Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan
karunia-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah Pemicu V tentang Kromatografi Kimia
Analitik ini tepat pada waktunya. Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas PBL
Kimia Analitik dan juga sebagai media pembelajaran yang mandiri untuk dapat lebih memahami
topik mengenai Spektroskopi beserta isu-isu yang biasa kami hadapi dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam proses penulisan makalah ini, kami menemui banyak kesulitan. Namun, berkat
bantuan dan bimbingan berbagai pihak, makalah ini akhirnya dapat terselesaikan dengan baik.
Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih kepada:
1.
Dr. Dianursanti, S.T., M.T. selaku fasilitator dan pembimbing kami dalam penyusunan
makalah ini.
2.
3.
Semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini yang tidak dapat
kami sebutkan satu persatu
Selanjutnya, kami juga menyadari bahwa baik dalam segi sistematika penyusunan maupun
materi yang dipaparkan masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, kami berharap agar
adanya kritik dan saran yang sekiranya dapat membantu kami untuk perbaikan di masa yang akan
datang. Semoga makalah ini bisa memberikan kebermanfaatan, Amin.
Kelompok 11
DAFTAR ISI
PETA KONSEP
Metode Kromatografi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Biodiesel
Pada saat ini, masalah energi merupakan isu yang seringkali dibahas oleh
masyarakat. Pasokan energi dalam negeri mengalami kendala akibat trend produksi yang
cenderung lebih rendah dibanding tingkat konsumsinya.Total produksi minyak mentah
dalam negeri saat ini sekitar satu juta barel per hari dengan tingkat konsumsi sekitar 1,2
juta barel per hari. [Jusuf Kalla, 7 Mei 2008]. Hal ini menyebabkan masyarakat beralih ke
sumber energi alternative, salah satunya adalah Biodiesel untuk menggantikan bahan bakar
fosil.
Akan tetapi, Biodiesel pun juga memiliki kekurangan dan kelebihan dibandingkan
dengan petrodiesel. Kelebihan dan kekurangan ini disebabkan oleh sifat-sifat dan
karakteristik dari biodiesel sendiri, yang nantinya akan menggambarkan kualitas dari
biodiesel tersebut. Salah satu sifat yang perlu diperhatikan adalah Cetane Number. Yaitu
ukuran performa pembakaran dari biodiesel, tentunya hal ini perlu diperhatikan agar dapat
menentukan suatu biodiesel layak pakai atau tidak. Ada banyak sifat sifat lain yang
mempengaruhi kualitas dari biodiesel, dan sifat sifat tersebut bisa diidentifikasi dengan
beberapa metode analisis, salah satunya dengan menggunakan Gas Chromatography (GC).
akurasi dari teknik diatas, metode analisis kromatografi digabung dengan metode analisis
lain seperti Mass Spectroscopy (MS), yang nantinya disebut GC-MS.
: 60 mL/min
2. Filament current
: 180 mA
3. Column temperature
: 90 degrees C
4. Column packing
5. Column size
6. Attenuation
:4
7. Sample size
: 5 microliters
8. Suggested column
Reaktan:
1.
Absolute ethanol
2.
N-Propanol
Dari hasil injeksi 5 L sampel diperoleh puncak pada 2.4 menit dengan tinggi senilai
12.5 mm.
Pada salah satu campuran standar ethanol dan n-propanol menunjukkan data: lebar
dasar puncak pada etanol dan n-propanol adalah berturut-turut 1.45 menit dan 3.65
menit.
B. Tujuan Penulisan
Mengetahui cara menentukan panjang kolom apabila resolusi kolom menjadi 1.5
Mengetahui cara untuk menentukan waktu elusi senyawa etanol pada panjang
kolom yang baru.
C. Rumusan Masalah
Bagaimana cara menentukan panjang kolom apabila resolusi kolom menjadi 1.5?
Bagaimana cara untuk menentukan waktu elusi senyawa etanol pada panjang
kolom yang baru?
