Anda di halaman 1dari 42

Pejuang Pengendali Infeksi Rumah Sakit

Lindungi pasien, pengunjung, petugas kesehatan dan


komunitas yang ada di lingkungan rumah sakit dari bahaya
penularan infeksi

Menu utama
Skip to content

Beranda

Sekapur Sirih

Feb 24 2013

PENGELOLAAN SAMPAH/LIMBAH
RUMAH SAKIT
DAN PERMASALAHANNYA
PENGELOLAAN SAMPAH/LIMBAH RUMAH SAKIT DAN PERMASALAHANNYA
oleh : Anshar Bonas Silfa
A.

Latar belakang

Rumah sakit bersih adalah tempat pelayanan kesehatan yang dirancang, dioperasikan dan
dipelihara dengan sangat memperhatikan aspek kebersihan bangunan dan halaman baik fisik,
sampah, limbah cair, air bersih, dan serangga/binatang pengganggu. Namun menciptakan
kebersihan di rumah sakit merupakan upaya yang cukup sulit dan bersifat kompleks
berhubungan dengan berbagai aspek antara lain budaya/kebiasaan, prilaku masyarakat, kondisi
lingkungan, sosial dan teknologi.
Jika di bandingkan dengan institusi lain mungkin jenis sampah dan limbah rumah sakit adalah
yang terkomplit, tempat yang paling banyak di kunjungi oleh masyarakat ketika sakit ini
mengeluarkan berbagai jenis sampah dan limbah. Masyarakat di dalam lingkungan rumah sakit
yang terdiri dari pasien, pengunjung dan karyawan memberikan kontribusi kuat terhadap
pengotoran lingkungan rumah sakit. Aktivitas pelayanan dan perkantoran, pedagang asongan,
prilaku membuang sampah dan meludah sembarangan, prilaku merokok dan sejumlah barang

atau bingkisan yang dibawa oleh pengunjung/tamu menambah jumlah sampah dan mengotori
lingkungan rumah sakit.
Beberapa waktu lalu, pemberitaan mengenai sampah medis yang ditemukan di pasaran sebagai
mainan anak-anak, menjadi perhatian publik. Seperti diketahui bahwa seharusnya sampah medis
seperti alat infus, alat suntik, dan sarung tangan harus dimusnahkan setelah digunakan, jangan
sampai jatuh ke tangan masyarakat. Hal ini mendapat tanggapan langsung dari Menteri
Kesehatan RI waktu itu, dr. Endang Rahayu Sedyaningsih MPH, di sela-sela sambutannya saat
membuka Konferensi Nasional I Promosi Kesehatan Rumah Sakit bertema New Challenges of
Health Promoting Hospital in Indonesia di Bandung, Selasa malam (6/3/12). Apabila rumah
sakit belum memiliki alat penanganan medis sendiri, harus memiliki mekanisme kerjasama
dengan rumah sakit yang lebih besar agar dapat ditangani. Ini harus diupayakan, ujar Menkes.
Pada kesempatan tersebut Menkes menegaskan, tiga hal yang harus diperhatikan oleh para
penyelenggara pelayanan kesehatan, khususnya penyelenggara rumah sakit, bahwa sarana
pelayanan kesehatan harus menjadi tempat yang aman bagi para pekerjanya, pasiennya, dan
masyarakat di sekitarnya.
Tanggapan mengenai permasalahan tersebut juga diungkapkan oleh Direktur Jenderal Bina
Upaya Kesehatan (BUK), dr. Supriyantoro, Sp.P, MARS saat melakukan inspeksi mendadak
(Sidak) ke sejumlah rumah sakit di wilayah DKI Jakarta dan Depok, Jawa Barat, guna
melakukan pengecekan secara langsung standar pembuangan dan pengolahan limbah yang
dilakukan rumah sakit pada Selasa siang (6/3/12). Secara garis besar, sistem pembuangan dan
pengolahan limbah rumah sakit sudah berjalan, tetapi masih harus disempurnakan. Yang harus
diperhatikan adalah jangan sampai sampah medis tercecer, apalagi dimanfaatkan oleh orangorang yang tidak bertanggungjawab, bahkan sampai berdampak pada penyakit-penyakit yang
dapat membahayakan masyarakat, jelas Dirjen BUK. Menurut Dirjen BUK, bila terdapat rumah
sakit yang melanggar standar pembuangan limbah dan pengelolaannya, Kementerian akan
menindak tegas pengelola rumah sakit tersebut. Limbah RS berbeda dengan limbah rumah
tangga. Sebab limbah RS yang tidak dikelola dengan baik, dapat menimbulkan penyakit, tandas
Dirjen BUK. Berita ini disiarkan oleh Pusat Komunikasi Publik, Sekretariat Jenderal
Kementerian Kesehatan RI.
Limbah rumah sakit, khususnya limbah medis yang infeksius, belum dikelola dengan baik.
Sebagian besar pengelolaan limbah infeksius disamakan dengan limbah medis noninfeksius.
Selain itu, kerap bercampur limbah medis dan nonmedis. Percampuran tersebut justru
memperbesar permasalahan limbah medis.
Limbah medis sangat penting untuk dikelola secara benar, hal ini mengingat limbah medis
termasuk kedalam kategori limbah berbahaya dan beracun. Sebagian limbah medis termasuk
kedalam kategori limbah berbahaya dan sebagian lagi termasuk kategori infeksius. Limbah
medis berbahaya yang berupa limbah kimiawi, limbah farmasi, logam berat, limbah genotoxic
dan wadah bertekanan masih banyak yang belum dikelola dengan baik. Sedangkan limbah
infeksius merupakan limbah yang bisa menjadi sumber penyebaran penyakit baik kepada
petugas, pasien, pengunjung ataupun masyarakat di sekitar lingkungan rumah sakit. Limbah
infeksius biasanya berupa jaringan tubuh pasien, jarum suntik, darah, perban, biakan kultur,

bahan atau perlengkapan yang bersentuhan dengan penyakit menular atau media lainnya yang
diperkirakan tercemari oleh penyakit pasien. Pengelolaan lingkungan yang tidak tepat akan
beresiko terhadap penularan penyakit. Beberapa resiko kesehatan yang mungkin ditimbulkan
akibat keberadaan rumah sakit antara lain: penyakit menular (hepatitis,diare, campak, AIDS,
influenza), bahaya radiasi (kanker, kelainan organ genetik) dan resiko bahaya kimia.
Penaganan limbah medis sudah sangat mendesak dan menjadi perhatian Internasional. Isu ini
telah menjadi agenda pertemuan internasional yang penting. Pada tanggal 8 Agustus 2007 telah
dilakukan pertemuan High Level Meeting on Environmental and Health South-East and EastAsian Countries di Bangkok. Dimana salah satu hasil pertemuan awal Thematic Working Group
(TWG) on Solid and Hazardous Waste yang akan menindaklanjuti tentang penanganan limbah
yang terkait dengan limbah domestik dan limbah medis. Selanjutnya pada tanggal 28-29 Februari
2008 dilakukan pertemuan pertama (TWG) on Solid and Hazardous Waste di Singapura
membahas tentang pengelolaan limbah medis dan domestik di masing masing negara.
B.

Pengertian

Limbah (menurut PP NO 12, 1995) adalah bahan sisa suatu kegiatan dan atau proses produksi.
Sedangkan limbah rumah sakit menurut Permenkes RI nomor: 1204/MENKES/SK/X/2004
Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit adalah semua limbah yang dihasilkan
dari kegiatan rumah sakit dalam bentuk padat, cair, dan gas.
Limbah rumah sakit bisa mengandung bermacam-macam mikroorganisme bergantung pada jenis
rumah sakit, tingkat pengolahan yang dilakukan sebelum dibuang. Limbah cair rumah sakit dapat
mengandung bahan organik dan anorganik yang umumnya diukur dan parameter BOD, COD,
TSS, dan lain-lain. Sementara limbah padat rumah sakit terdiri atas sampah mudah membusuk,
sampah mudah terbakar, dan lain-lain. Limbah-limbah tersebut kemungkinan besar mengandung
mikroorganisme patogen atau bahan kimia beracun berbahaya yang menyebabkan penyakit
infeksi dan dapat tersebar ke lingkungan rumah sakit yang disebabkan oleh teknik pelayanan
kesehatan yang kurang memadai, kesalahan penanganan bahan-bahan terkontaminasi dan
peralatan, serta penyediaan dan pemeliharaan sarana sanitasi yang masih buruk. Limbah benda
tajam adalah semua benda yang mempunyai permukaan tajam yang dapat melukai / merobek
permukaan tubuh.
Limbah gas adalah semua limbah yang berbentuk gas yang berasal dari kegiatan pembakaran di
rumah sakit seperti insinerator, dapur, perlengkapan generator, anastesi, dan pembuatan obat
citotoksik. Limbah sitotoksis adalah limbah dari bahan yang terkontaminasi dari persiapan dan
pemberian obat sitotoksis untuk kemoterapi kanker yang mempunyai kemampuan untuk
membunuh atau menghambat pertumbuhan sel hidup.
C.

