Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Dalam bidang pertanian istilah pasca panen diartikan sebagai berbagai tindakan atau
perlakuan yang diberikan pada hasil pertanian setelah panen sampai komoditas berada di
tangan konsumen. Istilah tersebut secara keilmuan lebih tepat disebut Pasca produksi
(Postproduction) yang dapat dibagi dalam dua bagian atau tahapan, yaitu pasca panen
(postharvest) dan pengolahan (processing). Penanganan pasca panen (postharvest) sering
disebut juga sebagai pengolahan primer (primary processing) merupakan istilah yang digunakan
untuk semua perlakuan dari mulai panen sampai komoditas dapat dikonsumsi segar atau
untuk persiapan pengolahan berikutnya. Umumnya perlakuan tersebut tidak mengubah bentuk
penampilan atau penampakan, kedalamnya termasuk berbagai aspek dari pemasaran dan
distribusi. Pengolahan (secondary processing) merupakan tindakan yang mengubah hasil
tanaman kekondisi lain atau bentuk lain dengan tujuan dapat tahan lebih lama (pengawetan),
mencegah perubahan yang tidak dikehendaki atau untuk penggunaan lain.
Prinsip umum pengolahan benih adalah memproses calon benih menjadi benih dengan
tetap mempertahankan mutu yang telah dicapai. Dengan kata lain, prinsip pengolahan benih
ialah mewujudkan benih tanaman yang unggul atau baik. Apabila benih itu ditanam akan
mampu bertahan selama perkembangan hidupnya serta mampu memberikan produk yang baik
dan meningkat (Soetilah,. 1992).
Dalam pembentukan benih terdapat stadia yaitu stadia pembentukan, matang morfologis,
perkembangan benih, masak fisiologis dan masak penuh. Benih yang telah masak fisiologis
menghasilkan bobot kering benih daya berkecambah dan vigor maksimum. Stadia sebelum
masak fisiologis vigornya masih rendah karena belum terdapat keseimbangan komposisi kimia
penyusun sel dan jaringan benih akan mempengaruhi pembentukan sel dan jaringan baru ketika
berkecambah (Sajad, 1989).
Produksi benih berkualitas merupakan proses panjang. Semua diawali dari pemilihan bahan
tanaman, pemeliharaan tanaman, panen serta penanganan setelah panen. Menurut Sukarman,
agar produksi benih berhasil, selain mempertimbangkan faktor genetik (bahan tanaman), perlu
pula diperhatikan faktor-faktor lainnya. Antara lain lokasi produksi, iklim, isolasi, ketersediaan
serangga penyerbuk, tenaga yang terampil dan murah, penanganan benih perlu dilakukan
secara khusus dan serius. Kelalaian atau keterlambatan dalam penanganan benih akan
mengakibatkan menurunnya daya berkecambah bahkan kematian benih (Kusdibyo, 2004).

TEKNOLOGI BENIH 2011


Penanganan benih mencakup kegiatan pemanenan, pengeringan, pemilahan (grading),
perlakuan benih (seed treatment), pengemasan, penyimpanan, dan pengujian. Benih bermutu
tinggi dan seragam bisa ditentukan saat panen. Penentuan kemasakan dapat didasarkan pada
warna buah, kekerasan buah, rontoknya buah/biji, pecahnya buah, dan sebagainya. Namun
menurut Sukarman tolok ukur tersebut kurang objektif. Tolok ukur akan lebih objektif jika
ditentukan berdasarkan bobot kering benih maksimum. Pada waktu benih secara fisiologis
sudah masak, saat itulah waktu yang tepat memanen benih. Pasalnya, pada saat itu benih
mempunyai bobot kering dan vigor yang maksimum. Penundaan waktu panen sering berakibat
laten terhadap mutu benih sehingga mutu benih tidak optimal (Sutopo, L. 2002).

