Anda di halaman 1dari 15

MENINGITIS

I.

KONSEP MEDIS
1.

Pengertian
Meningitis adalah radang pada meningen ( membran yang mengelilingi otak dan
media spinalis) yang disebabkan oleh virus, bakteri atau organ organ jamur.

2.

Klasifikasi
Meningitis diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu:
a.

Meningitis Aseptik
Mengacu pada salah satu meningitis virus atau menyebabkan iritasi meningen yang
disebabkan oleh abses otak, ensefalitis, lomfoma, leukemia atau di darah di ruang
subarakhnoid.

b.

Meningitis Sepsis
Menunjukkan meningitis yang disebabkan oleh mikro organisme bakteri seperti
meningokokus, stafilokokus,stafilokpkus atau basilus influenza.

c.

Meningitis Tuberkulosa
Disebabkan oleh basilus tuberkel.
Meningitis dalam kondisi lain adalah meningitis pada AIDS. Meningitis Asepsis,

kriptokokus dan tuberkulosa dilaporkan ada pada pasien dengan AIDS. Bentuk meningitis
asepsis akut dan kronis dapat terjadi pada AIDS, keduanya disertai dengan sakit kepala,
tetapi tanda tanda iritasi meningel umumnya terjadi pada bentuk akut. Meningitis asepsis
dengan AIDS disertai dengan kelumpuhan saraf kranial. Meningitis diperkirakan
berhubungan dengan infeksi langsung pada sistem saraf pusat oleh human
immunodeficiency virus (HIV), keadaan ini terpisah dari CSS.
Meningitis kriptokokus merupakan infeksi jamur yang paling banyak pada sistem
saraf pusat pasien dengan AIDS. Pasien dapat mengalami sakit kepala, mual, muntah,
kejang, konfusi, akibat respon radang yang jelas terjadi pada pasien dengan kerjasama
imun ; yang lainnya mengembangkan ciri ciri yang khas.
Meningitis pada penyakit Lyme. Penyakit lyme adalah proses inflamasi
multisystem yang disebabkan oleh pirokheta Borrelia burgdorferi yang ditularkan kutu.
Keadaan abnormal neurologis dihubungkan dengan penyakit yang terlihat pada tingkat

lanjut (tingkat 2 atau 3). Salah satu karakteristik pada tingkat 2 adalah ruang atau dari 1
sampai 6 bulan setelah menghilang. Keadaan abnormal neurologik dihubungkan dengan
tingkat penyakit lyme ini mencakup meningitis asepsis, meningitis limfositikkronik dan
ensefalitis. Pasien pasien ini juga mengalami radang saraf kranial mencakup paralisis
Bell dan neuropati perifer lain. Tingkat3 (bentuk kronik) dimulai bertahun tahun setelah
infeksi kutu dan karakteristik yang muncul berupa arthritis, lesi kulit dan keadaan abnormal
neurologis berat.
3.

Patofisiologi
Meningitis bakteri dimulai sebagai infeksi dari orofaring dan diikuti dengan
septikemia, yang menybar ke meningen otak dan daerah medula spinalis bagian atas.
Faktor faktor predisposisi mencakup infeksi jalan nafas bagian atas, otitis media,
mastoiditis, anemia sel sabit, dan hemoglobinopatis lain, prosedur badan saraf baru,
trauma kepala dan pengaruh immunologis. Saluran vena yang melalui nasofaring
posterior, telinga bagian tengah dan saluran mastoid menuju otak dan dekat saluran vena
vena meningen; semuanya ini penghubung yang menyokong perkembangan bakteri.
Organisme masuk ke dalam aliran darah, dan menyebabkan reaksi radang di
dalam meningen dan di bawah daerah korteks, yang dapat menyebabkan trombus dan
penurunan aliran darah serebral. Jaringan serebral mengalami gangguan metaolisme
akibat eksudat meningen, vaskulitis dan hipoperfusi. Eksudat furulent dapat menyebar ke
dinding membran ventrikel serebral. Meningitis bakteri dihubungkan dengan perubahan
fisiologi intrakranial, yang terdiri dari peningkatan permeabilitas pada darah,
daerahpertahanan otak (barrier otak), edema serebral dan peningkatan TIK.
Pada infeksi akut pasien meninggal akibat toksin bakteri sebelum terjadi
meningitis. Iinfeksi terbanyak danri pasien ini dengan kerusakan adrenal, kolaps sirkulasi
dan dihubungkan denga meluasnya hemoragi (pada sindrom Waterhouse-Friderichsen)
sebagai akibat terjadinya kerusakan endotel dan nekrosis pembuluh darah yang
disebabkan oleh meningokokus.

