Anda di halaman 1dari 53

PRAKTIKUM 1

A. Judul Praktikum
Mempresentasikan data secara deskreptif
B. Tugas yang disampaikan
1. Berdasarkan data yang telah disediakan hutunglah incident dan prevalensi per 100.000
penduduk dari tiap Kecamatan di Kabupaten Bantul
2. Diskripsikan prevalensi penderita TB paru dengan menggunakan diagram
C. Data Dasar
Jumlah penduduk
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17

Kecamatan
srandakan
sanden
kretek
pundong
bambanglipuro
pandak
bantul
jetis
imogiri
dlingo
pleret
piyungan
banguntapan
sewon
kasihan
pajangan
sedayu

Kasus
Baru
L+P

L+P
28582
29636
29135
31603
37311
47674
59234
51927
56151
35542
43185
48646
120123
104168
110427
32810
44418

6
8
10
11
17
7
25
12
21
3
16
20
41
36
31
10
11

Jumlah kasus TB paru


Kasus
kasus Baru+Lama
Lama
L+P
L+P
1
7
1
9
2
12
0
11
1
18
0
7
6
31
1
13
0
21
0
3
3
19
1
21
3
43
2
38
3
34
0
10
0
11

D. Hasil Praktikum dan Pembahasan


1. Mencari nilai Insiden Rate dan Precalensi Rate
Software yang dipilih oleh praktikan untuk mengolah data ini adalah SPSS dan Exel di
dapatkan hasil perhitungan IR dengan software sebagai berikut:

Gambar. Data Hasil Olahan dari SPSS


Jumlah
penduduk
No

Kecamatan
L+P

Jumlah kasus TB paru


Kasus
Baru
L+P

Kasus
Lama
L+P

kasus
Baru+Lama
L+P

1
srandakan

28582

sanden

29636

kretek

29135

10

pundong
bambanglipur
o

31603

11

37311

17

pandak

47674

bantul

59234

25

jetis

51927

12

imogiri
dlingo

56151
35542

21
3

0
0

pleret

43185

16

piyungan

48646

20

banguntapan

120123

41

sewon

104168

36

kasihan
pajangan

110427
32810

31
10

3
0

2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16

Data Olahan
IR
PR
20,99 24,49
7
2
1
26,99 30,36
9
4
8
34,32 41,18
12
3
8
34,80 34,80
11
7
7
45,56 48,24
18
3
3
14,68 14,68
7
3
3
42,20 52,33
31
5
5
23,10 25,03
13
9
5
37,39 37,39
21
9
9
3 8,441 8,441
37,05 43,99
19
0
7
41,11 43,16
21
3
9
34,13 35,79
43
2
7
34,56 36,48
38
0
0
28,07 30,79
34
3
0
10 30,47 30,47

17
sedayu

44418

11
0
11
Gambar. Data Olahan dari Microsoft Exel

9
24,76
5

9
24,76
5

2. Diagram Insiden Rate


Berdasarkan data di atas praktikan mengolah data di atas menjadi tampilan data
diagram, hasil dari olah data tersebut sebagai berikut:

Gambar Output Diagram IR dari SPSS

Insidensi Rate Kasus TB di Kabupaten Bantul Tahun 2012


50,000
45,000
40,000
35,000
30,000
25,000
20,000
IR 15,000
10,000
5,000
0

Gambar Output Diagram dari Microsoft Exel


Data Insidensi Rate dirumuskan sebagai berukut:

Jumlah penderita kasusbaru


konstanta ( 100.000 )
jumlah penduduk
Dari rumus di atas, telah dengan sangat menunjukkan bahwa data yang terkait yaitu
data kasus baru. Nilai Insiden Rate adalah nilai rate yang menunjukkan temuan kasus baru di
wilayah tertentu yang dikombinasikan dengan jumlah penduduk di wilayah tersebut.
Berdasarkan kedua diagram Insiden Rate Kasus TB Paru Kabupaten Bantul Tahun
2012 didapatkan gambaran bahwa IR tertinggi terdapat pada kecamatan Bambanglipuro
disusul kecamatan Bantul dan Piyungan.
Kecamatan Bambanglipuro memiliki nilai IR yang tinggi yaitu 42,205 dengan jumlah
kasus baru sebesar 31 orang dan jumlah penduduk sebesar 59234 orang di wilayah tersebut.
Angka ini menjadi besar karena perbandingan antara kasus baru dan lama yang tinggi dengan
jumlah penduduk di dalam kecamatan Bantul tersebut. Angka ini menunjukkan bahwa ratio
terjadi kasus baru ditambah dengan kasus lama dikombinasikan dengan jumlah penduduk
yang besar. Ini menunjukkan bahwa adanya kejadian kasus yang banyak yang masih belum
tertangani.
Dari diagram ini kita dapat melihat tren kenaikan kasus baru dan lama yang
dikombinasikan dengan jumlah penduduk pada wilayah tersebut dengan mudah secara visual
tanpa harus melihat angka karena gambarnyapun sudah jelas mana batang yang lebih tinggi
itulah yang nilainya paling tinggi.
3. Diagram Prevalensi Rate
Berdasarkan data di atas praktikan mengolah data di atas menjadi tampilan data
diagram, hasil dari olah data tersebut sebagai berikut:

Gambar Output Diagram PR dari SPSS

Prevalensi Rate Kasus TB di Kabupaten Bantul Tahun 2012


60,000
50,000
40,000
30,000
PR

20,000
10,000
0

Gambar Output PR dari Microsoft Exel


Data Prevalensi Rate dirumuskan sebagai berukut:

Jumlah penderita kasusbaru+ lama


konstanta (100.000 )
jumlah penduduk

Dari rumus di atas, telah dengan sangat menunjukkan bahwa data yang terkait yaitu
data kasus baru dan lama. Nilai Prevalensi Rate adalah nilai rate yang menunjukkan data
kasus baru dan lamadi wilayah tertentu yang dikombinasikan dengan jumlah penduduk di
wilayah tersebut.
Berdasarkan kedua diagram Prevalensi Rate Kasus TB Paru Kabupaten Bantul Tahun
2012 didapatkan gambaran bahwa PR tertinggi terdapat pada kecamatan Bantul disusul
kecamatan Bambanglipuro, Pleret, kemudian Piyungan.
Kecamatan Baantul memiliki nilai PR yang tinggi yaitu 45,563 dengan jumlah kasus
baru sevesar 17 orang dan jumlah penduduk sebesar 37311 orang di wilayah tersebut. Angka
ini menjadi besar karena perbandingan antara kasus baru yang tinggi dengan jumlah
penduduk yang tidak terlalu banyak juga dibandingkan dengan kecamatan yang lain. Angka
ini menunjukkan bahwa ratio terjadi kasus dengan kombinasi jumlah penduduk yang besar.
Ini menunjukkan bahwa adanya kasus baru yang meluas.
Dari diagram ini kita dapat melihat tren kenaikan kasus baru yang dikombinasikan
dengan jumlah penduduk pada wilayah tersebut dengan mudah secara visual tanpa harus
melihat angka karena gambarnyapun sudah jelas mana batang yang lebih tinggi itulah yang
nilainya paling tinggi.
4. Diagram Insidensi Rate dengan Prevalensi Rate
Berdasarkan data di atas praktikan mengolah data di atas menjadi tampilan data
diagram, hasil dari olah data tersebut sebagai berikut:

Gambar Output Diagram IR dan PR dari SPSS

Insidensi Rate dan Prevalensi Rate Kasus TB di Kabupaten Bantul Tahun 2012
60,000
50,000
40,000
30,000
IR dan PR 20,000
10,000
0

Gambar Output Diagram IR dan PR dari Microsoft Exel

Berdasarkan kedua diagram Insidensi dan Prevalensi Rate Kasus TB Paru Kabupaten
Bantul Tahun 2012 didapatkan gambaran pada kecamatan Imogiri dengan gambar IR dan PR
sama-sama tinggi, setelah dilihat pada data dasar ternyata tidak ditemukan kasus lama. Pada
kecamatan Bantul terdapat nilai PR yang jauh lebih tinggi dikarenakan terdapat jumlah kasus

lama yang tinggi pula. Ini menunjikkan bahwa terdapat tren jumlah kasus baru yang
meningkat disertai jumlah kasus lama yang belum tertangani.
Di dalam hasil praktikum di atas tidak didapatkan nilai PR melebihi nilai IR, apabila
nilai PR ini melebihi nilai IR maka didapatkan kesimpulan bahwa jumlah kasus baru tidak
bertambah sehingga didapatkan kesimpulan bahwa upaya preventif untuk mengurangi
kejadian telah berhasil dan tugas selanjutnya adalah mengentaskan kasus lama.
Dari diagram ini kita dapat melihat tren kenaikan kasus baru dan tren kenaikan kasus
lama yang dikombinasikan dengan jumlah penduduk pada wilayah tersebut dengan mudah
secara visual tanpa harus melihat angka. Dari grafik ini kita mampu melihat grafik mana yang
memiliki kesenjangan yang luas antara PR dan IR kemudian baru kita melihat data dasarnya
sehingga kita tidak perlu menganalisis satu persatu data kemudian membandingkan.
5. Perbandingan Tampilan dan Pengolahan Data Antara SPSS dengan Microsft Exel
Dari hasil pengerjaan praktikum ini, didapatkan kesimpulan bahwa dalam pengolahan
data yang paling memudahkan adalah SPSS tanpa harus mengurus satu demi satu data dan
tanpa menggunakan banyak kode SPSS mampu dengan mudah mengelompokkan dan
mentransform data data yang telah ada menjadi data baru sebagai efek dari perhitungan.
Sedangkan Microsoft exel membutuhkan keahlian khusus untuk mengelompokkan dan
mentransform data-data dengan rumus-rumus tertentu dan kode-kode tertentu.
Kemudahan membuat diagram lagi-lagi yang paling memudahkan dibuat adalah
SPSS tanpa harus membenahi data mengelompokkan data, SPSS sudah mampu mengolah
dengan cepat data table menjadi data diagram. Akan tetapi Microsoft Exel pun juga tidak sulit
hanya saja kita harus mengelompokkan data terlebih dahulu secara manual, apabila ingin
tidak secara manual lagi-lagi membutuhkan keahlian khusus untuk memasukkan kode-kode
dan rumus-rumus tertentu.
Tampilan Diagram, paling indah, paling mudah untuk di perindah, dan tampilan yang
mudah dibaca adalah dari Microsoft Exel karena di dalam Microsoft Exel terdapat banyak
variasi pilihan untuk menyajikan data dalam bentuk diagram. Kita dapat mengedit tampilan
diagram menjadi lebih indah dengan memainkan bentuk-bentuk serta warnanya. Sedangkan di
SPSS kita tidak mampu membuatnya lebih indah sesuai keinginan kita karena output
digramnya sudah ditentukan dan kita tidak dapat mengedit bentuk tampilan baik secara
bentuk maupun warnanya.

E. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan didapatkan kesimpulan bahwa:
1. Nilai IR yang tinggi menunjukkan adanya tren peningkatan kasus baru di wilayah tersebut

2. Nilai PR yang tinggi menunkukkan adanya tren peningkatan kasus baru atau adanya kasus
lama yang belum tertangani
3. Nilai IR lebih tinggi dari nilai PR menunjukkan bahwa adanya peningkatan kasus baru yang
melebihi jumlah kasus lama
4. Nilai PR lebih tinggi dari nilai IR menunjukkan bahwa adanya penurunan atau staknya jumlah
kasus baru yang menunjukkan adanya dampak positive terhadap upaya preventif yang telah
dilakukan dan upaya yang perlu dilakukan berikutnya adalalah mengentaskan kasus lama.
5. Kemudahan mengolah data didapatkan dari software SPSS daripada Microsoft Exel
6. Kemudahan menampilkan data dalam bentuk diagram lebih mudah pada SPSS akan tetapi
lebih indah, lebih mudah diperindah, dan bisa diedit dengan Microsoft Exel

PRAKTIKUM II

ANALISIS DATA KATEGORI


A. Judul Praktikum
Menganalisis data kategorik
B. Tujuan
Mahasiswa mampu melakukan analisis data kategori dan menginterpretasikan hasilnya.
C. Tugas yang Disampaikan
1. Apakah jenis skala data dari setiap variable penelitian diatas?
2. Buatlah analisis bivariate dari penelitian factor resiko penyakit jantung koroner!
3. Hitunglah besar resiko dari tiap variable bebas dan terikat!
4. Interpretasikan hasil analisis bivariate dan perhitungan resiko tersebut!
D. Data Dasar
Data Faktor Risiko Penyakit Jantung Koroner
No

Umu
r

Jenis
Kelamin

Pekerjaan

Hipertens
i

Hiperglikemi

Statu
s PJK

Rasio
Pinggang
Panggul

35

laki-laki

swasta

tidak

tidak

ya

berisiko

35

laki-laki

swasta

tidak

tidak

tidak

tdkberisik
o

54

laki-laki

swasta

ya

ya

ya

berisiko

54

laki-laki

negeri

tidak

tidak

tidak

berisiko

35

laki-laki

negeri

tidak

tidak

ya

berisiko

35

laki-laki

swasta

tidak

tidak

tidak

tdkberisik
o

51

perempuan

swasta

tidak

ya

ya

berisiko

51

perempuan

swasta

ya

ya

tidak

75

laki-laki

swasta

ya

tidak

ya

berisiko
berisiko
tdkberisik
o
tdkberisik
o
tdkberisik
o

10

75

laki-laki

swasta

tidak

tidak

tidak

11

50

perempuan

swasta

ya

ya

ya

12

50

perempuan

swasta

tidak

tidak

tidak

13

68

perempuan

swasta

ya

tidak

ya

berisiko

14

68

perempuan

swasta

ya

tidak

tidak

tdkberisik
o

15

71

perempuan

negeri

ya

ya

ya

berisiko
tdkberisik
o

16

71

laki-laki

swasta

tidak

tidak

tidak

17

57

perempuan

swasta

ya

ya

ya

berisiko

18

58

perempuan

negeri

ya

tidak

tidak

tdkberisik
o

19

50

perempuan

swasta

ya

tidak

ya

berisiko

20

50

perempuan

swasta

ya

tidak

tidak

berisiko

21

45

perempuan

swasta

tidak

tidak

ya

berisiko

22

45

perempuan

swasta

tidak

tidak

tidak

23

80

laki-laki

swasta

ya

tidak

ya

24

80

laki-laki

swasta

ya

tidak

tidak

25

51

laki-laki

negeri

tidak

tidak

ya

26

51

laki-laki

swasta

tidak

tidak

tidak

27

75

perempuan

swasta

ya

ya

ya

28

75

perempuan

swasta

tidak

tidak

tidak

tdkberisik
o
tdkberisik
o
tdkberisik
o
tdkberisik
o
tdkberisik
o
tdkberisik
o
berisiko
tdkberisik
o
tdkberisik
o

29

68

laki-laki

swasta

tidak

tidak

ya

30

68

laki-laki

swasta

ya

tidak

tidak

31

72

laki-laki

swasta

tidak

tidak

ya

berisiko

32

72

laki-laki

swasta

ya

tidak

tidak

berisiko

33

68

laki-laki

negeri

ya

tidak

ya

berisiko
tdkberisik
o
tdkberisik
o

34

68

laki-laki

swasta

tidak

tidak

tidak

35

48

perempuan

swasta

tidak

tidak

ya

36

48

perempuan

swasta

tidak

ya

tidak

berisiko

37

70

perempuan

swasta

ya

tidak

ya

berisiko

38

70

perempuan

swasta

ya

tidak

tidak

berisiko

39

44

laki-laki

swasta

tidak

ya

ya

40

44

laki-laki

negeri

tidak

ya

tidak

41

26

perempuan

swasta

tidak

tidak

ya

42

26

perempuan

swasta

tidak

tidak

tidak

43

80

perempuan

negeri

ya

tidak

ya

berisiko

44

80

perempuan

swasta

tidak

tidak

tidak

berisiko

45

47

perempuan

swasta

tidak

tidak

ya

berisiko

46

47

perempuan

swasta

tidak

tidak

tidak

berisiko

47

60

laki-laki

swasta

tidak

tidak

ya

berisiko

tdkberisik
o
tdkberisik
o
tdkberisik
o
tdkberisik
o

48

60

laki-laki

swasta

tidak

tidak

tidak

tdkberisik
o

49

45

laki-laki

swasta

ya

tidak

ya

berisiko

50

45

laki-laki

swasta

tidak

ya

tidak

berisiko

51

66

laki-laki

swasta

tidak

tidak

ya

berisiko

52

66

laki-laki

swasta

ya

tidak

tidak

tdkberisik
o

53

59

laki-laki

negeri

tidak

ya

ya

berisiko

54

59

laki-laki

negeri

tidak

ya

tidak

berisiko

55

70

laki-laki

swasta

ya

tidak

ya

berisiko

56

70

laki-laki

swasta

ya

tidak

tidak

berisiko

57

79

laki-laki

negeri

ya

tidak

ya

berisiko

58

79

laki-laki

swasta

ya

tidak

tidak

tdkberisik
o

59

45

perempuan

swasta

ya

tidak

ya

berisiko

60

45

perempuan

swasta

tidak

ya

tidak

berisiko
tdkberisik
o

61

53

perempuan

swasta

tidak

tidak

ya

62

53

perempuan

negeri

tidak

tidak

tidak

63

40

perempuan

swasta

tidak

tidak

ya

64

40

perempuan

swasta

tidak

tidak

tidak

65

71

perempuan

swasta

ya

tidak

ya

66

71

perempuan

swasta

tidak

tidak

tidak

berisiko
tdkberisik
o
tdkberisik
o
berisiko
berisiko
tdkberisik
o
tdkberisik
o

67

69

laki-laki

negeri

tidak

ya

ya

68

69

laki-laki

swasta

tidak

tidak

tidak

69

60

perempuan

swasta

ya

tidak

ya

70

60

perempuan

swasta

ya

ya

tidak

berisiko

berisiko

71

72

perempuan

swasta

ya

tidak

ya

tdkberisik
o

72

72

perempuan

swasta

tidak

tidak

tidak

berisiko

73

63

perempuan

swasta

tidak

ya

ya

berisiko
tdkberisik
o

74

63

perempuan

negeri

ya

ya

tidak

75

51

laki-laki

swasta

ya

ya

ya

berisiko

76

51

laki-laki

swasta

tidak

tidak

tidak

tdkberisik
o

77

47

perempuan

swasta

ya

tidak

ya

berisiko

78

47

perempuan

swasta

tidak

ya

tidak

berisiko

79

44

perempuan

negeri

tidak

tidak

ya

berisiko

80

44

perempuan

swasta

tidak

ya

tidak

berisiko

81

56

laki-laki

negeri

ya

tidak

ya

berisiko

82

56

laki-laki

swasta

tidak

ya

tidak

tdkberisik
o

83

46

perempuan

swasta

ya

tidak

ya

berisiko

84

46

perempuan

swasta

tidak

ya

tidak

berisiko

85

58

perempuan

negeri

ya

ya

ya

berisiko

86

58

perempuan

swasta

ya

ya

tidak

berisiko

87

53

laki-laki

negeri

ya

ya

ya

berisiko

tidak

tdkberisik
o

88

53

laki-laki

negeri

tidak

ya

89

53

laki-laki

negeri

tidak

tidak

ya

berisiko

90

53

laki-laki

negeri

tidak

ya

tidak

berisiko

91

42

laki-laki

negeri

ya

ya

ya

berisiko

92

42

laki-laki

swasta

ya

ya

tidak

berisiko
tdkberisik
o
tdkberisik
o
tdkberisik
o

93

80

laki-laki

swasta

tidak

ya

ya

94

85

laki-laki

swasta

tidak

tidak

ya

95

62

laki-laki

swasta

tidak

tidak

tidak

96

72

laki-laki

swasta

ya

tidak

tidak

berisiko

97

42

perempuan

swasta

tidak

ya

ya

berisiko

98

65

perempuan

swasta

ya

tidak

tidak

berisiko
tdkberisik
o
tdkberisik
o
tdkberisik
o

99

65

perempuan

swasta

ya

tidak

tidak

100

70

laki-laki

swasta

ya

tidak

tidak

101

70

laki-laki

swasta

ya

ya

ya

102

53

perempuan

swasta

ya

tidak

ya

berisiko

103

53

perempuan

swasta

tidak

tidak

tidak

berisiko

104

75

laki-laki

swasta

ya

tidak

ya

berisiko
tdkberisik
o

105

75

laki-laki

swasta

tidak

tidak

tidak

106

77

perempuan

swasta

ya

ya

ya

berisiko
tdkberisik
o

107

77

perempuan

swasta

tidak

tidak

tidak

108

56

laki-laki

negeri

ya

ya

ya

berisiko

tidak

tdkberisik
o

109

56

laki-laki

swasta

ya

tidak

E. Hasil Output SPSS


Terlampir
F. Hasil Praktikum dan Pembahasan
1. Analisis Jenis Data
Data yang digunakan jenis kelamin, pekerjaan, hipertensi, hiperglikemi, status
PJK dan ratio pinggang panggul merupakan data nominal dikotom yang berarti pula
bahwa data ini adalah data kategorik.
Dan data usia disini yang didapatkan adalah jenis data ratio atau dengan kata lain
data ini adalah data numeric.
2. Tabel Analisis Bivariate
a. Tabel silang hubungan jenis kelamin dengan kejadian PJK
Kejadian PJK
No
Jenis Kelamin
PJK
Tidak PJK
Jumlah
F
%
F
%
F
%
1 Laki-laki
27
24,8
28
25,7
54
50,5
2 Perempuan
27
24,8
27
24,8
55
49,5
Jumlah
54
49,5
55
50,5
109
100

p value

1,0 0

1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)

Dari data di atas diektahui bahwa:


Responden yang menderita PJK sebanyak 54 orang (49,5%)
Responden yang tidak menderita PJK sebanyak 55 orang (50,5%)
Responden yang berjenis kelamin laki-laki sebesar 54 orang (49,5%)
Responden yang berjenis kelamin perempuan sebesar 55 orang (50,5%)
Laki-laki yang menderita PJK sebanyak 27 orang (24,8%)
Laki-laki yang tidak menderita PJK sebanyak 27 orang (24,8%)
Perempuan yang menderita PJK sebanyak 28 orang (25,7%)
Perempuan yang tidak menderita PJK sebanyak 27 orang (24,8%)

Dari hasil analisis bivariat dengan menggunakan chi square diketahui bahwa tidak
ada hubungan antara jenis kelamin dengan kejadian PJK karena nilai p value sebesar 1,00
ini menunjukkan bahwa nilai p value lebih dari 0,05.

b. Tabel silang hubungan hipertensi dengan kejadian PJK


Kejadian PJK
p value
No
Hipertensi
PJK
Tidak PJK
Jumlah
F
%
F
%
F
%
1 Ya
31
28,4
20
18,3
51
46,8
0,04
2 Tidak
23
21,1
35
32,1
58
53,2
Jumlah
54
49,5
55
50,5
109
100
Dari data di atas diektahui bahwa:
1) Responden yang menderita PJK sebanyak 54 orang (49,5%)
2) Responden yang tidak menderita PJK sebanyak 55 orang (50,5%)
3) Responden yang menderita hipertensi sebesar 51 orang (46,8%)
4) Responden yang tidak menderita hipertensi sebesar 58 orang (53,2%)
5) Responden yang menderita hipertensi dan responden tersebut menderita PJK
sebanyak 31 orang (28,4%)
6) Responden yang tidak menderita hipertensi dan responden tersebut menderita PJK
sebanyak 23 orang (21,1%)
7) Responden yang menderita hipertensi dan responden tersebut tidak menderita PJK
sebanyak 20 orang (18,3%)
8) Responden yang tidak menderita hipertensi dan responden tersebut tidak menderita
PJK sebanyak 35 orang (32,1%)
Dari hasil analisis bivariat dengan menggunakan chi square diketahui bahwa ada
hubungan antara hipertensi dengan kejadian PJK karena nilai p value sebesar 0,04 ini
menunjukkan bahwa nilai p value kurang dari 0,05.
c. Tabel Silang hubungan hiperglikemi dengan kejadian PJK

No
1
2

Hiperglikemi
Ya
Tidak
Jumlah

1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)

F
19
35
54

Kejadian PJK
PJK
Tidak PJK
%
F
%
17,3
16
14,7
36,7
39
35,8
49,5
55
50,5

Jumlah
F
36
73
109

%
32,1
67,9
100

p value

0,63

Dari data di atas diektahui bahwa:


Responden yang menderita PJK sebanyak 54 orang (49,5%)
Responden yang tidak menderita PJK sebanyak 55 orang (50,5%)
Responden yang menderita hiperglikemi sebesar 36 orang (32,1%)
Responden yang tidak menderita hiperglikemi sebesar 73 orang (67,9%)
Responden yang menderita hiperglikemi dan responden tersebut menderita PJK
sebanyak 19 orang (17,3%)
Responden yang tidak menderita hiperglikemi dan responden tersebut menderita PJK
sebanyak 35 orang (36,7%)
Responden yang menderita hiperglikemi dan responden tersebut tidak menderita PJK
sebanyak 16 orang (14,7%)
Responden yang tidak menderita hiperglikemi dan responden tersebut tidak menderita
PJK sebanyak 39 orang (35,8%)

Dari hasil analisis bivariat dengan menggunakan chi square diketahui bahwa tidak
ada hubungan antara hiperglikemi dengan kejadian PJK karena nilai p value sebesar 0,63
ini menunjukkan bahwa nilai p value lebih dari 0,05.