Karakteristik Limbah Rumah Sakit

Sampah dan limbah rumah sakit adalah semua sampah dan limbah yang dihasilkan oleh kegiatan
rumah sakit dan kegiatan penunjang lainnya. Apabila dibanding dengan kegiatan instansi lain,
maka dapat dikatakan bahwa jenis sampah dan limbah rumah sakit dapat dikategorikan

kompleks. Secara umum sampah dan limbah rumah sakit dibagi dalam dua kelompok besar,
yaitu sampah atau limbah medis dan non medis baik padat maupun cair.
Limbah medis adalah yang berasal dari pelayanan medis, perawatan, gigi, veterinari, farmasi
atau sejenis, pengobatan, perawatan, penelitian atau pendidikan yang menggunakan bahan-bahan
beracun, infeksius berbahaya atau bisa membahayakan kecuali jika dilakukan pengamanan
tertentu. Bentuk limbah medis bermacam-macam dan berdasarkan potensi yang terkandung di
dalamnya dapat dikelompokkan sebagai berikut:
1. Limbah benda tajam
Limbah benda tajam adalah obyek atau alat yang memiliki sudut tajam, sisi, ujung atau bagian
menonjol yang dapat memotong atau menusuk kulit seperti jarum hipodermik, perlengkapan
intravena, pipet pasteur, pecahan gelas, pisau bedah. Semua benda tajam ini memiliki potensi
bahaya dan dapat menyebabkan cedera melalui sobekan atau tusukan. Benda-benda tajam yang
terbuang mungkin terkontaminasi oleh darah, cairan tubuh, bahan mikrobiologi, bahan beracun
atau radioaktif.
2. Limbah infeksius
Limbah infeksius mencakup pengertian sebagai berikut:

Limbah yang berkaitan dengan pasien yang memerlukan isolasi penyakit menular
(perawatan intensif)

Limbah laboratorium yang berkaitan dengan pemeriksaan mikrobiologi dari poliklinik


dan ruang perawatan/isolasi penyakit menular.

3. Limbah jaringan tubuh


Limbah jaringan tubuh meliputi organ, anggota badan, darah dan cairan tubuh, biasanya
dihasilkan pada saat pembedahan atau otopsi.
4. Limbah sitotoksik
Limbah sitotoksik adalah bahan yang terkontaminasi atau mungkin terkontaminasi dengan obat
sitotoksik selama peracikan, pengangkutan atau tindakan terapi sitotoksik. Limbah yang terdapat
limbah sitotoksik didalamnya harus dibakar dalam incinerator dengan suhu diatas 1000oc
5. Limbah farmasi
Limbah farmasi ini dapat berasal dari obat-obat kadaluwarsa, obat-obat yang terbuang
karena batch yang tidak memenuhi spesifikasi atau kemasan yang terkontaminasi, obat-obat
yang dibuang oleh pasien atau dibuang oleh masyarakat, obat-obat yang tidak lagi diperlukan
oleh institusi yang bersangkutan dan limbah yang dihasilkan selama produksi obat-obatan.

6. Limbah kimia
Limbah kimia adalah limbah yang dihasilkan dari penggunaan bahan kimia dalam tindakan
medis, veterinari, laboratorium, proses sterilisasi, dan riset.
7. Limbah radioaktif
Limbah radioaktif adalah bahan yang terkontaminasi dengan radio isotop yang berasal dari
penggunaan medis atau riset radio nukleida. Limbah ini dapat berasal dari antara lain : tindakan
kedokteran nuklir, radio-imunoassay dan bakteriologis; dapat berbentuk padat, cair atau gas.
Limbah cair yang dihasilkan rumah sakit mempunyai karakteristik tertentu baik fisik, kimia dan
biologi.
8. Limbah Plastik
Limbah plastik adalah bahan plastik yang dibuang oleh klinik, rumah sakit dan sarana pelayanan
kesehatan lain seperti barang-barang dissposable yang terbuat dari plastik dan juga pelapis
peralatan dan perlengkapan medis.
Selain sampah klinis, dari kegiatan penunjang rumah sakit juga menghasilkan sampah non medis
atau dapat disebut juga sampah non medis. Sampah non medis ini bisa berasal dari
kantor/administrasi kertas, unit pelayanan (berupa karton, kaleng, botol), sampah dari ruang
pasien, sisa makanan buangan; sampah dapur (sisa pembungkus, sisa makanan/bahan makanan,
sayur dan lain-lain). Limbah cair yang dihasilkan rumah sakit mempunyai karakteristik tertentu
baik fisik, kimia dan biologi. Limbah rumah sakit bisa mengandung bermacam-macam
mikroorganisme, tergantung pada jenis rumah sakit, tingkat pengolahan yang dilakukan sebelum
dibuang dan jenis sarana yang ada (laboratorium, klinik dll).
Tentu saja dari jenis-jenis mikroorganisme tersebut ada yang bersifat patogen. Limbah rumah
sakit seperti halnya limbah lain akan mengandung bahan-bahan organik dan anorganik, yang
tingkat kandungannya dapat ditentukan dengan uji air kotor pada umumnya seperti BOD, COD,
TTS, pH, mikrobiologik, dan lainlain.
Melihat karakteristik yang ditimbulkan oleh buangan/limbah rumah sakit seperti tersebut diatas,
maka konsep pengelolaan lingkungan sebagai sebuah sistem dengan berbagai proses manajemen
didalamnya yang dikenal sebagai Sistem Manajemen Lingkungan (Environmental Managemen
System) dan diadopsi Internasional Organization for Standar (ISO) sebagai salah satu sertifikasi
internasioanal di bidang pengelolaan lingkunan dengan nomor seri ISO 14001 perlu diterapkan
di dalam Sistem Manajemen Lingkungan Rumah Sakit.
D.

Pengaruh Limbah Rumah Sakit Terhadap Lingkungan dan Kesehatan

Pengaruh limbah rumah sakit terhadap kualitas lingkungan dan kesehatan dapat menimbulkan
berbagai masalah seperti:

1. Gangguan kenyamanan dan estetika, berupa warna yang berasal dari sedimen, larutan,
bau phenol, eutrofikasi dan rasa dari bahan kimia organik.
2. Kerusakan harta benda, dapat disebabkan oleh garam-garam yang terlarut (korosif,
karat), air yang berlumpur dan sebagainya yang dapat menurunkan kualitas bangunan di
sekitar rumah sakit.
3. Gangguan/kerusakan tanaman dan binatang, dapat disebabkan oleh virus, senyawa
nitrat, bahan kimia, pestisida, logam nutrien tertentu dan fosfor.
4. Gangguan terhadap kesehatan manusia, dapat disebabkan oleh berbagai jenis bakteri,
virus, senyawa-senyawa kimia, pestisida, serta logam seperti Hg, Pb, dan Cd yang berasal
dari bagian kedokteran gigi.
5. Gangguan genetik dan reproduksi
Meskipun mekanisme gangguan belum sepenuhnya diketahui secara pasti, namun beberapa
senyawa dapat menyebabkan gangguan atau kerusakan genetik dan sistem reproduksi manusia
misalnya pestisida, bahan radioaktif.
E.

Pengelolaan Limbah Rumah Sakit


1. Limbah padat

Untuk memudahkan mengenal jenis limbah yang akan dimusnahkan, perlu dilakukan
penggolongan limbah. Dalam kaitan dengan pengelolaan, limbah medis dikategorikan menjadi 5
golongan sebabagi berikut :
Golongan A :

Dressing bedah, swab dan semua limbah terkontaminasi dari kamar bedah.

Bahan-bahan kimia dari kasus penyakit infeksi.

Seluruh jaringan tubuh manusia (terinfeksi maupun tidak), bangkai/jaringan hewan dari
laboratorium dan hal-hal lain yang berkaitan dengan swab dan dreesing.

Golongan B :
Syringe bekas, jarum, cartridge, pecahan gelas dan benda-benda tajam lainnya.
Golongan C :
Limbah dari ruang laboratorium dan postpartum kecuali yang termasuk dalam golongan A.
Golongan D :

Limbah bahan kimia dan bahan-bahan farmasi tertentu.


Golongan E :
Pelapis Bed-pan Disposable, urinoir, incontinence-pad, dan stomach.
Dalam pelaksanaan pengelolaan limbah medis perlu dilakukan pemisahan penampungan,
pengangkutan, dan pengelolaan limbah pendahuluan.
a.

Pemisahan

Golongan A
Dressing bedah yang kotor, swab dan limbah lain yang terkontaminasi dari ruang pengobatan
hendaknya ditampung dalam bak penampungan limbah medis yang mudah dijangkau bak
sampah yang dilengkapi dengan pelapis pada tempat produksi sampah. Kantong plastik tersebut
hendaknya diambil paling sedikit satu hari sekali atau bila sudah mencapai tiga perempat penuh.
Kemudian diikat kuat sebelum diangkut dan ditampung sementara di bak sampah klinis.
Bak sampah tersebut juga hendaknya diikat dengan kuat bila mencapai tiga perempat penuh atau
sebelum jadwal pengumpulan sampah. Sampah tersebut kemudian dibuang dengan cara sebagai
berikut :
1) Sampah dari haemodialisis
Sampah hendaknya dimasukkan dengan incinerator. Bisa juga digunakan autoclaving,tetapi
kantung harus dibuka dan dibuat sedemikian rupa sehingga uap panas bisa menembus secara
efektif.
(Catatan: Autoclaving adalah pemanasan dengan uap di bawah tekanan dengan tujuan sterilisasi
terutama untuk limbah infeksius).
2) Limbah dari unit lain :
Limbah hendaknya dimusnahkan dengan incinerator. Bila tidak mungkin bisa menggunakan cara
lain, misalnya dengan membuat sumur dalam yang aman.
Semua jaringan tubuh, plasenta dan lain-lain hendaknya ditampung pada bak limbah medis atau
kantong lain yang tepat kemudian dimusnahkan dengan incinerator.
Perkakas laboratorium yang terinfeksi hendaknya dimusnahkan dengan incinerator.
Incinerator harus dioperasikan di bawah pengawasan bagian sanitasi atau bagian laboratorium.
Golongan B

Syringe, jarum dan cartridges hendaknya dibuang dengan keadaan tertutup. Sampah ini
hendaknya ditampung dalam bak tahan benda tajam yang bilamana penuh (atau dengan interval
maksimal tidak lebih dari satu minggu) hendaknya diikat dan ditampung di dalam bak sampah
klinis sebelum diangkut dan dimasukkan denganincinerator.
b.

