Uji chi-square menunjukkan tidak ada perbedaan signifikan antara responden dan mailing list
penuh pada daerah. Wave analysis (non-parametric test Mann Whitney dan Kruskal Wallis)
menunjukkan tidak ada perbedaan yang tajam di antara dua gelombang dari variabel-variabel.
72% responden merupakan auditor IS atau manajer audit IS, sisanya auditor eksternal atau yang
lain. Sampel survei terdiri dari organisasi dengan berbagai tipe dan ukuran.
Respondents level of exposure to information systems projects : (1) hasil survei dari pertanyaan
yang berhubungan dengan peran responden dalam IS projects yaitu sekitar setengah dari
responden berasosiasi sangat signifikan dengan IS proyek, (2) hasil survei dari pertanyaan yang
berhubungan dengan tingkat asosiasi dengan IS project yaitu sekitar setengah dari responden
menjadi terkait pada tahap yang sangat awal.
Duration of escalation antara proyek-proyek yang disurvei : berkisar antara 1 bulan sampai 255
bulan (21 tahun). Hampir 75% proyek tereskalasi selama dua tahun atau kurang. Waktu eskalasi
rata-rata adalah 21 bulan dengan setengah dari proyek tereskalasi selama 15 bulan atau lebih.
Proyek-proyek yang tereskalasi secara signifikan berbeda (dari proyek-proyek non eskalasi)
sepanjang dimensi yang relevan secara manajerial. Proyek yang tereskalasi dinilai secara
signifikan kurang berhasil dibandingkan proyek yang tidak tereskalasi. Hasil penelitian juga
menunjukkan bahwa mengurangi terjadinya eskalasi proyek adalah salah satu cara untuk
mencapai tingkat keberhasilan yang lebih tinggi di proyek IS.
Factors associated with escalation : (1) faktor manajemen proyek underestimation atas
waktu untuk menyelesaikan proyek (83%), manajemen senior tidak memonitor proyek dengan
cukup (78%), underestiomation atas sumber daya yang penting (77%), ukuran atau lingkung
proyek yang underestimated (75%), mekanisme kontrol proyek yang tidak memadai (72%),
spesifikasi sistem terus berubah (71%), perencanaan yang tidak memadai (71%), (2) faktor
psikologi, sosial, dan organisasional pembuat keputusan Utama berulang kali menyatakan
dukungan (85%), dihentikannya proyek akan membuat pengambil keputusan utama terlihat
buruk (76%), pengambil keputusan utama menunjukkan sikap bahwa proyek sudah terlampau
jauh untuk dihentikan (70%), pembuat keputusan utama memulai proyek atau secara ekstensif
terlibat dengan proyek (70%), penyelesaian dipandang penting sebagai kemampuan organisasi
untuk bersaing (64%), Kegagalan akan berdampak negatif terhadap pembuat keputusan utama
(57%), pembuat keputusan utama terdistorsi atau merahasiakan informasi negatif (55%), proses
informal untuk pembenaran proyek (54%).
CRITICAL REVIEW
1. Pendahuluan
Peneliti telah memaparkan dengan baik fenomena dan alasan-alasan yang melatarbelakangi
dilakukannya penelitian ini, sehingga diungkapkan bahwa penting untuk mengerti frekuensi
terjadinya eskalasi di dalam kenyataan serta faktor-faktor yang mendorong terjadinya
runaways projects, sehingga dapat ditelusuri langkah-langkah yang dapat diambil IS
professionals untuk mengurangi risiko terhadap perusahaan.
2. Latar Belakang
Menurut kami, latar belakang dan motivasi penelitian ini telah dijelaskan pada pendahuluan.
Dalam section ini, menurut kami peneliti sudah menjelaskan dengan baik mengenai
penelitian-penelitian sebelumnya untuk mengembangkan kerangka berfikir mengenai faktorfaktor yang memengaruhi eskalasi poyek.
3. Tujuan riset dan metodologi
Menurut kami, tujuan penelitian sudah dipaparkan dengan detail dan jelas, begitu pula
dengan metodologi yang digunakan. Dinyatakan pula alasan mengapa IS auditor dipilih
sebagai subjek (responden) penelitian. Pendekatan yang digunakan untuk mengumpulkan
data adalah mail survey yang memiliki kelemahan dalam hal respon rate. Untuk mengatasi
hal tersebut peneliti juga sudah mengantisipasi dengan menggunakan model TDM. Untuk
meningkatkan reliabilitas dan validitas instrumen penelitian, peneliti juga melakukan pre test
dan pilot study, sehingga kualitas instrumen dapat ditingkatkan.
4. Hasil penelitian dan diskusi
Menurut kami, hasil penelitian ini juga telah dipaparkan dengan detail dan jelas, serta
dilengkapi dengan beberapa gambar dan tabel hasil penelitian yang mempermudah pembaca
untuk lebih memahami penelitian ini. Hasil penelitian juga telah disimpulkan dengan baik.