4.

Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang berhasil bergantung pada pemberian antibiotik yang
melewati darah - barier otak ke dalam ruang subrakhnoid dalam konsentrasi yang cukup
untuk menhentikan perkembangbiakan bakteri. Cairan serebrospinal (CSS) dan darah

perlu dikultur, dan terapi antimikroba dimulai segera.Dapat digunakan penisilin, ampisilin
atau khloramfenikel atau satu jenis dari sefalosforin. Antibiotik lain digunakan jika diketahui
streinbakteri resisten. Pasien dipertahankan pada dosis besar antibiotik yang tepat
perintravena.
Dehidrasi atau shok dapat diobati dengan pemberian tambahan volume cairan.
Kejang dapat terjadi pada awal penyakit, dikontrol dengan menggunakan diazepam atau
fenitonin. Diuretik osmotik (seperti manitol) dapat digunakan untuk mengobati edema
serebral.
Pengobatan meningitis kriptokokus dilakukan dengan pemberian amfoterisin B,
yang digunakan dengan atau tanpa 5-flusitosin. Mempertahankan terapi dengan
amfoterisin adalah penting untuk memcegah ulangan.
Banyak pasien dengan penyakit lyme tingkat 2 dan 3 diobati dengan antibiotik
intravena, biasanya penisilin. Gejala-gejala meningitis dan sistemik akan muncul untuk
meningkat dalam beberapa hari, walaupun gejala lain seperti sakit kepala dan nyeri
radikular muncul pada beberapa minggu.
5.

Pemeriksaan Diagnostik
Analisa CSS dari pungsi lumbal:
Meningitis bakterial
Tekanan meningkat , Cairan keruh/berkabut, jumlah sel darah putih dan protein
meningkat; glukosa menurun, kultur positif terhadap beberapa jenis bakteri.
Meningitis virus
Tekanan bervariasi, cairan CSS biasanya jernih, sel darah putih meningkat dan
protein meningkat, glukosan dan protein biasanya normal, kultur biasanya negatif,
kultur virus biasanya hanya dengan prosedur khusus.

Glukosan serum: Meningkat

LDH serum : Meningkat (pada meningitis bakteri)

Sel darah putih


Sedikit meningkat dengan peningkatan neutrofil (infeksi bakteri)

Elektrolit darah : Meningkat

Kultur darah/hidung/tenggorok/urine

Dapat mengindikasikan daerah pusat infeksi atau mengindikasikan tipe penyebab


infeksi.
MRI/CT scan

Dapat membantu melokalisasi lesi, melihat ukuran atau letak ventrikel; hematom
daerah serebral, hemoragik atau tumor.
II.

KONSEP KEPERAWATAN
1.

Pembagian Data Dasar Pasien


Aktifitas / Istirahat
Gejala : Perasaan tidak enak (malaise). Keterbatasan yang ditimbulkan oleh kondisinya.
Tanda : Ataksia, masalah berjalan, kelumpuhan, gerakan involunter. Kelemahan secara
umum, keterbatasan dalam rentang gerak Hipotonia.
Sirkulasi
Gejala : Adanya riwayat kardiopatologi, seperti endokarditis.
Tanda : Tekanan daran meningkat, nadi menurun, dan tekanan nadi berat (berhubungan
dengan peningkatan TIK dan pengaruh pada pusat vasomotor). Takikardia,
disritmia (pada fase akut), seperti disritmia sinus.
Eliminasi
Tanda : Adanya inkontinensi dan / atau retensi
Makanan / Cairan
Gejala : Kehilangfan nafsu makan, kesulitan menelan (pada periode akut).
Tanda : Anoreksia, muntah, torgol kulit jelek, membran mukosa kering.
Higiene
Tanda : Tergantung terhadap semua kebutuhan perawatan diri (pada periode akut).
Neurosensori
Gejala : Sakit kepala (mungkin merupakan gejala pertama dan biasanya berat).
Parestesia, terasa kaku pada semua persarafan yang terkena, kehilangan sensasi
( kerusakan pada saraf kranial). Hiperalgesia (meningkatnya sensitivitas pada
nyer), timbul kejang (meningitis bakteri). Gangguan dalam penglihatan, seperti
diplopia (fase awal) dan fotofobia. Ketulian atau mungkin hipersensitif terhadap
kebisingan. Adanya halusinasi penciuman / sentuhan.