N
o
1
2

d. Tabel Silang hubungan ratio pinggang panggul dengan kejadian PJK


Kejadian PJK
p value
Rasio PinggangPJK
Tidak PJK
Jumlah
Panggul
F
%
F
%
F
%
Berisiko
39
35,8
26
23,9
65
59,6
0,01
Tidak berisiko
15
13,8
29
26,6
44
40,4
Jumlah
54
49,5
55
50,5
109
100

1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)

Dari data di atas diektahui bahwa:


Responden yang menderita pada PJK sebanyak 54 orang (49,5%)
Responden yang tidak menderita PJK sebanyak 55 orang (50,5%)
Responden yang beresiko pada ratio pinggul panggul sebesar 65 orang (59,6%)
Responden yang tidak beresiko pada ratio pinggul panggul sebesar 44 orang
(40,4%)
Responden yang beresiko pada ratio pinggul panggul dan responden tersebut
menderita PJK sebanyak 39 orang (35,8%)
Responden yang tidak beresiko pada ratio pinggul panggul dan responden tersebut
menderita PJK sebanyak 15 orang (13,8%)
Responden yang beresiko pada ratio pinggul panggul dan responden tersebut tidak
menderita PJK sebanyak 26 orang (23,9%)

8) Responden yang tidak beresiko pada ratio pinggul dan responden menderita PJK
sebanyak 29 orang (26,6%)
Dari hasil analisis bivariat dengan menggunakan chi square diketahui bahwa
ada hubungan antara ratio pinggul panggul dengan kejadian PJK karena nilai p value
sebesar 0,01 ini menunjukkan bahwa nilai p value kurang dari 0,05.
3. Tabel Odd Ratio
a. Tabel silang hubungan jenis kelamin dengan kejadian PJK
Kejadian PJK
Jenis
OR (CI 95%)
No
PJK
Tidak PJK
Jumlah
Kelamin
F
%
F
%
F
%
1 Laki-laki
28
25,7
26
23,9
54
49,5
0,96(0,452,04)
2 Perempuan
26
23,9
29
26,6
55
50,5
Jumlah
54
49,5
55
50,5
109
100
Dari table diatas diketahui bahwa jenis kelamin merupakan faktor protektif
terjadinya PJK karena nilai OR sebesar 0,96 ini menunjukkan bahwa nilai OR kurang
dari 1. Nilai CI hipertensi menunjukkan angka 0,452,04 ini menunjukkan bahwa
hipertensi merupakan faktor resiko terjadinya PJK karena nilai CI mencakup angka 1
b. Tabel silang hubungan hipertensi dengan kejadian PJK

No
1
2

Hipertensi
Ya
Tidak
Jumlah

F
31
23
54

Kejadian PJK
PJK
Tidak PJK
%
F
%
28,4
20
18,3
21,1
35
32,1
49,5
55
50,5

Jumlah
F
%
51
46,8
58
53,2
109
100

OR (CI 95%)

2,36(1,095,09)

Dari table diatas diketahui bahwa hipertensi merupakan faktor resiko


terjadinya PJK karena nilai OR sebesar 2,36 ini menunjukkan bahwa nilai OR lebih
dari 1 dan juga ini menunjukkan bahwa orang yang menderita hipertensi mempunyai
resiko 2,36 kali lipat untuk menderita PJK . Nilai CI hipertensi menunjukkan angka
1,09-5,09 ini menunjukkan bahwa hipertensi merupakan faktor resiko terjadinya PJK
karena nilai Ci tidak mencakup angka 1
c. Tabel Silang hubungan hiperglikemi dengan kejadian PJK
Kejadian PJK
OR (CI 95%)
No Hiperglikemi
PJK
Tidak PJK
Jumlah
F
%
F
%
F
%
1 Ya
21
19,3
15
13,8
36
33,0
1,32(0,592,96)
2 Tidak
33
30,3
40
36,7
73
67,0
Jumlah
54
49,5
55
50,5
109
100

Dari table diatas diketahui bahwa hiperglikemi merupakan faktor resiko


terjadinya PJK karena nilai OR sebesar 1,32 ini menunjukkan bahwa nilai OR lebih
dari 1 dan juga ini menunjukkan bahwa orang yang menderita hiperglikemi
mempunyai resiko 1,32 kali lipat untuk menderita PJK . Nilai CI hiperglikemi
menunjukkan angka 0,592,96 ini menunjukkan bahwa hiperglikemi merupakan
bukan faktor resiko terjadinya PJK karena nilai Ci mencakup angka 1

N
o
1
2

d. Tabel Silang hubungan ratio pinggang panggul dengan kejadian PJK


Rasio
Kejadian PJK
PJK
Tidak PJK
Jumlah
PinggangOR (CI 95%)
F
F
%
%
F
%
Panggul
Berisiko
39
35,8
26
23,9
65
59,6
2,90(1,316,43)
Tidak berisiko
15
13,8
29
26,6
44
40,4
Jumlah
54
49,5
55
50,5
109
100
Dari table diatas diketahui bahwa ratio pinggul panggul merupakan faktor
resiko terjadinya PJK karena nilai OR sebesar 2,90 ini menunjukkan bahwa nilai OR
lebih dari 1 dan juga ini menunjukkan bahwa orang yang memiliki ratio pinggul
panggul yang berkategori resiko mempunyai resiko 2,90 kali lipat untuk menderita
1,316,43
PJK. Nilai CI ratio pinggul panggul menunjukkan angka
ini

menunjukkan bahwa ratio pinggul panggul merupakan faktor resiko terjadinya PJK
karena nilai Ci tidak mencakup angka 1
G. Kesimpulan
Hasil praktikum menganalisis data kategorik ini di dapatkan kesimpulan bahwa:
1. Data kategorik-kategorik ini di analisis menggunakan analisis chi square
2. Hasil analitik, analisis bivariate dengan chi square didapatkan hasil bahwa hipertensi
dan rato lingkar pinggul panggul merupakan paktor resiko terjadinya PJK karena
mempunyai nilai P value kurang dari 0,05.
3. Hasil analisis biologis, didapatkan hiperglikemi, hipertensi, dan ratio pinggunl
panggul merupakan factor resiko dari PJK karena nilai OR lebih dari 1. Sedangkan
jenis kelamin merupakan factor protektif karena memiliki nilai OR kurang dari 1.
4. Hasil analisis biologis dengan melihat nilai CI didapatkan hasil hipertensi dan ratio
pinggul panggul merupakan factor resiko dari PJK karena nilai CI tidak mencakup
angka 1.
5. Dan semua arah kekuatan hubungan positive karena tidak ada yang memiliki nilai
negative.
LAPORAN PRAKTIKUM 4
A. Analisis Bivariat
Untuk melakukan analisis multivariat ada langkah yang harus dilakukan sebelumnya,
yaitu melakukan analisis bivariat masing-masing variabel bebas dengan variabel terikat. Bila

variabel bebas yang ada hubungan dengan variabel terikat secara statistik (p-value<0.05 atau
0.25) terdapat lebih dari 1 variabel bebas, maka dapat dilanjutkan ke analisis multivariat.
Pada praktikum

3 mengenai Analisis data kategori telah dilakukan analisis bivariat.

Analisa data menggunakan program SPSS for Window dengan uji Chi Square & tingkat
kepercayaan 95% dengan hasil sebagai berikut:

Variabel
Jenis Kelamin
Hipertensi
Rasio PaPi
Hiperglikemi
Pekerjaan

Jenis

Status PJK
Ya
Tidak

Jumlah

Laki-laki
Perempuan
Ya

N
27
27
32

%
24,8
24,8
29,4

N
28
27
20

%
25,7
24,8
18,3

(%)
F
55
54
52

Tidak

22

20,2

35

32,1

57

52,3

Beresiko

39

35,8

26

23,8

65

59,6

Tidak

15

13,8

29

26,6

44

40,4

Ya

20

18,3

16

14,7

36

33,0

Tidak

34

31,2

39

35,8

73

67,0

Swasta

39

45,3

47

54,7

54

49,5

Negeri

15

65,2

34,8

55

50,5

Kelamin

%
50,5
49,5
47,7

P
value
1,00
0,028

CI 95%
OR
0.964
2,545

0,455-2,043
1,176-5,510

0,014

2,900

1,307-6,433

0,498

0.964

0,643-3,198

0,145

2,126

0,170-1,153

Dari analisi bivariat diatas, didapatkan hasil bahwa variabel bebas yang secara statistik
terdapat hubungan dengan status PJK adalah variabel hipertensi, rasio pinggang panggul dan
pekerjaan (p-value < 0.25).
Analisis Multivariat
Di bawah ini adalah hasil analisis multivariat dari hipertensi, rasio pinggang panggul dan
pekerjaan dengan status PJK.

Variables in the Equation


95%
B

S.E.

Wald

df

Sig.

C.I.for

Exp(B) EXP(B)
Lower Upper

Step 1a

Step 2

pekerjaan(1)
hipertensi(1)
rasio_PiPa(1)

-.711
.728
.868

.511
.411
.422

1.936
3.137
4.237

1
1
1

.164
.077
.040

.491
2.071
2.382

.180 1.337
.925 4.633
1.042 5.444

Constant

-.318

.555

.327

.567

.728

hipertensi(1)

.702

.406

2.986

.084

2.018

.910

rasio_PiPa(1)

.943

.416

5.143

.023

2.568

1.137 5.801

Constant

-.915

.358

6.522

.011

.401

4.473

a. Variable(s) entered on step 1: pekerjaan, hipertensi, rasio_PiPa.


Hosmer and Lemeshow Test
Step

Chi-square

Df

Sig.

