghubung dibagi menjadi
dua kelompok yang sama, dan setiap kombinasi
dimanfaatkan

saluran

dari kedua kelompok itu digunakan.

yang mungkin

Gbr. 12 Sistem Selektif Matriks

Gbr. 13 Sistem Selektif Poligon

Gbr. 13 menunjukkan bentuk hubungan bintang (star)dan poligonal. Dalam hal


ini setiap

saluran

penghubung dapat diberi tegangan isyarat (positif atau

negatif) dengan mengerjakan kontakpada stasiun induk. lsyarat yang diterima


pada stasiun yang dikontrol adalah plus, minus atau

nol. Jumlah kontrol

pada sistim bintang adalah


2n n 1

bila digunakan rele tak dipolarisasikan

3n 2n+1 + 1

bila digunakan rele dipolarisasikan

sedang jumlah kontrol pada sistim poligonal adalah

( 12 )(3 n2

n+1

+1)

3n 2n+1 + 1

bila digunakan rele tak dipolarisasikan


bila digunakan rele dipolarisasikan

Dalam sistem frekuensi (frequency type selection) kontrol

dilakukan

dengan mengirimkan berbagai isyarat dengan frekwensi tertentu kepada obyek


kontrol melalui saluran penghubung yang sama. Dalam sistem sandi (code
type selection) sejumlah sandi bersangkutan

dengan isyarat tertentu. Dalam

sistem sinkron (synchronous type selection) rele yang bersangkutan pada


stasiun induk dan stasiun yang dikontrol bekerja serempak dan kontrolnya
dilakukan dengan menyambung rangkaian penghubungnya.
5.2 Rele Pengaman
A. Jenis-jenis Rele Pengaman
Rele pengaman yang terpasang pada gardu induk, secara umum
dapat dibagi menjadi 5 golongan:

(a) Pengamanan saluran transmisi.


(b) Pengamanan ril.
(c) Pengamanan transformator.
(d) Pengamanan alat pengubah fasa.
(e) Pengamanan alat-alat pembantu dan rangkaian transformator
tegangan dan transformator arus.
B. Pengamanan Saluran Transmisi dan Distribusi
Pengamanan saluran transmisi dan ditribusi akan di jelaskan pada bab 7.
C. Pengamanan Ril
Di sini, jika rele salah-kerja, pengaruhnya

terhadap

sistem sangat

besar (tidak seperti pada pengamanan terhadap alat atau saluran). Oleh karena
itu harus diusahakan dengan sungguh-sungguh
Untuk

ini

mendeteksi

sebaiknya

agar rele tidak salah-kerja.

dipakai sebagai tambahan

rele lain yang mampu

gangguan pada ril, atau rele gangguan ril jenis

lain, dan

memutuskan ril bila kedua rele bekerja.


Cara-cara yang dipakai untuk mencegah salah-kerja adalah sebagai
berikut:
1) Cara differensial tegangan ; dengan

menaikkan

arus shunt yang

mengalir melalui transformator yang jenuh pada saat gangguan di luar,


dan menurunkan arus rangkaian differensial.
2) Cara menghambat (restraining method)

oleh komponen

arus

searah dan komponen harmonis ; disini kekuatan menghambat oleh


komponen arus searah dan komponen harmonis yang terkandung di
dalam arus lilitan tegangan rendah dipakai untuk menahan agar rele
tidak bekerja akibat kesalahan transformator arus.
3) Cara perbandingan fasa; jika ada arus gangguan mengalir keluar dari
ril maka dengan membandingkan

fasanya dapat dilihat apakah

gangguan itu terjadi di luar atau di dalam daerah yang dilindungi.


4) Cara komponen gelombang dasar (fundamental-wave
component
method); karena
transformator

seperti

dalam

arus

rangkaian

differensial dari

arus, komponen arus dasarnya sangat besar pada saat

terjadi gangguan di ril, maka dipakai rele yang bekerjanya

hanya

oleh gelombang dasar, . atau rele dengan filter yang melewatkan


gelombang dasar.
D. Pengamanan Transformator
Rele differensial, perbandingan (ratio) dipakai untuk pengamanan
hubung-singkat antar fasa pada transformator. Karena hubungan trafo sisi
tegangan tinggi dan sisi tegangan rendah sering berbeda, sehingga terjadi
pergeseran fasa, maka hubungan rangkaian
arusnya

harus

dibuat

sedemikian

sekunder dari transformator

sehingga perubahan

fasa

itu

dikompensasikan. Cara untuk mencegah salah-kerja dalam keadaan gangguan


di luar transformator adalah

dengan

memberi karakteristik

penghambat

yang sebanding dengan arusnya, sehingga makin besar arus, makin besar
pula arus differensial yang diperlukan untuk mengerjakan rele.
Salah satu kekhususan dari rele differensial untuk transformator adalah
kemungkinan untuk dapat mencegah salah-kerja akibat arus serbu