TEKNOLOGI BENIH 2011


BAB II

PROSES PENGOLAHAN PRODUKSI BENIH CABAI

2.1. Benih Cabai Bermutu Tinggi


Mutu benih meliputi mutu genetik, fisiolgi dan fisik. Benih yang benar adalah benih dengan
mutu genetic tertentu yang telah dideskripsikan oleh pemulia tanaman. Mutu fisiologik benih
ditentukan oleh viabilitas benih sehingga mampu menghasilkan tanaman yang normal. Viabilitas
dan vigor ditentukan oleh kondisi prapanen, panen maupun pasca panen (Maharani, 2002).
Produksi benih berkualitas merupakan proses yang panjang, dimulai dari pemilihan bahan
tanam, pemeliharaan tanaman, panen dan setelah panen. Penanganan benih perlu dilakukan
secara khusus dan serius. Kelainan dalam benih akan mengurangi daya berkecambah akan
menurun ataupun kematian pada benih. Penanganan benih dimulai dari kegiatan pemanenan,
pengeringan, pemilahan, perlakuan benih, pengemasan, penyimpanan, dan pengujian.
Penanganan benih perlu diperhatikan kelompok benih seperti benih ortodok dan benih
rekalsitran ataupun semi rekalsitran. Melalui cara panen dan penanganan benih akan diperoleh
benih yang optimal, mutu fisiologis benih dapat dipertahankan lebih lama (Kartono, 2004).
Klasifikasi mutu benih didasarkan pada kinerja fisik seperti kebersihan, kesegaran butiran
serta keutuhan dalam benih tanpa ada luka atau retak-retak.penampilan fisik penting dalam
artian karena benih dalam kemasan akan menjadi penarik bagi konsumen. Atribt kualitas yang
penting adalah viabilitas benih. Mutu yang baik merupakan dasar bagi produktifitas pertanian
yang lebih baik. Kondisi sebelum, selama dan sesudah panen menentukan mutu benih.
Walaupun mutu benih yang dihasilkan baik, penanganan yang kurang baik akan menyababkan
mutu langsung menurun (Mugnisjah, 1990).

2.2. Pemanenan
Saat panen yang tepat dapat memaksimumkan hasil dan mutu benih. Mutu benih mencapai
maksimum pada saat masak fisiologis yang dicirikan oleh vigor dan bobot kering benih yang
maksimum. Benih yang telah masak lebih mudah dipanen dan dibersihkan dengan kehilangan
hasil yang minimal. Panen sebelum benih masak dimana kadar air benih masih tinggi dapat
menyulitkan terutama dalam perontokan dan pembersihan, sedangkan setelah lewat masak
mutu benih dapat berkurang karena pengaruh cuaca buruk, rebah, dan rontoknya benih.
Untuk menentukan hasil benih yang baik maka pada waktu pemanenan harus
memperhatikan hal-hal berikut :
2.2.1. Menentukan waktu panen yang tepat.

