Anda di halaman 1dari 14

Bab I

Keutamaan dan Kekuatan Karakter


A. Pendahuluan
Pembentukan karakter merupakan kunci dari kemajuan dan pembangunan bangsa.
Menurut Ki Hajar Dewantara, manusia yang merdeka adalah manusia yang memiliki karakter
yang kuat. Dalam psikologi , diri sendiri dan kekuatan serta keutamaan karakter merupakan
sumber dari kebahagiaan otentik. Oleh sebab itu, pendidikan karakter merupakan salah satu
usaha untuk dapat mencapai suatu kebahagiaan.
B. Kepribadian dan Karakter
Menurut Allport , kepribadian manusia merupakan hal yang tidak acak , setiap
unsurnya tidak bekerja secara sendiri sendiri, dan dinamis. Kepribadian manusia
diperlihatkan melalui perilaku yang melibatkan aspek psikis dan juga aspek fisik yang dapat
dipengaruhi oleh faktor internal diri manusia atau pun faktor eksternal nya ( lingkungan ).
Allport juga berpendapat bahwa kepribadian merupakan gabungan dari sifat sifat mayor
dan minor yang keduanya dapat berdiri sendiri dan dikenali. Sifat kepribadian adalah sebuah
mekanisme perpaduan antara faktor faktor biologis , psikologis , dan sosial yang
membimbing suatu individu kepada kegiatan yang bersifat spesifik dalam suatu keadaan yang
spesifik. Allport mengatakan bahwa seorang ahli psikologi hanya dapat memahami diri
orang lain apabila ia telah mengetahui seluruh sejarah kehidupan orang tersebut. Jika ingin
memahami kepribadian seseorang , perlu diketahui sejarah hidup , latar belakang budaya ,
ambisi , cita cita , karakter , motif , dan sifatnya , dimana segala hal tersebut saling berkaitan
satu sama lain untuk membentuk kepribadian orang tersebut. Selain mengenai kepribadian ,
Allport juga berpendapat mengenai karakter. Allport mengartikan karakter sebagai evaluasi
dari kepribadian. Karakter yang kuat dapat dibentuk melalui beberapa proses pemelajaran ,
pelatihan , dan peneladanan. Proses pembentukan karakter merupakan inti dari sebuah
pendidikan.
C. Kekuatan dan Keutamaan Karakter
Keutamaan karakter seseorang dapat diidentifikasi melalui pengenalan terhadap ciri
ciri keutamaan yang terlihat dalam perilaku khusus dan respon secara umum dari orang
tersebut. Apabila seseorang memiliki keutamaan keutamaan yang merupakan sebuah
keunggulan maka dapat dikatakan orang tersebut memiliki karakter yang kuat. Teknik
inventori , skala sikap , wawancara mendalam , diskusi kelompok terarah ( focus group
discussion ) , dan simulasi dapat digunakan untuk melakukan penggalian , pengenalan , dan
pengukuran terhadap keutamaan karakter.
D. Membedakan Keutamaan , Kekuatan Karakter , dan Tema Situasional
Tiga level konseptual dari karakter yang dikemukakan oleh Peterson dan Seligman
adalah keutamaan , kekuatan , dan tema situasional dari karakter. Hubungan antara ketiga
konsep tersebut bersifat hierarkis dimana keutamaan berada di level atas , kekuatan di level
tengah , dan tema situasional di level bawah. Keutamaan karakter adalah karakteristik utama
dari karakter ( Peterson & Selignman , 2004 ). Sedangkan kekuatan karakter merupakan
unsur psikologis atau proses yang dapat mendefinisikan keutamaan karakter. Kekuatan

karakter dapat dijadikan suatu indikator untuk mengenali keutamaan pada diri seseorang.
Tema situasional merupakan kebiasaan khusus yang membimbing seseorang untuk
mewujudkan kekuatan karakter dalam situasi tertentu.Semakin sering dan banyak tema
situasional ditunjukkan maka kekuatan karakter akan semakin terbentuk.
E. Kriteria Karakter yang Kuat
Peterson dan Seligman ( 2004 ) mengungkapkan kriteria dari karakter yang kuat, yaitu
1.
Karakter yang dapat memberikan kontribusi terhadap pembentukan kehidupan yang
baik untuk diri sendiri dan orang lain melalui ciri ciri yang dikandungnya.
2.
Ciri ciri yang dikandungnya dapat bernilai sesuatu yang baik secara moral baik bagi
diri sendiri atau orang lain , walaupun tidak ada keuntungan yang didapatkan.
3.
Penampilan dari ciri ciri tersebut tidak mengganggu orang orang di sekitarnya
4.
Kekuatan karakter ditunjukkan dalam tingkah laku individu dan dapat dikenali ,
dievaluasi , serta diperbandingkan derajat kuat lemahnya.
5.
Karakter yang kuat dapat dibedakan melalui ciri ciri yang berlawanan dengannya.
6.
Model atau kerangka pikiran yang ideal merupakan wadah dari kekuatan karakter.
7.
Kekuatan karakter dapat dibedakan dari berbagai sifat positif yang saling terkait.
8. Kekuatan karakter dapat menjadi ciri yang mengagumkan dalam konteks dan ruang
lingkup tertentu.
9.
Banyak ciri ciri karakter yang kuat terlihat pada seseorang walaupun tidak semua
ciri karakter yang kuat terlihat pada setiap orang.
10. Kekuatan karakter memiliki akar psiko sosial.
F. Keutamaan dan Kekuatan Karakter yang Membentuknya
Terdapat 24 kekuatan karakter yang tergabung dalam 6 kategori keutamaan
Kebijaksanaan dan Pengetahuan
Keutamaan ini berkaitan dengan fungsi kognitif yaitu mengenai bagaimana
mendapatkan dan menggunakan pengetahuan. Terdapat lima kekuatan karakter dalam
kekuatan ini yaitu (1) kreativitas , orisinalitas dan kecerdasan praktis , (2) minat dan rasa
ingin tahu terhadap dunia , (3) mencintai kegiatan belajar , (4) pikiran kritis dan terbuka , (5)
perspektif atau memiliki pandangan yang luas mengenai kehidupan.
Kemanusiaan dan Cinta
Keutamaan ini berkaitan dengan kemampuan interpersonal dan bagaimana menjalin
hubungan dengan orang lain.Keutamaan ini mencakup kekuatan (1) kebaikan hati , (2) selalu
membantu orang lain , mencintai , dan dicintai , (3) memiliki kecerdasan sosial dan
kecerdasan emosional.
Kesatriaan ( Courage )
Keutamaan ini melibatkan kemauan yang kuat untuk mencapai suatu tujuan
walaupun terdapat banyak rintangan dan halangan. Kutamaan ini memiliki empat kekuatan
yaitu (1) keberanian menyatakan kebenaran atau kesalahan , (2) ketabahan atau kegigihan ,
(3) integritas dan kejujuran , (4) bersemangat, vitalitas , dan antusias.
Keadilan
Kutamaan ini merupakan dasar kehidupan yang sehat dalam suatu masyrakat.
Terdapat tiga kekuatan dalam keutamaan ini yaitu (1) kewarganegaraan atau mampu
mengemban tugas, dedikasi , dan kesetiaan untuk mencapai keberhasilan bersama , (2)
Memperlakukan orang lain secara setara atau tidak membeda-bedakan , dan (3)
kepemimpinan.
Pengelolaan Diri