BAB II
JAWABAN PEMICU
petrodiesel,
dari
biodiesel
yang
mencerminkan
kualitas
Sifat-sifat yang harus dimiliki dari biodiesel yang layak pakai ditentukan oleh
standar spesifikasi, standar tersebut ditetapkan oleh Negara, dan masing masing Negara
mempunyai standar spesifikasi dengan nama dan konten yang berbeda, salah satunya
adalah Amerika dengan ASTM D6571, dan Eropa dengan EN 14213.Berikut ini adalah
salah satu contoh standar spesifikasi Biodiesel:
Tiap-tiap sifat pada tabel tersebut mempunyai pengaruh terhadap biodiesel, dan
sifat-sifat dari tabel tersebut dapat dianalisis pada sebuah sampel biodiesel dengan metode
analisis tersendiri. Berikut ini adalah penjelasan 10 sifat yang mempengaruhi kualitas
biodiesel dan metode analisisnya:
1. Total Glycerin & Free Glycerin
Selain memproduksi Biodiesel, reaksi transesterifikasi minyak tumbuhan
dengan methanol juga menghasilkan produk sampingan, yaitu gliserin. Gliserin ini
dapat digunakan sebagai bahan baku produk-produk lainnya, seperti sabun. Tetapi jika
gliserin masih terdapat dalam biodiesel karena pemisahan yang tidak sempurna, akan
mengakibatkan penurunan kualitas pada biodiesel.
Pada suhu tinggi, gliserin dapat membentuk polimer yang berbentuk seperti
gumpalan. Dan ketika hal tersebut terjadi pada mesin, maka akan terjadi
penyumbatan pada fuel injector oleh gumpalan tersebut. Adanya gliserin juga
menyebabkan terjadinya ketidak-stabilan biodiesel pada temperature yang rendah.
Penentuan kadar gliserin pada biodiesel dapat ditentukan dengan menggunakan metode
analisis Gas Chromatography (GC), tetapi karena gliserin itu sendiri adalah bahan yang
kurang volatile, maka perlu penambahan agen seperti MSTFA untuk menaikkan
volatilitas dari gliserin supaya dapat dianalisis.
8
2. Carbon Residue
Carbon residue adalah jumlah karbon hasil pembakaran dari biodiesel yang
merupakan residu berwarna hitam. Residu karbon terbentuk dari pembakaran tidak
sempurna pada biodiesel oleh oksigen, jika semakin banyak karbon yang tersisa, maka
asap kendaraan akan semakin menghitam dan menggangu lingkungan.
Carbon residue dapat ditentukan dengan cara menghitung jumlah residu karbon
yang dihasilkan akibat pembakaran sejumlah biodiesel sampel (Stoikiometri).
3. Water and Sediment Content
Adanya air dalam biodiesel menyebabkan terciptanya keadaan yang sesuai
untuk mikroba tumbuh didalam biodiesel. Ketika hal ini semakin lama terjadi, maka
mesin bisa terkorosi akibat dari hasil metabolisme mikroba tersebut, yang nantinya
akan membuat mesin cepat rusak. Adanya sedimen dapat menyebabkan terjadinya
penyumbatan pada mesin dan mengganggu pergerakan piston.
4. Calcium & Magnesium Content
Adanya kalsium atau magnesium dalam biodiesel dapat mengakibatkan
terjadinya pembentukkan lapisan soap pada mesin, hal ini terjadi karena kalsium
dapat teremulsi dalam biodiesel ketika terlalu lama terjadi kontak. Adanya soap ini
akan menyebabkan terjadinya penyumbatan pada fuel injector. Kandungan magnesium
dan kalsium dalam biodiesel dapat dideteksi dengan menggunakan teknik spektroskopi
ICP-OES (Inductive Coupling Plasma-Optical Emission Spectroscopy)
5. Flash Point (Titik Nyala)
Flash Point adalah temperature dimana suatu zat cair mulai menguap dan
membentuk gas yang dapat terbakar diudara. Dengan kata lain, Flash Point adalah
ukuran seberapa mudah biodiesel terbakar pada suhu mesin. Semakin tinggi flash point
sebuah biodiesel, maka biodiesel tersebut akan semakin susah terbakar. Biodiesel
memiliki Flash Point sebesar 130oC, dimana petrodiesel berkisar sekitar 90oC. Hal
tersebut membuktikan bahwa biodiesel membutuhkan suhu yang lebih tinggi untuk
terbakar, padahal suhu pada mesin sendiri hanya berkisar 80-90oC, hal ini
menyebabkan mesin harus dimodifikasi ketika memakai biodiesel pada keadaan murni.
Flash point dapat ditentukan dengan GC, ataupun dengan eksperimen.
6. Kinematic Viscosity
Biodiesel harus memiliki viskositas yang sesuai, tidak boleh terlalu besar dan
tidak boleh terlalu kecil. Karena ketika viskositas biodiesel terlalu kecil, maka efek
pelumasan mesin akan berkurang, yang nantinya akan meningkatkan frekuensi
terjadinya gesekan pada mesin dan membuat mesin tidak efisien dan cepat rusak.