(in rush)

pada eksitasi. Sering arus ini melebihi arus kerja dari rele differensial pada
awal eksitasinya; dan arus serbu (in rush) ini hanya mengalir pada salah
satu sisi transformator saja, seperti halnya arus gangguan. Oleh karena itu
untuk memungkinkan pemakaian rele jenis ini dipakai cara-cara berikut:

Cara penurunan

kepekaan : seperti terlihat pada Gbr. 14, dengan

memakai rele tegangan dengan penundaan waktu (time delay), salahkerja dapat dicegah dengan menurunkan kepekaan sampai arus awal
eksitasi itu hilang dengan menyimpangi kumparan operasi dari rele
differensial. Kelemahan dari cara ini adalah bahwa pengamanan pada
saat awal eksitasinya sukar. Keuntungannya adalah bahwa dengan

rangkaian yang sederhana salah-kerja itu mungkin dapat dihindarkan.


Cara penghambatan harmonis (higher harmonics restraining method);
frekuensi harmonis lebih tinggi yang banyak terkandung di dalam arus
awal eksitasi dapat dipakai untuk menahan
adalah

dengan

memisahkannya

rele bekerja. Caranya

dari gelombang

dasar

oleh

rangkaian filter sehingga hanya komponen gelombang dasar yang

dialirkan ke kumparan operasi dan hanya komponen harmonis 'yang


lebih tinggi yang dialirkan ke gulungan penghambat, seperti terlihat
pada Gbr. 15. Dalam cara ini penurunan kepekaan pada permulaan
eksitasi tidak terjadi, oleh karena itu dapat bekerja dengan cepat.

Gbr. 14 Cara Penurunan

Gbr. 15 Cara Penghambat

Kepekaan

Cara penahanan

Harmonis

gelombang tak simetris : salah-kerja akibat arus awal

eksitasi ini dicegah dengan memanfaatkan distorsi gelombang dari arus


awal eksitasi itu

sendiri. Misalnya, rele tidak bekerja bila bentuk

gelombang dari arus dalam rangkaian differensial-nya

positif atau

negatif, dan rele hanya bekerja bila terjadi osilasi.


E. Pengamanan Pengatur Tegangan Berbeban
Pengamanan pengatur tenaga yang kecil kapasitasnya,
termasuk

dalam daerah

utamanya.

Kelemahan

pengamanan
cara

rele

differensial

biasanya

transformator

ini adalah bahwa untuk gangguan di dalam

pengatur

tegangan rele itu kurang peka. Untuk pengamanan

tegangan

yang besar lebih baik dipakai

pengatur

rele keseimbangan arus (current-

balance relay).
F. Pengamanan Pengubah Fasa
Untuk pengamanan kondensator statis dapat digunakan:

a. Rele beda tegangan : pada kumparan

pelepasan

dipasang

lilitan

sekunder, lalu tegangan antara blok di setiap fasa dibandingkan, dan


beda tegangan yang timbul pada waktu gangguan pada elemen
kondensator dideteksi oleh rele tegangan.
b. Rele beda arus; disini gangguan dideteksi dengan membandingkan arus
antara fasa yang satu dengan yang lain.
c. Rele tekanan (pressure relay); rele ini
tekanan

yang mendadak

di dalam

mendeteksi

tangki

perubahan

kondensator.

Untuk

mencegah salah-kerja akibat variasi tekanan yang biasa, cara yang


dipakai

adalah

dengan mendeteksi pemuaian

yang abnormal dari

minyak di dalam tangki.


d. Hubungan dalam reaktor shunt ada yang secara

ada yang Y .