Tanda : Status mental/tingkat kesadaran; letalgi sampai kebingungan yang berat hingga
koma, delusi dan halusinasi. Kehilangan memori, sulit dalam mengambil
keputusan (dapat merupakan awal gejala berkembangnya hidrosefalus komunikan
yang mengikuti meningitis bakterial). Afasia, mata (ukuran/reaksi pupil); unisokor
atau tidak berespon terhadap cahaya (peningkatan TIK), nistagmus, ptosis.
Karakteristik facial (wajah): perubahan pada fungsi motorik dan sensorik (saraf
kranial V dan VII terkena). Kejang lobus temporal. Otot mengalami
hipotonia/flaksid paralisis (pada fase akut). Herniparese atau herniplagia. Tanda
Brudzinski positif dan atau tanda kering positif merupakan indikasi adanya iritasi
meninggal (fase akut). Rigiditas nukal (iritasi meningeal). Refleks tendon dalam
terganggu , babinski positif refleks abdominal menurun/tidak ada, refleks
kremastetik hilang pada laki-laki.
Nyeri / Kenyamanan
Gejala : Sakit kepala (berdenyut dengan hebat, frontal) mungkin akan diperburuk oleh
ketegangan, leher/punggung kaku, nyeri pada gerakan okuler, fotosensitifitas,
sakit, tenggorok nyeri.
Tanda : Tampak terus terjaga, perilaku distraksi /gelisah,menangis / mengaduh /
mengeluh.
Keamanan
Gejala : Adanya riwayat infeksi saluran nafas atas / infeksi lain meliputi; mastoditis,
telinga tengah, sinus abses gigi, infeksi pelvis, abdomen atau kulit, pungsi lumbal.
Pembedahan, fraktur pada tengkorak/cedera kepala, anemia sel sabit, imunisasi
yang baru saja berlangsung terpajan pada meningitis, terpajan oleh campak,
chikenpox, herpes simpleks, mononukleosis, gigitan binatang, benda asing yang
terbawa. Gangguan pendengaran / perlihatan.
Tanda : Suhu meningkat, diaporesis, mengigil, adanya ras, purpura menyeluruh,
pandarahan subkutan. Kelemahan secara umum ; tonus otot flaksid atau spastik;
paralisis atau paresis, Gangguan sensasi.
Penyuluhan / pembelajaran

Gejala : Hipersensitif terhadap obat (meningitis nonbakteri). Masalah medis sebelumnya,


seperti penyakit kronis / gangguan umum, alkoholisme, diabetes melitus,
slenoktomi, implantasi pirau ventrikel.
Pertimbangan DRG menunjukkan rerata lama perawatan: 8,4 hari
Rencana pemulangan: Mungkin membutuhkan bantuan pada semua bidang, meliputi
perawatan diri dan mempertahankan tugas / pekerjaan rumah.
2.

PriorItas Keperawatan
a.

Memaksimalkan fungsi serebral dan perfusi jaringan

b.

Mencegah komplikasi / trauma

c.

Menghilangkan ansietas / memberikan dukungan emosional pada


pasien / keluarga.

d.

Nyeri Menurun / minimal

e.

Memberi informasi tentang proses penyakit / prognosis dan kebutuhan


akan pengobatan.

3.

Tujuan Pemulangan
a.

Proses infeksi teratasi / hilang

b.

Komplikasi / trauma dapat dicegah atau diminimalkan

c.

Rasa tidak nyaman dapat terkontrol / hilang

d.

Kebutuhan akan aktifitas sehari hari terpenuhi oleh diri sendiri


ataupun denga bantuan orang lain.

e.

Proses penyakit / prognosis dan program pengobatannya dapat


dipahami.

4.