Keutamaan ini memiliki tujuan untuk melindungi diri dari berbagai akibat buruk
yang mungkin terjadi akibat perbuatan diri sendiri. Keutamaan ini melindungi dari
kemungkinan hidup berlebihan atau berkekurangan , dan menjaga seseorang berada di situasi
yang tepat. Keutamaan ini mencakup empat kekuatan yaitu (1) pengampun dan pemaaf , (2)
pengendalian diri , (3) kerendahan hati , dan (4) prudence ( kehati hatian ).
Transedensi
Keutamaan ini menggabungkan kehidupan manusia dengan alam semesta dan
memberi suatu makna pada kehidupan. Keutamaan ini mencakup lima kekuatan yaitu (1)
apresiasi terhadap keindahan dan kesempurnaan , (2) bersyukur atas segala sesuatu yang
baik , (3) penuh harap , optimis , dan memiliki orientasi ke masa depan , (4) spiritualitas
( religius , memiliki tujuan hidup) , (5) menikmati hidup dan memiliki selera humor yang
memadai.
G. Karakter dan Spiritualitas
Spiritualitas bermakna sesuatu yang sangat religius yang berhubungan dengan roh
( spirit ) dan hal hal sakral seperti tuhan atau mahluk gaib dan bagaiman sikap kita terhadap
hal hal yang gaib dan sakral tersebut. Pendapat lain menyatakan spiritualitas adalah
pengalaman yang terjadi dalam kehidupan manusia. Dengan menghayati kehidupan sehari
hari , seseorang akan merasakan suatu pengalaman spiritual. Spiritualitas dapat dijadikan
sebagai dasar kekuatan dan keutamaan karakter manusia. Kekuatan yang terkandung dalam
keutamaan transedensi yang terkait dengan spiritualitas merpakan kekuatan yang dapat
menghubungkan kehidupan manusia dengan alam semesta dan memberikan suatu makna
terhadap kehidupan. Daya spiritualitas juga menjadi suatu kekuatan untuk bertahan dan setia
untuk mencapai suatu tujuan.
H. Keutamaan Karakter dan Kebahagiaan
Pencapaian kebahagiaan memiliki hubungan yang erat dengan pembentukan
karakter. Orang yang berbahagia , mandiri , dan berdampak positif terhadap masyarakatnya
adalah orang yang memiliki karakter yang kuat. Menurut Seligman ( 2004 ), kebahagiaan
hanya dapat dicapai apabila kita dapat memandang hidup sebagai suatu hal yang berharga
dan bermakna , mengenali dan menemukan kekuatan diri sendiri , dan memanfaatkan
kekuatan yang kita miliki untuk kepentingan yang lebih besar. Ketiga hal tersebut dapat
dijadikan dasar dalam pendidikan.
Perpaduan antara ketiga kebahagiaan tersebut dan keutamaan karakter merupakan
bahan dari suatu pendidikan karakter. Apabila dikatakan bahwa pembentukan karakter
merupakan inti dari sebuah pendidikan maka harus ditanamkan pula bahwa setiap
pendidikan adalah suatu pembentukan karakter.