Jika titik netral tidak mungkin dibawa ke luar, cara pengamanannya


adalah dengan mendeteksi beda arus atau fasa yang satu dengan fasa
lainnya. Jika titik netralnya dapat dibawa ke luar melalui terminal
titik netral, cara dengan mendeteksi tegangan antara fasa ke netral
dan dengan rangkaian delta terbuka, lebih efektif.
G. Pengamanan Alat-alat Pembantu dan Transformator Tegangan
Untuk pengamanan

transformator pemakaian sendiri dengan sistem

pengetanahan netral tidak efektif dipakai rele arus lebih untuk gangguan
hubung-singkat,

dan rele tegangan lebih untuk gangguan

Untuk pengamanan

1-fasa ke tanah.

motor tegangan rendah sering dipakai saklar dengan

penjatuhan oleh arus lebih yang mempunyai karakteristik

kerja penundaan

waktu. Juga banyak dipakai rele beban-lebih termis dan rele tegangan takseimbang.
Keadaan

abnormal

pada transformator tegangan terjadi bila ada

hubung-singkat pada lilitan, kawat terputus atau pengamanan lumer terputus.


Semuanya

ini menyebabkan salah-kerja

atau gagal-kerjanya

mempunyai elemen tegangan dan pengatur tegangan. Keadaan

rele yang

abnormal itu

dapat dideteksi dengan melihat perbedaan antara tegangan sekunder dari dua
transformator tegangan yang dihubungkan

pada ril yang

sama,

menggunakan rele keseimbangan tegangan atau rele beda tegangan.

dengan

Pada alat tegangan kapasitansi (capacitance

potential

device) jika

terjadi gangguan hubung-singkat pada sisi sekundernya, tegangan terminal


dari setiap elemennya akan naik; ini mungkin dapat merusak isolasinya dan
mungkin pula menimbulkan osilasi harmonis. Karena itu tidak hanya perlu
dipasang pengaman lumer, tapi arus hubung singkatnya juga perlu dibatasi.
5.3 Sistem proteksi gardu induk
Sistem proteksi adalah suatu sistem pengaman pada peralatan listrik yang
terdapat pad gardu induk yang diakibatkan oleh gangguan alam, gangguan teknis,
kesalahan operasi, dan penyebab lainya.
5.3.1

Pemutus tenaga
Pemutus

tenaga

(PMT)

adalah

suatu

alat

otomatis

yang

mampumemutus/menutup rangkaian pada semua kondisi yaitu kondisi gangguan


maupun kondisi normal, atau dapat juga sebagai alat yang dibutuhkan untuk
mengontrol jaringan tenaga listrik dengan membuka circuit dengan menutup
circuit (sebagai sakelar) dengan membawa beban secara pengawasan manual atau
otomatis, sedangkan jika dalam keadaan gangguan atau keadaan tidak normal
PMT dapat membuka dengan bantuan rele yang mendeteksi, sehingga gangguan
dapat dipisahkan. Selama beroperasi pada keadaan normal PMT dapat dibuka dan
ditutup tanpa menimbulkan akibat yang merugikan. Dalam keadaan gangguan
atau keadaan yang tidak normal relay akan mendeteksi dan menutup rangkaian
tripping dari PMT maka akan menggerakkan mekanisme penggerak untuk
membuka kontak-kontak PMT.
5.3.2 Relay proteksi
Relay adalah suatu alat yang bekerja secara otomatis untuk mengatur /
memasukan suatu rangkaian listrik (rangkaian trip atau alarm) akibat adanya
perubahan lain. Secara garis besar bagian dari relay proteksi terdiri dari tiga
bagian utama, seperti :
Elemen pengindera.
Elemen ini berfungsi untuk merasakan besaran-besaran listrik, seperti arus,
tegangan, frekuensi, dan sebagainya tergantung relay yang dipergunakan. Pada

bagian ini besaran yang masuk akan dirasakan keadaannya, apakah keadaan yang
diproteksi itu mendapatkan gangguan atau dalam keadaan normal, untuk
selanjutnya besaran tersebut dikirimkan ke elemen pembanding.
Elemen pembanding.
Elemen ini berfungsi menerima besaran setelah terlebih dahulu besaran itu
diterima oleh elemen oleh elemen pengindera untuk membandingkan besaran
listrik pada saat keadaan normal dengan besaran arus kerja relay.
Elemen pengukur/penentu.
Elemen ini berfungsi untuk mengadakan perubahan secara cepet pada besaran
ukurnya dan akan segera memberikan isyarat untuk membuka PMT atau
memberikan sinyal.
Maksud

dan

tujuan

pemasangan

relay

proteksi

adalah

untuk

mengidentifikasi gangguan dan memisahkan bagian jaringan yang terganggu dari


bagian lain yang masih sehat serta sekaligus mengamankan bagian yang masih
sehat dari kerusakan atau kerugian yang lebih besar, dengan cara :

Mendeteksi adanya gangguan atau keadaan abnormal lainnya yang dapat

membahayakan peralatan atau sistem dan juga manusia.