Diagnosa Keperawatan
1. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan status cairan tubuh, penekanan
respon inflamasi, pemanjangan terhadap patogen
2. Resiko tinggi terhadap perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan
edema serebral.
3. Resiko tinggi terhadap trauma berhubungan dengan iritasi korteks serebral
4. Nyeri akut berhubungan dengan proses inflamasi
5. Kerusakan mobiltas fisik berhubungan dengan kerusakan neuromuskuler

6. Perubahan persepsi sensorik berhubungan dengan perubahan resepsi sensorik,


integrasi.
7. Kecemasan berhubungan dengan krisis situasi
8. Kurang pengetahuan mengenai penyebab infeksi dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan kurang pemajangan
5.

Intervensi Keperawatan
Resiko tInggi terhadap infeksi berhubungan dengan status cairan tubuh,

penekanan respon inflamasi, pemanjangan terhadap patogen


Intervensi :
1.

Beri tindakan isolasi sebagai tindakan pencegahan


Rasional: Pada fase awal mwningitis mwningokokus atau infeksi ensefalitis
lainnya, isolasi mungkin diperlukan sampai organismenya diketahui / dosis
antibiotik yang cocok telah diberikan untuk menurunkan resiko penyebaran pada
orang lain.

2.

Pertahankan teknik aseptik dan teknik cuci tangan yan tepat baik pasien
pengunjung maupun staf. Pantau dan batasi pengunjung / staf sesuai kebutuhan
Rasional: Menurunkan resiko pasien terkena infeksi sekunder. Mengontrol
penyebaran sumber infeksi, mencegah pemajanan pada individu terinfeksi
( misalnya, individu yangmengalami infeksi saluran nafas)

3.

Pantau suhu secara teratur catat munculnya tanda tanda klinis dan proses
infeksi
Rasional: Terapi obat biasanya akan diberikan terus menerus selama kurang lebih
5 hari setelah suhu turun (normal) dan tanda tanda klinisnya yang jelas.
Timbulnya tanda klinis yang terus menerus merupakan indikasi perkembangan
dari meningokosemia akut yang dapat bertahan sampai Berminggu minggu atau
berbulan bulan atau terjadi penyebaran patogen salama hematogen / sepsis.

4.

Teliti adanya keluhan nyeri dada berkembangnya nadi yang tidak tertur /
disritmia atau demam yang terus menerus
Rasional: Infeksi sekunder seperti miokarditis / perikarditis dapat berkembang dan
memerlukan intervensi lanjut

5.

Auskultasi suara nafas. Pantau kecepatan pernafasan dan usaha pernafasan

Rasional: Adanya rochi atau mengi, takipnea dan peningkatan kerja pernafasan
mungkin mencerminkan adanya akumulasi sekret dengan risiko terjadinya infeksi
pernafasan
6.

Ubah posisi pasien dengan teratur dan anjurkan untuk melakukan nafas
dalam
Rasional: Memobilisasi sekret dan mwningkatkan kelancaran sekret yang akan
menurunkan resiko terjadinya komplikasi terhadap pernafasan

7.

Catat karakterisitik urine, seperti warna, kejernihan dan bau


Rasional: Urine statis, dehidrasi dan kelemahan umum meningkatlan risiko
terhadap infeksi kandung kemih / ginjal / awitan sepsis

8.

Identifikasi kontak yang beresiko terhadap perkembangan proses infeksi


serebral dan anjurkan mereka untuk meminta pengobatan
Rasional: Orang orang dengan kontak pernafasan memerlukan terapi antibiotik
profilaksis untuk mecegah penyebaran infeksi.
Resiko tinggi terhadap perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan

dengan edema serebral.


Intervensi
1. Pertahankan tirah baring dengan posisi kepala datar dan pantau tanda vital sesuai
indikasi setelah dilakukan fungsi jumbal.
Rasional: Perubahan tekanan CSS mungkin merupakan potensi adanya risiko
hemiasi batang otak yang memerlukan tindakan medis dengan segera
2. Pantau / catat status neurologis dengan teratur dan bandingkan dengan keadaan
normalnya, seperti GCS
Rasional: Pengkajian cenderung adanya perubahan tingkat kesadaran dan
potensial peningkatan TIK adalah sangat berguna dalam menentukan lokasi,
penyebaran, luasnya, dan perkembangan dari kerusakan serebral
3. Kaji adanya regiditas nikal , gemetar, kegelisahan yang meningkat, peka rangsang
dan adanya serangan kejang
Rasional: Merupakan indikasi adanya iritasi meningeal dan mungkin juga terjadi
dalam periode akut atau penyembuhan dari trauma otak