5.239

.264

2.044

.360

Area Under the Curve


Test Result Variable(s):Predicted probability
Asymptotic 95% Confidence Interval
Area

Std. Errora

Asymptotic Sig.b Lower Bound

Upper Bound

.680

.051

.001

.780

.580

Interpretasi
Analisis diatas menggunakan logistic regression dengan metode forward. Dengan
metode ini sistem secara otomastis mengeluarkan variabel dengan nilai sig terbesar. Terdapat
2 step dalam analisis ini. Pada step pertama variabel pekerjaan mempunyai nilai sig terbesar
(0.164), maka variabel bebas ini dikeluarkan dan kemudian dilakukan step ke 2. Pada tabel
Variables in the Equation pada row step 2 ,dapat diketahui bahwa :
1 Variabel Hipertensi , nilai sig = 0,84 artinya p>
2 Variabel Rasio Pinggang Panggul , nilai sig = 0,023, artinya p<
Kesimpulan :
Ada pengaruh Rasio pinggang panggul terhadap kejadian PJK
Kuat lemahnya variabel yang berpengaruh dapat dilihat dari nilai OR pada tabel Variables in
the Equation pada row step 2 kolom Exp(B.) Nilai odd ratio sebanyak 2,568 berarti bahwa

orang yang mempunyai rasio pinggang panggul beresiko mempunyai resiko 2,568 kali
terkena PJK daripada orang dengan rasio pinggang panggul yang tidak beresiko.
Hasil analisis di atas menunjukkan bahwa Rasio Pinggag Panggul (ExpB=2,568) lebih
besar mempengaruhi terjadinya PJK dibandingkan dengan Hipertensi(ExpB=2.018).
Persamaan regresi
Rmus persamaan regresi logistik =
y = konstanta + a1x1 + a2x2 +......
Nilai kontasnta dan nilai koefisien dapat dilihat pada tabel Variables in the Equation pada
row step2 kolom B maka:
y = (-0,915) + 0,943( rasio pinggang panggul)
Aplikasi persamaan regresi
Tujuannya adalah untuk memprediksi probabilitas seorang pasien untuk mengalanmi PJK
dengan menggunakan rumus :

p=

1
1+e y

Dimana :
P = probabilitas terjadinya suatu kejadian PJK
y = konstanta + a1x1 + a2x2 +......
e = axp (nilai absolut 2,7)
jika, seorang pasien memiliki rasio pinggang panggul yang beresiko maka probabilitas
mengalami kejadian PJK adalah
y = (-0,915) + 0,943(1)
= 0,028
p=

1
y
1+e

p=

1
1+2,70,028

p=

1
1,9726

p=0,506

Dengan demikian probabilitas pasien untuk mengalami kejadian PJK adalah 50,6 %
Kualitas persamaan regresi
a

Nilai Kalibrasi

Menilai kualitas persamaan regresi berdasarkan nilai kalibrasi . Nilai Kalibrasi dapat
dilihat pada tabel Hosmer and Lemeshow Test pada row step 2 kolom Sig . Nilai p = 0,360 (p>)
artinya persamaan regresi mempunyai kalibrasi baik.

Nilai Diskriminasi
Kualitas persamaan regresi dapat juga dilihat berdasarkan nilai diskriminasi . Nilai
Diskriminasi dapat dilihat pada tabel Area under the Curve pada kolom area. Nilai AUC =
0,680 artinya nilai diskriminasi sebesar 68%.

Kesimpulan
Ada pengaruh rasio pinggang panggul terjadap kejadian PJK, dengan OR sebesar
2,568. Rasio Pinggag Panggul (ExpB=2,568) lebih besar mempengaruhi terjadinya PJK
dibandingkan dengan Hipertensi(ExpB=2.018). Jika seorang pasien memiliki rasio
pinggang panggul yang beresiko maka probabilitas mengalami kejadian PJK sebesar
50,6%. Kualitas persamaan regresi mempunyai kalibrasi baik. dengan nilai diskriminasi
sebesar 68%.

PRAKTIKUM 5
A. Judul Praktikum
Analisis multivariable pada data kategori
B. Tujuan
Mahasiswa mampu melakukan analisis data kategori dan menginterpretasikan hasilnya.
C. Tugas yang Disampaikan
1. Buatlah analisis multivariable dari data tersebut dan bagaimana makna dari hasil
analisis multivariable tersebut
2. Variable apakah yang mempengaruhi paling besar terhadap kejadian penyakit jantung
koroner
D. Data Dasar SAMA DG PRAKTIKUM 2
Data Faktor Risiko Penyakit Jantung Koroner
E. Hasil Output SPSS
Terlampir
F. Hasil Praktikum dan Pembahasan
1. Analisis Bivariate
Dari praktikum kali ini, kita melakukan analisis multivariable pada data
kategorik. Uji yang akan kita gunakan adalah regresi logistic. Sebelum kita
melakuakan analisis multivariate kita harus mengidentifikasi variable independen
mana sajakah yang berpengaruh terhadap variable dependen yaitu dengan analisis
bivariate terlebih dahulu dengan menggunakan uji chi square.

Variabel
Jenis
Kelamin

Hipertensi
Rasio PaPi
Hiperglikem
i
Pekerjaan

Jenis
Kelamin
Laki-laki
Perempua
n
Ya

Status PJK
Ya
Tidak

Jumlah
(%)

28

25,7

26

23,9

54

49,5

26

23,9

29

26,6

55

50,5

31

28,4

20

18,3

51

46,8

Tidak

23

21,1

35

32,1

58

53,2

Beresiko

39

35,8

26

23,9

65

59,6

Tidak

15

13,8

29

26,6

44

40,4

Ya

19

17,4

16

14,7

35

32,1

Tidak

35

32,1

39

37,3

74

67,9

Swasta

39

35,8

47

43,1

86

78,9

Negeri

15

13,8

7,3

23

21,1

P
value

OR (CI 95%)

1,00

0,96(0,452,04)

0,04

2,36(1,095,09)

0,01

2,90(1,316,43)

0,63

1,32(0,592,96)

0,14

0,44(0,171,15)

Dalam analisis multivariate nilai p value yang dianggap bermakna dan dapat
dilanjutkan dalam pengujian multivariate adalah yang mempunyai nilai <0,25. Dari
hasil analisis bivariate yang telah dilakukan, didapatkan variable hipertensi, ratio
pinggang panggul dan pekerjaan yang dianggap bermakna secara statistic untuk dapat
dilanjutkan pada analisis multivariate

2. Analisis Multivariate
Dari hasil analisis bivariate didapatkan hasil variable independen yang
berpengaruh secara statistic pada variable dependen pada pengujian ini. Apabila
variable independen didapatkan 1 variabel yang berpengaruh maka tidak dapat
dilanjutkan pada analisis multivariate, akan tetapi apabila didapatkan 2 variabel atau
lebih maka hasil ini dapat dilanjutkan pada analisis multivariate. Dalam praktikum
kali ini didapatkan variable independen yang bermakna secara statistic yaitu variable
hipertensi, ratio pinggang panggul, dan pekerjaan.
Berikut adalah output analisis multivariate dengan uji regresi logistic pada ke
tiga variable yang berpengaruh dengan status PJK:

Variables in the Equation


95,0% C.I.for
EXP(B)
B
Step 1a

Wald

df

Sig.

Exp(B)

Lower

Upper

pkerjaan_code

-.711

.511

1.936

.164

.491

.180

1.337

hipertensi_code

.728

.411

3.137

.077

2.071

.925

4.633

Rasiopapi_code

.868

.422

4.237

.040

2.382

1.042

5.444

-.318

.555

.327

.567

.728

hipertensi_code

.702

.406

2.986

.084

2.018

.910

4.473

Rasiopapi_code

.943

.416

5.143

.023

2.568

1.137

5.801

-.915

.358

6.522

.011

.401

Constant
Step 2a

S.E.

Constant

a. Variable(s) entered on step 1: pkerjaan_code, hipertensi_code, Rasiopapi_code.

Pada software SPSS dengan mengklik backward stepwise telah dengan


otomatis mengeliminasi variable independen yang tidak bermakna secara statistic
dalam pengujian multivariate. Pada step 1 yang tereliminasi adalah variable pekerjaan
karena nilai p value 0,164 nilai ini nilai p value yang lebih dari 0,05 dan nilai p value
yang paling tinggi dibandingkan dengan dua variable yang lain, sehingga pada step 2
variabel pekerjaan sudah secara otomatis telah tereliminasi. Oleh karena itu
pembacaan hasil analisis multivariate pada praktikum ini terfokus pada step 2 pada
pembacaan kesemuanya.
a. Pengaruh antar variable
Pada tabel Variables in the Equation pada row step 2 ,dapat diketahui bahwa :
1) Variabel Hipertensi , nilai sig = 0,84 artinya p>
2) Variabel Rasio Pinggang Panggul , nilai sig = 0,023, artinya p<
Kesimpulan :
Ada saat bersama-sama mepengaruhi status PJK, Rasio pinggang panggul
paling berhubungan dengan kejadian PJK
b. Melihat besarnya variable yang berpengaruh
Melihat besarnya variable yang berpengaruh dengan melihat pda kolom Exp
(B), nilai Exp (B) adalalah nilai OR pada analisis regresi logistic ini. Nilai OR
Hipertensi sebesar 2,018 dan nilai OR Ratio Pinggang Panggul sebesar 2,568.
Besar variable yang berpengaruh dari yang paling besar ke terkecil adalah ratio
pinggang panggul kemudian hipertensi.
Nilai OR Hipertensi menunjukkan angka 2,018 ini berarti bahwa orang yang
mengalami hipertensi memiliki resiko 2,018 kali lipat untuk mengalami penyakit
jantung koroner. Sedangkan nilai OR pada ratio pinggang panggul menunjukkan
angka 2,568 ini berarti bahwa orang yang memiliki ratio pinggang panggul yang

beresiko memiliki resiko 2,568 kali lipat untuk mengalami penyakit jantung
koroner.
c. Persamaan Regresi
Rumus persamaan regresi logistik =
y = konstanta + a1x1 + a2x2 +......
Nilai kontasnta dan nilai koefisien dapat dilihat pada tabel Variables in the
Equation pada row step2 kolom B maka:
y = (-0,915) + 0,943( rasio pinggang panggul) + 0,702 (hipertensi)
d. Aplikasi Persamaan Regresi
Dalam aplikasi persamaan regresi kita mengambil sampel nomor 1

y = (-0,915) + 0,943( rasio pinggang panggul) + 0,702 (hipertensi)


y = (-0,915) + 0,943( 1 ) + 0,702 ( 0 )
y = (-0,915) + 0,943
y = 0,028
p=

1
1+e y

p=

1
0,028
1+2,7

p=

1
1,9726

p=0,506

(nilai prediksi ini sesuai dengan nilai prediksi pada output spss)

Dengan demikian probabilitas pasien untuk mengalami kejadian PJK adalah 50,6
%
e. Kualitas Persamaan Regresi
Kualitas persamaan regresi dilihat dari nilai kalibrasi yang dapat kita temukan
pada table hosmer and lameshow test dan juga dengan nilai diskriminasi yang
dapat kita temukan pada table AUC.
1) Nilai kalibrasi

Hosmer and Lemeshow Test


Step

Chi-square

df

Sig.

5.418

.367

2.044

.360

Menilai kualitas persamaan regresi berdasarkan nilai kalibrasi. Nilai


Kalibrasi dapat dilihat pada tabel Hosmer and Lemeshow Test pada row step 2
kolom Sig . Nilai p = 0,360 (p>) artinya persamaan regresi mempunyai
kalibrasi baik.

2) Nilai Diskriminasi

Area Under the Curve


Test Result Variable(s):Predicted probability
Asymptotic 95% Confidence
Interval
Std. Errora

Area
.672

Asymptotic Sig.b

.052

.002

Lower Bound

Upper Bound

.570

.774

The test result variable(s): Predicted probability has at least one tie between the
positive actual state group and the negative actual state group. Statistics may be
biased.
a. Under the nonparametric assumption
b. Null hypothesis: true area = 0.5

Kualitas persamaan regresi dapat juga dilihat berdasarkan nilai


diskriminasi. Nilai Diskriminasi dapat dilihat pada tabel Area under the Curve
pada kolom area. Nilai AUC = 0,672 artinya nilai diskriminasi sebesar 67%.
G. Kesimpulan
Ada hubungan antara rasio pinggang panggul dengan kejadian PJK, dengan
OR sebesar 2,568. Jika seorang pasien memiliki rasio pinggang panggul yang beresiko
maka probabilitas mengalami kejadian PJK sebesar 50,6%. Kualitas persamaan regresi
mempunyai kalibrasi baik. dengan nilai diskriminasi sebesar 67%.