Viskositas biodiesel juga tidak boleh terlalu besar juga, karena akan menyebabkan
terjadinya penyumbatan pada fuel injector akibat terlalu kental.
7. Copper Strip Corrosion
Copper Strip Corrosion adalah ukuran korosivitas dari biodiesel, diukur dengan
cara menghitung laju korosi biodiesel pada lempengan plat tembaga yang ditentukan
ukurannya, korosivitas dari biodiesel tinggi ketika jumlah sulfur pada biodiesel
melampaui batas (walaupun jarang terjadi).
8. Cetane Number
Bilangan setana adalah bilangan yang menunjukan respons dari biodiesel ketika
dilakukan pembakaran oleh mesin. Respons nya adalah jumlah waktu yang diperlukan
untuk biodiesel terbakar setelah dilakukan pembakaran kompresi oleh mesin kendaraan
(delay time). Semakin besar bilangan setana dari suatu biodiesel, maka biodiesel
tersebut akan mempunyai delay time yang rendah, sehingga biodiesel dapat langsung
terbakar ketika dilakukan pembakaran oleh mesin. Bilangan setana yang rendah
menggambarkan rendahnya kualitas suatu biodiesel, karena biodiesel tidak langsung
terbakar ketika mesin melakukan pembakaran, pembakarannya tidak bersifat kontinyu
(putus-putus), sehingga akan menyebabkan terjadinya knocking atau timbulnya
suara seperti ketukan pada mesin.
Bilangan setana ditentukan dengan struktur kimiawi dari rantai biodiesel,
semakin banyak rantai lurus pada biodiesel, maka bilangan setana-nya akan semakin
tinggi, hal yang sebaliknya jika biodiesel banyak cabangnya.
Bilangan setana pada suatu biodiesel dapat dicari melalui metode FTIR
Spectroscopy untuk mengetahui struktur kimiawi dari biodiesel, bisa juga dengan
metode GC, dengan cara mengkorelasikan informasi seperti API Gravity, titik didih,
dll, yang akhirnya dapat digunakan untuk mencari nilai bilangan setana-nya.
10
9. Phosporus Content
Untuk mengurangi kadar emisi dari biodiesel, diperlukan katalis yang akan
ditambahkan kedalam biodiesel tersebut. Keberadaan fosfor pada biodiesel
menyebabkan terjadinya deaktivasi katalis tersebut, sehingga kadar emisi dari biodiesel
tidak dapat dikontrol. Kandungan fosfor pada biodiesel dapat ditentukan dengan
metode ICP-OES
10. Keuntungan dan kerugian Biodiesel
Biodiesel memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan petrodiesel,
diantaranya:
Biodiesel dapat dengan mudah dicampur dengan diesel konvensional dan saat ini
digunakan di sebagian besar jenis kendaraan, bahkan dalam bentuk biodiesel B100
murni.
Biodiesel dapat membantu mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil serta
meningkatkan keamanan dan kemandirian energy.
Biodiesel dapat diproduksi secara massal di banyak negara, seperti USA yang
memiliki kapasitas untuk memproduksi lebih dari 50 juta galon biodiesel per tahun.
Emisi yang dilepaskan saat produksi dan penggunaan biodiesel lebih sedikit
dibandingkan dengan diesel konvensional, yaitu sekitar 78% lebih sedikit
dibandingkan dengan diesel konvensional.
Biodiesel memiliki sifat pelumas yang sangat baik, secara signifikan lebih baik
daripada bahan bakar diesel konvensional, sehingga dapat memperpanjang masa
pakai mesin.
11
Saat ini sebagian besar biodiesel diproduksi dari jagung yang dapat menyebabkan
kekurangan pangan dan meningkatnya harga pangan. Hal ini juga dapat memicu
meningkatnya kelaparan di dunia.
Biodiesel 20 kali lebih rentan terhadap kontaminasi air dibandingkan dengan diesel
konvensional. Hal ini bisa menyebabkan terjadinya korosi, rusaknya filter, pitting
di piston, dll.
Biodiesel murni memiliki masalah yang cukup signifikan terhadap suhu rendah.
Kandungan energi yang dimiliki biodiesel jauh lebih sedikit dibandingkan dengan
diesel konvensional, sekitar 11% lebih sedikit dibandingkan dengan bahan bakar
diesel konvensional.