4. Pantau tanda vital seperti tekanan darah. Catat serangan dari hipertensi sistolik
yang terus menerus, dan tekanan nadi yang melebar
Rasional: Normalnya, autoregulasi mampu mempertahankan aliran darah serebral
dengan konstan sebagai dampak adanya fluktuasi pada tekanan darah sistemik.
Kehilangan fungsi autoregulasi mungkin mengikuti kerusakan vaskuler serebral
lokal atau difus yang menimbulkan peningkatan TIK. Fenomena yang dapat
ditunjukkan oleh peningkatan tekanan darah sistemik yang bersamaan dengan
penurunan tekanan darah diastolik ( tekanan nadi yang melebar)
5. Pantau frekwensi irama jantung
Rasional: Perubahan pada frekwensi ( tersering bradikardia) dan distritmia dapat
terjadi, yang mencerminkan trauma / tekanan batang otak pada tidak adanya
penyakit jantung yang mendasari
6. Pantau pernafasan, catat pola dan irama pernafasan, seperti adanya periode
apnea setelah hiperventilasi ( pernafasan Cheyne-Stokes)
Rasional: Tipe dari pola pernafasan merupakan tanda yang berat dari adanya
peningkatan TIK / daerah serebral yang terkena dan mungkin merupakan indikasi
perlunya untuk melakukan intubasi dengan disertai pemasangan ventilator
makanik
7. Pantau suhu dan juga atur suhu lingkungan sesuai kebutuhan. Batasi
penggunaan selimut, lakukan kompres hangat jika ada demam. Tutupi ekstremitas
dengan selimut ketika selimut hipotermia digunakan
Rasional: Demam biasanya berhubungan dengan proses inflamasi tetapi mungkin
merupakan komplikasi dari kerusakan pada hipotalamus. Terjadi peningkatan
kebutuhan metabolisme dan konsumsi oksigen (terutama dengan menggigil),
yang dapat meningkatkan TIK
8. Pantau masukan dan haluaran. Catat karakteristik urine, turgol kulit, dan keadaan
membran mukosa
Rasional: Hipertermia meningkatkan kehilangan air tak kasat mata dan
meningkatkan resiko dehidrasi, tertutama jika tingkat kesadaran menurun /
munculnya mual menurunkan pemasukan nmelalui oral.

9. Bantu pasien untuk berkemih / membatasi batuk, muntah mengejan. Anjurkan


pasien untuk mengeluarkan nafas selama pergerakan / perpindahan di tempat
tidur
Rasional: Aktivitas ini akan meningkatkan tekanan intratorak dan intrabdomen
yang dapat meningkatkan TIK. Ekshalasi selama perubahan posisi tersebut dapat
mencegah pengaruh manuver valsalva.
10. Berikan tindakan yang menimbulkan rasa nyaman, seperti masase punggung,
lingkungan yang tenang, suara yang halus dan sentuhan yang lembut.
Rasional: Meningkatkan istirahat dan menurunkan stimulasi sensori yang
berlebihan.
Resiko tinggi terhadap trauma berhubungan dengan iritasi korteks

serebral
Intervensi:
1.

Pantau adanya kejang/kedutan pada tangan, kaki ,dan mulut atau otot wajah
yang lain.
Rasional : Mencerminkan adanya iritasi SSP secara umum yang memerlukan
evaluasi segera dan intervensi yang mungkin untuk mencegah komplikasi

2.

Berikan keamanan pada pasien dengan memberi bantalan pada penghalang


tempat tidur, pertahankan penghalang tempat tidur tetap terpasang.
Rasional : Melindungi pasien jika terjadi kejang

3.

Pertahankan tirah baring selama fase akut.


Rasional : Menurunkan risiko terjatuh/trauma ketika terjadi vertigo, sinkope atau
ataksia.

4.

kolaborasi
Berikan obat sesuai indikasi seperti fenitoin (dilantin), diazepam (valium),
fenobarbital (luminal)
Rasional : Merupakan indikasi untuk penanganan dan pencegahan kejang
Nyeri akut berhubungan dengan proses inflamasi

Intervensi
1.