Melepaskan (memisahkan) bagian sistem yang terganggu atau yang
mengalami keadaan abnormal lainnya secepat mungkin sehingga
kerusakan instalasi yang terganggu atau yang dilalui arus gangguan dapat
dihindari atau dibatasi seminimum mungkin dan bagian sistem lainnya
tetap dapat beroperasi.

5.3.3 Relay proteksi busbar.


Sebagai proteksi utama Busbar adalah RELE Differensial, yang berfungsi
mengamankan pada busbar tersebut terhadap gangguan yang terjadi di busbar itu
sendiri.
Konfigurasi Busbar ada 3 macam :
1.

Busbar tunggal ( Single Busbar ).

2.

Busbar ganda ( Double Busbar ).

3.

Busbar 1,5 PMT.

Gangguan pada busbar relatif jarang (kurang lebih 7 %) dibandingkan


dengan gangguan pada penghantar (kurang lebih 60 %) dari keseluruhan
gangguan tetapi dampaknya akan jauh lebih besar dibandingkan pada gangguan
penghantar, terutama jika pasokan yang terhubung ke pembangkit tersebut cukup
besar.
Dampak yang dapat ditimbulkan oleh gangguan di bus jika gangguan tidak
segera diputuskan antara lain adalah kerusakan instalasi, timbulnya masalah
stabilitas transient, dimungkinkan OCR dan GFR di sistem bekerja sehingga
pemutusan menyebar.
5.3.4 Proteksi trafo tenaga
Proteksi transrmator daya terutama bertugas untuk mencegah kerusakan
transformator sebagai akibat adanya gangguan yang terjadi dalam petak/ bay
transformator, disamping itu diharapkan juga agar pengaman transformator dapat
berpartisipasi dalam penyelenggaraan selektifitas sistem, sehingga pengamanan
transformator hanya melokalisasi gangguan yang terjadi di dalam petak/bay
transformator saja.
Maksud dan tujuan pemasangan relay proteksi pada transformator daya
adalah untuk mengamankan peralatan /sistem sehingga kerugian akibat gangguan
dapat dihindari atau dikurangi menjadi sekecil mungkin dengan cara :
1) Mencegah kerusakan transformator akibat adanya gangguan/ketidak normalan
yang terjadi pada transformator atau gangguan pada bay transformator.
2) Mendeteksi adanya gangguan atau keadaan abnormal lainnya yang dapat
3)

membahayakan peralatan atau sistem.


Melepaskan (memisahkan) bagian sistem yang terganggu atau yang
mengalami keadaan abnormal lainnya secepat mungkin sehingga kerusakan
instalasi yang terganggu atau yang dilalui arus gangguan dapat dihindari atau
dibatasi seminimum mungkin dan bagian sistem lainnya tetap dapat

beroperasi.
4) Memberikan pengamanan cadangan bagi instalasi lainnya.
5) Memberikan pelayanan keandalan dan mutu listrik yang tbaik kepada
konsumen. Serta mengamankan manusia terhadap bahaya yang ditimbulkan
oleh listrik
5.3.4.1 Jenis Proteksi Trafo tenaga

Trafo tenaga diamankan dari berbagai macam gangguan, diantaranya


dengan peralatan proteksi (sesuai SPLN 52-1:1983 Bagian Satu, C) :

Relay arus lebih


Relay arus hubung tanah
Relay beban lebih
Relay tangki tanah
Relay ganggauan tanah
Relay suhu
Relay Bucholz
Relay Jansen
Relay tekanan lebih
Relay suhu
Lightning arrester
Rellay differensial

5.3.5 Sistem pentanahan titik netral trafo tenaga daya


Adapun tujuan pentanahan titik netral transformator daya adalah sebagai
berikut :
1) Menghilangkan gejala-gejala busur api pada suatu sistem.
2) Membatasi tegangan-tegangan pada fasa yang tidak terganggu (pada fasa
yang sehat).
3) Meningkatkan keandalan (realibility) pelayanan dalam penyaluran tenaga
4)

listrik.
Mengurangi/membatasi tegangan lebih transient yang disebabkan oleh

penyalaan bunga api yang berulang-ulang (restrike ground fault).


