183.347 ha luas tanaman cabai di Indonesia pada tahun 1999, dengan rerata hasil
produksi tiap tahun sebesar 1,5 ton per hektar.
Usaha penyehatan tanah saat ini masih jarang dilakukan. Sebaliknya, yang
umum dilakukan adalah pengendalian penyakit atau patogen untuk waktu tertentu
menggunakan pestisida sintetis. Penggunaan pestisida ini sering menimbulkan
dampak cukup serius. Oleh karena itu, perlu dilakukan pilihan pengendalian yang
ramah lingkungan, salah satunya dengan pestisida nabati (Kardinan, 1999;
Tjahjani et al., 1999).
Penelitian pestisida nabati dalam upaya penyehatan tanah untuk
mengendalikan patogen tular-tanah sampai sekarang belum banyak dilakukan.
Oleh karena itu, dilakukan penelitian ini dengan menggunakan pestisida nabati,
antara lain ekstrak daun nimba (Djamin dan Ginting, 1990), air rendaman kulit
kayu jati (Simanungkalit et al., 1999; Suliyah, 2002), serta serbuk daun cengkeh
(Tombe et al., 1993; Soesanto et al., 2005).
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kemampuan ekstrak daun
nimba, air rendaman kulit kayu jati, dan serbuk daun cengkeh paling efektif dalam
menyehatkan tanah, khususnya tanah yang berasal dari daerah Pratin, Kecamatan
Karangreja, Kabupaten Purbalingga pada tanaman cabai.
METODE PENELITIAN
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tanaman dan Rumah
Kaca Fakultas Pertanian Universitas Jenderal Soedirman, pada bulan April sampai
dengan Juni 2005.
Penyiapan pestisida nabati
Ekstrak daun nimba diperoleh dengan menumbuk 40 g daun dicampur
dengan 1 l air, kemudian diendapkan semalam dan disaring (Nursol, 2000). Kulit
kayu jati sebanyak 50 g direndam dalam 400 ml air selama dua minggu, kemudian
disaring (Yulia dan Suganda, 1999; Suliyah, 2000). Serbuk daun cengkeh
disiapkan dengan cara menumbuk daun cengkeh kering, dan kemudian dipadukan
(Tombe et al., 1993).
dengan a = jumlah daun bergejala dan b = jumlah daun sehat; kepadatan populasi
patogen akhir, dihitung di akhir pengamatan seperti pada penghitungan kepadatan
populasi awal; tinggi tanaman; dan peubah pendukung.
Analisis data
Data dianalisis dengan analisis ragam atau uji F. Apabila terdapat
perbedaan nyata, dilanjutkan dengan uji lanjut Duncan Multiple Range Test
(DMRT) pada taraf 5%.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengaruh Perlakuan Terhadap Masa Inkubasi
Berdasarkan hasil pengamatan terhadap tanaman mulai terlihat gejala
Fusarium pada 45 hari setelah tanam (hst). Kontrol (tanpa perlakuan)
menunjukkan gejala pada 45 hst bersamaan dengan perlakuan tunggal daun nimba
(P2), perlakuan gabungan ekstrak daun nimba dan serbuk daun cengkeh (P6),
serta perlakuan gabungan ketiga pestisida nabati (P8) (Tabel 1). Terdapatnya
gejala menunjukkan bahwa pengaruh perlakuan memberikan hasil yang belum
maksimum seperti yang diharapkan. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian
Triyatno (2005), bahwa F. oxysporum masih dapat menunjukkan gejala pada
perlakuan menggunakan serbuk daun cengkeh dan ekstrak biji nimba secara
tunggal ataupun gabungan pada skala lapang.
Tabel 1. Rerata masa inkubasi, intensitas penyakit, dan tinggi tanaman cabai yang
diberi perlakuan
Perlakuan
Masa Inkubasi Intensitas Penyakit
Tinggi Tanaman
(hst)
(%)
(cm)
P0
45
16,28 a
48,00 ab
P1
51
4,52 b
45,50 b
P2
45
7,60 b
57,75 a
P3
49
4,14 b
51,25 ab
P4
52
8,75 b
55,50 ab
P5
50
6,08 b
52,25 ab
P6
45
3,19 b
50,75 ab
P7
52
8,67 b
49,50 ab
P8
45
5,18 b
55,00 ab
Keterangan: P0 = Kontrol/ tanpa perlakuan; P1 = Pestisida sintetis; P2 = Ekstrak daun nimba; P3 =
Air rendaman kulit kayu jati; P4 = Serbuk daun cengkeh; P5 = Ekstrak daun nimba
dan air rendaman kulit kayu jati; P6 = Ekstrak daun nimba dan serbuk daun cengkeh;
P7 = Air rendaman kulit kayu jati dan serbuk daun cengkeh; P8 = Ekstrak daun
nimba, air rendaman kulit kayu jati dan serbuk daun cengkeh. Angka diikuti huruf
sama tidak berbeda nyata dengan uji DMRT dengan tingkat ketidakpercayaan 5
persen. Hst= hari setelah tanam.