Berikan lingkungan yang tenang, ruangan agak gelap


sesuai indikasi

Rasional : Menurunkan reaksi terhadap stimulasi dari luar atau sensitivitas pada
cahaya dan meningkatkan istirahat/relaksasi
2.

Tingkatkan tirah baring, bantulah kebutuhan perawatan


diri yang penting
Rasional : Menurunkan gerakan yang dapat meningkatkan nyeri

3. Letakkan kantung es pada kepala, pakaian dingin diatas mata.


Rasional : Meningkatkan vasokonstriksi, penumpukan resepsi sensori yang
selanjutnya akan menurunkan nyeri
4.

Berikan latihan rentang gerak aktif/pasif secara tepat dan


masase otot daerah leher/bahu
Rasional : Meningkatkan relaksasi otot dan menurunkan rasa sakit.

5.

Gunakan pelembab yang agak hangat pada nyeri


leher/punggung jika tidak ada demam
Rasional : membantu merelaksasikan ketegangan otot yang meningkatkan
reduksi (nyeri) atau rasa tidak nyaman tersebut.

6. Kolaborasi
Berikan analgetik ;seperti asetarninofen, kodein
Rasional: Mungkin diperlukan untuk menghilangkan nyeri yang berat
Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan neuromuskuler

Intervensi
1.

Periksa kembali kemampuan dan keadaan secara


fungsional pada kerusakan yang terjadi
Rasional: Mengidentifikasi kemungkinan kerusakan secara fungsional dan
mempengaruhi pilihan intervensi yang akan dilakukan

2.

Bantu klien untuk melakukan latihan rentang gerak


Rasional: Mempertahankan mobilisasi dan fungsi sendi , posisi normal
ekstremitas dan menurunkan vena yang statis

3.

Periksa adanya daerah yang mengalami nyeri tekan,


kemerahan, kulit yang hangat, otot yang tegang dan sumbatan pada vena kaki.
Observasi adanya dipneu tiba-tiba, takikardi, demam, distres pernafasan dan nyeri
dada

Rasional: Pasien seperti diatas mempunyai resiko berkembangnya trombosis


vena dalam (TVD) dan emboli pulmonal yang memerlukan tindakan, intervensi,
penilaian medis,untuk mencegah komplikasi
4.

Berikan matras udara atau air, terapikinetik sesuai


kebutuhan
Rasional: Menyeimbangkan tekanan jaringan , meningkatkan sirkulasi dan
membantu meningkatkan arus balik vena untuk menurunkan resiko terjadinya
trauma jaringan.
Perubahan persepsi sensorik berhubungan dengan perubahan resepsi

sensorik, integrasi.
Intervensi
1.

Evaluasi atau pantau secara teratur perubahan orientasi,


kemampuan berbicara, alam perasaan sensorik dan proses fikir.
Rasional: Fungsi serebral bagian atas biasanya terpengaruh lebih dahulu oleh
adanya gangguan sirkulasi dan oksigenasi. Perubahan motorik, persepsi, kognitif
dan kepribadian mungkin berkembang dan menetap dengan perbaikan respon
secara perlahan-lahan atau tetap bertahan secara terus-menerus pada derajat
tertentu

2.

Kaji kesadaran sensorik seperti respon sentuhan, panas,


dingin, benda tajam atau tumpul dan kesadaran terhadap gerakan dan letak
tubuh. Perhatikan adanya masalah penglihatan atau sensasi yang lain.
Rasional: Semua sistem sensorik dapat terpengaruh dengan adanya p[erubahan
yang melibatkan peningkatan atau penurunan sensitivitas atau kehilangan
sensasi/kemampuan untuk menerima dan berespon sesuai pada suatu stimulasi

3.

Observasi respon prilaku seperti rasa bermusuhan,


menangis, fektif yang tidak sesuai, agitasi dan halusinasi.
Rasional: Pencatatan padatingkah luku memberikan informasi yang diperlukan
untuk perkembangan prilaku

4.

Berikan lingkungan terstruktur termasuk terapi dan


aktivitas. Buatkan jadwal untuk pasien jika memungkinkan dan tinjau kembali
secara teratur.

Rasiona: Meningkatkan konsistensi dan keyakinan yang dapat menurunkan


ansietas yang berhubungan dengan ketidaktahuan pasien tersebut. Meningkatkan
kontrol atau melatih kognitifnya kembali.
5.