TEKNOLOGI BENIH 2011


Yaitu menentukan kematangan yang tepat dan saat panen yang sesuai, dapat
dilakukan berbagai cara, yaitu :
Cara visual / penampakan : benih cabai yang baik adalah ketika cabai sudah
berwana merah kecoklatan sampai merah merata, karena pada saat tersebut
benih sudah masak fisiologis, serta rasa pedasnya sudah dapat tercium.
Cara fisik : cabai tidak terlalu lembek, masih keras layaknya cabai yang masih
muda.
Cara komputasi, yaitu menghitung umur tanaman sejak tanam atau umur buah
dari mulai bunga mekar. Tanaman cabai yang ditanam di dataran rendah dapat
dipanen 60 80 hari setelah tanam dengan interval 3 7 hari. Di dataran tinggi
biasanya waktu panen lebih lambat yaitu sekitar 4 bulan setelah tanam.
2.2.2. Melakukan penanganan panen yang baik
Yaitu menekan kerusakan yang dapat terjadi. Dalam suatu usaha pertanian
(bisnis) cara-cara panen yang dipilih perlu diperhitungankan, disesuaikan dengan
kecepatan atau waktu yang diperlukan (sesingkat mungkin) dan dengan biaya yang
rendah.
Menentukan waktu panen atau kematangan yang tepat juga tergantung dari
komoditas dan tujuan/ jarak pemasarannya atau untuk tujuan disimpan. Pada cabai :
Perubahan warna sudah terjadi, untuk mendapatkan warna merah yang baik,
pemanenan harus dilakukan bila warna merahnya lebih dari 50%. pemanenan
sebaiknya dilakukan tidak terlalu pagi atau bila kabut telah lewat dan hari tidak
hujan . Kelembaban yang terbawa pada buah dapat menyebabkan buah mudah
terserang penyakit, sehingga mudah busuk.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada penanganan panen :
Lakukan persiapan panen dengan baik . Siapkan alat-alat yang dibutuhkan,
tempat penampungan hasil dan wadah-wadah panen, serta pemanen yang
terampil dan tidak ceroboh.
Pada pemanenan, hindari kerusakan mekanis dengan melakukan panen
secara hati-hati. Panen sebaiknya dilakukan dengan tangan atau
menggunakan alat bantu yang sesuai yaitu cabai dipetik dengan tangan
Memperhatikan bagian tanaman yang dipanen.
Gunakan tempat / wadah panen yang sesuai dan bersih, tidak meletakkan
hasil panen di ata tanah atau di lantai dan usahakan tidak menumpuk hasil
panen terlalu tinggi.

TEKNOLOGI BENIH 2011


Hindari tindakan kasar pada pewadahan dan usahakan tidak terlalu banyak
melakukan pemindahan wadah. Meletakan buah dengan hati-hati, tidak
dengan cara dilempar-lempar.
Sedapat mungkin pada waktu panen pisahkan buah yang baik dari yang
luka, memar atau yang kena penyakit atau hama, agar kerusakan tersebut
tidak menulari buah yang sehat.
2.3. Penanganan pasca Panen
Pada penanganan hasil tanaman, ada beberapa tindakan yang harus dilakukan segera
setelah panen, tindakan tersebut bila tidak dilakukan segera, akan menurunkan kualitas dan
mempercepat kerusakan sehingga komoditas tidak tahan lama disimpan. Perlakuan tersebut
antara lain :
2.3.1. Perontokan
Perontokan dapat diklasifikasikan menjadi dua metode
1. Metode manual
Metode manual ini lebih banyak menggunakan tenaga manusia. Biasanya
produksi benih cabai dalam skala yang kecil. Penyayatan dengan menggunakan
pisau kemudian biji dan daging dipisahkan satu persatu. Cara manual ini dapat
menghaslkan benih cabai yang baik dengan presentase perkecambahan yang
maksimal tetapi memerlukan waktu yang relative lama.
2. Metode mekanis
Lebih menggunakan mesin., hal ini diperuntukan untuk produksi benih skala
besar. Sitem kerjanya sama yaitu untuk memisahkan biji dengan daging cabai.
Setelah benih cabai terpisah dari dagingnya kemudian dicuci dengan air yang
besih sampai benih berwarna putih jerami. Benih kemudian direndam dalam larutan
fungisida kemudian di keringkan. Alat-alat yang digunakan harus bersih untuk
menghindari kemungkinan tercampurnya dengan benih yang lain.
2.3.2. Pengeringan
Pengeringan benih dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi kadar air benih
sampai pada taraf yang aman untuk penyimpanan dan mempertahankan presentase
viabilitas benih terutama yang berada di daerah bersuhu dan kelembaban tinggi.
Pengeringan benih dapat dilakukan dengan cara menjemur benih secara langsung,
dengan memperhatikan kondisi ventilasi dan mencegah terjadinya pemanasan yang
berlebih. Selama proses pengeringan benih harus dibalik-balik agar tidak terjadi
pemanasan yang berlebih dibagian bawah.