Bab II
Dasar Dasar Filsafat
A.Pendahuluan

Filsafat dan ilmu pengetahuan memiliki suatu hubungan. Hubungan tersebut dapat
dilihat melalui berbagai literature filsafat ilmu yang berhubungan dengan dengan asumsi,
fondasi, metode, serta implikasi dari ilmu pengetahuan. Filsafat merupakan suatu hal yang
mengandalkan pikiran. Berfilsafat akan melibatkan diri secara keseluruhan untuk terlibat
dalam mencari sebuah kebenaran. Hal tersebut dikarenakan filsafat juga memiliki arti
sebagai cinta kebenaran.
B.Pengertian Filsafat
Kata filosof atau filsuf merupakan kata yang berasal dari kata philosphos yang
memiliki arti pecinta kebijaksanaan. Selanjutnya beberapa penulis Yunani menggunakan
kata kata filsuf dalam berbagai tulisan mereka yang memiliki arti orang yang mencurahkan
diri serta hidupnya untuk mencari kebijaksanaan atau untuk melakukan sebuah
pembelajaran.Apa yang dilakukan oleh seorang filsuf disebut dengan filsafat. Filsafat
merupakan usaha manusia untuk memahami segala perwujudan dari kenyataan yang
dilakukan secara kritis, radikal, dan sistematis. Filsafat merupakan sebuah proses yang
berlangsung secara terus menerus. Dalam berfilsafat seseorang harus memiliki sifat kritis
yaitu memilah milah objek yang dikaji dan memberikan penilaian terhadap objek tersebut.
Berfilsafat juga dilakukan secara radikal yang berarti memahami sesuatu secara mendalam
hingga ke akar akarnya. Terakhir, berfilsafat harus dilakukan secara sistematis yang berarti
berfilsafat dilakukan secara bertahap, mengikuti aturan aturan yang ada, dan menggunakan
langkah langkah berpikir yang tepat.
C.Cabang dan Aliran Filsafat
Secara sistematis, filsafat dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu:
1. Ontologi, secara umum berarti studi filosofis tetang hakikat , eksistensi, serta kategori
dasar keberadaan dan hubungan mereka. Ontologi secara umum dibagi menjadi dua, yaitu
ontologi secara khusus dan metafisika yang berkaitan dengan objek-objek yang tidak bisa
dijangkau secara indera.
2. Epistemologi, mempelajari teori mengenai sumber, hakat, dan batas pengetahuan.
Terdapat empat cabang yakni epistemologi arti sempit, filsafat ilmu, metodologi, dan logika.
3. Aksiologi, merupakan cabang dari filsafat yang mencoba menjawab Apa yang dilakukan
manusia dan apa yang seharusnya dilakukan manusia?. Aksiologi terbagi menjadi etika dan
estetika. Etika mengkaji nilai yang berkaitan dengan kebaikan dan estetika berkaitan dengan
masalah keindahan.
Berbagai aliran mulai bermunculan seiring dengan perkembangan filsafat,. Aliran
aliran tersebut adalah
1. Rasionalisme : segala pengalaman bersumber dari akal yang mampu mendapatkan
pengetahuan secara jernih dan lugas mengenai realitas
2. Empirisme : menekankan pengalaman sebagai sumber pengetahuan
3. Kritisisme : kritik kepada rasionalisme dan empirisme
4. Idealisme : pengetahuan merupakan suatu proses mental atau psikologis yang bernilai
subjektif
5. Vitalisme : memandang hidup tidak dapat sepenuhnya dijelaskan secara mekanik
6. Fenomenologi : mengkaji penampakan dan memandang gejala dan kesadaran selalu
saling terkait
D.Alternatif Langkah Belajar Filsafat

Para filsuf berusaha untuk memperoleh makna-makna istilah dengan cara melakukan
analisis terhadap istilah berdasarkan pengenalan objeknya dalam realitas.Setelah melakukan
analisis, filsuf akan berusaha untuk menggabungkan hasil-hasil penyelidikannya melalui
aktivitas yang disebut dengan sintesis . Kedua hal tersebut disebut dengan metode
analisissintesis. Tujuannya dari metode tersebut adalah untuk memperoleh makna baru yang
terkandung dalam istilah-istilah yang bersangkutan dan menguji istilah-istilah tersebut
melalui penggunaannya atau pengamatan terhadap contohnya.
Menurut Kattsof, langkah-langkah umum dalam analisis dan sintesis adalah
1. Memastikan adanya masalah yang diragukan kesempurnaan atau kelengkapannya,
2. mengikuti dua langkah yaitu menguji prinsip kesahihan dan menentukan sesuatu yang
tak dapat diragukan kebenarannya
3. Meragukan dan menguji secara rasional segala hal yang berkaitan dengan kebenaran
4. Mengenali apa yang dikatakan oleh orang lain mengenai masalah yang bersangkutan
dan menguji penyelesaian mereka
5. Menyarankan hipotesis yang memberikan jawaban atas masalah
6. Menguji konsekuensi dengan melakukan verifikasi terhadap hasil penjabaran yang
telah dilakukan
7. Menarik kesimpulan mengenai masalah yang mengawali penyelidikan.

Bab III
Dasar Dasar Logika
A.Apa Logika itu?
Logika merupakan suatu hal yang ditempatkan sebagai dasar berpikir dalam
memperoleh, mencermati dan meguji pengetahuan. Logika adalah alat yang dibutuhkan untuk
mengkaji berbagai jenis ilmu pengetahuan dan kehidupan sehari hari. Logika dapat