PRAKTIKUM 6
A. Judul Praktikum
Analisis data numerik
B. Tujuan praktikum
1. Mahasiswa mampu melakukan analisis data dengan Uji T tidak berpasangan.
2. Mahasiswa mampu melakukan interpretasi hasil uji T tidak berpasangan.
3. Mahasiswa mampu melakukan analisis data
4. Mahasiswa mampu melakukan interpretasi hasil uji alternative dari Uji T tidak
berpasangan yaitu uji Mann Whitney.
C. Data Dasar
Jenis Sekolah
school feeding
school feeding
school feeding
school feeding
school feeding
school feeding
school feeding
school feeding
school feeding
school feeding
school feeding
school feeding
school feeding
school feeding
school feeding
school feeding
school feeding
school feeding
school feeding
school feeding

Energ
i
1233.
8
1282.
2
1277
1570.
65
1634.
65
1614.
4
1111.
5
488.8
5
1722.
05
2286.
5
1185.
35
1994.
4
1529.
3
1563.
5
857
1470.
8
1057.
55
1053.
55
1147.
05
967.8
5

Prote
in

Trans_Pro
tein

48.7

1.69

58.3
29.5

1.77
1.47

54.6

1.74

67.95

1.83

48

1.68

31.3

1.5

19.1

1.28

43.05

1.63

79.25

1.9

50.35

1.7

46.2

1.66

60

1.78

62.2
31.5

1.79
1.5

59.05

1.77

36.45

1.56

42.6

1.63

37.65

1.58

29.8

1.47

school feeding
school feeding
school feeding
school feeding
school feeding
school feeding
school feeding
school feeding
school feeding
school feeding
school feeding
school feeding
school feeding
school feeding
school feeding
school feeding
school feeding
school feeding
school feeding
school non
feeding
school non
feeding
school non
feeding
school non
feeding
school non
feeding
school non
feeding
school non
feeding
school non
feeding
school non
feeding

1502.
85
800.5
5
1258.
2
1494.
6
1272.
05
1660.
4
1341.
65
1239
934.1
5
892.2
1664.
35
1084.
45
950.2
1251.
1
1225.
95
796.3
1061.
25
1248.
1
1392.
7
1409.
25
2026.
65
1501.
5
1695.
6
1331.
9
1633.
9
1703.
9
1475.
95
1576.
9

45.95

1.66

35.35

1.55

39.35

1.59

44.7

1.65

45.7

1.66

60.55

1.78

34.1
31.65

1.53
1.5

29.8
47.1

1.47
1.67

61.55

1.79

37.1
33.5

1.57
1.53

34.6

1.54

31.45
36.75

1.5
1.57

47.45

1.68

46.55

1.67

42

1.62

48.35

1.68

61.15

1.79

62.7

1.8

70.9

1.85

43.35

1.64

56.75

1.75

65.05

1.81

52.4

1.72

64

1.81

school non
feeding
school non
feeding
school non
feeding
school non
feeding
school non
feeding
school non
feeding
school non
feeding
school non
feeding
school non
feeding
school non
feeding
school non
feeding
school non
feeding
school non
feeding
school non
feeding
school non
feeding
school non
feeding
school non
feeding
school non
feeding
school non
feeding
school non
feeding
school non
feeding
school non
feeding
school non
feeding
school non
feeding
school non
feeding
school non
feeding
school non

1394
1501.
7
1994.
9
2256.
9
1681.
15
1945.
35

47.45

1.68

45.9

1.66

72.95
123.1
5

1.86

72.35

1.86

88.1

1.94

846.6
1459.
7
2051.
7
1547.
7
1788.
75
1558.
6
1138.
15

35.45

1.55

53.4

1.73

76.3

1.88

59.2

1.77

65.45

1.82

763.4

2.88

36.95

1.57

1091
1427.
7
1809.
95
1041.
65
2063.
6
1462.
45
1291.
85
1490.
95
1345.
9
1800.
6
1313.
85
1894.
4
1142.
55
1977.

36.9

1.57

55.8

1.75

56

1.75

44.3

1.65

73.75

1.87

45.6

1.66

50.9

1.71

59.5

1.77

51.4

1.71

59.65

1.78

50.35

1.7

87.95

1.94

38.8
87.75

1.59
1.94

2.09

feeding
school non
feeding
school non
feeding

35
2169.
2

79.4

1.9

807.6

46.5

1.67

D. Hasil Output SPSS


Terlampir

E. Hasil Praktikum dan Pembahasan


A. Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif dari data ini dapat dilihat dari hasil output spss di atas yaitu dengan
melihat mean, median, SD, nilai Maximium, nilai minimum, dll karena data yang
diolah berupa data numeric.
B. Uji Normalitas pada Variabel Energi dan Protein
Untuk melakukan analisis dengan uji T test tidak berpasangan maka langkah
awal yang harus dialkukan adalah normalitas data. Karena data harus terdistribusi
secara normal untuk melakukan uji parametric T Test.
Output SPSS Hasil Normalitas Data Pada Variabel Energi dan Protein

Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova
JenisSekolah2
Energi

Protein

Statistic

df

Shapiro-Wilk

Sig.

Statistic

df

Sig.

school non feeding

.076

38

.200*

.982

38

.789

school feeding

.119

39

.180

.977

39

.603

school non feeding

.415

38

.000

.267

38

.000

school feeding

.105

39

.200*

.958

39

.154

a. Lilliefors Significance Correction


*. This is a lower bound of the true significance.

Hasil Uji Normalitas Variabel Energi dan Protein


Variabel
Energi
Protein

Jenis Sekolah
school non feeding
school feeding
school non feeding
school feeding

Jumlah
F
38
39
38
39

%
49,35%
50,65%
49,35%
50,65%

P value
0,79
0,60
0,00
0,25

Karena < 50 sampel, maka yang dilihat pada bagian Shapiro-wilk. Dan
didapatkan hasil nilai P value pada energi school non feeding dan school feeding
berturut-turut 0,79 dan 0,60 nilai ini menunjukkan bahwa nilai keseluruhan variable
energi >0,05 maka variable energi dinyatakan berdistribusi normal. Oleh karena itu,
variable energi dapat dilanjutkan untuk uji T-Test tidak berpasangan
Untuk variable protein pada school non feeding p value bernilai 0,000 nilai ini
<0,05 maka variable protein pada school non feeding tidak berdistribusi normal. Nilai
pvalue pada variable protein school feeding 0,15 angka ini menunjukkan bahwa >
0,05 yang berati data terdistribusi normal. Karena salah satu dari kelompok pengujian
variable protein tidak berdistribusi normal maka harus diupayakan berdistribusi

normal terlebih dahulu dengan transformasi data kemudian di uji normalitas ulang
kembali.
C. Transformasi Variable Protein dan Uji Normalitas Trans_Protein
Hasil Transformasi data pada protein
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova
JenisSekolah2
trans_protein2

Statistic

df

Shapiro-Wilk

Sig.

Statistic

df

Sig.

school non feeding

.188

38

.002

.675

38

.000

school feeding

.079

39

.200*

.976

39

.547

a. Lilliefors Significance Correction


*. This is a lower bound of the true significance.

Hasil Uji Normalitas Variabel Transformasi Protein


Variabel
Tras_Protei
n

Jenis Sekolah

Jumlah

school non feeding

F
38

%
49,35%

school feeding

39

50,65%

P value
0,00
0,55

Pada variable protein yang sudah ditransformasi pada school non feeding p
value bernilai 0,000 nilai ini <0,05 maka variable protein pada school non feeding
tidak berdistribusi normal. Nilai pvalue pada variable protein school feeding 0,55
angka ini menunjukkan bahwa > 0,05 yang berati data terdistribusi normal. Karena
salah satu dari kelompok pengujian variable protein tidak berdistribusi normal maka
pada protein dilakukan uji alternatef dari uji T-Test tidak berpasangan (uji non
parametric) yaitu Mann Whitney.
D. Uji Bivariate pada Variabel Energi

Uji bivariate pada variable energi ini menggunakan uji T tidak berpasangan.
Uji ini dilakukan untuk mencari perbedaan rerata asupan energy dan protein pada
anak sekolah dengan school feeding dan non school feeding. Syarat yang harus
dipenuhi yaitu data harus terdistribusi normal. Setelah dilakukan normalitas data
didapatkan hasil pada energy dengan nilai P value > 0,05 yang berati data terdistribusi
normal dan dapat dilanjutkan ke uji T tidak Berpasangan, dari pengujian ini
didapatkan hasil:
Output SPSS Hasil Analisis Uji T tidak berpasangan pada Energi
Group Statistics
JenisSekolah2
Energi

Mean

Std. Deviation

Std. Error Mean

school non feeding

38

1569.7724

355.44416

57.66066

school feeding

39

1285.0769

348.65830

55.83001

Independent Samples Test


Levene's Test for
Equality of
Variances

t-test for Equality of Means


95% Confidence
Interval of the
Difference

F
Energ Equal variances
i
assumed

.140

Sig.

df

.709 3.548

Equal variances
not assumed

Std. Error
Sig. (2Mean
Differenc
tailed) Difference
e

Lower

Upper

75

.001 284.6954 80.24010 124.8489 444.5419


5
6
3

3.547 74.84
4

.001 284.6954 80.26046 124.8029 444.5879


5
6
3

Hasil Uji T-Test Tidak Berpasangan pada Variabel Energi


Variabel
Energi

Jenis Sekolah

Rerata SD

school non feeding

38

1569,77355,44

school feeding

39

1285,08348,66

Perbedaan Rerata (CI95%)

P value

284,69 (124,85 - 444,54)

0,001

Interpretasinya :
a. Menguji varians, lihat uji levene test, nilai p value sebesar 0,709. Karena nilai p
value > 0,05, maka disimpulkan varians kedua kelompok sama. Dan untuk uji dua
kelompok tidak berpasangan kesamaan varians tidak menjadi mutlak tetapi hanya
digunakan untuk memilih pembacaan hasil.

b. Karena varian sama, maka untuk pembacaan uji t melihat pada equal varians
assumed. Didapakan hasil angka signifikansi pada baris kedua adalah 0,001.
c. Nilai IK 95% adalah 124.85 sampai dengan 444,54 tidak mencakup angka 1 yang
artinya secara statistik bermakna.
d. Karena nilai p < 0,05 maka dapat diambil kesimpulan ada perbedaan rerata asupan
energi pada anak yang sekolah dengan school feeding dan non school feeding.
E. Uji Bivariate pada Variabel Protein
Setelah dilakukan uji normalitas data dan transformasi data, tetap didapatkan
nilai protein P value <0,05 yang berarti data tidak terdistribusi normal sehingga
pengujian variable protein menggunakan uji alternatifnya atau uji non parametric
yaitu Mann Whitney.

Output SPSS Hasil Uji Mann Whitney pada Variabel Protein


Ranks
JenisSekolah2
Protein

Mean Rank

Sum of Ranks

school non feeding

38

50.18

1907.00

school feeding

39

28.10

1096.00

Total

77

Test Statisticsa
Protein
Mann-Whitney U
Wilcoxon W

316.000
1096.000

-4.330

Asymp. Sig. (2-tailed)

.000

a. Grouping Variable: JenisSekolah2

Hasil Uji Mann Whitney pada Variabel Protein


Variabel
Protein

Jenis Sekolah

Median
(min max)

Rerata SD

school non feeding

38

57,97 (35,45 763,40)

78,66 115,45

school feeding

39

43,05 (19,10 79,25)

44,12 12,67

P value

0,000

Setelah dilakukan uji Man whitney, bandingkan nilai p dengan alpha. Dan
nilai sig test 0,00 < 0,05 maka dapat diartikan bermakna secara statistik yang berarti
ada perbedaan rerata asupan protein pada anak yang sekolah dengan school feeding
dan non school feeding.
F. KESIMPULAN
Hasil pengukuran yang telah dilakukan pada data kategori dengan SPSS 17
dapat ditarik kesimpulan bahwa :
1. Untuk uji t tidak berpasangan Nilai IK 95% adalah 124.85 sampai dengan 444,54
tidak mencakup angka 1 yang artinya secara statistik bermakna. Dan nilai p < 0,05
maka dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan rerata asupan energi pada anak
yang sekolah dengan school feeding dan non school feeding.
2. Untuk uji Man whitney, bandingkan nilai p value dengan alpha. Dan nilai sig test
0,00 < 0,05 maka dapat diartikan bermakna secara statistik yang berarti bahwa
ada perbedaan rerata asupan protein pada anak yang sekolah dengan school
feeding dan non school feeding.