Rujuk pada ahli fisioterapi, terapi okupasi, terapi bicara


dan terapi kognitif.
Rasional

Pendekatan

antar

disiplin

dapat

menciptakan

rencana

penatalaksanaan terintegrasi yang didasarkan atas kombinasi kemampuan atau


ketidakmampuan secara individu yang unik dengan berfokus pada peningkatan
evaluasi dan fungsi-fungsi fisik, kognitif, keterampilan perseptual.
Kecemasan berhubungan dengan krisis situasi

Intervensi
1.

Kaji status mental dan tingkat ansietas pasien atau


keluarga. Catat adanya tanda-tanda verbal atau nonverbal .
Rasional: Gangguan tingkat keselarasan dap[at mempengaruhi ekspresi rasa
takut tetapi tidak menyangkal keberadaannya..derajat ansietas akan dipengauhi
bagaimana informasi tersebut diterima oleh individu

2.

Berikan penjelasan antar hubungan proses penyakit dan


gejalanya.
Rasional:

Meningkatkan

pemahaman,

mengurangi

rasa

takut

karena

ketidaktahuan dan dapat membantu menurunkan ansietas.


3.

Jelaskan tindakan prosedur yang akan dilakukan.


Rasional : Dapat meringankan ansietas terutama ketika pemeriksaan tersebut
melibatkan otak .

4.

Beri kesempatan pasien untuk mengungkapkan isi pikiran


dan perasaan takut.
Rasional: Mengungkapkan rasa takut secara terbuka dimana rasa takut ditujukan.

5.

Libatkan pasien dan keluarga dalam perawatan,


perencanaan kehidupan sehari-hari dan membuat keputusan sebanyak mungkin.
Rasional: Meningkatkan perasaan
kemandirian.

kontrol terhadap diri dan meningkatkan

Kurang pengetahuan mengenai penyebab infeksi dan kebutuhan

pengobatan berhubungan dengan kurang pemajangan


Intervensi
1.

Berikan informasi dalam bentuk-bentuk segmen yang


singkat dan sederhana.
Rasional: Menurunnya rentang perhatian pasien dapat menurunkan kemampuan
untuk menerima / memproses dan mengingat / menyimpan informasi yang
diberikan.

2.

Diskusikan

mengenai

kemungkinan

proses

penyembuhan yang lama.


Rasional : Proses pemulihan dapat berlangsung dalam beberapa minggu/bulan
dan informasi yang tepat mengenai harapan dapat menolong pasien untuk
mengatasi ketidakmampuannya dan juga menerima perasaan tidak nyaman yang
lama.
3.

Berikan informasi tentang kebutuhan untuk diet tinggi


protein atau karbohidrat yang dapat diberikan atau di makan dalam jumlah kecil
tapi sering.
Rasional : Meningkatkan proses penyembuhan. Makan makanan dalam jumlah
kecil tetapi sering akan memerlukan kalori yang sedikit pada proses metabolisme,
menurunkan iritasi lambung dan mungkin juga dapat meningkatkan pemasukan
secara total.

4.

Diskusikan pencegahan proses penyakit sesuai dengan


kebutuhan seperti memperoleh imunisasi yang sesuai, berenang hanya pada air
yang mengandung klorida, lingkungan yang bebas nyamuk untuk mencegah
infeksi.
Rasional: Meningitis virus akut seringkali berhubungan faktor penyebab seperti
virus campak, herpes.

5.

Tekankan pentingnya evaluasi ulang dan terapi rawat


jalan secara rutin.
Rasional : penting sekali untuk megetahui perkembangan penyembuhan atau
adanya gejala sisa yang menetap dan mungkin perlu untuk meneruskan atau

mengubah terapi yang diberikan dan untuk menentukan adanya penurunan fungsi
neurologis

DAFTAR PUSTAKA
Brunner dan Suddart, 2001, Keperawatan Medikal Bedah, Volume 3,
EGC, Jakarta
Doengoes dkk, 2000, Rencana Asuhan Keperawatan, EGC, Jakarta
Price AS dan Lorraine MW, 1995, Patofisiologi, Volume 2, EGC, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai

  • Gcs
    Gcs
    Dokumen3 halaman
    Gcs
    Fahrurrajib Fahrurrajib
    50% (2)
  • Gcs
    Gcs
    Dokumen3 halaman
    Gcs
    Fahrurrajib Fahrurrajib
    50% (2)
  • Gcs
    Gcs
    Dokumen3 halaman
    Gcs
    Fahrurrajib Fahrurrajib
    50% (2)
  • Interpersonal Skill
    Interpersonal Skill
    Dokumen63 halaman
    Interpersonal Skill
    Fahrurrajib Fahrurrajib
    Belum ada peringkat
  • Aritmia T
    Aritmia T
    Dokumen4 halaman
    Aritmia T
    Fahrurrajib Fahrurrajib
    Belum ada peringkat
  • Proposal Pembangunan
    Proposal Pembangunan
    Dokumen7 halaman
    Proposal Pembangunan
    Fahrurrajib Fahrurrajib
    Belum ada peringkat
  • Perancangan Stratrgis
    Perancangan Stratrgis
    Dokumen18 halaman
    Perancangan Stratrgis
    Fahrurrajib Fahrurrajib
    Belum ada peringkat
  • Pathway Infeksi Mata
    Pathway Infeksi Mata
    Dokumen1 halaman
    Pathway Infeksi Mata
    Shofi H Udin
    Belum ada peringkat
  • Penyakit Jantung Arteri
    Penyakit Jantung Arteri
    Dokumen1 halaman
    Penyakit Jantung Arteri
    Nur Fadillah Juanda Putri
    Belum ada peringkat
  • Frak Tur
    Frak Tur
    Dokumen2 halaman
    Frak Tur
    Rid-wan
    Belum ada peringkat
  • Teori Antropologi I
    Teori Antropologi I
    Dokumen5 halaman
    Teori Antropologi I
    Tarida Rahayu
    Belum ada peringkat
  • Ablasio Retina
    Ablasio Retina
    Dokumen1 halaman
    Ablasio Retina
    Yani Yun
    Belum ada peringkat
  • Beban Kerja
    Beban Kerja
    Dokumen2 halaman
    Beban Kerja
    Fahrurrajib Fahrurrajib
    Belum ada peringkat
  • Vegetarian
    Vegetarian
    Dokumen2 halaman
    Vegetarian
    Fahrurrajib Fahrurrajib
    Belum ada peringkat
  • Angina Pektoris
    Angina Pektoris
    Dokumen1 halaman
    Angina Pektoris
    Fahrurrajib Fahrurrajib
    Belum ada peringkat
  • Proposal Pembangunan
    Proposal Pembangunan
    Dokumen7 halaman
    Proposal Pembangunan
    Fahrurrajib Fahrurrajib
    Belum ada peringkat
  • Epi Lepsi
    Epi Lepsi
    Dokumen4 halaman
    Epi Lepsi
    AB Jailmarewo
    Belum ada peringkat
  • Tanda Dan Gejala Penyakit
    Tanda Dan Gejala Penyakit
    Dokumen3 halaman
    Tanda Dan Gejala Penyakit
    Fahrurrajib Fahrurrajib
    Belum ada peringkat
  • Vegetarian II
    Vegetarian II
    Dokumen13 halaman
    Vegetarian II
    Fahrurrajib Fahrurrajib
    Belum ada peringkat
  • Usaha Kreatif Mandiri
    Usaha Kreatif Mandiri
    Dokumen3 halaman
    Usaha Kreatif Mandiri
    Fahrurrajib Fahrurrajib
    Belum ada peringkat
  • Susunan Acara
    Susunan Acara
    Dokumen2 halaman
    Susunan Acara
    Fahrurrajib Fahrurrajib
    Belum ada peringkat
  • PERNAPASA
    PERNAPASA
    Dokumen2 halaman
    PERNAPASA
    Fahrurrajib Fahrurrajib
    Belum ada peringkat
  • Mklah Bahaya Asap Rkok
    Mklah Bahaya Asap Rkok
    Dokumen18 halaman
    Mklah Bahaya Asap Rkok
    Desi Susanti
    Belum ada peringkat
  • Mklah Bahaya Asap Rkok
    Mklah Bahaya Asap Rkok
    Dokumen18 halaman
    Mklah Bahaya Asap Rkok
    Desi Susanti
    Belum ada peringkat