Penampungan

Sampah klinis hendaknya diangkut sesering mungkin sesuai dengan kebutuhan. Sementara
menunggu pengangkutan untuk dibawa ke incinerator atau pengangkutan oleh dinas kebersihan
(atau ketentuan yang ditunjuk), sampah tersebut hendaknya :
1)

Disimpan dalam kontainer yang memenuhi syarat.

2)
Di lokasi/tempat yang strategis, merata dengan ukuran yang disesuaikan dengan frekuensi
pengumpulannya dengan kantong berkode warna yang telah ditentukan secara terpisah.
3)
Diletakkan pada tempat kering/mudah dikeringkan, lantai yang tidak rembes, dan
disediakan sarana pencuci.
4) Aman dari orang-orang yang tidak bertanggungjawab; dari binatang, dan bebas dari
infestasi serangga dan tikus.
5)

Terjangkau oleh kendaraan pengumpul sampah (bila mungkin)

Sampah yang tidak berbahaya dengan penanganan pendahuluan (jadi bisa digolongkan dalam
sampan klinis), dapat ditampung bersama sampah lain sambil menunggu pengangkutan.
c.

Pengangkutan

Pengangkutan dibedakan menjadi dua yaitu pengangkutan intenal dan eksternal. Pengangkutan
internal berawal dari titik penampungan awal ke tempat pembuangan atau ke incinerator
(pengolahan on-site). Dalam pengangkutan internal biasanya digunakan kereta dorong.
Kereta atau troli yang digunakan untuk pengangkutan sampah klinis harus didesain sedemikian
rupa sehingga :
1)

Permukaan harus licin, rata dan tidak tembus

2)

Tidak akan menjadi sarang serangga

3)

Mudah dibersihkan dan dikeringkan

4)

Sampan tidak menempel pada alat angkut

5)

Sampan mudah diisikan, diikat, dan dituang kembali

Bila tidak tersedia sarana setempat dan sampah klinis harus diangkut ke tempat lain :
1)
Harus disediakan bak terpisah dari sampah biasa dalam alat truk pengangkut. Dan harus
dilakukan upaya untuk men-cegah kontaminasi sampah lain yang dibawa.
2)
Harus dapat dijamin bahwa sampah dalam keadaan aman dan tidak terjadi kebocoran atau
tumpah.
2. Limbah Cair
Limbah rumah sakit mengandung bermacam-macam mikroorganisme, bahan-bahan organik dan
an-organik. Beberapa contoh fasilitas atau Unit Pengelolaan Limbah (UPL) di rumah sakit antara
lain sebagai berikut:
a. Kolam Stabilisasi Air Limbah (Waste Stabilization Pond System)
Sistem pengelolaan ini cukup efektif dan efisien kecuali masalah lahan, karena kolam stabilisasi
memerlukan lahan yang cukup luas; maka biasanya dianjurkan untuk rumah sakit di luar kota
(pedalaman) yang biasanya masih mempunyai lahan yang cukup. Sistem ini terdiri dari bagianbagian yang cukup sederhana yakni :
1)

Pump Swap (pompa air kotor).

2)

Stabilization Pond (kolam stabilisasi) 2 buah.

3)

Bak Klorinasi

4)

Control room (ruang kontrol)

5)

Inlet

6)

Incinerator antara 2 kolam stabilisasi

7)

Outlet dari kolam stabilisasi menuju sistem klorinasi.

b. Kolam oksidasi air limbah (Waste Oxidation Ditch Treatment System)


Sistem ini terpilih untuk pengolahan air limbah rumah sakit di kota, karena tidak memerlukan
lahan yang luas. Kolam oksidasi dibuat bulat atau elips, dan air limbah dialirkan secara berputar
agar ada kesempatan lebih lama berkontak dengan oksigen dari udara (aerasi). Kemudian air
limbah dialirkan ke bak sedimentasi untuk mengendapkan benda padat dan lumpur. Selanjutnya
air yang sudah jernih masuk ke bak klorinasi sebelum dibuang ke selokan umum atau
sungai. Sedangkan lumpur yang mengendap diambil dan dikeringkan pada Sludge drying
bed (tempat pengeringan Lumpur). Sistem kolam oksidasi ini terdiri dari :
1)

Pump Swap (pompa air kotor)

2)

Oxidation Ditch (pompa air kotor)

3)

Sedimentation Tank (bak pengendapan)

4)

Chlorination Tank (bak klorinasi)

5)

Sludge Drying Bed ( tempat pengeringan lumpur, biasanya 1-2 petak).

6)

Control Room (ruang kontrol)

c. Anaerobic Filter Treatment System


Sistem pengolahan melalui proses pembusukan anaerobik melalui filter/saringan, air limbah
tersebut sebelumnya telah mengalami pretreatment dengan septic tank (inchaff
tank). Proses anaerobic filter treatment biasanya akan menghasilkan effluent yang mengandung
zat-zat asam organik dan senyawa anorganik yang memerlukan klor lebih banyak untuk proses
oksidasinya. Oleh sebab itu sebelum effluent dialirkan ke bak klorida ditampung dulu di bak
stabilisasi untuk memberikan kesempatan oksidasi zat-zat tersebut di atas, sehingga akan
menurunkan jumlah klorin yang dibutuhkan pada proses klorinasi nanti.
Sistem Anaerobic Treatment terdiri dari komponen-komponen antara lain sebagai berikut :
1)

Pump Swap (pompa air kotor)

2)

Septic Tank (inhaff tank)

3)

Anaerobic filter.

4)

Stabilization tank (bak stabilisasi)

5)

Chlorination tank (bak klorinasi)

6)

Sludge drying bed (tempat pengeringan lumpur)

7)

Control room (ruang kontrol)

Sesuai dengan debit air buangan dari rumah sakit yang juga tergantung dari besar kecilnya rumah
sakit, atau jumlah tempat tidur, maka kontruksi Anaerobic Filter Treatment Systemdapat
disesuaikan dengan kebutuhan tersebut, misalnya :
1)

Volume septic tank

2)

Jumlah anaerobic filter

3)

Volume stabilization tank

4)

Jumlah chlorination tank

5)

Jumlah sludge drying bed

6)

Perkiraan luas lahan yang diperlukan

Secara singkat pengelolaan pengelolaan dan pembuangan limbah medis adalah sebagai berikut :
1. Pengumpulan ( Pemisahan Dan Pengurangan )
Proses pemilahan dan reduksi sampah hendaknya merupakan proses yang kontinyu yang
pelaksanaannya harus mempertimbangkan : kelancaran penanganan dan penampungan sampah,
pengurangan volume dengan perlakuan pemisahan limbah B3 dan non B3 serta menghindari
penggunaan bahan kimia B3, pengemasan dan pemberian label yang jelas dari berbagai jenis
sampah untuk efisiensi biaya, petugas dan pembuangan.
2. Penampungan
Penampungan sampah ini wadah yang memiliki sifat kuat, tidak mudah bocor atau berlumut,
terhindar dari sobek atau pecah, mempunyai tutup dan tidak overload. Penampungan dalam
pengelolaan sampah medis dilakukan perlakuan standarisasi kantong dan kontainer seperti
dengan menggunakan kantong yang bermacam warna seperti telah ditetapkan dalam Permenkes
RI no. 986/Men.Kes/Per/1992 dimana kantong berwarna kuning dengan lambang biohazard
untuk sampah infeksius, kantong berwarna ungu dengan simbol citotoksik untuk limbah
citotoksik, kantong berwarna merah dengan simbol radioaktif untuk limbah radioaktif dan
kantong berwarna hitam dengan tulisan domestik
3. Pengangkutan
Pengangkutan dibedakan menjadi dua yaitu pengangkutan intenal dan eksternal. Pengangkutan
internal berawal dari titik penampungan awal ke tempat pembuangan atau ke incinerator
(pengolahan on-site). Dalam pengangkutan internal biasanya digunakan kereta dorong sebagai
yang sudah diberi label, dan dibersihkan secara berkala serta petugas pelaksana dilengkapi
dengan alat proteksi dan pakaian kerja khusus.
Pengangkutan eksternal yaitu pengangkutan sampah medis ketempat pembuangan di luar (offsite). Pengangkutan eksternal memerlukan prosedur pelaksanaan yang tepat dan harus dipatuhi
petugas yang terlibat. Prosedur tersebut termasuk memenuhi peraturan angkutan lokal. Sampah
medis diangkut dalam kontainer khusus, harus kuat dan tidak bocor.
4. Pengolahan dan Pembuangan
Metoda yang digunakan untuk megolah dan membuang sampah medis tergantung pada faktorfaktor khusus yang sesuai dengan institusi yang berkaitan dengan peraturan yang berlaku dan
aspek lingkungan yang berpengaruh terhadap masyarakat. Teknik pengolahan sampah medis
(medical waste) yang mungkin diterapkan adalah :

Incinerasi

Sterilisasi dengan uap panas/ autoclaving (pada kondisi uap jenuh bersuhu 121 C)

Sterilisasi dengan gas (gas yang digunakan berupa ethylene oxide atau formaldehyde)

Desinfeksi zat kimia dengan proses grinding (menggunakan cairan kimia sebagai
desinfektan)

Inaktivasi suhu tinggi

Radiasi (dengan ultraviolet atau ionisasi radiasi seperti Co60

Microwave treatment

Grinding dan shredding (proses homogenisasi bentuk atau ukuran sampah)

Pemampatan/pemadatan, dengan tujuan untuk mengurangi volume yang terbentuk.