membuat manusia menjadi paham mengenai seluk beluk dan dinamika yang terdapat di
dalam beserta dengan isinya.
B.Kategori
Kategori adalah hal yang sangat sederhana namun dapat berkembang menjadi suatu
hal yang lebih komplek. Kant berpendapat bahwa, fungsi berpikir manusia dikategorikan
menjadi empat kelompok besar, yaitu kuantitas (quantity) , kualitas (quality), relasi
(relation) dan modalitas (modality).
Kuantitas mencakup tiga kategori, yaitu universal , partikular, dan singular. Suatu
pernyataan dapat masuk ke dalam kategori universal apabila ekstension term subjek
mencakup keseluruhan individu yang diwakili oleh term tersebut. Kategori particular
terjadi apabila ekstension term subjek hanya mencakup sebagian individu yang diwakili
oleh term tersebut, sedangkan kategori singular terjadi apabila jika term subjek memiliki
ekstension yang hanya mencakup satu saja. Kualitas mencakup tiga kategori, yaitu afirmatif,
negatif dan infinit. Sebuah pernyataan dapat masuk ke dalam kualitas afirmatif apabila
pernyataan tersebut mengafirmasi suatu hal. Kualitas negatif terjadi apabila pernyataan
menegasi atau menidakkan suatu hal. Kualitasi infinit terjadi apabila pernyataan tersebut
mengungkapkan sesuatu yang tak terbatas.
Relasi mencakup tiga kategori, yaitu kategorikal, hipotetikal dan disjunktif. Suatu
pernyataan dapat dikatakan kategori kategorikal apabila benar atau salahnya pernyataan
tersebut dapat langsung ditentukan tanpa tergantung pada kondisi dan situasi tertentu.
Kategori hipotetikal terjadi apabila benar atau salahnya suatu pernyataan tergantung pada
kondisi atau situasi tertentu. Kategori disjunktif ditentukan berdasarkan hubungan oposisi
logis yang saling meniadakan antara satu dan lainnya. Modalitas mencakup tiga kategori,
yaitu problematik (problematical), asertorik (assertorical) dan apodeiktik (apodeictical).
Sebuah pernyataan dapat dikategorikan problematik apabila pernyataan yang diungkapkan
masih berupa kemungkinan. Sebuah pernyataan diaktegorikan asertorik apabila pernyataan
nyata dan sudah terjadi. Sebuah pernyataan dikategorikan apodeiktik apabila pernyataan
merupakan sesuatu yang pasti terjadi.
C.Term,Definisi,dan Divisi
Term adalah suatu tanda yang digunakan untuk menyatakan suatu ide yang dapat
diinderai (sensible) sesuai dengan pakat (conventional). Suatu term dapat memiliki berbagai
macam arti. Terdapat tiga jenis makna term dan penggabungannya dalam kalimat, yaitu
makna denotative yang merujuk kepada suatu arti yang terdapat dalam kamus, makna kesan
(sense) yang menunjukkan makna term berdasarkan penggabungan dengan kata lain, dan
makna emotif yang didasarkan pada perasaan.
Sebuah definisi diperlukan untuk menyamakan pengertian dan menghindari
kesalahan penafsiran terhadap term. Terdapat dua jenis definisi, yaitu definisi nominal
(definisi sinonim) dan definisi real (definisi analitik). Definisi nominal adalag suatu definisi
yang menerangkan makna kata seperti yang terdapat di dalam kamus. Definisi real dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu definisi esensial dan definisi deskriptif. Definisi esensial
menerangkan inti dari suatu hal dengan menyebutkan genus ( kelas dari hal yang dijelaskan)
dan diferentianya ( ciri khas pada hal yang didefinisikan). Definisi
deskriptif
mengemukakan segi-segi yang positif namun belum tentu esensial mengenai suatu hal.
Terdapat empat jenis definisi deskriptif , yaitu definisi distingtif yang menunjukkan ciri,

definisi kausal yang menunujukkan penyebab atau akibat, definisi genetik yang
menunjukkan asal muasal, dan definisi aksidental yang tidak mengandung hal esensial.
term juga dapat diuraikan dengan kriteria tertentu menjadi suatu bagian-bagian yang disebut
dengan divisi. Divisi merupakan uraian dari suatu keseluruhan ke dalam bagian-bagian.
Divisi dilakukan berdasarkan satu kesamaan karakteristik tertentu. Divisi dapat dibagi
menjadi dua yaitu divisi real (atau aktual) dan divisi logis.
D.Kalimat,Pernyataan, dan Proposisi
Terdapat tiga hal yang dapat menjadi konsekuensi dari definisi kalimat, pernyataan
dan proposisi. Pertama adalah kalimat yang tidak bermakna tidak mengungkapkan proposisi
apa pun. Kedua adalah pernyataan yang berbeda dapat mengungkapkan proposisi yang sama.
Ketiga adalah kalimat yang sama dapat mengungkapkan proposisi yang berbeda.Terdapat dua
jenis pernyataan berdasarkan proposisi yang terdapat di dalam pernyataan yaitu, pernyataan
sederhana yang hanya memiliki satu proposisi dan pernyataan kompleks yang memiliki lebih
dari satu proposisi. Proposisi yang terdapat di dalam suatu pernyataan juga disebut sebagai
komponen logika. Komponen logika merupakan komponen yang turut menentukan benar
atau salahnya suatu pernyataan.
Berdasarkan hubungan yang terdapat di antara proposisi-proposisi yang terdapat
dalam pernyataan kompleks, ada empat jenis pernyataan kompleks, yaitu:
1) Negasi (bukan P) , pengingkaran atas pernyataan yang ada .
2) Konjungsi (P dan Q) , komponen logikanya dihubungkan dengan kata dan.
3) Disjungsi (P atau Q), komponen logikanya dihubungkan dengan kata atau
4) Kondisional (Jika P maka Q), kmponen logikanya dihubungkan dengan jika,
maka .
Terdapat pengetahuan tertentu yang dapat langsung disimpulkan dari suatu pernyataan
yang disebut dengan hubungan langsung. Ada beberapa jenis hubungan seperti itu yang
masing-masing diterapkan berikut ini. Pernyataan kategorikal adalah pernyataan yang
terdiri dari subjek dan predikat yang membenarkan atau menidakkan bahwa individu adalah
anggota suatu kelompok. Terdapat empat jenis pernyataan kategorikal yaitu A (semua S
adalah P)(Universal-afirmatif), E (tidak ada S yang P) (Universal-negatif), I (beberapa S
adalah P)(Partikular-afirmatif), dan O (beberapa S bukan P)(Partikular-negatif).
Dua pernyataan disebut inkonsisten jika, dan hanya jika keduanya tidak mungkin
benar pada saat yang bersamaan. Berikut ini contohnya,
Pernyataan
Ada anyelir

Konsisten
Ada anggrek.