20
16
12
0
I
II
III
IV
Pengamatan Minggu
P0
P7
P1
P8
P2
P3
P4
P5
P6
Perlakuan
R. solanacearum
(upk/g tanah)
Awal
Akhir
Awal
Akhir
20
20
20
20
20
20
20
20
20
10,00 a
6,00 b
6,25 b
5,00 b
6,25 b
6,75 b
4,75 b
5,75 b
4,00 b
76
76
76
76
76
76
76
76
76
58,75
40,00
33,50
28,25
30,50
32,75
32,50
38,50
31,25
P0
P1
P2
P3
P4
P5
P6
P7
P8
Hal ini sesuai dengan pendapat Kardinan (1999) dan Novizan (2002),
yang menyatakan bahwa ekstrak nimba memiliki kemampuan yang dapat
menyebabkan spora dan konidium patogen gagal berkecambah akibat perannya
sebagai fungisida. Sementara itu, serbuk daun cengkeh diduga juga mempunyai
bahan aktif eugenol, yang dapat menghambat pertumbuhan Fusarium. Hal ini
seperti dilaporkan Tombe et al. (1993), bahwa senyawa eugenol mampu
mengendalikan F. oxysporum f.sp. vaniliae pada tanaman vanili yang dilakukan
skala lapangan dengan penekanan penyakit sekitar 14% untuk serbuk daun
cengkeh 20 g tiap tanaman.
Pada air rendaman kulit kayu jati, mengandung senyawa aktif sitosterol,
kampesterol, klosterol, dan stigmaterol yang dapat mengendalikan F. oxysporum
f.sp. lycopersyci pada tomat skala pot, dengan pemberian 50 ml tiap tanaman dan
terjadi penekanan penyakit sebesar 7,62% (Suliyah, 2002). Diduga karena
pengaruh pemberian pestisida nabati ini jumlah koloni dapat ditekan, sehingga
menghasilkan intensitas penyakit yang rendah. Jumlah populasi patogen yang
menurun menunjukkan kondisi tanah yang lebih sehat dibandingkan sebelum
perlakuan. Pada tanah sehat, mengandung sedikit patogen, sehingga intensitasnya
rendah (Pangkhurst et al., 1998).
Pengaruh Perlakuan Terhadap Tinggi Tanaman
Hasil analisis menggunakan DMRT dengan tingkat ketidakpercayaan 5
persen tinggi tanaman antarperlakuan tidak berbeda nyata. Artinya, pemberian
pestisida tidak berpengaruh terhadap tinggi tanaman. Perbedaan hanya terjadi
antara perlakuan menggunakan ekstrak daun nimba (P2) dengan tinggi tanaman
57,75 cm dengan perlakuan pestisida sintetis (P1) yaitu 45,5 cm. Hal ini karena
pestisida sintetis tidak berfungsi untuk meningkatkan tinggi tanaman (Tabel 1).
Perlakuan menggunakan ekstrak daun nimba (P2) ternyata mempunyai
kemampuan meningkatkan tinggi tanaman secara nyata dibandingkan dengan
perlakuan menggunakan pestisida sintetis (P1) (Tabel 1). Diduga nimba
mempunyai kemampuan untuk meningkatkan tinggi tanaman. Hal ini sesuai
dengan pendapat Kardinan (1999) yang menyatakan bahwa selain sebagai
pestisida nabati, nimba juga dapat digunakan sebagai pupuk organik, sehingga
dapat meningkatkan tinggi tanaman karena dapat berfungsi sebagai makanan bagi
tanaman.
KESIMPULAN
Pestisida nabati ekstrak daun nimba, air rendaman kulit kayu jati dan
serbuk daun cengkeh dapat digunakan untuk penyehatan tanah, khususnya dari
segi penekanan intensitas penyakit. Hal ini terbukti dengan menurunnya intensitas
pada perlakuan gabungan ekstrak daun nimba dan serbuk daun cengkeh terhadap
kontrol sebesar 80,40%, akan tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap kenaikan
tinggi tanaman. Penurunan populasi F. oxysporum sebesar 60% terjadi pada
gabungan ketiga pestisida nabati, sedangkan populasi R. solanacearum menurun
sebesar 51,91% pada air rendaman kulit kayu jati.
DAFTAR PUSTAKA
Asan, A. 1997. Microfungi flora occurence in the corn fields of european part of
Turkey-1. Turkish Journal of Biology
1:89-101. (On-line).
http://mistug.tetm.tubitak.gov.tr/~bdyim/abs.php3?dergi=biy&rak=E210111 diakses 22 Desember 2005.
Balitsa. 2004. PPT Cabai. (On-Line) http://www.balitsa.or.id/ppt_cabai.html
diakses 28 Maret 2005.
Departemen Pertanian. 2004. Produksi Cabai Nasional. (On-Line.
http://www.database.deptan.go.id/bdspweb/f4-free-frame.asp diakses 28
Maret 2005.