5. Incinerator
Beberapa hal yang perlu diperhatikan apabila incinerator akan digunakan di rumah sakit
antara lain: ukuran, desain, kapasitas yang disesuaikan dengan volume sampah medis
yang akan dibakar dan disesuaikan pula dengan pengaturan pengendalian pencemaran
udara, penempatan lokasi yang berkaitan dengan jalur pengangkutan sampah dalam
kompleks rumah sakit dan jalur pembuangan abu, serta perangkap untuk melindungi
incinerator dari bahaya kebakaran.
Keuntungan menggunakan incinerator adalah dapat mengurangi volume sampah, dapat
membakar beberapa jenis sampah termasuk sampah B3 (toksik menjadi non toksik,
infeksius menjadi non infeksius), lahan yang dibutuhkan relatif tidak luas,
pengoperasinnya tidak tergantung pada iklim, dan residu abu dapat digunakan untuk
mengisi tanah yang rendah. Sedangkan kerugiannya adalah tidak semua jenis sampah
dapt dimusnahkan terutama sampah dari logam dan botol, serta dapat menimbulkan
pencemaran udara bila tidak dilengkapi dengan pollution control berupa cyclon (udara
berputar) atau bag filter (penghisap debu). Hasil pembakaran berupa residu serta abu
dikeluarkan dari incinerator dan ditimbun dilahan yang rendah. Sedangkan gas/pertikulat
dikeluarkan melalui cerobong setelah melalui sarana pengolah pencemar udara yang
sesuai.
F.

Kesimpulan

Keberagaman sampah/limbah rumah sakit memerlukan penanganan yang baik sebelum proses
pembuangan. Sayang sebagian besar pengelolaan limbah medis (medical waste) RS masih di
bawah standar lingkungan karena umumnya dibuang ke tempat pembuangan akhir (TPA) sampah
dengan sistem open dumping atau dibuang di sembarang tempat. Bila pengelolaan limbah tak
dilaksanakan secara saniter, akan menyebabkan gangguan bagi masyarakat di sekitar RS dan

pengguna limbah medis. Agen penyakit limbah RS memasuki manusia (host) melalui air, udara,
makanan, alat, atau benda. Agen penyakit bisa ditularkan pada masyarakat sekitar, pemakai
limbah medis, dan pengantar orang sakit.
Berbagai cara dilakukan RS untuk mengolah limbahnya. Tahap penanganan limbah adalah
pewadahan, pengumpulan, pemindahan pada transfer depo, pengangkutan, pemilahan,
pemotongan, pengolahan, dan pembuangan akhir. Pembuangan akhir ini bisa berupa sanitary fill,
secured landfill, dan open dumping.
Mencegah limbah RS memasuki lingkungan dimaksudkan untuk mengurangi keterpajanan
(exposure) masyarakat. Tindakan ini bisa mencegah bahaya dan risiko infeksi pengguna limbah.
Tindakan pencegahan lain yang mudah, jangan mencampur limbah secara bersama. Untuk itu
tiap RS harus berhati-hati dalam membuang limbah medis.
Ada beberapa kelompok masyarakat yang mempunyai resiko untuk mendapat gangguan karena
buangan rumah sakit. Pertama, pasien yang datang ke Rumah Sakit untuk memperoleh
pertolongan pengobatan dan perawatan Rumah Sakit. Kelompok ini merupakan kelompok yang
paling rentan. Kedua, karyawan Rumah sakit dalam melaksanakan tugas sehari-harinya selalu
kontak dengan orang sakit yang merupakan sumber agen penyakit. Ketiga,
pengunjung/pengantar orang sakit yang berkunjung ke rumah sakit, resiko terkena gangguan
kesehatan akan semakin besar. Keempat, masyarakat yang bermukim di sekitar Rumah Sakit,
lebih-lebih lagi bila Rumah sakit membuang hasil buangan Rumah Sakit tidak sebagaimana
mestinya ke lingkungan sekitarnya. Akibatnya adalah kualitas lingkungan menjadi menurun
dengan akibat lanjutannya adalah menurunnya derajat kesehatan masyarakat di lingkungan
tersebut. Oleh karena itu, rumah sakit wajib melaksanakan pengelolaan buangan rumah sakit
yang baik dan benar dengan melaksanakan kegiatan Sanitasi Rumah Sakit.
Aspek pengelolaan limbah telah berkembang pesat seiring lajunya pembangunan. Konsep lama
yang lebih menekankan pengelolaan limbah setelah terjadinya limbah (end-of-pipe approach)
membawa konsekuensi ekonomi biaya tinggi. Kini telah berkembang pemikiran pengelolaan
limbah dikenal sebagai Sistem Manajemen Lingkungan. Dengan pendekatan sistem itu, tak
hanya cara mengelola limbah sebagai by product (output), tetapi juga meminimalisasi limbah.
Pengelolaan limbah RS ini mengacu Peraturan Menkes No 986/Menkes/Per/XI/ 1992 dan
Keputusan Dirjen P2M PLP No HK.00.06.6.44,tentang petunjuk teknis Penyehatan Lingkungan
Rumah Sakit. Intinya penyelamatan anak harus di nomorsatukan, kontaminasi agen harus
dicegah, limbah yang dibuang harus tak berbahaya, tak infeksius, dan merupakan limbah yang
tidak dapat digunakan kembali.
Rumah sakit sebagai bagian lingkungan yang menyatu dengan masyarakat harus menerapkan
prinsip ini demi menjamin keamanan limbah medis yang dihasilkan dan tak melahirkan masalah
baru bagi kesehatan di Indonesia.
G.

Saran

Semestinya lingkungan rumah sakit menjadi tempat yang mendukung bagi pemulihan kesehatan
pasien sebagai Environtment of Care dalam kerangka Patient Safety yang dicanangkan oleh

organisasi kesehatan dunia WHO. Oleh karena itu rumah sakit harus bersih dan bebas dari
sumber penyakit. Kebersihan yang dimaksud adalah keadaan atau kondisi yang bebas dari
bahaya dan resiko minimal bagi terjadinya infeksi silang.
Rumah sakit juga harus menjadi contoh bagi masyarakat untuk membudayakan kebersihan dan
upaya peningkatan kebersihan rumah sakit harus terus-menerus dilaksanakan dengan
menggiatkan program supervisi, monitoring dan evaluasi agar kebersihan dapat dipertahankan
dan ditingkatkan dari waktu ke waktu.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, M., 2008, Pengaruh Limbah Rumah Sakit Terhadap Kesehatan, Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Indonesia,
Depkes RI 2009 , Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan Fasilitas
Kesehatan Lainnya. Jakarta
Kusminarno, K., 2004, Manajemen Limbah Rumah Sakit, Jakarta
Nainggolan, R., Elsa, Musadad A., 2008, Kajian Pengelolaan Limbah Padat Medis Rumah
Sakit, Jakarta
Notoadmodjo, S., 2007, Ilmu Kesehatan Masyarakat, Rineka Cipta, Jakarta
Paramita, N., 2007, Evaluasi Pengelolaan Sampah Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot
Soebroto, Jurnal Presipitasi Vol. 2 No.1 Maret 2007, Issn 1907-187x, Semarang
Permenkes RI nomor: 1204/MENKES/SK/X/2004 Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan
Rumah Sakit
Pusat Komunikasi Publik, Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan
RI.http://www.depkes.go.id
Shofyan, M., 2010, Jenis Limbah Rumah Sakit Dan Dampaknya Terhadap Kesehatan Serta
Lingkungan, UPI
Suripto, A., 2002, Pengelolaan Limbah Radioterapi Eksternal Rumah Sakit, Buletin
Alara, Volume 4 (Edisi Khusus), Serpong
Zaenab, 2009, Teknologi Pengolahan Limbah Medis Cair, Makassar
Tentang iklan-iklan ini
By ansharbonassilfa Tagged cara mengelola, incenerator, infection control, ipcn, kesehatan
lingkungan, limbah, manajemen, pengendalian infeksi, ppirs, rumah sakit, rumah sakit berseri
1

Navigasi pos
PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI TERKAIT PELAYANAN KESEHATAN
DI LAHAN PRAKTIK

One comment on PENGELOLAAN SAMPAH/LIMBAH


RUMAH SAKIT DAN PERMASALAHANNYA
1.

dephii
Desember 12, 2013 @ 9:10 am
Salam kenal Pak Anshar. Saya Devi, salah satu perawat yang baru ikut di PPI. Sharing
saja Bapak.. untuk sampah.. sebenarnya idealnya di rawat inap apakah harus ada semua
itu? sampah jaringan dll?
karena biasanya yang ada hanya sampah medis dan non medis. BTK.

PENGELOLAAN LIMBAH MEDIS RUMAH SAKIT October 19, 2009


Filed under: lingkungan Urip Santoso @ 10:55 pm
Tags: limbah, rumah sakit
Oleh: AHMAD JAIS
1. Pendahuluan
Dalam upaya menigkatkan derajat kesehatan masyarakat, khususnya di kota-kota besar semakin
meningkat pendirian rumah sakit (RS). Sebagai akibat kualitas efluen limbah rumah sakit tidak
memenuhi syarat. Limbah rumah sakit dapat mencemari lingkungan penduduk di sekitar rumah
sakit dan dapat menimbulkan masalah kesehatan. Hal ini dikarenakan dalam limbah rumah sakit
dapat mengandung berbagai jasad renik penyebab penyakit pada manusia termasuk demam
typoid, kholera, disentri dan hepatitis sehingga limbah harus diolah sebelum dibuang ke
lingkungan (BAPEDAL, 1999).
SAMPAH dan limbah rumah sakit adalah semua sampah dan limbah yang dihasilkan oleh
kegiatan rumah sakit dan kegiatan penunjang lainnya. Secara umum sampah dan limbah rumah
sakit dibagi dalam dua kelompok besar, yaitu sampah atau limbah klinis dan non klinis baik
padat maupun cair. Bentuk limbah klinis bermacam-macam dan berdasarkan potensi yang
terkandung di dalamnya dapat dikelompokkan sebagai berikut :

Limbah benda tajam adalah obyek atau alat yang memiliki sudut tajam, sisi, ujung atau
bagian menonjol yang dapat memotong atau menusuk kulit seperti jarum hipodermik,
perlengkapan intravena, pipet pasteur, pecahan gelas, pisau bedah. Semua benda tajam ini

memiliki potensi bahaya dan dapat menyebabkan cedera melalui sobekan atau tusukan. Bendabenda tajam yang terbuang mungkin terkontaminasi oleh darah, cairan tubuh, bahan
mikrobiologi, bahan beracun atau radio aktif.