Inkonsisten
Tidak ada anyelir.

Dia harus belajar.


Dia harus belajar logik.
Dia X dan Y.
Dia X.
Jika A maka B.
Jika B maka A.
Tiga jenis hubungan antar-pernyataan adalah implikasi,

Dia tidak boleh belajar.


Dia bukan Y.
A dan bukan-B.
ekuivalensi dan independensi

logis. Ketiga jenis hubungan ini merupakan hubungan yang sering muncul dalam keseharian
dan sering dipertukarkan pengertiannya.
E.Penalaran
Pemikiran merupakan penarikan kesimpulan berdasarkan alasan alasan yang
bersifat relevan yang berlangsung dalam pikiran. Penalaran didasari oleh proses
penyimpulan. Penyimpulan dapat terbagi menjadi dua , yaitu penyimpulan langsung dan
penyimpulan tidak langsung. Penyimpulan langsung berarti proses penarikan kesimpulan
dilakukan sesuai dengan prinsip prinsip logika yang terdiri atas prinsip identitas yang
menarik kesimpulan dengan menyatakan bahwa sesuatu merupakan sesuatu itu sendiri ,
prinsip kontradiksi yang berbunyi bahwa sesuatu merupakan dirinya sendiri, sehingga tidak
mungkin sesuatu tersebut sekaligus bukan dirinya sendiri , dan prinsip tanpa nilai tengah
( excluded middle ) yang menyatakan bahwa tidak mungkin terdapat sebuah proporsi yang
benar sekaligus salah. Penyimpulan langsung dapat memberikan sebuah pengetahuan dasar
bagi manusia namun tidak dapat menambah pengetahuan manusia menjadi lebih jauh lagi.
Penyimpulan tidak langsung merupakan penyimpulan yang dilakukan melalui
perbandingan ide ide. Dalam penyimpulan tidak langsung , terdapat tiga buah ide yang akan
dibandingkan. Proses perbandingan ketiga ide itulah yang disebut dengan penalaran.
Berdasarkan prinsip identitas, kita dapat menyimpulkan bahwa jika ide 1 = ide 3 , dan ide 2 =
ide 3 , maka ide 2 = ide 1. Berdasarkan prinsip kontardiksi , dapat diambil kesimpulan bahwa
jika ide 1 ide 3 , dan ide 2 = ide 3, maka ide 1 ide 2. Kedua prinsip dan turunannya
merupakan dasar dasar dari penalaran.Dalam proses penalaran , terdapat dua jenis
penalaran yang dapat digunakan. Pertama adalah penalaran deduktif yaitu proses penarikan
kesimpulan dalam penalaran diambil dari suatu hukum, dalil, atau prinsip yang bersifat
umum kepada suatu keadaan yang bersifat khusus. Jenis penalaran yang kedua adalah
penalaran induktif yaitu proses penarikan kesimpulan dalam penalaran diambil dari hukum ,
dalil, atau prinsip umum dari kasus kasus yang bersifat khusus atau individual. Dalam
proses penalaran , tidak jarang terjadi kesalahan dalam proses penyimpulan. Kesalahan
penyimpulan dapat terbagi menjadi dua yaitu kesalahan material yang berarti kesalahan
putusan yang digunakan sebagai pertimbangan yang semestinya memberikan sebuah fakta
atau kebenaran , dan kesalahan formal yang berarti kesalahan yang didapatkan dari urutan
penyimpulan yang tidak konsisten.
Ungkapan verbal dari sebuah penalaran disebut dengan argumentasi. Dalam
argumentasi terdapat ungkapan verbal dari ide yang disebut dengan term dan ungkapan
verbal dari putusan yang disebut dengan proposisi. Proposisi yang merupakan dasar dari
kesimpulan disebut dengan premis atau anteseden. Subjek ( S ) dan Predikat ( P ) pada
kesimpulan disebut dengan ekstrem minor dan ekstrem mayor. Ungkapan dari ide ketiga yang
menghubungkan antara ide satu dan ide dua dalam argumentasi disebut dengan term tengah
( M ) yang muncul pada premis mayor dan premis minor tetapi tidak boleh muncul dalam
kesimpulan. Premis yang memiliki term mayor disebut dengan premis mayor dan premis
yang memiliki term minor disebut dengan premis minor.