5) Memudahkan dalam menentukan sistem proteksi serta memudahkan
dalam menentukan lokasi gangguan.
6) Metoda-metoda pentanahan titik netral transformator daya adalah sebagai
berikut :
Pentanahan mengambang (floating grounding)
Pentanahan melalui tahanan (resistance grounding)
Pentanahan melalui reaktor (reactor grounding)
Pentanahan langsung (effective grounding)
Pentanahan melalui reaktor yang impedansinya dapat berubah-ubah
(resonant grounding) atau pentanahan dengan kumparan Petersen
(Petersen Coil).
5.3.6 Arrester

Surge Arrester merupakan peralatan yang didesain untuk melindungi


peralatan lain dari tegangan surja (baik surja hubung maupun surja petir) dan
pengaruh follow current. Sebuah arrester harus mampu bertindak sebagai
insulator, mengalirkan beberapa miliampere arus bocor ke tanah pada tegangan
sistem dan berubah menjadi konduktor yang sangat baik, mengalirkan ribuan
ampere arus surja ke tanah, memiliki tegangan yang lebih rendah daripada
tegangan withstand dari peralatan ketika terjadi tegangan lebih, dan menghilangan
arus susulan mengalir dari sistem melalui arrester (power follow current) setelah
surja petir atau surja hubung berhasil didisipasikan.
Lightning Arrester/ Arrester/ Surge Arrester memiliki peran penting di
dalam koordinasi isolasi peralatan di gardu induk. Fungsi utama dari Lightning
Arrester adalah melakukan pembatasan nilai tegangan pada peralatan gardu induk
yang dilindunginya. Panjang lead yang menghubungkan arrester pun perlu
diperhitungkan, karena inductive voltage pada lead ini ketika terjadi surge akan
mempengaruhi nilai tegangan total paralel terhadap peralatan yang dilindungi.
5.3.7 Proteksi petir
Tujuan dari proteksi petir pada serandang adalah untuk mengamankan
peralatan dan instalasi dari sambaran langsung surja petir. Ada beberapa model
pengaman petir antara lain Kawat pentanahan/ Earth Wire/ GSW (Galvanized
Steel Wire) yang direntangkan pada serandang, pemasangan Franklin Rod atau
Early Streamer pada bagian atas serandang.
Kawat Pentanahan atau Earth Wire/ GSW adalah peralatan untuk
melindungi peralatan utama dari sambaran surja petir. Kawat tanah terbuat dari
baja yang sudah digalvanis, maupun sudah dilapisi dengan aluminium. Jumlah
Kawat Pentanahan/ EW/ GSW pada serandang diletakkan pada posisi tertinggi
pada serandang tersebut sehinggga mempunyai sudut perlindungan yang aman
(minimum 30 drajat) terhadap peralatan di bawahnya. Pemasangannya dengan
cara menggunakan klem penegang yang dipress atau klem penegang dengan mur
baut.

BAB VI
KONSTRUKSI GARDU INDUK
6.1 Perancangan
Gardu induk merupakan kunci dari sistim tenaga listrik dan karena itu
tidak dapat dirancang (planned) terpisah dari bagian sistim yang lain.
Pertama-tama, berdasarkan taksiran kebutuhan tenaga listrik, dirancangkan
sistim tenaga listrik secara menyeluruh, termasuk unsur-unsur pembangkitan,
transmisi, transformasi dan distribusi, dan bersamaan dengan itu dirancang
pula gardu induk yang merupakan titik-titik simpul dalam jaring-jaring

sistim.
6.2 Syarat-Syarat Perencanaan
Bagian-bagian konstruksi dipilih berdasarkan perhitungan tegangan
untuk beban-beban. Jika tegangan kabel (cable tension) terlalu kuat, berat
bangunan baja akan bertambah, sehingga jika ia terlalu lemah, maka ayunan
oleh angin atau gaya elektromagnetis pada saat terjadi hubung-singkat akan
terasa lebih besar dan bangunan baja menjadi lebih tinggi. Hal-hal ini harus
dipertimbangkan