Limbah infeksius mencakup pengertian sebagai berikut: Limbah yang berkaitan dengan
pasien yang memerlukan isolasi penyakit menular (perawatan intensif). Limbah laboratorium
yang berkaitan dengan pemeriksaan mikrobiologi dari poliklinik dan ruang perawatan/isolasi
penyakit menular. Limbah jaringan tubuh meliputi organ, anggota badan, darah dan cairan tubuh,
biasanya dihasilkan pada saat pembedahan atau otopsi. Limbah sitotoksik adalah bahan yang
terkontaminasi atau mungkin terkontaminasi dengan obat sitotoksik selama peracikan,
pengangkutan atau tindakan terapi sitotoksik.Limbah farmasi ini dapat berasal dari obat-obat
kadaluwarsa, obat-obat yang terbuang karena batch yang tidak memenuhi spesifikasi atau
kemasan yang terkontaminasi, obat- obat yang dibuang oleh pasien atau dibuang oleh
masyarakat, obat-obat yang tidak lagi diperlukan oleh institusi bersangkutan dan limbah yang
dihasilkan selama produksi obat- obatan.

Limbah kimia adalah limbah yang dihasilkan dari penggunaan bahan kimia dalam
tindakan medis, veterinari, laboratorium, proses sterilisasi, dan riset.

Limbah radioaktif adalah bahan yang terkontaminasi dengan radio isotop yang berasal
dari penggunaan medis atau riset radio nukleida.
(Arifin. M, 2008 ; (online).

Selain sampah klinis, dari kegiatan penunjang rumah sakit juga menghasilkan sampah non klinis
atau dapat disebut juga sampah non medis. Sampah non medis ini bisa berasal dari kantor /
administrasi kertas, unit pelayanan (berupa karton, kaleng, botol), sampah dari ruang pasien, sisa
makanan buangan; sampah dapur (sisa pembungkus, sisa makanan/bahan makanan, sayur dan
lain-lain). Limbah cair yang dihasilkan rumah sakit mempunyai karakteristik tertentu baik fisik,
kimia dan biologi. Limbah rumah sakit bisa mengandung bermacam-macam mikroorganisme,
tergantung pada jenis rumah sakit, tingkat pengolahan yang dilakukan sebelum dibuang dan jenis
sarana yang ada (laboratorium, klinik dll). Tentu saja dari jenis-jenis mikroorganisme tersebut
ada yang bersifat patogen. Limbah rumah sakit seperti halnya limbah lain akan mengandung
bahan-bahan organik dan anorganik, yang tingkat kandungannya dapat ditentukan dengan uji air
kotor pada umumnya seperti BOD, COD, pH, mikrobiologik, dan lain-lain. (Arifin. M, 2008 ;
(online).
Pelayanan kesehatan dikembangkan dengan terus mendorong peranserta aktif masyarakat
termasuk dunia usaha. Usaha perbaikan kesehatan masyarakat terus dikembangkan antara lain
melalui pencegahan dan pemberantasan penyakit menular, penyehatan lingkungan, perbaikan
gizi, penyediaan air bersih, penyuluhan kesehatan serta pelayanan kesehatan ibu dan anak.
Perlindungan terhadap bahaya pencemaran dari manapun juga perlu diberikan perhatian khusus.
Sehubungan dengan hal tersebut, pengelolaan limbah rumah sakit yang merupakan bagian dari
penyehatan lingkungan dirumah sakit juga mempunyai tujuan untuk melindungi masyarakat dari

bahaya pencemaran lingkungan yang bersumber dari limbah rumah sakit infeksi nosoknominal
dilingkungan rumah sakit, perlu diupayakan bersama oleh unsur-unsur yang terkait dengan
penyelenggaraan kegiatan pelayanan rumah sakit. Unsur-unsur tersebut meliputi antara lain
sebagai berikut :

Pemrakarsa atau penanggung jawab rumah sakit

Penanggung jasa pelayanan rumah sakit

Para ahli pakar dan lembaga yang dapat memberikan saran-saran

Para pengusaha dan swasta yang dapat menyediakan sarana fasilitas yang diperlukan.

(Depkes RI, 2002)


Pengelolaan limbah rumah sakit yang sudah lama diupayakan dengan menyiapkan perangkat
lunaknya yang berupa peraturan-peraturan, pedoman-pedoman dan kebijakan-kebijakan yng
mengatur pengelolaan dan peningkatan kesehatan dilingkungan rumah sakit.
Disamping peraturan-peraturan tersebut secara bertahap dan berkesinambungan Departemen
Kesehatan terus mengupayakan dan menyediakan dan untuk pembangunan insilasi pengelolaan
limbah rumah sakit melalui anggaran pembangunan maupun dari sumber bantuan dana lainnya.
Dengan demikian sampai saat ini sebagai rumah sakit pemerintah telah dilengkapi dengan
fasilitas pengelolaan limabah, meskipun perlu untuk disempurnakan. Namun disadari bahwa
pengelolaan limbah rumah sakit masih perlu ditingkatkan permasyarakatan terutama
dilingkungan masyarakat rumah sakit. (Depkes RI, 1992).

1. A.

Permasalahan

Dalam profil kesehatan Indonesia, Departement Kesehatan, 1997 diungkapkan seluruh rumah
sakit di Indonesia berjumlah 1090 dengan 121.996 tempat tidur. Hasil kajian terhadap 100
Rumah Sakit di Jawa dan Bali menunjukkan bahwa rata-rata produksi sampah sebesar 3,2 kg
pertempat tidur perhari. Analisa lebih jauh menunjukkan produksi sampah (Limbah Padat)
berupa limbah domestic sebesar 76,8 persen dan berupa limbah infeksius sebesar 23,2 persen.
Diperkirakan secara nasional produksi sampah (Limbah Padat) Rumah Sakit sebesar 376.089 ton
per hari dan produksi air limbah sebesar 48.985,70 ton per hari. Dari gambaran tersebut dapat
dibayangkan betapa besar potensi Rumah Sakit untuk mencemari lingkungan dan kemungkinan
menimbulkan kecelakaan serta penularan penyakit.
Rumah Sakit menghasilkan limbah dalam jumlah yang besar, beberapa diantaranya
membahayakan kesehatan dilingkungannya. Di negara maju, jumlahnya diperkirakan 0,5-0,6 kg
per tempat tidur rumah sakit perhari. Pembuangan limbah yang berjumlah cukup besar ini paling
baik jika dilakukan dengan memilah-milah limbah kedalam kategori untuk masing-masing jenis

kategori diterapkan cara pembuangan limbah yang berbeda. Prinsip umum pembuangan limbah
rumah sakit adalah sejauh mungkin menghindari resiko kontaminasi antrauma (Injuri)
(KLMNH, 1995).
Limbah Rumah Sakit mengandung bahan beracun berbahaya Rumah Sakit tidak hanya
menghasilkan limbah organik dan anorganik, tetapi juga limbah infeksius yang mengandung
bahan beracun berbahaya (B3). Dari keseluruhan limbah rumah sakit, sekitar 10 sampai 15
persen diantaranya merupakan limbah
infeksius yang mengandung logam berat, antara lain mercuri (Hg). Sebanyak 40 persen lainnya
adalah limbah organik yang berasal dari makanan dan sisa makan, baik dari pasien dan keluarga
pasien maupun dapur gizi. Selanjutnya, sisanya merupakan limbah anorganik dalam bentuk botol
bekas infus dan plastik. Temuan ini merupakan
hasil penelitian Bapedalda Jabar bekerja sama dengan Departemen
Kesehatan RI, serta Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) selama tahun 1998 sampai tahun 1999.
Keterbatasan dan mengakibatkan sampel yang diambil hanya dari dua rumah sakit di Jawa Barat,
satu di rumah sakit pemerintah dan satunya lagi di rumah sakit swasta. Secara terpisah, mantan
Ketua Wahana Lingkungan (Walhi) Jabar
Ikhwan Fauzi mengatakan, volume limbah infeksius dibeberapa rumah sakit bahkan melebihi
jumlah yang ditemukan Bapedalda. Limbah infeksius ini lebih banyak ditemukan di beberapa
rumah sakit umum, yang pemeliharaan lingkungannya kurang baik (Pristiyanto. D, 2000).
Biasanya orang mengaitkan limbah B3 dengan industri. Siapa yang menyangka ternyata dirumah
sakitpun menghasilkan limbah berbahaya dari limbah infeksius. Limbah infeksius berupa alatalat kedokteran seperti perban, salep, serta suntikan bekas (tidak termasuk tabung infus), darah,
dan sebagainya. Dalam penelitian itu, hampir di setiap tempat sampah ditemukan bekas dan sisa
makanan (limbah organik), limbah infeksius, dan limbah organik berupa botol bekas infus.
(Anonimous, 2009)
Limbah rumah sakit, khususnya limbah medis yang infeksius, belum dikelola dengan baik.
Sebagian besar pengelolaan limbah infeksius disamakan dengan limbah medis noninfeksius.
Selain itu, kerap bercampur limbah medis dan nonmedis. Percampuran tersebut justru
memperbesar permasalahan limbah medis.
Kepala Pusat Sumber Daya Manusia dan Lingkungan Universitas Indonesia Dr Setyo Sarwanto
DEA mengutarakan hal itu kepada Pembaruan, Kamis pekan lalu, di Jakarta. Ia mengatakan,
rata-rata pengelolaan limbah medis di rumah sakit belum dilakukan dengan benar. Limbah medis
memerlukan pengelolaan khusus yang berbeda dengan limbah nonmedis. Yang termasuk limbah
medis adalah limbah infeksius, limbah radiologi, limbah sitotoksis, dan limbah laboratorium.
Limbah infeksius misalnya jaringan tubuh yang terinfeksi kuman. Limbah jenis itu seharusnya
dibakar, bukan dikubur, apalagi dibuang ke septic tank. Pasalnya, tangki pembuangan seperti itu
di Indonesia sebagian besar tidak memenuhi syarat sebagai tempat pembuangan limbah.
Ironisnya, malah sebagian besar limbah rumah sakit dibuang ke tangki pembuangan seperti itu.