Terdapat dua macam silogisme dalam argumentasi yaitu silogisme kategoris yang
merupakan argumentasi yang menggunakan proposisi kategoris yang disebut analitika oleh
Aristoteles dan silogisme hipotesis yang menggunakan proposisi hipotesis yang disebut
dialektika oleh Aristoteles.
F.Argumen Deduktif
Penalaran deduktif merupakan proses pengambilan kesimpulan yang terjamin
validitasnya apabila terdapat bukti yang benar dan penalaran yang digunakannya tepat.
Kesimpulan harus didasari oleh bukti yang sudah ada sebelumnya.Penalaran deduktif
bertujuan untuk menentukan putusan yang sahih mengenai hal khusus tertentu berdasarkan
pemahaman mengenai hal hal yang bersifat umum. Bentuk deduksi yang sering digunakan
adalah silogisme yang terdiri atas premis mayor, premis minor, dan kesimpulan.Silogisme
dapat dikatakan sahih apabila dibuat dengan bentuk yang tepat dan valid atau informasinya
sesuai dengan fakta.
Silogisme kategoris adalah silogisme yang memiliki hukum semua atau tidak sama
sekali yang berarti berlaku untuk seluruh anggota kelas atau tidak sama sekali. Dalam
silogisme ini , tidak berlaku ada sebagian atau tidak ada sebagian. Bentuk dasar
silogisme kategoris adalah jika semua M adalah P dan semua S adalah M maka semua S
adalah P .
Dalam silogisme , terdapat delapan hukum yang dijadikan dasar dalam pembuatan
silogisme.
Hukum 1 : Silogisme hanya mengandung tiga term.
Hukum 2 : Term mayor atau term minor tidak boleh menjadi universal dalam
kesimpulan jika dalam premis hanya bersifat pertikular.
Hukum 3 : Term tengah tidak boleh muncul dalam kesimpulan.
Hukum 4 : Term tengah harus digunakan sebagai proposisi universal dalam premispremis, setidak-tidaknya satu kali.
Hukum 5 : Jika kedua premis afirmatif, maka kesimpulan juga afirmatif.
Hukum 6 : Tidak boleh kedua premis negatif, setidaknya salah satu harus afirmatif.
Hukum 7 : Kalau salah satu premis negatif, kesimpulan harus negatif. Kalau salah
satu premis partikular, kesimpulan harus partikular.
Hukum 8 : Tidak boleh kedua premis partikular, setidaknya salah satu harus
universal.
Bentuk lain dari silogisme adalah silogisme hipotesis. Dalam silogisme hipotesis ,
tidak terdapat term mayor, term minor, atau term tengah. Dalam silogisme ini , premis mayor
akan menunjukkan sutau kondisi yang tidak menentu dan premis pertama tersebut harus
dapat diselesaikan oleh premis minor agar bisa didapatkan kesimpulan yang sahih. Silogisme
hipotesis memiliki tiga bentuk dasar yaitu modus ponens, modus tollens,dan rantai
kondisional.Namun, ada pula bentuk bentuk yang lebih komplek yaitu silogisme disjungtif ,
dilema konstruktif , dan dilemma destruktif.

G.Argumen Induktif
Argumen induktif atau induksi adalah suatu hipotesis yang didalamnya terdapat suatu
resiko dan juga ketidakpastian. Premis premis yang terdapat dalam argument induktif tidak
dapat menjamin kebenaran dari kesimpulan yang diambil . Oleh sebab itu, penalaran induktif
yang baik dilakukan dengan meminimalisir resiko agar kita dapat mendapatkan kesimpulan
yang tepat. Untuk dapat melakukan penalaran induktif yang baik , kita harus berusaha untuk
mengumpulkan berbagai informasi yang dibutuhkan sebelum mengambil kesimpulan,
mengeleminasi kesimpulan kesimpulan lain , dan jangan membuat kesimpulan apabila
premis premis yang kita miliki masih terlalu lemah.
Generalisasi induktif ( induksi enumerative ) merupakan proses yang pengambilan
kesimpulan nya didasarkan pada premis premis yang menggambarkan karakteristik suatu
sampel. Generalisasi induktif memiliki banyak variasi dalam presentasi dan pengumpulan
data serta dalam pengambilan kesimpulan. Dalam argument induktif , terdapat silogisme yang
dikenal dengan silogisme statistikal. Silogisme statistikal adalah argumen yang menggunakan
generalisasi statistik pada sebuah kelompok yang digunakan untuk mengambil sebuah
kesimpulan mengenai sebuah sub kelompok atau anggota individual yang terdapat di dalam
kelompok tersebut. Dapat atau tidaknya argument ini diterima , bergantung pada tepat atau
tidaknya generalisasi statistikal nya.
Selanjutnya , ada pula yang disebut dengan induksi elemenatif atau diagnostik.
Induksi ini merupakan argument yang memiliki premis premis yang menggambarkan data
yang berbeda beda , yang merupakan bukti dari kesimpulannya. Kesimpulan tersebut dapat
didukung oleh berbagai bukti diagnostik yang ada yang dapat menghapus adanya
kemungkinan kesimpulan lain. Argumen diagnostik memiliki beberapa ciri khas yaitu premis
premis dalam argument diagnostik memiliki bukti yang merupakan informasi dalam premis
yang harus dapat dijelaskan dalam kesimpulan , kondisi pembatas yang terdiri dari keadaan
faktual yang dapat memberikan informasi mengenai mengapa kesimpulan tersebut
merupakan kesimpulan yang paling memungkinkan dari bukti yang ada , dan hipotesis
bantuan yang dapat memberikan bantuan dalam menjelaskan mengapa bukti dapat diyakini
mengarah pada kesimpulan.

H.Sesat Pikir
Sesat piker merupakan kekeliruan yang dilakukan dalam penalaran. Dalam sesat
piker, kaidah kaidah logika dan langkah langkah pengambilan kesimpulan dilanggar. Hal
tersebut menyebabkan kesimpulan yang didapatkan menjadi tidak benar. Sesat pikir dapat
dibagi menjadi dua yaitu sesat pikir formal dan sesat pikir non formal. Terdapat sepuluh
sesat pikir formal yaitu
1. Empat Terms ( Four Terms) yaitu sesat pikir yang disebabkan oleh adanya empat
term yang diikutkan pada silogisme, seharusnya hanya mengikutsertakan tiga term.
2. Term tengah yang tidak terdistribusikan yaitu sesat pikir yang terjadi apabila term
tengah tidak menghubungkan antara term mayor dan term minor.
3. Proses illisit ( Illicit Process ) yaitu sesat pikir yang disebabkan oleh adanya suatu
perubahan yang tidak sah pada term mayor atau term minor.