dan untuk itu harus dipilih harga-harga yang paling

optimum.Tekanan angin pada bangunan


sebagainya

harus dihitung

pula. Yang

baja, kabel dan isolator


perlu

diperhatikan

pula

dan
adalah

keadaan dimana satu saluran putus, sebab tiga saluran pada ril G.I. putus
sekaligus jarang

atau hampir tidak pernah terjadi. Bangunan baja yang

menderita tarikan dari kawat transmisi direncanakan berdasarkan anggapan


bahwa semua saluran pada salah satu sisinya diputuskan. Hal ini disebabkan
karena pemasangan kawat-kawat di dalam daerah G.I. dan di luarnya tidak
bersamaan waktunya dan karena tarikan kawat dari kedua sisi itu berbeda.
Untuk bangunan baja yang kecil, diperhitungkan

tambahan berat pekerja

sebesar 150- 200 kg dikenakan di tengah-tengah belandar. Untuk keadaan


lain hal ini tidak perlu diperhitungkan

karena orang tidak akan memanjat

bangunan itu dalam keadaan terburuk.

6.3 Konstruksi Gardu Induk


Berikut di gambarkan konstruksi dari gardu induk :

6.4 Fasilitas-Fasilitas Lain-Lain


6.4.1 Alat Peocuci Isolator

Gardu-gardu di daerah dengan pengotoran udara (air pollution) perlu


diperleng kapi dengan alat untuk mencuci isolator dengan air agar supaya
keadaan kontaminasi nya dapat dikontrol di bawah harga tertentu. Ada 2
cara pencucian: pencucian berhenti (stop washing) dan pencucian bertegangan
(hot-line washing). Cara yang dipilih tergan tung dari pentingnya G.I. dan
keadaan setempat. Alat pencuci berhenti dipasang pada tempat yang cocok
dalam G.I. dan dipakai pula sebagai pemadam kebakaran.

Alat pencuci

bertegangan ada jenis yang tetap (fixed) ada yang dapat dipindah-pindah,
Pencucian harus dilakukan setelah diyakini bahwa keadaan kontaminasi
isolator melebihi harga batas tertentu. Air pencuci perlu bertahanan jenis
tinggi (lebih dari 5 kilo-Ohm-cm).
6.4.2 Penerangan
Penerangan

minimum yang diperlukan

standar teknik (engineering

dispesifikasikan

di dalam

standards). Dalam kamar kontrol penerangan

tidak langsung lebih disukai, untuk menghindari pantulan oleh meter-meter


dan sebagainya. Untuk

penera ngan di luar, perlu dipasang lampu-lampu

untuk memungkinkan dilakukannya pekerjaan waktu gelap (bila perlu).


6.4.3 Alat Pemadam Kebakaran
G.I. harus mempunyai alat pemadam kebakaran yang memenuhi
ketentuan ketentuan
alat-alat

yang berlaku untuk mencegah meluasnya api ke

di sekitarnya. Khususnya

melebihi jumlah tertentu,

untuk penyimpanan

minyak isolasi

di Jepang harus diikuti peraturan

pemerintah

tentang cara perlakuan bahan-bahan yang ber bahaya.


6.6.4.

Ventilator
Pada umumnya ventilasi diperlukan

untuk gedung di mana orang

tinggal atau alat-alat terpasang. Untuk G.I. pasangan-dalam ventilasi harus


mendapatkan

perhatian sepenuhnya.

mempertahankan
mengontrol

Maksud

ventilasi adalah

suhu di sekitar alat-alat di bawah suhu standard,

suhu ruangan

untuk
untuk

dan menyaring debu di kamar kontrol dan

kamar rele, serta untuk membuang ke luar gas beracun, seperti, di kamar

batere. Voluma

udara

ventilasi yang diperlukan

dapat

dihitung

dari

persamaan :
Q = 0,2:4W(l + rxt)/Cpy(At)
di mana:
Q = voluma udara yang diperlukan (m3/detik)
C = kapasitas

panas

spesifik pada

tekanan

konstan

(0,24 kcal/kg.

derajat)
W = daya hilang total (kW)
')' = kepadatan udara (1,293 kg/m3

pada 0C)

rx = koefisien pemuaian udara (1/273C)


At= t2 -

t1

t 1, t 2 = suhu udara masuk, keluar (C)