Meskipun biodiesel memancarkan emisi karbon yang secara signifikan lebih aman
dibandingkan dengan diesel konvensional, namun tetap masih berkontribusi
terhadap pemanasan global dan perubahan iklim.
12
High Performance Liquid Chromatography (HPLC) adalah tipe elusi yang paling
banyak dan secara luas digunakan. Teknik yang digunakan untuk memisahkan dan
menentukan bayak jenis dari bahan baik organik, inorganik, dan biologis. Dalam
kromatografi cair, fase yang bergerak adalah cairan dari pelarut yang mengandung sampel
sebagai campuran zat terlarut. Tipe dari HPLC sering diklasifikasikan dengan mekanisme
separasinya (pemisahan) atau dari tipe fase stasioner dari HPLC tersebut. Diantaranya
berikut ini yang termasuk dari 6 isu yang dapat dijelaskan oleh Mega dan Budi mengenai
isu tentang HPLC adalah:
13
14
tertahan.Molekul yang tidak berikatan melewati kolom dengan fase gerak. Setelah
molekul yang tidak diinginkan dibuang, analit yang tertahan dapat dielusikan dengan
mengganti kondisi fase gerak.
Affinity chromatography mempunyai keunggulan yang besar pada spesifisitas
yang luar biasa. Kegunaan utama adalah isolasi yang cepat dari biomolekul saat
pekerjaan preparatif.
6. Chiral chromatography
Chiral hromatography merupakan kemajuan luar biasa yang telah dibuat dalam
beberapa
tahun
terakhir
dalam
memisahkan
senyawa
yang
merupakan
16
migrasi
Gas
komponen-komponen
kromatografi
biasa
digunakan untuk mengidentifikasi suatu senyawa yang terdapat pada campuran gas dan
juga menentukan konsentrasi suatu senyawa dalam fase gas.
Spektroskopi massa adalah suatu metode untuk mendapatkan berat molekul dengan
cara mencari perbandingan massa terhadap muatan dari ion yang muatannya diketahui
dengan mengukur jari-jari orbit melingkarnya dalam medan magnetik seragam.
Penggunaan kromatografi gas dapat dipadukan dengan spektroskopi massa. Paduan
keduanya dapat menghasilkan data yang lebih akurat dalam pengidentifikasian senyawa
yang dilengakapi dengan struktur molekulnya.
Diantaranya berikut ini yang termasuk dari 6 isu yang dapat dijelaskan oleh Mega
dan Budi mengenai isu tentang GCMS adalah:
1. Instrumentasi Gas Kromatografi
a. Carrier Gas Supply
Gas pembawa (carrier gas) pada kromatografi gas sangatlah penting. Gas
yang dapat digunakan pada dasarnya haruslah inert, kering, dan bebas oksigen.
Kondisi seperti ini dibutuhkan karena gas pembawa ini dapat saja bereaksi dan
dapat mempengaruhi gas yang akan dipelajari atau diidentifikasi.
b. Injeksi Sampel
17
19
instrumen GC/MS adalah tak lain hasil dari masing-masing spektra. Untuk spektra GC,
informasi terpenting yang didapat adalah waktu retensi untuk tiap-tiap senyawa dalam
sampel. Sedangkan untuk spektra MS, bisa diperoleh informasi mengenai massa
molekul relatif dari senyawa sampel tersbut.
20
Volume Ethanol
Volume n-Propanol
0.1
1.9
3.75
0.2
1.8
7.5
0.3
1.7
11.25
0.4
1.6
15
0.5
1.5
18.75
%V (x)
H (y)
5%
3.75
10%
7.5
15%
11.25
20%
15
25%
18.75
21
Dari tabel di atas dapat dibuat suatu tabel least square sebagai berikut:
No.
x2
y2
Xy
0.05
3.75
0.0025
14.0625
0.1875
0.1
7.5
0.01
56.25
0.75
0.15
11.25
0.0225
126.5625
1.6875
0.2
15
0.04
225
0.25
18.75
0.0625
351.5625
4.6875
0.75
56.25
0.1375
773.4375 10.3125
y = 0,75x
16
14
12
10
8
6
4
2
0
0
10
15
20
25
30
Gradient (m)
=
=
(xi yi ) xi yi
xi 2 (xi )2
Konstanta (c)
=
xi 2 yi xi (xi yi )
xi 2 (xi )2
22
Jadi, komposisi ethanol dalam sampel adalah 16,67% volume. Karena volume
sampel adalah 5 L, maka terdapat 16,67%.5 L = 0,833 5 L ethanol.