Djamin, A. dan C.V. Ginting. 1990. Sifat biologi dan kandungan bahan mkimia
nimba (Azadirahcta indica) sebagai sumber pestisida botanis. Seminar
Ilmiah Lustrum V FMIPA USU, Medan, 20-30 Agustus. Hal. 58-65.
Domsch, K.H., W. Gams., and T.H. Anderson. 1993. Compendium of Soil Fungi.
Vol.1. IHW-Verlag, Eching.
Grainge, M. dan S. Ahmed. 1988. Handbook of Plants with Pest Control
Properties. John Willey and Sons, Inc., Canada.
Kardinan, A. 1999. Mimba (Azadirachta Indica A. Juss.) pestisida yang sangat
menjanjikan. Pemanfaatan Pestisida Nabati. Perkembangan Teknologi
Tanaman Rempah dan Obat 9 (2): 34-40.
Manohara, D. dan R. Noveriza. 1999. Potensi tanaman rempah dan obat sebagai
pengendali jamur Phytophthora capsici. Prosiding forum Komunikasi
Ilmiah dan Pemanfaatan Pestisida Nabati. 9-10 November, Bogor. Hal.
406-419.
Novisan. 2002. Membuat dan Memanfaatkan Pestisida Ramah Lingkungan.
Agromedia Pustaka, Jakarta.
Nursol. 2000. Pembuatan pestisida nabati secara sederhana dan aplikasinya di
lapangan. Pelatihan Perbanyakan Agensia Hayati Bagi petugas Penelitian,
BPTP Medan. Hal. 1-7.
Pankhurst, C., B.M. Double, and V.V.S.R. Gupta. 1998. Biological Indicators of
Soil Health. CAB International, New York.
Samsudin, S. 1978. Bertanam Cabai. Bina Cipta, Bandung. 38 hal.
Sastrahidayat, I.R. 1986. Ilmu Penyakit Tumbuhan. Usaha Nasional, Surabaya.
386 hal.
Semangun, H. 1989. Penyakit-Penyakit Tanaman Hortikultura. Gadjah Mada
University Press., Yogyakarta. Hal. 47-68.
Simanungkalit, R.D.M., P. Nainggolan, Budiharjo, dan M. Tombe. 1999. Peranan
bahan organik dalam PHT pertanian dan perkebunan. Prosiding Forum
Komunikasi Ilmiah dan Pemanfaatan Pestisida Nabati, Bogor, 9-10
Nopember. Hal. 363-368.
Sitepu, D. 1999. Prospek pestisida nabati di Indonesia. Pemanfaatan Pestisida
Nabati. Perkembangan Teknologi Tanaman Rempah dan Obat 9(2):1-9.
Soesanto, L., Soedarmono, N. Prihatiningsih, A. Manan, E. Iriani, dan J.
Pramono. 2005. Potensi agensia hayati dan nabati dalam mengendalikan
penyakit busuk rimpang jahe. J. Hama dan Penyakit Tumbuhan Tropika
5(1):50-57.
Suliyah. 2002. Penggunaan Pestisida Nabati Dalam Upaya Pengndalian Penyakit
Layu Fusarium Pada Tanaman Tomat. Skripsi. Fakultas Pertanian Unsoed,
Purwokerto. 42 hal. (Tidak dipublikasikan).
Tjahyani, A., S. Rahayu, dan Supartini. 1999. Pengaruh ekstrak daun nimba dan
daun sirih terhadap penyakit antraknosa (Gloeosporium piperatum) pada
buah cabai merah (Capsicum annuum). Prosiding Forum Komunikasi
Ilmiah Pemanfaatan Pestisida Nabati, Bogor, 9-10 Nopember. Hal. 349.
Tombe, M., A. Nurawan, dan Sukamto. 1993. Penelitian penggunaan daun
cengkeh dalam pengendalian penyakit busuk batang panili. Prosiding
Seminar Hasil Penelitian Dalam Rangka Pemanfaatan Pestisida Nabati.
Bogor, 1-2 Desember. Hal. 28-36.
Tombe, M. 1999. Pengenalan dan peranan fungisida nabati dalam pengendalian
penyakit tanaman. Pemanfaatan Pestisida Nabati. Perkembangan Teknologi
Rempah Dan Tanaman Obat 9(2):16-23.
Triyatno, B.Y., 2005. Potensi Beberapa Agensia Pengendali Terhadap Penyakit
Busuk Rimpang Jahe. Skripsi. Fakultas Pertanian, Universitas Jenderal
Soedirman, Purwokerto. 46 hal. (Tidak Dipublikasikan).
Wolf, F.A. dan F.T. Wolf. 1949. The Fungi. Vol. II. John Willey and Sons, Inc.,
New York.
Yulia, E.T. dan Suganda. 1999. Pengendalian penyakit layu bakteri Ralstonia
solanacearum pada tanaman tomat dengan air rendaman kulit layu jati,
mahoni, pinus, dan suren. Prosiding Kongres Nasional XV dan Seminar
Ilmiah PFI, 16-18 September, Purwokerto. Hal. 300-305.