Menurut pendapat kami, secara keseluruhan, penelitian ini sudah sangat baik serta memiliki
kontribusi di bidang riset keprilakuan organisasional. Hasil penelitian ini dapat dijadikan
referensi bagi penelitian-penelitian berikutnya mengenai eskalasi proyek, karena penelitian ini
telah memberikan bukti bahwa terdapat beberapa faktor yang memengaruhi atau mendorong
terjadinya eskalasi proyek (faktor-faktor manajemen proyek dan faktor psikologi, sosial,
organisasional). Hasil penelitian ini juga berkontribusi bagi pengambil keputusan, karena hasil
penelitian menunjukkan bahwa mengurangi terjadinya eskalasi proyek adalah salah satu cara
untuk mencapai tingkat keberhasilan yang lebih tinggi di proyek IS, sehingga para pengambil
keputusan dapat mengambil langkah-langkah preventif dan lebih berhati-hati serta bijaksana
dalam mengambil suatu keputusan.
Pendahuluan
Penelitian ini berisi tentang kajian perilaku pengguna (user) terhadap penggunaan Sistem
Informasi layanan akademik berbasis web. Responden pada penelitian ini adalah para mahasiswa
di perguruan tinggi sebagai pengguna (user) sistem informasi layanan akademik berbasis web
tersebut sekaligus sebagai pelanggan (customer) bagi institusi perguruan tinggi.
Penelitian ini menggunakan kerangka pemikiran yang mengadopsi
model
TechnologyAcceptance Model (TAM). Uji statistik dengan metode Structural Equation Modeling
(SEM) pada perangkat lunak Lisrel v8.30 dilakukan untuk menguji hipotesa yang diajukan.
2.
2.1
Landasan Teori
Sistem Informasi dan Evolusinya
Sistem informasi adalah suatu kegiatan dari prosedur-prosedur yang diorganisasikan,
bilamana dieksekusi akan menyediakan informasi untuk mendukung pengambilan keputusan dan
pengendalian di dalam organisas. Internet adalah jaringan terbesar yang menghubungkan jutaan
komputer yang tersebar di seluruh dunia. Siapa saja dapat terhubung pada internet sepanjang
memiliki alamat IP (InternetProtocol).
Web menggunakan protokol yang disebut dengan HTTP (HyperText Transfer Protocol)
yang berjalan pada TCP/IP. Adapun dokumen web diletakkan pada Web server (server yang
melayani permintaan halaman web) dan diakses oleh klien (pengakses informasi) melalui
perangkat lunak yang disebut Web Browser atau dikenal sebagai browser saja.
2.2 Technology Acceptance Model (TAM)
Beberapa model yang dibangun untuk menganalisis dan memahami faktor-faktor yang
mempengaruhi diterimanya penggunaan teknologi komputer, di antaranya yang tercatat dalam
berbagai literatur dan referensi hasil riset dibidang teknologi informasi adalah seperti Theory of
Reasoned Action(TRA), Theory of Planned Behaviour (TPB), dan Technology Acceptance Model
(TAM).
Model TAM sebenarnya diadopsi dari model TRA yaitu teori tindakan yang beralasan
dengan satu premis bahwa reaksi dan persepsi seseorang terhadap sesuatu hal, akan menentukan
sikap dan perilaku orang tersebut. Reaksi dan persepsi pengguna Teknologi Informasi (TI) akan
mempengaruhi sikapnya dalam penerimaan terhadap teknologi tersebut. Salah satu faktor yang
dapat mempengaruhinya adalah persepsi pengguna terhadap kemanfaatan dan kemudahan
penggunaan TI sebagai suatu tindakan yang beralasan dalam konteks pengguna teknologi,
sehingga alas an seseorang dalam melihat manfaat dan kemudahan penggunaan TI menjadikan
tindakan/perilaku orang tersebut sebagai tolok ukur dalam penerimaan sebuah teknologi.
Model TAM yang dikembangkan dari teori psikologis, menjelaskan perilaku pengguna
komputer yaitu berlandaskan pada kepercayaan (belief), sikap (attitude), keinginan (intention),
dan hubungan perilaku pengguna (user behaviorrelationship). Tujuan model ini untuk
menjelaskan faktor-faktor utama dari perilaku pengguna terhadap penerimaan pengguna
teknologi. Secara lebih terinci menjelaskan tentang penerimaan TI dengan dimensidimensi
tertentu yang dapat mempengaruhi diterimanya TI oleh pengguna (user).
Model ini menempatkan faktor sikap dari tiaptiap perilaku pengguna dengan dua variabel yaitu :
1. Kemudahan penggunaan (ease of use)
2. Kemanfaatan (usefulness)
Kedua variabel ini dapat menjelaskan aspek keperilakuan pengguna. Kesimpulannya
adalah model TAM dapat menjelaskan bahwa persepsi pengguna akan menentukan sikapnya
dalam kemanfaatan penggunaan TI. Model ini secara lebih jelas menggambarkan bahwa
penerimaan penggunaan TI dipengaruhi oleh kemanfaatan (usefulness) dan kemudahan
penggunaan (ease ofuse).