Kenyataannya, banyak tangki pembuangan sebagai tempat pembuangan limbah yang tidak
memenuhi syarat. Hal itu akan menyebabkan pencemaran, khususnya pada air tanah yang
banyak dipergunakan masyarakat untuk kebutuhan sehari-hari. Setyo menyebutkan, buruknya
pengelolaan limbah rumah sakit karena pengelolaan limbah belum menjadi syarat akreditasi
rumah sakit. Sedangkan peraturan proses pembungkusan limbah padat yang diterbitkan
Departemen Kesehatan pada 1992 pun sebagian besar tidak dijalankan dengan benar.
Dampak Limbah Pada Kesehatan Masyarakat
Ada beberapa kelompok masyarakat yang mempunyai resiko untuk mendapat gangguan
karena buangan rumah sakit. Pertama, pasien yang datang ke Rumah Sakit untuk
memperoleh pertolongan pengobatan dan perawatan Rumah Sakit. Kelompok ini
merupakan kelompok yang paling rentan Kedua, karyawan Rumah sakit dalam
melaksanakan tugas sehari-harinya selalu kontak dengan orang sakit yang
merupakan sumber agen penyakit. Ketiga, pengunjung / pengantar orang sakit
yang berkunjung ke rumah sakit, resiko terkena gangguan kesehatan akan semakin
besar. Keempat, masyarakat yang bermukim di sekitar Rumah Sakit, lebih-lebih
lagi bila Rumah sakit membuang hasil buangan Rumah Sakit tidak sebagaimana
mestinya ke lingkungan sekitarnya. Akibatnya adalah mutu lingkungan menjadi
turun kualitasnya, dengan akibat lanjutannya adalah menurunnya derajat
kesehatan masyarakat di lingkungan tersebut. Oleh karena itu, rumah sakit
wajib melaksanakan pengelolaan buangan rumah sakit yang baik dan benar dengan
melaksanakan kegiatan Sanitasi Rumah Sakit (Kusnoputranto.H, 1993).

1. B.

Jenis-jenis limbah

Jenis-jenis limbah rumah sakit meliputi bagian sebagai berikut ini :

Limbah klinik

Limbah dihasilkan selama pelayanan pasien secara rutin pembedahan dan di unit-unit resiko
tinggi. Limbah ini mungkin berbahaya dan mengakibatkan resiko tinggi infeksi kuman dan
populasi umum dan staf Rumah Sakit. Oleh karena itu perlu diberi label yang jelas sebagai resiko
tinggi. Contoh limbah jenis tersebut ialah perban atau pembungkusyang kotor, cairan badan,
anggota badan yang diamputasi, jarum-jarum dan semprit bekas, kantung urine dan produk
darah.

Limbah patologi

Limbah ini juga dianggap beresiko tinggi dan sebaiknya diautoclaf sebelum keluar dari unit
patologi. Limbah tersebut harus diberi label biohazard.

Limbah bukan klinik

Limbah ini meliputi kertas-kertas pembungkus atau kantong dan plastik yang tidak berkontak
dengan cairan badan. Meskipun tidak menimbulkan resiko sakit, limbah tersebut cukup
merepotkan karena memerlukan tempat yang besar untuk mengangkut dan menbuangnya.

Limbah dapur

Limbah ini mencakup sisa-sisa makanan dan air kotor. Berbagai serangga seperti kecoa, kutu dan
hewan pengerat seperti tikus merupakan gangguan bagi staf maupun pasien di Rumah Sakit.

Limbah radioaktif

Walaupun limbah ini tidak menimbulkan persoalan pengendalian infeksi di rumah sakit,
pembuangan secara aman perlu diatur dengan baik. Pemberian kode warna yang berbeda untuk
masing-masing sangat membantu pengelolaan limbah tersebut
(Prasojo. D, 2008).
Berikut adalah tabel yang menyajikan contoh sistem kondisifikasi limbah rumah sakit dengan
menggunakan warna :

JENIS LIMBAH
Bangsal/Unit
Klinik
Bukan klinik
Kamar Cuci Rumah Sakit
Kotor/Terinfeksi
Habis dipakai
Dari kamar operasi
Dapur

WARNA
Kuning
Hitam
Merah
Putih
Hijau/Biru
Sarung tangan dengan warna yang
berbeda untuk memasak dan
membersihkan badan.

Agar kebijakan kodifikasikan menggunakan warna dapat dilaksanakan dengan baik, tempat
limbah diseluruh rumh sakit harus memiliki warna yang sesuai, sehingga limbah dapat dipisahpisahkan ditempat sumbernya.
1. Bangsal harus memiliki dua macam tempat limbah dengan dua warna, satu untuk limbah
klinik dan yang lain untuk bukan klinik
2. Semua limbah dari kantor, biasanya berupa alat-alat tulis dianggap sebagai limbah klinik

3. Semua limbah yang keluar dari unit patologi harus dianggap sebagai limbah klinik dan
perlu dinyatakan aman sebelum dibuang (Depkes RI, 1992).

1. C.

Pengelolaan limbah

Pengolahan limbah RS Pengelolaan limbah RS dilakukan dengan berbagai cara. Yang


diutamakan adalah sterilisasi, yakni berupa pengurangan (reduce) dalam volume, penggunaan
kembali (reuse) dengan sterilisasi lebih dulu, daur ulang (recycle), dan pengolahan (treatment)
(Slamet Riyadi, 2000).
Berikut adalah beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam merumuskan kebijakan
kodifikasi dengan warna yang menyangkut hal-hal berikut :
1. Pemisahan Limbah
Limbah harus dipisahkan dari sumbernya
Semua limbah beresiko tinggi hendaknya diberi label jelas
Perlu digunakan kantung plastik dengan warna-warna yang berbeda yang menunjukkan
kemana kantong plastik harus diangkut untuk insinerasi aau dibuang (Koesno Putranto. H, 1995).
1. Penyimpanan Limbah
Dibeberapa Negara kantung plastik cukup mahal sehingga sebagai gantinya dapat digunkanan
kantung kertas yang tahan bocor (dibuat secara lokal sehingga dapat diperloleh dengan mudah)
kantung kertas ini dapat ditempeli dengan strip berwarna, kemudian ditempatkan ditong dengan
kode warna dibangsal dan unit-unit lain.
1. Penanganan Limbah
Kantung-kantung dengan warna harus dibuang jika telah terisi 2/3 bagian. Kemudian diikiat
bagian atasnya dan diberik label yang jelas
Kantung harus diangkut dengan memegang lehernya, sehingga jika dibawa mengayun
menjauhi badan, dan diletakkan ditempat-tempat tertentu untuk dikumpulkan
Petugas pengumpul limbah harus memastikan kantung-kantung dengan warna yang sama
telah dijadikan satu dan dikirimkan ketempat yang sesuai
Kantung harus disimpan pada kotak-kotak yang kedap terhadap kutu dan hewan perusak
sebelum diangkut ketempat pembuangan.
1. Pengangkutan limbah

Kantung limbah dipisahkan dan sekaligus dipisahkan menurut kode warnanya. Limbah bagian
bukan klinik misalnya dibawa kekompaktor, limbah bagian Klinik dibawa keinsenerator.
Pengangkutan dengan kendaraan khusus (mungkin ada kerjasama dengan dinas pekerja umum)
kendaraan yang digunakan untuk mengangkut limbah tersebut sebaiknya dikosongkan dan
dibersihkan setiap hari, jika perlu (misalnya bila ada kebocoran kantung limbah) dibersihkan
dengan menggunakan larutan klorin.
1. Pembuangan limbah
Setelah dimanfaatkan dengan konpaktor, limbah bukan klinik dapat dibuang ditempat
penimbunan sampah (Land-fill site), limbah klinik harus dibakar (insenerasi), jika tidak mungkin
harus ditimbun dengan kapur dan ditanam limbah dapur sebaiknya dibuang pada hari yang sama
sehingga tidak sampai membusuk.
(Bambang Heruhadi, 2000).
Rumah sakit yang besar mungkin mampu memberli inserator sendiri, insinerator berukuran kecil
atau menengah dapat membakar pada suhu 1300-1500 C atau lebih tinggi dan mungkin dapat
mendaur ulang sampai 60% panas yang dihasilkan untuk kebutuhan energi rumah sakit. Suatu
rumah sakit dapat pula mempertoleh penghasilan tambahan dengan melayani insinerasi limbah
rumah sakit yang berasal dari rumah sakit yang lain. Insinerator modern yang baik tentu saja
memiliki beberapa keuntungan antara lain kemampuannya menampung limbah klinik maupun
limbah bukan klinik, termasuk benda tajam dan produk farmasi yang tidak terpakai lagi.
Jika fasilitas insinerasi tidak tersedia, limbah klinik dapat ditimbun dengan kapur dan ditanam.
Langkah-langkah pengapuran (Liming) tersebut meliputi sebagai berikut :
1. Menggali lubang, dengan kedalaman sekitar 2,5 meter
2. Tebarkan limbah klinik didasar lubang samapi setinggi 75 cm
3. Tambahkan lapisan kapur
4. Lapisan limbah yang ditimbun lapisan kapur masih bisa ditanamkan samapai ketinggian
0,5 meter dibawah permukaan tanah
5. Akhirnya lubang tersebut harus ditutup dengan tanah
(Setyo Sarwanto, 2003).
Perlu diingat, bahan yang tidak dapat dicerna secara biologi (nonbiodegradable), misalnya
kantung plastik tidak perlu ikut ditimbun. Oleh karenanya limbah yang ditimbun dengan kapur
ini dibungkus kertas. Limbah-limbah tajam harus ditanam.