b. Resolusi Kolom (Rs) [tanpa satuan]
Dari data diketahui larutan standar ethanol dan n-propanol masing-masing
menunjukkan puncak pada 2,4 dan 7,2 menit-(trA dan trB); lebar dasar puncaknya berturutturut adalah 1,45 menit dan 3,65 menit-(WA dan WB). Maka, resolusi kolom dapat
ditentukan menggunakan persamaan
23
Rs
2t r
2.t rB t rA
WB W A
WB W A
= 2.4 menit
(tr)ethanol
= 7.2 menit
Wn-propanol
= 1.45 menit
Wn-propanol
= 3.65 menit
Dari data-data di atas, besaran nilai jumlah piringan rata-rata (N) dapat dicari
dengan beberapa tahap berikut ini:
( )
(=) = 16
(2,4)2
(1,45)2
(=) = 43,833 ~ 44
( )
= 16
(7,2)2
(3,65)2
= 62,258 ~ 62
24
+
2
44 + 62
=
2
= 53
30
=
53
=
= 0.566
Jadi, didapatkan nilai tinggi piringan yaitu sebesar 0,566 m.
Setelah itu, besarnya panjang kolom jika resolusi kolom 1,5 dapat dicari sebagai
berikut:
=
0.566 =
33,73
= 19,091
26
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Kromatografi merupakan salah satu metode pemisahan komponen-komponen campuran di
mana cuplikan berkesetimbangan di antara dua fasa, fasa gerak yang membawa cuplikan dan fasa
diam yang menahan cuplikan secara selektif. Kadar alcohol dalam darah dapat di analisa melalui
metode analisis kromatografi gas.
Pada kromatograf, jumlah peak (puncak) menunjukkan jumlah komponen yang terdapat
dalam cuplikan, sedang luas peak menunjukkan konsentrasi komponen. Terdapat beberapa
parameter yang digunakan dalam menganalisis suatu campuran melalui metode kromatografi,
diantaranya yaitu waktu retensi. Waktu retensi yaitu lamanya cuplikan berada pada kolom
kromatografi hingga cuplikan tersebut terelusi dan terdeteksi oleh detektor dan dicatat oleh
kromatograf dalam bentuk suatu puncak. Berikutnya yaitu resolusi kolom, yaitug ukuran
kuantitatif dari kolom yang menunjukkan kemampuan kolom tersebut untuk memisahkan dua zat
terlarut.
Analisis dalam kromatografi gas dapat bersifat analisis kualitatif maupun kuantitatif.
Analisis kualitatif berupa pengidentifikasian senyawa yang terkandung dalam suatu campuran
dengan menggunakan perbandingan waktu retensi antara analit standar dengan sampel. Sedangkan
analisis kuantitatif dapat diaplikasikan untuk mengetahui nilai-nilai yang berhubungan dengan
kromatogram. Nilai-nilai yang dapat diketahui adalah resolusi kolom, konsentrasi sampel (dengan
metode kurva kalibrasi), efisiensi, dan lain-lain.
Penggunaan Gas kromatografi dapat dipadukan dengan spektroskopi massa guna
memperoleh data yang lebih akurat dalam mengidentifikasi senyawa gas. Banyaknya variasi hasil
mendukung pengolahan data sehingga pengidentifikasian berlangsung lebih mudah dan baik.
27
DAFTAR PUSTAKA
Christian, Gary D., J.E. OReilly. 1986. Instrumental Analysis. Allynan Bacon Inc: USA.
Day, R.A. dan Underwood,A.L. 1986. Analisis Kimia Kuantitatif (terjemahan). Edisi kelima.
Jakarta: Erlangga.
Hendayana, Sumar.1995. Kimia Analitik Instrumen. Semarang: IKIP Semarang Press.
Skoog, D.A., et.al., Fundamentals of Analytical Chemistry Sixth Edition. Saunders College
Publishing:London.
Anonim. Kromatografi. http://file.upi.edu/Direktori/D%20-%20FPC.pdf (di akses pada 2
Desember 2013)
Anonim. Kromatografi. http://id.wikipedia.org/wiki/Kromatografi (di akses pada 2 Desember
2013)
Anonim.
Kromatografi.
http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia_dasar/pemurnian-
28