PRAKTIKUM 7
F. Judul Praktikum
Analisis data berpasangan
G. Tujuan praktikum
5. Mahasiswa mampu melakukan analisis data dengan Uji T berpasangan.
6. Mahasiswa mampu melakukan interpretasi hasil uji T berpasangan.
7. Mahasiswa mampu melakukan analisis data
8. Mahasiswa mampu melakukan interpretasi hasil uji alternative dari Uji T berpasangan
H. Data Dasar
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

Feritinin
Sebelum
12.7
10.8
6.1
16.6
7.5
11.3
4.6
27.5
8
21.5
29.3
25.4

Feritinin
Sesudah
9.07
2.32
8.4
13.32
11.98
15.43
2.77
14.06
7.56
26.25
8.36
10.94

13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57

30.1
12.4
13.8
13
14.6
3
12.1
27.8
20.7
4.6
25.4
16.7
20.9
8.2
12.5
29.3
14.8
13.6
6
7.5
6.6
18.8
5.75
2.5
3.5
4.4
12
19.1
8.9
9
24.3
9.9
13.1
29.3
16
7
7.1
14.1
16.1
4.6
14.8
13.6
6
5
6.6

16.6
15.71
20.34
7.99
27.59
3.1
10.48
15.23
13.46
4.67
15.63
18.9
13.94
19.32
20.38
11.91
9.9
18.6
10.5
8.93
9.22
14.46
2.52
2.07
3.43
4.02
15.62
16.74
19.14
9.12
17.6
12.61
16.92
12.46
15.33
16.98
10.52
17.91
10.63
7.99
12.7
16
10.8
6.1
16.6

58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73

18.8
5.75
2.5
3.5
4.4
12.5
19.1
10
9
12
9.9
13.1
29.3
16
7
7.1

7.5
11.3
4.6
27.5
8
25.9
21.5
20.5
25.4
25.1
12.4
13.8
7.5
14.6
3
11.6

I. Hasil Output SPSS


Terlampir
J. Hasil Praktikum dan Pembahasan
G. Analisis Penggunaan Uji
Berdasarkan data-data yang kita miliki, kita memiliki variable feritinin
sebelum dan sesudah. Kelompok subjek yang diteliti adalah satu akan tetapi diukur
dua kali. Hipotesis yang dibuat adalah ada perbedaan rata-rata feritinin sebelum dan
sesudah pemberian suplementasi vitamin. Dari data yang dimiliki adalah data satu
kelompok, berpasangan, data numeric, dengan hipotesis perbedaan rata-rata, maka
pengujian yang akan digunakan adalah uji T berpasangan dengan syarat berdistribusi
normal. Akan tetapi apabila tidak berdistribusi normal maka menggunakan uji non
parametricnya yaitu uji wilcoxon.
H. Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif dari data ini dapat dilihat dari hasil output spss di atas yaitu
dengan melihat mean, median, SD, nilai Maximium, nilai minimum, dll karena data
yang diolah berupa data numeric.
I. Uji Normalitas pada Variabel Feritinin
Untuk melakukan analisis dengan uji T berpasangan maka langkah awal yang
harus dilakukan adalah normalitas data. Karena data harus terdistribusi secara normal
untuk melakukan uji parametrik T Test.

Output SPSS Hasil Normalitas Data Pada Variabel Ferintinin


Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova
Statistic

df

Shapiro-Wilk

Sig.

Statistic

df

Sig.

FeritininSebelum

.104

73

.050

.918

73

.000

FeritininSesudah

.053

73

.200*

.972

73

.109

a. Lilliefors Significance Correction


*. This is a lower bound of the true significance.

Hasil Uji Normalitas Variabel Energi dan Protein


Variabel
Feritinin sebelum
Feritinin sesudah

Jumlah
F
73
73

%
100%
100%

P value
0,05
0,20

Karena >50 sampel, maka yang dilihat pada bagian Kolmogorov smirnov. Dan
didapatkan hasil nilai P value pada feriitinin sebelum dan sesudah berturut-turut 0,05
dan 0,20 nilai ini menunjukkan bahwa nilai keseluruhan variable feritinin baik
sebelum maupun sesudah >0,05 maka variable feritinin sebelum dan sesudah
dinyatakan berdistribusi normal. Oleh karena itu, variable feritinin sebelum dan
sesudah dapat dilanjutkan untuk uji T-Test berpasangan
J. Uji Bivariate pada Variabel Feritinin
Uji bivariate pada variable feritinin ini menggunakan uji T berpasangan. Uji
ini dilakukan untuk mencari perbedaan rerata kadar feritinin sebelum dengan sesudah
pada setelah pemberian sumplementasi vitamin. Syarat yang harus dipenuhi yaitu data
harus terdistribusi normal. Setelah dilakukan normalitas data didapatkan hasil pada
feritinin baik sebelum dan sesudah dengan nilai P value > 0,05 yang berarti data
terdistribusi normal dan dapat dilanjutkan ke uji T Berpasangan, dari pengujian ini
didapatkan hasil:
Output SPSS Hasil Analisis Uji T tidak berpasangan pada Energi

Paired Samples Statistics


Mean
Pair 1

Std. Deviation

Std. Error Mean

FeritininSebelum

12.9630

73

7.65311

.89573

FeritininSesudah

13.0319

73

6.39279

.74822

Paired Samples Test


Paired Differences
95% Confidence
Interval of the

Mean
Pair

FeritininSebelum - -.06890

FeritininSesudah

Std.

Std. Error

Deviation

Mean

8.46892

.99121

Sig. (2-

Difference
Lower
-2.04485

df

tailed)

Upper
1.90704

-.070

72

.945

Hasil Uji T Berpasangan pada Variabel Energi


Variabel
Feritinin sebelum
Feritinin sesudah

n
73
73

Rerata SD
12.967.65
13.036.39

Perbedaan Rerata SD
-0.0698.47

CI95%
-2.04 1.91

P value
0,945

Interpretasi:
e. Membaca Nilai rerata dan perbedaan rerata
Berdasarkan hasil pengujian T berpasangan di atas kita dapat melihat analisis
secara deskriptif yang penting dalam uji ini adalah rerata karena kita sedang menguji
rerata. Rerata pada feritinin sebelum dengan sesudah memiliki nilai berturut-turut
12,96 dan 13,03 nilai memiliki perbedaan rerata sebesar -0,069. Nilai-nilai ini secara
kasat mata memiliki range atau jarak yang tidak besar.
Dalam pembacaan rerata dan perbedaan rerata ini kita hanya dapat melihat
kemungkinannya saja, akan tetapi secara statistic perbedaan rerata ini bermakna atau
tidak kita belum bisa mengetahuinya.
Untuk mengetahui perbedaan rerata ini bermakna atau tidak secara statistic
yaitu dengan pengujian statistic dengan melihat nilai Confident Interval maupun
nilai P value
f. Membaca Nilai p value
Berdasarkan hasil pengujian T berpasangan pada variable feritinin didapatkan hasil
nilai p value 0,945 nilai melebihi nilai alfa yang ditetapkan yaitu 0,05 maka dapat

disimpulkan bahwa Ho diterima dan Ha ditolak atau dapat dapat disimpulkan bahwa
tidak terdapat perbedaan rata-rata pada feritinin sebelum dan sesudah pemberian
suplementasi vitamin
g. Membaca Nilai Confident Interval
Nilai CI menunjukkan selisih kadar feritinin sebelum pemberian suplementasi
vitamin dengan kadar feritinin sesudah pemberian suplementasi adalah antara -2.04
sampai dengan 1.91.
Nilai CI 95% adalah -2.04 sampai dengan 1.91 mencakup angka 1 yang
artinya secara statistik tidak bermakna.
K. Pembacaan Tambahan
Korelasi antara kedua variable feritinin sebelum dengan sesudah kita dapat
melihat hasil outpus SPSS dibawah:
Paired Samples Correlations
N
Pair 1

FeritininSebelum &
FeritininSesudah

Correlation
73

.283

Sig.
.015

Berdasarkan output di atas, kita dapat mengetahui korelasi antara ke dua


variable feritinin sebelum dengan sesudah dengan melihat nilai probabilitasnya (sig)
sebesar 0,015. Nilai ini menyatakan bahwa korelasi antara kadar feritinin sebelum dan
sesudah pemberian suplementasi vitamin berhubungan secara nyata karena nilai
probabilitasnya <0,05.
Akan tetapi hasil ini tidak berguna dalam pengambilan kesimpulan pada
pengujian T berpasangan karena tidak menjawab kebutuhan hipotesis yang ditetapkan
dalam sample berpasangan.
L. KESIMPULAN
Hasil pengukuran yang telah dilakukan pada data numerik, satu kelompok, dan
berpasangan dengan SPSS 17 dapat ditarik kesimpulan bahwa :
3. Berdasarkan nilai p value didapatkan kesimpulan bahwa tidak terdapat perbedaan
rata-rata antara kadar feritinin sebelum dengan sesudah pemberian suplementasi
vitamin

4. Berdasarkan nilai Confodent Interval juga didapatkan hasil bahwa perbedaan


rerata antara kadar feritinin sebelum dengan sesudah pemberian suplementasi
vitamin tidak bermakna secara statistic

PRAKTIKUM 8
K. Judul Praktikum
Analisis data lebih dari dua kelompok
L. Tujuan praktikum
9. Mahasiswa mampu melakukan analisis data dengan Uji One Way Anova
10. Mahasiswa mampu melakukan interpretasi hasil uji One Way Anova
11. Mahasiswa mampu melakukan analisis data
M. Data Dasar
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30

Shift
Shift 1
Shift 1
Shift 1
Shift 1
Shift 1
Shift 1
Shift 1
Shift 1
Shift 1
Shift 1
Shift 1
Shift 1
Shift 2
Shift 2
Shift 2
Shift 2
Shift 2
Shift 2
Shift 2
Shift 2
Shift 2
Shift 2
Shift 2
Shift 2
Shift 3
Shift 3
Shift 3
Shift 3
Shift 3
Shift 3

Produktivitas Kerja
38
36
39
34
35
32
39
34
32
36
33
39
45
48
42
46
41
45
48
47
42
41
39
33
45
48
42
46
41
45

31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48

Shift 3
Shift 3
Shift 3
Shift 3
Shift 3
Shift 3
Shift 4
Shift 4
Shift 4
Shift 4
Shift 4
Shift 4
Shift 4
Shift 4
Shift 4
Shift 4
Shift 4
Shift 4

48
47
42
41
39
33
58
25
34
26
39
44
32
38
39
43
44
62

N. Hasil Output SPSS


Terlampir
O. Hasil Praktikum dan Pembahasan
M. Analisis Penggunaan Uji
No
1
2

Menentukan jumlah

Jawaban
Data produktivitas kerja: numeric
Data shift: kategorik
Terdapat 4 shift artinya terdapat 4 kelompok (masuk

kelompok
Menentukan berpasangan

kategori lebih dari 2 kelompok)


Masing-masing kelompok tidak memiliki hubungan

tidak berpasangan

(berbeda individu) yang masing-masingnya dilaukan

Hipotesis

pengujian, artinya mereka tidak berpasangan


Ada perbedaan rerata produktivitas kerja pada

Langkah
Melihat jenis data

kelompok shift kerja perawat RSUD Sukoharjo


Dari hipotesis di atas tampak bahwa yang dicari
Kesimpulan

adalah perbedaan rerata.