Limbah bukan klinik tidak usah ditimbun dengan kapur dan mungkin ditangani oleh DPU atau
kontraktor swasta dan dibuang ditempat tersendiri atau tempat pembuangan sampah umum.
Limbah klinik, jarum, semprit tidak boleh dibuang pada tempat pembuangan samapah umum.
Semua petugas yang menangani limbah klinik perlu dilatih secara memadai dan mengetahui
langkah-langkah apa yang harus dilakukan jika mengalami inokulasi atau kontaminasi badan.
Semua petugas harus menggunakan pakaian pelindung yang memadai, imunisasi terhadap
hepatitis B sangat dianjurkan dan catatan mengenai imunisasi tersebut sebaiknya tersimpan
dibagian kesehatan kerja (Moersidik. S.S, 1995).

Melihat karakteristik dan dampak-dampak yang dapat ditimbulkan oleh


buangan/limbah rumah sakit seperti tersebut diatas, maka konsep pengelolaan
lingkungan sebagai sebuah sistem dengan berbagai proses manajemen didalamnya
yang dikenal sebagai Sistem Manajemen Lingkungan rumah sakit yang perlu
diterapkan. Dengan pendekatan sistem tersebut, pengelolaan lingkungan itu
sendiri adalah suatu usaha untuk meningkatkan kualitas dengan menghasilkan
limbah yang ramah lingkungan dan aman bagi masyarakat sekitar.
Keterlibatan pemerintah yang memiliki badan yang menangani dampak
lingkungan, pihak manajemen puncak rumah sakit dan lembaga kemasyarakatan
merupakan kunci keberhasilan untuk melindungi masyarakat dari dampak buangan /
limbah rumah sakit ini (Mentri Negara Lingkungan Hidup, 2004).

1. D.

Kesimpulan dan Saran

Kegiatan rumah sakit yang sangat kompleks tidak saja memberikan dampak positif bagi
masyarakat sekitarnya tetapi juga mungkin dampak negatif itu berupa cemaran akibat proses
kegiatan maupun limbah yang dibuang tanpa pengelolaan yang benar. Pengelolaan limbah rumah
sakit yang tidak baik akan memicu resiko terjadinya kecelakaan kerja dan penularan penyakit
dari pasien ke pasien yang lain maupun dari dan kepada masyarakat pengunjung rumah sakit.
Oleh kerna itu untuk menjamin keselamatan dan kesehatan tenaga kerja maupun orang lain yang
berada dilingkungan rumah sakit dan sekitarnya perlu kebijakan sesuai manajemen keselamatan
dan kesehatan kerja dengan melaksanakan kegiatan pengelolaan dan monitoring limbah rumah
sakit sebagai salah satu indikator penting yang perlu diperhatikan.
Rumah sakit sebagai institusi yang sosial ekonominya kerena tugasnya memberikan pelayanan
kesehatan kepada masyarakat tidak terlepas dari tanggung jawab pengelolaan limbah yang
ditimbulkan.
DAFTAR PUSTAKA

BAPEDAL. 1999. Peraturan tentang Pengendalian Dampak Lingkungan.


Arifin.M, 2008, Pengaruh Limbah Rumah Sakit Terhadap Kesehatan. FKUI
Depkes RI. 2002. Pedoman Umum Hygene Sarana dan Bangunan Umum.
Departemen Kesehatan RI. 1992. Peraturan Proses Pembungkusan Limbah Padat.
Departement Kesehatan RI. 1997. Profil Kesehatan Indonesia.
Pristiyanto, Djuni. 2000. Limbah Rumah Sakit Mengandung Bahan Beracun Berbahaya.
Anonimous. 2009. Limbah. Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Sarwanto, Setyo. 2009. Limbah Rumah Sakit Belu Dikelolah Dengan Baik. Jakarta : UI
Departemen Kesehatan Republik Indonesia 1995. Pedoman Teknik Analisa Mengenai dampak
Lingkungan Rumah Sakit.
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Kep. 58/Menlh/12/1995 Tentang Baku Mutu
Kegiatan Rumah Sakit.
Kusnoputranto, H. 1993. Kualitas Limbah Rumah Sakit dan Dampaknya terhadap lingkungan
dan kesehatan dalam Seminar Rumah Sakit. Pusat Penelitian Sumberdaya Manusia dan
Lingkungan, Universitas Indonesia Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1993.
Mikrobiologi Kedokteran
Kusnoputranto, H. 1995. Bahan Toksik di Air dalam Toksikologi Lingkungan. Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.
Prasojo, D. 2008. Produk Kreatif Dari Limbah RS Buat Anak-anak Tetapi Mengandung Maut.
KARS-FKMUI.
Slamet Riyadi. 2000. Loka Karya Alternatif Ekologi Pengelolaan Sanitasi dan Sampah. Alkatiri,
S. 2009. Efektivitas Hasil Pengelolan Air Limbah Rumah Sakit. UnAir.
Moersidik, S.S. 1995, Pengelolaan Limbah Teknologi Pengelolaan Limbah Rumah Sakit dalam
Sanitasi Rumah Sakit, Pusat Penelitian Kesehatan Lembaga Penelitian Universitas Indonesia.
Depok.
Mentri Negara Lingkungan Hidup. 2004. Kajian Dampak Lingkungan.
SK PEMBAGIAN TUGAS
&
URAIAN TUGAS PEGAWAI

UPTD PUSKESMAS CIKIDANG

TAHUN 2013

VISI, MISI

Visi

Masyarakt Kecamatan Cikidang mandiri dalam hidup sehat 2015

MISI

Membuat Masyarakat kecamatan Cikidang Sehat 2015 Dengan :


1. Berpihak Kepada masyarakat
2. Bertindak Cepat Dan Tepat
3. Kerjasama Tim
4. Integritas Yang Tinggi
5. Trasparansi dan Akuntabilitas

KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS CIKIDANG


Nomor : 800/ 003 / PKM / I / 2013

Tentang

PEMBAGIAN TUGAS PEGAWAI PUSKESMAS CIKIDANG


TAHUN 2013
Menimbang

: a.

Bahwa dalam rangka memperlancar pelaksanaan tugas dan


pelayanan kesehatan kepada masyarakat di Kecamatan Cikidang
di pandang perlu menetapkan tugas pegawai Puskesmas
Cikidang.

Bahwa untuk terbitnya pelaksanaan tugas dimaksud, dipandang


b. perlu menuangkanya dalam surat keputusan.

Undang-Undang No. 36 tahun 2009;


Mengingat

: 1. SK Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 128/


Menkes/SK/II/2004 tentang kebijakan Dasar Pusat Kesehatan
2. Masyarakat;
SK Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1091/
Menkes/SK/X/2004 Tentang Standar Pelayanan Minimal
Bidang Kesehatan;
3. SK Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 836/2005
tentang PMK Perawat dan Bidan;
SK Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 279/2006
tentang upaya Penyelenggaraan Perkesmas di Puskesmas
4.

5.

MEMUTUSKAN
Menetapkan

:
Pembagian tugas Pegawai Puskesmas Cikidang sebagai mana

PERTAMA

KEDUA

: tercantum pada lampiran I, II, dan II Keputusan ini;


Masing Masing petugas membuat laporan bulanan atau triwulan
sebagai mana tercantum dalam lampiran II Keputusan ini, dan
: menyampaikanya kepada intansi atasan paling lambat tanggal 05
bulan berikutnya;
Laporan dari Pustu dan Desa selambat-lambatnya tanggal 30 bulan
bersangkutan sudah diterima di Puskesmas Cikidang;
Segala Biaya yang timbul akibat pelaksanaan keputusan ini
dibebankan kepada anggaran yang sesuai;

KETIGA

:
Apabila terdapat kekeliruan dalam keputusan ini akan diperbaiki
sebagai mana mestinya.

KEEMPAT

: Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.

KELIMA

KEENAM

Ditetapkan Di

: Cikidang

Pada tanggal

: 01 Januari 2013

KEPALA UPTD PUSKESMAS CIKIDANG

dr. Rika Mutiara Sukanda


NIP : 197106232006042009

Tembusan : Disampaikan kepada yth.


1. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sukabumi.

Lampiran I

: SK Kepala Puskesmas Cikidang


No.800 / 003 / PKM / I / 2013
Tanggal 01 Januari 2013

PEMBAGIAN TUGAS PEGAWAI


PUSKESMAS CIKIDANG TAHUN 2013

No

Unit / Kegiatan

Nama Petugas

1.

Tata Usaha

1. 1.
Administrasi Umum dan
Kepegwaian
Kasubag Tata Usaha
2. Surat-surat umum
Kasubag Tata Usaha
3. Absensi Pegawai
Nike Aprilianti, SKM
4. Surat Kesehatan dan keterangan lainya
Ramdhan Hermawan,S.Pd
5. Surat Rujukan
Nida Lestari AM.Keb
6. Entri data pasien

Nike Aprilianti, SKM

1. 2.

Keuangan dan Kekayaan

2. Rutin dan retribusi

Endah Wijaya K, AMK

3. Jamkesmas

Santi Yuniarti, AM.Keb

4. Jampersal

Santi Yuniarti, AM.Keb

5. Inventaris

Ramdhan Hermawan, S.Pd

6. Gaji

Amelia Diantyni, AMKG

7. BOK

Ade Nopandi Idris

1. 7.
Kebersihan Lingkungan Gedung
dan Mobil Pusling

1. Kebersihan Lingkungan & Gedung


Djatman
2. Mobil Pusling
Tammi

2.

Unit Pencegahan dan Pemberantasan Peyakit

1. Imunisasi

Edeh
Sumiati,AM.Keb,SKM.