4. Premis-premis afirmatif namun kesimpulannya negatif yaitu sesat pikir yang


terjadi karena premis menggunakan proposisi afirmatif namun kesimpulan dari premis
tersebut menegasi premis tersebut.
5. Premis negatif dan kesimpulan afirmatif yaitu sesat pikir yang disebabkan karena
kesimpulan menggunakan proposisi afirmatif, sedangkan premis menggunakan
proposisi negtif.
6. Dua premis negatif adalah sesat pikir yang terjadi apabila silogisme kedua premis
merupakan proposisi yang bersifat negatif.
7. Mengafirmasi konsekuensi yaitu sesat pikir yang terjadi apabila hubungan antara
antesenden dan konsekuensinya dianggap pasti padahal tidak.
8. Menolak anteseden adalah sesat pikir yang terjadi apabila antesenden ditolak dan
hubungan antara antesenden dan konsekuensinya dianggap pasti padahal tidak.
9. Mengiyakan pilihan dalam argumentasi disjungsi subkontrer (atau) adalah sesat
pikir yang terjadi apabila hubungan atau yang terdapat diantara dua hal diperlakukan
sebagai ingkaran.
10. Mengingkari pilihan dalam disjungsi yang kontrer (dan) adalah sesat pikir yang
terjadi apabila hubungan kata dan diperlakukan seolah olah sebagai nilai
kebenaran.
Dalam sesat pikir non formal , terdapat sembilan belas hal yang dapat dikatakan sebagai
sesat pikir formal, yaitu
Terdapat Sembilan belas sesat pikir non-formal
1. Pembenaran kesimpulan berdasarkan ancaman
2. Penyalahgunaan petimbangan yang sebenarnya tidak relevan
3. Penarikan kesimpuan berdasarkan kepentingan
4. Argumentasi berdasarkan ketidaktahuan
5. Penarikan kesimpuan benar dan salah berdasarkan belas kasihan
6. Argumentasi berdasarkan pendapat orang banyak
7. Argumentasi berdasarkan pendapat ahli yang keahliannya tidak relevan
8. Accident, yaitu argumentasi yang menyamakan hal yang berbeda
9. Perumusan yang tergesa-gesa
10. Kesalahan sebab dimana kesimpulan diambil diambil dari dugaan yang tidak terbukti
11. Penalaran sirkular yang menjadikan kesimpulan sebagai alasan
12. Pertanyaan terlalu banyak sehingga pembicara tidak memiliki waktu mencermati
pertanyaan
13. Kesimpulan tidak relevan dan tidak sejalan dengan alasan
14. Menggunakan term yang bermakna ganda
15. Menggunakan term yang bermakna ganda dari segi ketatabahasaan
16. Perbedaan logat atau dialek
17. Kesalahan komposisi dimana benar pada sebagian dianggap benar secara keseluruhan
18. Kesalahan divisi, yaitu penyimpulan sifat keseluruhan pasti ada di tiap bagian
19. Generalisasi tidak didasarkan faktayang cukup.
I.Kesalahan Umum dalam Penalaran Induktif
Terdapat beberapa kesalahan yang dapat terjadi pada penalaran induktif. Kesalahan
pertama adalah kesalahan generalisasi yang diakibatkan oleh terburu-buru ketika melakukan
penyimpulan terhadap suatu hal padahal data yang dibutuhkan belum cukup. Cara untuk
menghindari generalisasi yang terburu-buru ini adalah dengan memberikan sebuah bukti yang

berlawanan dengan kesimpulan yang akan diambil. Kesalahan selanjutnya adalah kesalahan
pada penggunaan bukti. Kesalahan ini terjadi dikarenakan kesimpulan yang diambil tidak
relevan. Hal tersebut dapat terjadi karena pembicara menarik kesimpulan yang tidak tepat.
Cara yang dilakukan untuk mengatasi kesalahan ini adalah dengan bersikeras agar pembicara
dapat mengambil suatu kesimpulan berdasarkan pada bukti yang ada.
Kesalahan selanjutnya adalah kesalahan statistical. Salah satu bentuk dari kesalahan
statistica adalah data yang sudah didapatkan tidak mewakili populasi. Cara mengatasi
kesalahan ini adalah dengan melakukan metode pengambilan sampel yang disebut dengan
random sampling. Selajutnya , ada pula yang disebut dengan kesalahan kausal, yaitu
kesalahan dalam menginterpretasikan hubungan kausal antara penyebab dengan akibat.Cara
yang dapat dilakukan untuk mengatasi kesalahan ini adalah dengan menunjukkan bukti yang
menjelaskan secara jelas mengenai kesalahan hubungan kausal tersebut.
Kesalahan yang terakhir adalah kesalahan analogi, yaitu kesalahan yang terjadi ketika
seseorang menggunakan analogi yang tidak tepat. Cara yang dapat dilakukan untuk
mengatasi kesalahan ini adalah dengan menunjukkan berbagai perbedaan yang ada antara
analogi dan hal yang dianologikan.

Bab IV
Dasar Dasar Etika
A.Perbedaan Etika dan Moralitas
Etika, secara etimologis , berasal dari kata Yunani ethikos yang memiliki arti adat
,kebiasaan, atau watak. Etika merupakan salah satu cabang dari ilmu filsafat yang
memiliki beberapa aturan , prinsip , atau cara berpikir yang menjadi dasar untuk bagaimana
manusia seharusnya bertindak dalam melakukan sesuatu. Etika juga menyelidiki sistem dari
prinsip moral dan berfokus pada defenisi mengenai baik atau tidaknya sesuatu. Moral
merupakan sebuah kata yang berasal dari bahasa latin moralis yang memiliki arti tata cara.
karakter, atau perilaku yang tepat ( Pritchard , 2012, 1). Moralitas memiliki kaitan yang
erat dengan sebuah komunitas dan konsepnya dapat mengalami perubahan dari waktu ke
waktu. Moralitas dan etika memiliki sebuah kaitan yang sangan erat. Etika membahas
mengenai moral pada sebuah situasi dan pendekatan , sedangkan moralitas membahas
mengenai keyakinan dalam menentukan benar atau salah dan baik atau tidaknya sesuatu.
B.Klasifikasi Etika