Berdasarkan analisis di atas yang akan diujia
datanya adalah data numeric, lebih dari 2 kelompok,
tidak berpasangan dan menguji perbedaan rerata,
maka dapat disimpulkan bahwa data ini akan di uji
parametric (apabila data berdistribusi normal)
dengan One Way Anova, dan uji alternatifnya atau

non parametriknya (data tidak berdistribusi normal)


dengan Kruskall-Walls
N. Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif dari data ini dapat dilihat dari hasil output spss di atas yaitu
dengan melihat mean, median, SD, nilai Maximium, nilai minimum, dll karena data
yang diolah berupa data numeric.
O. Uji Normalitas pada data produktifitas kerja
Untuk melakukan analisis dengan uji One Way Anova maka langkah awal
yang harus dilakukan adalah normalitas data. Karena data harus terdistribusi secara
normal untuk melakukan uji parametrik One Way Anova.

Output SPSS Hasil Normalitas Data Pada Variabel Produktivitas Kerja


Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova
Shift
ProduktivitasKerja

Shift 1
Shift 2

Statistic
.150
.170

df

Shapiro-Wilk

Sig.
12
12

Statistic

df

Sig.

.898

12

.149

.908

12

.202

.200
.200

Shift 3

.170

12

.200

.908

12

.202

Shift 4

.205

12

.176

.930

12

.384

a. Lilliefors Significance Correction


*. This is a lower bound of the true significance.

Hasil Uji Normalitas Variabel Produktivitas Kerja


Jumlah

Variabel
Produktivitas Kerja

Shift 1
Shift 2
Shift 3
Shift 4

F
12
12
12
12

%
100%
100%
100%
100%

P value
0.149
0.202
0.202
0.384

Karena jumlah sampel pada masing-masing kelompok adalah kurang dari 50,
maka yang dilihat pada bagian Shapiro-Wilk. Dan didapatkan hasil nilai P value pada
produktivitas kerja shift 1, shift 2, shift 3, dan shift 4 berturut-turut 0.149, 0.202,
0.202 dan 0.384

nilai ini menunjukkan bahwa nilai keseluruhan variable

produktivitas kerja pada tiap kelompok shift >0,05 maka variable produktivitas kerja
pada tiap-tiap kelompok dinyatakan semua berdistribusi normal. Oleh karena itu,
variable produktivitas kerja dapat dilanjutkan untuk uji one way Anova.
P. Uji One Way Anova
Uji One Way Anova disini dilakukan untuk menguji hipotesis yang telah
ditetapkan. Berdasarkan uji normalitas didapatkan hasil bahwa data yang dimiliki
berdistribusi normal maka data ini dapat dilanjutkan untuk uji parametrk one way
Anova/

Output SPSS Hasil Analisis Uji One Way Anova


ANOVA
ProduktivitasKerja
Sum of Squares

df

Mean Square

Between Groups
Within Groups

450.563
1871.417

3
44

Total

2321.979

47

150.188
42.532

Sig.

3.531

.022

Hasil Uji One Way Anova pada Produktivitas Kerja


Variabel
Produktivitas Kerja

Shift 1
Shift 2
Shift 3
Shift 4

n
12
12
12
12

Rerata SD
35.582.68
43.084.36
43.084.36
40.3311.18

P value
0,022

Interpretasi:
Berdasarkan hasil yang didapatkan, untuk menguji hipotesis yang telah
ditetapkan makakita dapat melihat nilai p value pada table di atas. Hasil pengujian ini
didapatkan nilai p value 0.022, nilai ini masuk dalam kategori <0,05 maka dapat

disimpulkan bahwa Ha diterima atau Ada perbedaan rerata produktivitas kerja pada
kelompok shift kerja perawat RSUD Sukoharjo.
Q. Uji Varians dan Uji Poshoc
Sebelum melakukan uji poshoc untuk mengetahui perbedaan rerata antar
kelompok, kita harus melakukan uji varians terlebih dahulu untuk menentukan Uji
post-hoc apa yang akan kita gunakan.
a. Uji Varians
Output SPSS Hasil Analisis Uji Varian
Test of Homogeneity of Variances
ProduktivitasKerja
Levene Statistic
5.174

df1

df2
3

Sig.
44

.004

Hasil Uji Varian pada Produktivitas Kerja


Variabel
Produktivitas Kerja

F
48

Jumlah
%
100%

P value
0.004

Berdasarkan hasil uji varians di atas didapatkan nilai p value 0.004 nilai ini masuk
dalam kategori kurang dari 0.05 maka dapat disimpulkan bahwa varians pada
variable produktivitas kerja tida sama. Oleh karena itu Uji post-hoc yang akan
digunakan adalah Uji Post-hoc Tamhanes.
b. Uji Post-hoc
Berdasarkan uji varian di atas yang memiliki varian tidak sama maka uji post-hoc
yang akan digunakan adalah uji Poshoc Tamhanes.
Output SPSS Uji Post-Hoc Tamhanes

Multiple Comparisons
ProduktivitasKerja
Tamhane
95% Confidence Interval
(I) Shift
Shift 1

Shift 2

Shift 3

Shift 4

(J) Shift

Mean Difference
(I-J)

Std. Error

Sig.

Lower Bound

Upper Bound

-7.50000

1.47667

.000

-11.8527

-3.1473

Shift 3

-7.50000

1.47667

.000

-11.8527

-3.1473

Shift 4

-4.75000

3.31843

.690

-15.1324

5.6324

Shift 1

7.50000*

1.47667

.000

3.1473

11.8527

Shift 3

.00000

1.77916

1.000

-5.1405

5.1405

Shift 4

2.75000

3.46365

.969

-7.8104

13.3104

Shift 1

7.50000*

1.47667

.000

3.1473

11.8527

Shift 2

.00000

1.77916

1.000

-5.1405

5.1405

Shift 4

2.75000

3.46365

.969

-7.8104

13.3104

Shift 1

4.75000

3.31843

.690

-5.6324

15.1324

Shift 2

-2.75000

3.46365

.969

-13.3104

7.8104

Shift 3

-2.75000

3.46365

.969

-13.3104

7.8104

Shift 2

*. The mean difference is significant at the 0.05 level.

Hasil Uji Post-hoc Tamhanes


Shift
Shift 1
Shift 2
Shift 3

Shift 2
Shift 3
Shift 4
Shift 3
Shift 4
Shift 4

Perbedaan Rerata
-7.50
-7.50
-4.75
0.00
2.75
2.75

CI95%
min
max
-11.85
-11.85
-15.13
-5.14
-7.81
-7.81

-3.15
-3.15
5.63
5.14
13.31
13.31

P value
0.000
0.000
0.690
1.000
0.969
0.969

h. Membaca Nilai perbedaan rerata


Berdasarkan hasil pengujian Post-hoc tamhanes di atas kita dapat melihat
analisis secara deskriptif yang penting dalam uji ini adalah perbedaan rerata karena
kita sedang menguji rerata. Dari melihat nilai perbedaan rerata ini kita hanya dapat
melihat kemungkinannya saja, akan tetapi secara statistic perbedaan rerata ini
bermakna atau tidak kita belum bisa mengetahuinya. Berikut adalah deskrispsi dari
perbedaan rerata pada tiap kelompok:
1) Nilai rerata antara shift 1 dengan shift 2 adalah shift 1 lebih kecil dari shift 2
karena didapatkan nilai perbedaan rata-rata keduanya adalah negative 7.50
2) Nilai rerata antara shift 1 dengan shift 3 adalah shift 1 lebih kecil dari shift 3
karena didapatkan nilai perbedaan rata-rata keduanya adalah negative 7.50

3) Nilai rerata antara shift 1 dengan shift 4 adalah shift 1 lebih kecil dari shift 4
karena didapatkan nilai perbedaan rata-rata keduanya adalah negative 4.75
4) Nilai rerata antara shift 2 dengan shift 3 adalah sama besar karena didapatkan nilai
perbedaan rata-rata keduanya adalah 0.0000
5) Nilai rerata antara shift 2 dengan shift 4 adalah shift 2 lebih kecil dari shift 4
karena didapatkan nilai perbedaan rata-rata keduanya adalah positive 2.75
6) Nilai rerata antara shift 3 dengan shift 4 adalah shift 3 lebih kecil dari shift 4
karena didapatkan nilai perbedaan rata-rata keduanya adalah positive 2.75
Untuk mengetahui perbedaan rerata ini bermakna atau tidak secara statistic
yaitu dengan pengujian statistic dengan melihat nilai Confident Interval maupun
nilai P value
i. Membaca Nilai p value
Berdasarkan hasil pengujian Post-Hoc Tamhanes di atas didapatkan hasil nilai p
value yang bermacam-macam berikut akan dijabarkan satu persatu:
1) Shift 1 dengan shift 2 memiliki nilai sig/ p value sebesar 0,000. Nilai ini masuk
dalam kategoti <0,05, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan rerata
antara produktivitas kerja antara shift 1 dengan shift 2.
2) Shift 1 dengan shift 3 memiliki nilai sig/ p value sebesar 0,000. Nilai ini masuk
dalam kategoti <0,05, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan rerata
antara produktivitas kerja antara shift 1 dengan shift 3.
3) Shift 1 dengan shift 4 memiliki nilai sig/ p value sebesar 0,690. Nilai ini masuk
dalam kategoti >0,05, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan
rerata antara produktivitas kerja antara shift 1 dengan shift 4.
4) Shift 2 dengan shift 3 memiliki nilai sig/ p value sebesar 1.000. Nilai ini masuk
dalam kategoti >0,05, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan
rerata antara produktivitas kerja antara shift 2 dengan shift 3.
5) Shift 2 dengan shift 4 memiliki nilai sig/ p value sebesar 0.969. Nilai ini masuk
dalam kategoti >0,05, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan
rerata antara produktivitas kerja antara shift 2 dengan shift 4.
6) Shift 3 dengan shift 4 memiliki nilai sig/ p value sebesar 0.969. Nilai ini masuk
dalam kategoti >0,05, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan
rerata antara produktivitas kerja antara shift 3 dengan shift 4.

j. Membaca Nilai Confident Interval


Nilai CI 95% juga dapat digunakan untuk menganalisis kemaknaan secara
statistic hasilnya pun antar kelompok berbeda-beda, berikut akan dibahas satu
persatu:
1) Shift 1 dengan shift 2 memiliki nilai CI antara -11.85 sampai -3.15. Rentang nilai
ini tidak mencakup angka 1, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan
rerata antara produktivitas kerja antara shift 1 dengan shift 2.
2) Shift 1 dengan shift 3 memiliki nilai CI antara -11.85 sampai -3.15. Rentang nilai
ini tidak mencakup angka 1, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan
rerata antara produktivitas kerja antara shift 1 dengan shift 3.
3) Shift 1 dengan shift 4 memiliki nilai CI antara -15.13 sampai 5.63. Rentang nilai
ini mencakup angka 1, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan
rerata antara produktivitas kerja antara shift 1 dengan shift 4.
4) Shift 2 dengan shift 3 memiliki nilai CI antara -5.14 sampai 5.14. Rentang nilai
ini mencakup angka 1, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan
rerata antara produktivitas kerja antara shift 2 dengan shift 3.
5) Shift 2 dengan shift 4 memiliki nilai CI antara -7.81 sampai 13.31. Rentang nilai
ini mencakup angka 1, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan
rerata antara produktivitas kerja antara shift 2 dengan shift 4.
6) Shift 3 dengan shift 4 4 memiliki nilai CI antara -7.81 sampai 13.31. Rentang
nilai ini mencakup angka 1, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat
perbedaan rerata antara produktivitas kerja antara shift 3 dengan shift 4.

R. KESIMPULAN
Hasil pengukuran yang telah dilakukan pada data numerik, 4 kelompok, tidak
berpasangan dengan SPSS 17 dapat ditarik kesimpulan bahwa :
5. Uji One Way Anova
Berdasarkan uji One Way Anova hasil pengujian hipotesis didapatkan kesimpulan
bahwa Ada perbedaan rerata produktivitas kerja pada kelompok shift kerja
perawat RSUD Sukoharjo.
6. Uji Post-Hoc Tamhanes
a. Melihat nilai p value

Berdasarkan hasil pengujian post-hoc tamhanes dengan melihat nilai p value


didapatkan kesimpulan bahwa shift 1 dengan shift 2 serta shift 1 dengan shift 3
memiliki perbedaan rerata yang bermakna secara statistic sedangkan yang
lainnya tidak memiliki perbedaan rerata yang bermakna secara statistic.
b. Melihat rentang nilai Confident Interval (CI)
Berdasarkan hasil pengujian post-hoc tamhanes dengan melihat rentang nilai
CI didapatkan kesimpulan bahwa shift 1 dengan shift 2 serta shift 1 dengan
shift 3 memiliki perbedaan rerata yang bermakna secara statistic sedangkan
yang lainnya tidak memiliki perbedaan rerata yang bermakna secara statistic.