TEKNOLOGI BENIH 2011


Cara pengeringan benih cabai.
(1) Matahari
Benih cabai langsung dijemur langsung dibawah sinar matahari dan
dilakukan pembalikan setiap 2 jam dengan tangan atau alat sederhana
hingga pengeringan berlangsung merata. Pengeringan dilakukan hingga
kadar air mencapai 10% yaitu selama 5-7 hari.
(2) Pembakaran
pengeringan ini yait dengan menggunakan Pengeringan benih dapat
dilakukan dengan cara memanaskan udara atau mencampur antara udara
dingin dengan udara panas. Untuk itu perlu pengaturan suhu udara yang
dapat menggunakan alat pengontrol suhu agar didapat kualitas benih
seperti yang diinginkan. Macam bahan bakar dan panas yang dihasilkan
serta tingkat efisiensinnya.

(3) Panas dari alat pengering


Alat pengering ini dikenal dengan sebutan dry germinator. Di
samping itu masih banyak alat pengering benih selain ini. Pengeringan
dengan alat ini dikenal dengan sebutan pengovenan. Alat ini mempunyai
pengatur suhu dan waktu, tetapi memerlukan biaya yang besar karena
menggunakan tenaga listrik.
2.3.3. Pembersihan benih cabai
Membersihkan benih cabai dari benih lain yang kemungkinan tercampur
pada saat perontokan maupun pengeringan. Kegiatan ini bertujuan agar kemurnian
benih cabai yang dihasilkan dapat maksilmal yaitu 99%.

Ada beberapa alat yang dapat digunakan yaitu ;

TEKNOLOGI BENIH 2011


1. Screen cleaning
Dalam metode ini, pemisahan materi yang tercampur dengan benih
dilakukan dengan menggunakan ayakan (screen) yang dibuat dari lempeng
logam atau kawat dengan ukuran dan bentuk lubang yang berbeda-beda (bulat,
lonjong, persegi empat, dan segi tiga) tergantung pada benih yang akan diproses

2. Gravity Separator
Alat ini terdiri atas lempeng yang berlubang-lubang dan dapat digerakan (
seperti gerakan mengayak). Kemudian, dari bagian bawah alat tersebut dialirkan
udara dengan tekanan tertentu. Sebagai akibat dari kombinasi kedua gerakan
tersebut, maka akan terjadi pemisahan benda asing dari benih. Kombinasi
kedua gerakan tersebut, akan mendorong benda asing yang mempunyai berat
jenis lebih besar daripada benih, ke arah kanan.

TEKNOLOGI BENIH 2011


2.3.4. Penyimpanan
Biji cabai yang telah kering ditampung untuk sementar didlam plastic hitam,
sambil menunggu proses sertifikasi benih. Tempat penyimpanan harus tertutup
rapat sehingga atidak terganggu oleh hama.
Kadar air yang direkomendasikan jika disimpan dalam waktu yang lama yaitu
berkisar 6-9%. Jika kadar air terlalu tinggi akan meningkatkan laju kemunduran
benih. Suhu pada waktu penyimpanan yaitu berkisar 0-10oC dan kelembapan nisbih
ruang penyimpanan berkisar 50-60%.
Prinsip dari perlakuan penyimpanan :
Mengendalikan laju transpirasi
Mengendalikan repirasi
Mengendalikan / mencegah serangan penyakit
Memcegah perubahan-perubahan yang tidak dikehendaki konsumen

Untuk tempat penyimpanan plastic sampai saat ini lebih baik dari pada
alumunium foil dan kertas, Karen plastic dapat menahan keadaan suhu dalam
ruangan stabil dan dapat lebih lama mempertahankan kondisi benih yang ideal
untuk bertahan dari komdisi diluar ruangan. Kelebihan yang lain juga plastic dapat
lebih lama menjaga benih untuk tidak rusak.