Etika normatif, etika terapan, etika deskriptif dan metaetika merupakan klasifikasi
dari etika. Pertama, etika normatif. Etika normatif adalah jenis etika yang berfokus pada
prinsip tindakan etis yang dijadikan sebagai pertimbangan dalam tindakan manusia. Apabila
suatu tindakan memenuhi prinsip etis tersebut, maka tindakan tersebut dapat dikatakan
sebagai tindakan yang etis. Kedua, etika terapan. Etika terapan adalah jenis etika yang
spesifik. Etika terapan dapat diklasfikasikan menjadi etika lingkungan, bisnis, dan profesi.
Suatu masalah dapat dianggap sebagai masalah etika terapan apabila masalah tersebut
memiliki sifat kontroversial dan juga memiliki dilema etis. Ketiga, etika deskriptif. Etika
deskriptif adalah jenis etika yang meliputi observasi mengenai sesuatu yang dianggap baik.
Tujuan dari etika deskriptif adalah untuk menggambarkan tentang apa yang dianggap etis dan
bagaimana sesuatu tersebut dapat dianggap sebagai sesuatu yang etis. Keempat, metaetika.
Metaetika memiliki tujuan untuk menjelaskan makna dari sebuah pernyataan etika. Mataetika
dapat dibagi menjadi realisme etis dan nonrealisme etis.
C.Realisme Etis dan Non-realisme Etis dan Empat Jenis Pernyataan Etika
Realisme etis memberikan pengetahuan yang objektif yang tidak berhubungan dengan
pikiran atau perasaan indiviu. Aturan universal yang tidak berubah dan bersifat absolut bagi
semua orang , seperti Deklarasi Hak Asasi Manusia , merupakan hal yang dijadikan gagasan
dalam realisme etis. Nonrealisme etis memberikan cara pandang persoalan etis memiliki sifat
relativ. Dalam nonrealisme etis suatu tindakan yang berbeda terjadi hanya karena adanya
aturan etis yang berbeda.Pernyataan etika dapat diklasifikasikan menjadi empat gagasan.
Pertama adalah gagasan realisme moral. Gagasan realisme moral adalah gagasan yang berisi
fakta yang objektif mengenai kebenaran. Kedua adalah gagasan subjektivisme. Gagasan
subjektivisme adalah gagasan yang tidak memiliki fakta , namun gagasan ini menyatakan
tentang sikap setuju atau tidaknya seseorang terhadap suatu tindakan. Ketiga adalah gagasan
emotivisme. Sama halnya dengan gagasan subjektivisme, gagasan ini juga tidak memiliki
fakta namun gagasan ini menyatakan suatu ungkapan dari perasaan. Keempat adalah
pernyataan preskriptivisme. Gagasan preskriptivisme merupakan gagasan yang memberikan
larangan atau petunjuk dari pernyataan etika.
D.Kegunaan Etika
Etika merupakan suatu hal yang memberikan sebuah alat-alat analisis yang terkait
dengan suatu isu moral. Etika dapat dijadikan sebagai dasar oleh seseorang untuk memiliki
suatu pemikiran yang jernih dalam melihat suatu isu moral. Dengan memmiliki pemikiran
yang jernih , orang tersebut dapat memilih jawaban yang lebih baik dari suatu permasalahan
moral yang terjadi.
E.Immanuel Kant dan Etika Kewajiban
Immanuel Kant berpendapat bahwa seseorang harus memiliki kehendak sendiri dalam
bersikap etis. Hal tersebut dikarenakan setiap individu memili suatu agen moral didalam
dirinya masing masing. Namun , dalam prinsip moral tetap terdapat muara untuk segala
tujuan yaitu hukum universal. Oleh sebab itu Kant berpendapat bahwa, setiap individu yang
melakukan sikap moral berdasarkan otonimo memiliki tujuan untuk mencapai kebaikan
bersama. Suatu tindakan dapat dinilai sebagai sesuatu yang memiliki rmoral yang baik baik
apabila terlepas dari kepentingan individu dan hanya bertujuan pada pemenuhan kewajiban
akan kebaikan itu sendiri (prinsip deontologist).Kant juga berpendapat bahwa, kewajiban

merupakan suatu tindakan yang dilaksanakan dengan dasar keharusan karena adanya rasa
hormat terhadap hukum.
F.John Stuart Mill dan Konsep Etika Utilitarian
Perkembangan dari konsep konsekuensialis disebut dengan konsep utilitarianisme.
Konsep konsekuensialis adalah suatu konsep yang mengutamakan hasil akhir dan
kebahagiaan individu yang digunakan sebagai dasar dari tindakan moral. John Stuart Mill
menjelaskan bahwa kebahagiaan kebahagiaan yang tinggi merupakan sesuatu yang dapat
dijadikan dasar dalam perbuatan etis.
G.W.D Ross; Intuisi dan Kewajiban
W.D Ross berpendapat bahwa tindakan etis harus terlepas dari kepentingan individu,
melainkan berdasar pada kebaikan melalui karakter yang mulia atau berdasarkan intelegensia.
Menurut Ross, setiap individu secara intuitif mengetahui perbuatan apa yang bernilai baik.
Ross menggunakan prinsip kewajiban kondisional yang menyatakan bahwa suatu kewajiban
harus dilakukan pada kondisi yang tepat dan tidak bersifat universal. Ide moral ini disebut
sebagai Prima Facie. Terdapat beberapa macam kewajiban yang membutuhkan pertimbangan
individu, yaitu fidelitas (kesetiaan), rasa terima kasih, keadilan, beneficence, nonmaleficence,
dan merawat dan menjaga diri sendiri.

Anda mungkin juga menyukai