Untuk suhu yang normal (dipakai 0- 40C), dapat dihitung:
Q- 0,9 W/At
Voluma udara ventilasi untuk orang yang diperlukan adalah kira-kira 30
m3/jam/orang.
6.6.5. Fasilitas Tambahan
Pintu, dinding, pagar, jalan untuk pengangkutan dan pemeliharaan serta
fasilitas pembuangan air diperlukan dalam G.l. Pekarangan G.I. sebaiknya
dilapisi dengan batu kerikil untuk mengurangi tegangan

kontak dan tegangan

langkah, mencegah masuknya ular, merembesnya

air,

pemandangan Iebih baik. Di sekitar alat yang memakai

dan membuat
minyak

isolasi,

seperti trafo, harus disediakan ruang yang cukup untuk batu kerikil supaya

dapat dihisap minyak yang mengalir ke luar akibat gangguan pada

alat

tersebut.

BAB VII
PENGOPERASIAN & PEMELIHARAAN GARDU INDUK
7.1 Pengoperasian dan pemeliharaan gardu induk.
Dalam pengoperasian Gardu Induk ini melibatkan banyak pihak, karena
sistem terintegrasi menjadi satu dengan sub sistem dan sistem yang lain. Sejalan
dengan kemajuan teknologi, maka peralatan dalam gardu induk mengalami
modernisasi dan otomatisasi, dalam rangka meningkatkan ke andalannya dalam
menyediakan tenaga listrik. Untuk itu diperlukan teknik-teknik khusus bertingkat
tinggi. Oleh karena jenis pekerjaannya yang makin luas, dewasa ini tanggung
jawab operasi dan pemeliharaan dipisahkan untuk memungkinkan peningkatan
system dan tekniknya.
Operasi gardu induk menyangkut supervise, pencatatan, control dan
penyetelan kondisi operasi dari semua peralatan; demikian pula patroli harian,
perbaikan kecil dan tindakan-tindakan darurat waktu ada gangguan. Tujuan akhir
dari tugas-tugas ini adalah untuk mempertahankan pelayanan dengan cara
mencegah interupsi penyediaan tenaga listrik dan mempertahankan tegangan
sesuai dengan norma-norma yang berlaku. Interupsi dicwgah dengan cara
menghindarkan terjadinya gangguan. Bila gangguan tetap terjadi, maka gangguan
itu harus dihilangkan dalam waktu sesingkat-singkatnya.
Untuk memungkinkan tercapainya tujuan operasi perlu disusun pedoman
operasi (operating manual) yang harus ditaati opeh setiap pekerja (operator)
gardu. Pedoman ini berisi pokok-pokok berikut:

a. Umum : antara lain menyangkut tujuan, peraturan umum dan riwayat


operasi. Pewraturan umum menyinggung masaalah pembacaan instrument,
pengertian dan penaatan terhadap peraturan, kemajuan teknik, pengadaan
tempat kerja yang memadai, pengamanan pertama dan sebagainya.
b. Tugas-tugas operasi: menyangkut organisasi, pencatatan data operasi,
peralatan yang ada, control terhadap peralatan, operasi peralatan, operasi
dalam keadaan tidak normal, patroli, inspeksi, perbaikan, dan sebagainya.
c. Peraturan lain; antara lain mengenai cara pencegahan bahaya kebakaran
dan peralatan yang diperlukan serta penampatannya dalam gardu,
pertolongan pertama, pencegahan pencurian, cara merubah buku petunjuk
dan sebagainya.
d. Gambar-gambar, table-tabel dan formulir-formulir: antara lain mengenai
diagram system tenaga, system pipa minyak, system udara tekan, lintasan
patroli, buku harian, formulir patroli dan ispeksi, dan sebagainya.
Operasi dalam keadaan tidak normal; bila peralatan dalam gardu mengalami
beban lebih karena gangguan, maka perlu diadakan tindakan pencegahan dalam
waktu sesingkat mungkin. Ganggua segera dilaporkan kepada petugas yang
bertanggung jawab. Karena hal ini sering terjadi, kapasitas beban-lebih dari setiap
peralatan perlu dipelajari dan dijelaskan dalam buku petunjuk kerja
7.2 Pemeliharaan Gardu Induk
a. Gangguan listrik dan cara pencegahannya
Gangguan