2.4. Sertifikasi Benih


[1] Pengambilan sampel
Setelah penangkar mengajukan permohonan pengambilan sampel benih maka
petugas pengawas benih datang kepenangkar untuk mengambil sampel calon benih.
Pengambilan sampel dilakukan secara acak dengan jumlah sesuai ketentuan dan selanjutnya
dikirim ke laboratorium pengawasan mutu benih.
Setelah diregistrasi, sampel benih cabai diuji di laboratorium benih. Pengujian
meliputi kadar air, kemurnian benih, campuran varietas lain, dan daya tumbuh.
Menurut Badan Standar Nasional Indonesia spesifikasi persyratan laboratorium
untuk cabai adalah sebagai berikut :

TEKNOLOGI BENIH 2011


[2] Pengemasan dan pelabelan
Hasil pengujian calon benih cabai segera diberitahukan kepada penangjar atau
produsen benih yang bersangkutan. Calon benih cabai memenuhi standar ketentuan
laboratorium untuk benih cabai, dinyatakan lulus untuk benih cabai bersertifikat dan diberi
surat keterangan hasil pemeriksaan. Demikian juga lot benih yang berada di gudang
penyimpanan diberi surat keterangan hasil uji benih.
Selanjutnya benih cabai dikemas sesuai dengan permintaan pasar. Setiap kemasan
benih cabai diberi keterangan tentang hasil uji labiratorium.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam melakukan pengemasan:
Pengemasan harus dilakukan dengan hati-hati terutama mencegah terluka, terjatuh
atau kerusakan lain.
Hanya komoditas yang baik yang dikemas (melalui sortasi)
Tempat pengemasan harus bersih dan hindari kontaminasi
Container atau wadah dan bahan pengemas lain, juga pengisi atau pelindung, harus
bersih atau untuk yang tidak didaur pakai seperti kardus, plastik transparan dan lain-
lain, harus yang baru.
Pengemasan pada beberapa komoditas dilakukan setelah precooling . Pengemasan
sebaiknya dilakukan pada tiap grad kualitas secara terpisah.
Bahan pengemas harus kuat, sesuai dengan sifat dan kondisi produk yang dikemas dan
lama penyimpanan/pengangkutan. Pada beberapa negara ada peraturan khusus
mengenai bahan pengemas yang diperbolehkan, juga dalam hubungannya dengan
penggunaan bahan kimia setelah panen

TEKNOLOGI BENIH 2011


BAB III

KESIMPULAN

Produksi benih cabai sangatlah panjang untuk mendapatkan benih yang bermutu tinggi.
Mutu benih mencapai maksimum pada saat masak fisiologis yang dicirikan oleh vigor dan bobot
kering benih yang maksimum yaitu pada saat cabai sudah berwarna merah kecoklatan sampai merah
merata tapi masih keras.

Pada penanganan hasil tanaman, ada beberapa tindakan yang harus dilakukan segera
setelah panen, tindakan tersebut bila tidak dilakukan segera, akan menurunkan kualitas dan
mempercepat kerusakan sehingga komoditas tidak tahan lama disimpan. Perlakuan tersebut antara
lain perontokan, pengeringan, pembersihan, penyortiran, pengemasan, pelabelan,dan
penyimpanan.

TEKNOLOGI BENIH 2011


DAFTAR PUSTAKA

Kartono. 2005. Teknik Produksi Benih Cabai. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan
(Teknologi Produksi Benih Kacang Hijau). Bandung.

Kusdibyo. 2004. Penapisan galur Cabai (Capsicum annuum L.) toleran Terhadap NaCl untuk
penanaman di lahan salin. Makara, Sains 8 (1), hal : 21-24

Maharani. 2002. Studi alternatif substrat kertas untuk pengujian viabilitas benih dengan metoda uji
UKDdp. Bul. Agron 4 (2), hal. 34-39.

Muqnisjah, W.Q. 1990. Pengantar Produksi Benih. Jakarta : Rajawali press.

Pitojo, setijo. 2003. Benih Cabai. Yogyakarta. Kanisius

Sadjad,S. 1989. Dasar-Dasar Teknologi Benih. IPB. Bogor.

Soetilah.1992.Teknologi Benih.Surabaya : Erlangga.

Sutopo. 2002. Teknologi Benih. Jakarta : Penebar Swadaya.

TEKNOLOGI BENIH 2011

Anda mungkin juga menyukai