PRAKTIKUM 9
P. Judul Praktikum
Analisis data numeric korelasi
Q. Tujuan praktikum
12. Mahasiswa mampu melakukan analisis data dengan Uji Pearson
13. Mahasiswa mampu melakukan interpretasi hasil uji Pearson
14. Mahasiswa mampu melakukan analisis data dengan Uji Regresi Linier
15. Mahasiswa mampu melakukan interpretasi hasil uji Regresi Linier
R. Data Dasar
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20

Status
Perlakuan
fe+Vit A
fe+Vit A
fe+Vit A
fe+Vit A
fe+Vit A
fe+Vit A
fe+Vit A
fe+Vit A
fe+Vit A
fe+Vit A
fe+Vit A
fe+Vit A
fe+Vit A
fe+Vit A
fe+Vit A
fe+Vit A
fe+Vit A
fe+Vit A
fe+Vit A
fe+Vit A

Kadar
Feritinin
13.94
19.32
20.38
11.91
9.9
18.6
10.5
8.93
9.22
14.46
2.52
2.07
3.43
4.02
15.62
16.74
19.14
9.12
17.6
12.61

21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57

fe+Vit A
fe+Vit A
fe+Vit A
fe+Vit A
fe+Vit A
fe+Vit A
fe+Vit A
fe+Vit A
Fe+Vit A+ Vit C
Fe+Vit A+ Vit C
Fe+Vit A+ Vit C
Fe+Vit A+ Vit C
Fe+Vit A+ Vit C
Fe+Vit A+ Vit C
Fe+Vit A+ Vit C
Fe+Vit A+ Vit C
Fe+Vit A+ Vit C
Fe+Vit A+ Vit C
Fe+Vit A+ Vit C
Fe+Vit A+ Vit C
Fe+Vit A+ Vit C
Fe+Vit A+ Vit C
Fe+Vit A+ Vit C
Fe+Vit A+ Vit C
Fe+Vit A+ Vit C
Fe+Vit A+ Vit C
Fe+Vit A+ Vit C
Fe+Vit A+ Vit C
Fe+Vit A+ Vit C
Fe+Vit A+ Vit C
Fe+Vit A+ Vit C
Fe+Vit A+ Vit C
Fe+Vit A+ Vit C
Fe+Vit A+ Vit C
Fe+Vit A+ Vit C
Fe+Vit A+ Vit C
Fe+Vit A+ Vit C

16.92
12.46
15.33
16.98
10.52
17.91
10.63
7.99
12.7
16
10.8
6.1
16.6
7.5
11.3
4.6
27.5
8
25.9
21.5
29.3
25.4
30.1
12.4
13.8
7.5
14.6
3
11.6
19.4
12.1
27.8
20.7
4.6
25.4
16.7
29.6

S. Hasil Output SPSS


Terlampir
T. Hasil Praktikum dan Pembahasan
S. Analisis Penggunaan Uji Korelasi
No
1

Langkah
Melihat jenis data

Jawaban
Data perlakuan: kategorik
Data kadar Feritinin: numeric

Hipotesis

Ada pengaruh pemberian vitamin C pada kadar


feritinin
Jenis hipotesis: korelatif
Berdasarkan analisis di atas yang akan diujia datanya
adalah data numeric, dengan jenis hipotesis adalah
korelatif atau mencari pengaruh, maka dapat

Kesimpulan

disimpulkan bahwa data ini akan di uji parametric


(apabila data berdistribusi normal) dengan Pearson,
dan uji alternatifnya atau non parametriknya (data
tidak berdistribusi normal) dengan Spearman

T. Analisis Penggunaan Uji Regresi Linier


No
1
2

Langkah
Melihat jenis data
Melihat data yang telah

Jawaban
Data perlakuan: kategorik
Data kadar Feritinin: numeric
Idealnya harus terdapat lebih dari satu variable.

tersaring yang memiliki


pengaruh pada uji pearson
Didasarkan pada hasil pengujian korelatif
sebelumnya dengan Pearson didapatkan variable
Kesimpulan

yang memiliki pengaruh atau bermakna secara


statistic maka akan dilanjutkan ke dalam uji regresi
linier

U. Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif dari data ini dapat dilihat dari hasil output spss di atas yaitu
dengan melihat mean, median, SD, nilai Maximium, nilai minimum, dll karena data
yang diolah berupa data numeric.
V. Uji Normalitas pada data kadar feritinin
Untuk melakukan analisis dengan uji korelasi pearson maka langkah awal
yang harus dilakukan adalah normalitas data. Karena data harus terdistribusi secara
normal untuk melakukan uji parametrik pearson.

Output SPSS Hasil Normalitas Data Pada Variabel Kadar Feritinin


Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova
Status perlakuan
kadar feritin sesudah perlakuan

Statistic

df

Shapiro-Wilk

Sig.

Statistic

df

Sig.

.945 28 .144
.936 29 .079

fe+Vit A

.111

28

.200

Fe+Vit A+ Vit C

.134

29

.195

a. Lilliefors Significance Correction


*. This is a lower bound of the true significance.

Hasil Uji Normalitas Variabel Produktivitas Kerja


Variabel
Kadar Feritinin sesudah
perlakuan

Fe+Vit A
Fe+Vit A+Vit C

F
28
29

Jumlah
%
100%
100%

P value
0.144
0.079

Karena jumlah sampel pada masing-masing kelompok adalah kurang dari 50,
maka yang dilihat pada bagian Shapiro-Wilk. Dan didapatkan hasil nilai P value pada
kadar feritinin pada kelompok perlakuan Fe+Vit A dengan Fe+Vit A+ Vit C berturutturut 0.144 dan 0.079 nilai ini menunjukkan bahwa nilai keseluruhan variable >0,05
maka variable kadar feritinin pada tiap-tiap kelompok dinyatakan semua berdistribusi
normal. Oleh karena itu, variable feritinin dapat dilanjutkan untuk uji parametric
korelatif yaitu uji pearson.
W. Uji Pearson
Uji Pearson disini dilakukan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.
Berdasarkan uji normalitas didapatkan hasil bahwa data yang dimiliki berdistribusi
normal maka data ini dapat dilanjutkan untuk uji parametrk pearson.
Output SPSS Hasil Analisis Uji Pearson

Correlations

Status perlakuan
Status perlakuan

Pearson Correlation

kadar feritin
sesudah
perlakuan

Sig. (2-tailed)

.047

N
kadar feritin sesudah
perlakuan

.265*

57

57

Pearson Correlation

.265

Sig. (2-tailed)

.047

57

57

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Hasil Uji One Way Anova pada Produktivitas Kerja

Perlakuan pemberian Fe+Vit A

r
p
n

Perlakuan pemberian Fe+Vit


A+Vit C
0.265
0.047
57

Interpretasi:
Berdasarkan hasil yang didapatkan, untuk menguji hipotesis yang telah
ditetapkan maka kita dapat melihat nilai p value dan nilai korelasi. P
1. Melihat nilai P value
Pada table di atas. Hasil pengujian ini didapatkan nilai p value 0.047, nilai ini
masuk dalam kategori <0,05 maka dapat disimpulkan bahwa Ha diterima atau Ada
pengaruh pemberian vitamin C pada kadar feritinin.
2. Melihat nilai Korelasi
a. Arah korelasi
Dari nilai ini tampak bahwa korelasi bernilai positif maka arah hubungannya
adalah searah atau berkorelasi positif. Yang artinya bahwa denga adanya
penambahan vit C maka akan berpengaruh baik terhadap kadar feritinin.
b. Kekuatan Korelasi
Nilai korelasi ini 0,265, nilai ini masuk dalam kategori 0,2 s/d <0.4 yang artinya
bahwa kekuatan korelasi antara pemberian Vit C dengan kadar feritinin lemah.

X. Uji Regresi Linier

Setelah melakukan uji korelasi pada variable yang diteliti dan ternyata
memiliki kemaknaan secara statistic maka pengujian dilanjutkan pada uji regresi
linier.
1. Besarnya Kontribusi
Output SPSS Hasil Analisis Uji regresi Linier pada Model Summery
Model Summaryb
Model

R Square
.265

Adjusted R
Square

.070

Std. Error of the


Estimate

.053

Durbin-Watson

7.11165

1.647

a. Predictors: (Constant), Status perlakuan


b. Dependent Variable: kadar feritin sesudah perlakuan

Hasil Analisis Besarnya Kontribusi Variabel Perlakuan (Pemberian Vit C)


terhadap variable Kadar Feritinin
Variabel

P value

Pemberian Vit C

0.053

Interpretasi: nilai yang didapatkan pada Adjusted R square di atas menunjukkan


besarnya kontribusi variable perlakuan terhadap kadar feritinin yang diteliti, nilai di
atas dikalikan dengan 100 maka akan didapatka 5.3%. Nilai ini memiliki arti bahwa
besarnya kontribusi pemberian vitamin C terhadap kadar feritinin sebesar 5,3%,
sementara sisanya disumbangkan oleh variable lain yang tidak diteliti
2. Kualitas Persamaan Regresi
Output SPSS Hasil Analisis Uji regresi Linier pada Anova
ANOVAb
Model
1

Sum of Squares
Regression

df

Mean Square

209.736

209.736

Residual

2781.659

55

50.576

Total

2991.395

56

a. Predictors: (Constant), Status perlakuan


b. Dependent Variable: kadar feritin sesudah perlakuan

F
4.147

Sig.
.047a

Interpretasi: nilai Sig pada table Anova ini menunjukkan kualitas persamaan regresi
nilai kualitas persamaan regresi ini 0.047 nilai ini menunjukkan bahwa <0.05 maka
kualitas persamaan regresi ini dikatakan layak

3. Melihat Besarnya Pengaruh dan Membuat Persamaan regresi


Coefficientsa
Unstandardized Coefficients
Model
1

B
(Constant)
Status perlakuan

Std. Error
12.456

1.344

3.837

1.884

Standardized
Coefficients
Beta

.265

Sig.
9.268

.000

2.036

.047

a. Dependent Variable: kadar feritin sesudah perlakuan

Interpretasi:
a. Besarnya pengaruh
Nilai besarnya pengaruh dapat dilihat pada kolom beta, nilai besarnya pengaruh
ini sama artinya dengan nilai korelasi. Nilai ini sama dengan nilai yang didapatkan
pada pengujian korelasi dengan pearson yaitu 0,265. Interpretasinya pun juga
sama dengan nilai koelasi pada pearson.
b. Persamaan regresi
y= konstanta+aixi+dst..
y= 12,456+ (3,837) (status perlakuan)
Y. KESIMPULAN
Hasil pengukuran yang telah dilakukan pada data numerik dengan pengujian
korelatif dan regresi dengan SPSS 17 dapat ditarik kesimpulan bahwa :
7. Uji Pearson

a. Berdasarkan uji pearson hasil pengujian hipotesis didapatkan kesimpulan


bahwa Ada pengaruh pemberian vitamin c terhadap kadar feritinin.
b. Kekuatan korelasi lemah dengan arak korelasi positif.
8. Uji Regresi Linier
c. Melihat besarnya kontribusi
Besarnya kontribusi pemberian vitamin C terhadap kadar feritinin sebesar
5,3%, sementara sisanya disumbangkan oleh variable lain yang tidak diteliti.
d. Melihat kualitas persamaan regresi
Kualitas persamaan yang didapatkan dari pengujian ini adalah layak
e. Melihat besarnya pengaruh dan persamaan regresi
1) Besarnya pengaruh adalah terdapat pengaruh pemberian vitamin c
terhadap kadar feritinin
2) Persamaan regresi yang dihasilkan adalah y= 12,456+ (3,837) (status
perlakuan)

Anda mungkin juga menyukai