pada

gardu

induk

erat

sekali

hubungannya

dengan

pemelihraannya. Oleh karena itu, kebijaksanaan pemeliharaan guna menjamin


operasi yang stabil harus dijabarkan dari analisa gangguan. Banyaknya gangguan
yang terjadi karena karena pemeliharaan yang kurang baik serta peralatan yang
rusak. Jadi jelas bahwa banyak hal yang perlu diperhatikan dalam pemeliharaan
guna mencegah terjadinya gangguan. Untuk dapat mengambil kesimpulan yang
lebih tepat jumlah peralatan yang terganggu, lamanya peralatan itu bertugas,
kondisinya waktu terjadi gangguan dan sebagainya, perlu dipejari lebih
mendalam. Pemeliharaan bertujuan meningkatkan hasil kerja (performance)

peralatan, deteksi kerusakan secepat mungkin dan mencegah gangguan sebanyak


dan seluas mungkin.
Tugas pemeliharaan terperinci sebagai berikut :
a. Patroli harian, inspeksi dan perbaikan; Selama operasi, peralatan diperiksa
oleh indra manusia dan instrument-instrumen pengukur. Pembersihan dan
perbaikan kecil dapat juga dilakukan selama operasi. Hal-hal yang
dianggap harus dicatat.
b. Inspeksi tetap (regular) dan perbaikan; Selain peralatan yang dapat
diperiksa setiap hari, ada sekelompok peralatan lain yang harus diperiksa
secara teratur. Dengan menggunakan indra, perkakas serta alat pengukur
dan penguji dilakukan pekerjaan inspeksi tersebut, dan bila perlu
perbaikan.
c. Inspeksi khusus dan perbaikan; Inspeksi khusus dan perbaikan
dilaksanakan bila kelihatan adanya ketidaknormalan pada inspeksi biasa,
bila peralatan terlalu sering digunakan dan bila ada gangguan yang serius
pada peralatan yang sama jenisnya.
b.Gangguan listrik dan penaggulangannya
Bila gangguan terjadi, maka penanggulangannya tergantung dari jenisdan
derajat kegawatan gangguan tadi. Gangguan yang dapat diperkirakan sebelumnya,
penanggulangannya tertulis dalam buku petunjuk. Bila diperkirakan bahwa
gangguan terjadi dalam lingkungan gardu, maka gangguan itu harus segera diatasi
dan dilaporkan pada pusat pembagi beban. Bagian yang bertugas melakukan
perbaikan mengusahakan agar peralatan yang rusak segera dapat diperbaiiki serta
mengurangi pengaruh gangguan dengan menyediakan pekerja dan bahan yang
diperlukan, gardu induk mobil, dan sebagainya. Untuk memungkinkan perbaikan
dengan cepat disediakan sejumlah bagian pengganti (spare parts) dalam jumlah
yang cukup dan jenis yang sesuai. Hal ini tergantung dari kondisi geografis dan
pentingnya gardu, fungsinya dalam system, kondisi operasi, jumlah gangguan,
harga dan waktu penyediaan bagian pengganti, serta lamanya peralatan
beroperasi.

Kecenderungan terjadi kecelakaan karena kejutan listrik mungkin saja


terjadi bila kondisi kerja dan cara kerja yang kurang aman. Cara-cara membuat
kondisi kerja aman adalah sebagai berikut :
a. Mengadakan daftar-check pekerjaan; Daftar ini memuat detail persiapan
dan pelaksanaan kerja satu per satu, prosedurnya, standar penilain
keamanannya, perhatian khusus yang harus diberikan dan sebagainya.
b. Membuat konstruksi penopang yang diperlukan dan jarring pengaman
untuk mencegah kontak dengan bagian-bagian bertegangan.
c. Memasang tanda-tanda larangan masuk, bahaya, dan sebagainya.
d. Memberi tanda pengaman di tempat kerja berupa tali, papan
pemberitahuan, bendera dan sebagainya.
e. Menggunakan peralatan pengaman, misalnya topi pengaman, ikat
pinggang pengaman, sarut tangan karet, sepatu karet dan sebagainya.
f. Menegaskan pemberian tanggung jawab antara pekerja operasi dan
pemeliharaan;

Sebelum

pekerjaan

(perbaikan)

dimulai,

prosedur

pengamanan menjadi tanggung jawab petugas operasi, yang kemudian


menyerahkan kepada petugas pemeliharaan. Sesudah pekerjaan selesai,
tanggung jawab ini diserahkan kembali kepada petugas opersi.

MAKALAH GARDU INDUK

Disusun oleh :
NAMA

: David jujur

NIM

: 03111004049

Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Elektro
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2014

Anda mungkin juga menyukai