2. ISPA
Nida Lestari AM.Keb.
3. DIARE
Nida Lestari AM.Keb.
4. TB Paru
Windrapranto, Amd.Kep

3.

4.

5. DBD

Mikael Silaen

6. Kusta

Cahya Adi Sudrajat, AMK

7. Filariasis

Mikael Silaen

8. Surveilans

Dadan Sutiarsa, AMKL

9. Promkes

Windrapranto, Amd.Kep

Unit Peningkatan Kesehatan dan Kesga

1. KIA & KB

Hj. Ai Laela Hidayah, S.ST

2. Gizi

Desi Heri Haryati, AM.Keb

Unit Pemulihan Kesehatan dan rujukan

Poli Umum dan tindakan

1. dr.Rika Mutiara
Sukanda
2. Endah Wijaya
K.AMK
3. Cahya Adi S. AMK
4. Windrapranto,
Amd.Kep
5. Mikael Silaen
6. Hasbi Munawar
I.S.Kep
7. Rana Septriadi,
Amd.Kep

5.

Unit Kesling dan PSM

1. Kesehatan Lingkungan ( Sanitasi )

Dadan sutiarsa, AMKL

2. Peran serta masyarakat

Ramdhan Hermwan, S.Pd

3. Peyuluhan

1. Windrapranto,
Amd.Kep
2. Rana Septriadi,
Amd.Kep
3. Cahya Adi Sudrajat
AMK

6.

Unit Penunjang

1. Obat / Apotik

1. Ade Nopandi Idris


2. Asep Saepul Anhar

1. Laboratorium

Dewi Sri Mulyani, AM.keb

2. Ksehatan Gigi dan UKS

Amelia Diantyni S,AMKG

3. loket

1. Nike aprilianti, SKM


2. Endah wijaya K.AMK

7.

Pustu & Bidan Desa

1. Pustu Cipetir

Mikael Silaen

2. Pusru Cikiray

Endah Wijaya K, AMK

3. Desa Cikidang

Desi Heri Haryati, Am.Keb

4. Desa Pangkalan

Rila hayati, S.ST

5. Desa Cicareuh

Nenden Herawati

6. Desa Nangka Koneng

Sri santi Amaliah, AM.Keb

7. Desa Taman Sari

Dewi Sri Mulyani, Am.Keb

8. Desa Bumi Sari

Santi Yuniarti, AM.Keb

9. Desa Cijambe

Rini, AMd.Keb

10. Desa Sampora

Edeh Sumiati, Am.Keb,SKM

11. Desa Cikiray

Karyati Rosita, Am.Keb

12. Desa Mekarnangka

Erfina Afria Lestari, Am.Keb

13. Desa Cikarae Toyyibah

N. Nina Najiroh, Am.Keb

14. Desa Gunung Malang

Nida Lestari, Am.Keb

15. Bidan Puskesmas

Meti Handayani,AM.Keb

16. Bidan Puskesmas

TrimalpiATurohmah,
AM.Keb

Ditetapkan Di

: Cikidang

Pada tanggal

: 01 Januari 2013

Kepala UPTD Puskesmas Cikidang

dr. Rika Mutiara Sukanda

NIP : 197106232006042009

Lampiran II : SK Kepala Puskesmas Cikidang


No. 800 / 003 / PKM / I / 2013
Tanggal 01 Januari 2013

DAFTAR PEMBUAT / PENANGGUNGJAWAB LAPORAN PUSKESMAS

TAHUN 2013

No

Nama laporan

Nama Petugas

Priode
laporan

2.

Tata Usaha

1. Rutin, setoran retribusi

Endah Wijaya K, AMK

Bulanan

2. Jamkesmas

Ramdan Hermawan

Bulanan

3. Inventaris

Ramdan hermawan

Tahunan

4. Absensi Pegawai

N. Nina Najiroh, AM.Keb Bulanan

Pencegahan dan pemberantasan Penyakit

1. Imunisasi

Edeh S ,AM.Keb,SKM

Bulanan

2. ISPA

Nida Lestari, AM.Keb

Bulanan

3. DIARE

Nida Lestari AM.Keb

Bulanan

4. TB Paru

Windrapranto, Amd.Kep Bulanan

5. DBD

Mikael Silaen

Bulanan

6. Kusta

Cahya Adi S, AMK

Bulanan

7. Filariasis

Mikael Silaen

Bulanan

8. Surveilans

Dadan Sutiarsa, AMKL

Bulanan

9. Promkes

Windrapranto, Amd.kep Bulanan

10. W2

Dadan Sutiarsa, AMKL

Mingguan

3.

Peningkatan kesehatan dan Kesga

1. Kematian Ibu dan Neonatal

Hj.AI laela Hidayah

Triwulan

2. Laporan Kegiatan Kesehatan


anak

Rila Hayati , S.ST

Triwulan
Triwulan

3. Laporan KRR
Hj. Ai Laela hidayah

Bulanan

Hj. Ai Laela hidayah

Bulanan

4. Laporan maternal
5. LB2S
Rana Septriadi, Amd,Kep Bulanan
6. LB3
Hj. Ai Laela Hidayah

Triwulan

Hj. Ai Laela Hidayah

Bulanan

Hj. Ai Laela hidayah

Bulanan

Hj. Ai Laela hidayah

Bulanan

Hj. Ai Laela hidayah

Bulanan

Desi Heri Haryati,


AM.Keb

Bulanan

7. Laporan Nerative KB
8. Laporan PWS KIA
9. Laporan klinik KB
10. Yan KB untuk Gakin
11. Data Peserta KB
12. Cakupan Fe

Feb&Agst
13. Laporan Vitamin A

Desi Heri Haryati,


AM.Keb

Bulanan

14. Laporan MTBS


Endah Wijaya K, AMK

4.

Pemulihan Kesehatan dan Rujukan

1. Rujukan

Ramdhan H, S.Pd

Bulanan

2. Rawat jalan

Ramdhan H, S.Pd

Bulanan

3. Data Kesakitan

Ramdhan H, S.Pd

Bulanan

4. LB4

5.

6.

Rana Septriadi, Amd.Kep Bulanan

Kesling Dan PSM

1. Infeksi Air Bersih

Dadan Sutiarsa, AMKL

Triwulan

2. Klinik sanitasi

Dadan Sutiarsa, AMKL

Bulanan

3. Pestisida

Dadan Sutiarsa, AMKL

Triwulan

4. Pokmair

Dadan sutiarsa, AMKL

Triwulan

5. Sampah

Dadan sutiarsa, AMKL

Triwulan

6. Surveilans

Dadan sutiarsa, AMKL

Triwulan

7. Jamban dan SPAL

Dadan sutiarsa, AMKL

Triwulan

8. TPM

Dadan sutiarsa, AMKL

Triwulan

9. TTU

Dadan Sutiarsa, AMKL

Triwulan

10. Penyehatan Air

Dadan Sutiarsa, AMKL

Triwulan

11. PJB

Dadan sutiarsa, AMKL

Triwulan

12. Sarana Air Bersih

Dadan Sutiarsa, AMKL

Triwulan

13. Data kegiatan Posyandu

Windrapranto, Amd.kep Bulanan

14. SKDN

Desi Heri Haryati,


AM.Keb

Bulanan

1. Laporan Obat ( LB2)

Ade Nopandi Idris

Bulanan

2. Kompiulasi data Peresepan

Ade Nopandi Idris

Bulanan

Penunjang

3. Laporan Psikotropika

Ditetapkan Di

: Cikidang

Pada tanggal

: 01 Januari 2013

Kepala UPTD Puskesmas Cikidang

dr. Rika Mutiara Sukanda


NIP : 197106232006042009

Ade nopandi Idris

bulanan

URAIAN TUGAS PEGAWAI


UPTD PUSKESMAS CIKIDANG
TAHUN 2013

DASAR

1. Undang-Undang No. 8 tahun 1974 Jo Undang Undang No.43 Tahun 1999


2. Peraturan Pemerintah No. 30 tahun 1980
3. SK Menpan No. 167/1997 tanggal 04 Agustus 1997
4. Kepmenkes No. 615/Menkes/E/III/1997
5. Kepmenkes No. 873/Menkes/SKB/VIII/1997
6. Kepmenkes No. 874/Menkes/SKB/VIII/1997
7. SK Menpan No. 93/KEP/M.PAN/11/2001 tanggal 07 Nopember 2001
8. SK Menkes RI No. 1280/Menkes/SK/X/2002 tanggal 08 Oktober 2002
9. SK Menkes RI No. 128/Menkes/SK/II/2004 tanggal 10 Februari 2004
10. SK Kepala UPTD Puskesmas Cikidang No. 800/ 003/PKM/I / 2011 tanggal 01 Januari
2013

Atas dasar tersebut diatas, di pandang perlu membuat uraian tugas masing-masing pagawai agar
jelas dalam pelaksanaannya dengan memperhatikan :

1. Kepada setiap pegawai Puskesmas Cikidang di minta untuk melaksanakan tugas sebaikbaiknya dengan penuh tanggungjawab ditempat kerja serta jam kerja yang telah
ditentukan sebagai mana kewajiban Pegawai Negri sipil.
2. Dalam kegiatan yang berkaitan dengan lembaga/ intansi lain, agar melakukan koordinasi.
3. Tidak melakukan kegiatan atau tindakan di luar batas kewenanganya.
4. Tidak melakuakan kegiatan yang bertentangan dengan profesinya
5. Melakukan kerja sama yang baik antar pegawai serta melakukan koordinasi/konsultasi
kepada pegawai lainya yang lebih mampu dan cakap.

6. Hal-hal yang belum cukup di atur dalam urian tugas ini, akan diperbaiki sesuai keperluan.

Ditetapkan Di

: Cikidang

Pada tanggal

: 01 Januari 2013

Kepala UPTD Puskesmas Cikidang

Anda mungkin juga menyukai