Penelitian ini menggunakan 5 (lima) konstruk yang telah dimodifikasi dari model
penelitian TAM sebelumnya yaitu: Persepsi tentang kemudahan penggunaan (Perceived Ease Of
Use), persepsi terhadap kemanfaatan (Perceived Usefulness), sikap penggunaan (Attitude Toward
Using), perilaku untuk tetap menggunakan (Behavioral Intention To Use), dan kondisi nyata
penggunaan sistem (Actual SystemUsage).
Perceived Ease of Use (PEOU)
Persepsi tentang kemudahan penggunaan sebuah teknologi didefinisikan sebagai suatu
ukuran dimana seseorang percaya bahwa komputer dapat dengan mudah dipahami dan
digunakan.
Beberapa indikator kemudahan penggunaan teknologi informasi, meliputi:
a. Komputer sangat mudah dipelajari
b. Komputer mengerjakan dengan mudah apa yang diinginkan oleh pengguna
c. Komputer sangat mudah untuk meningkatkan keterampilan pengguna
d. Komputer sangat mudah untuk dioperasikan
Perceived Usefulness (PU)
Persepsi terhadap kemanfaatan didefinisikan sebagai suatu ukuran dimana penggunaan
suatu teknologi dipercaya akan mendatangkan manfaat bagi orang yang menggunakannya.
Dimensi tentang kemanfaatan teknologi informasi meliputi:
a. Kegunaan, meliputi dimensi: menjadikan pekerjaan lebih mudah, bermanfaat, menambah
produktivitas
b. Efektivitas, meliputi dimensi: mempertinggi efektivitas, mengembangkan kinerja pekerjaan
Attitude Toward Using (ATU)
Attitude Toward Using dalam TAM dikonsepkan sebagai sikap terhadap penggunaan
sistem yang berbentuk penerimaan atau penolakan sebagai dampak bila seseorang menggunakan
suatu teknologi dalam pekerjaannya. Peneliti lain menyatakan bahwa faktor sikap (attitude)
sebagai salah satu aspek yang mempengaruhi perilaku individual. Sikap seseorang terdiri atas
Dimensi Konstruk
X1 = fleksibilitas
X2 = kemudahan untuk dipelajari/dipahami
X3 = kemudahan untuk digunakan
X4 = kemudahan untuk berinteraksi
Y1 = mempertinggi efektifitas
ATU
ITU
ASU
3.2
dengan tingkat validitas yang baik sebanyak 123 (100%), demikian pula halnya dengan
penjelasan Range dan Variance. Sementara untuk nilai Maximum, Minimum, Mean dan Standard
Deviation menjelaskan bahwa kisaran data bernilai normal dan tidak ada nilai esktrim yang
muncul pada frekuensi kemunculan data dari tiap variable yang diobervasi.
Uji Asumsi
Continuous Variables dari Lisrel diketahui masihadanya nilai kurtosis dan skewness pada
P-value di kolom Skewness and Kurtosis yang sangat signifikan sebesar 0.05 dan dapat
dikatakan bahwa data tidak normal sehingga perlu dilakukan normalitas data dengan menerapkan
Normal Scores pada Lisrel. Setelah dilakukan Normal Scores, diketahui bahwa Skewness and
Kurtosis jauh di atas nilai kritis (0.05).
4.2 Pengujian Hipotesis & Interpretasi Hasil
H1: Perceived Ease of Use (PEOU) berpengaruhterhadap Perceived Usefulness (PU)
Dari hasil pengujian Lisrel diketahui bahwa nilai t sebesar 5.74 pada hubungan PU
terhadap PEOU berada di atas batas kritis yaitu 1.65 maka pengaruh yang diberikan PEOU
terhadap PU terbukti signifikan. Nilai koefisien variabel laten PEOU sebesar 0.78 yang berarti
variabel PEOU memberikan pengaruh sebesar 78% terhadap variabel PU dan H1 diterima.
H2: Perceived Usefulness (PU) berpengaruhterhadap Attitude Toward Using (ATU)
Dari hasil pengujian Lisrel diketahui bahwa nilai t variabel PU terhadap ATU sebesar
2.32 berada di atas batas kritis, sementara pengaruh yang diberikan PU terhadap ATU terbukti
signifikan dengan nilai koefisien variabel laten PU sebesar 0.57 yang artinya variabel PU
memberikan pengaruh sebesar 57% terhadap ATU dan H2 diterima.
H3: Perceived Ease of Use (PEOU) berpengaruh terhadap Attitude Toward Using (ATU)
Hubungan antara variabel PEOU terhadap ATU menghasilkan nilai t sebesar 0.04 di
bawah batas kritis yang ditetapkan yaitu 1.65 dengan koefisien yang dimiliki hanya 0.0079 maka
variable PEOU belum menunjukkan pengaruhnya terhadap variabel ATU dengan demikian H3
tidak diterima.
H4: Attitude Toward Using (ATU) berpengaruhterhadap Behavioral Intention to Use (ITU)
Nilai t pada hubungan variabel laten ATU dengan ITU sebesar 2.85 jauh di atas batas
kritis. Dengan nilai koefisien ATU sebesar 0.45 berarti variabel ATU memberikan pengaruh
sebesar 45% terhadap variabel ITU dan H4 diterima.
H5: Perceived Usefulness (PU) berpengaruh terhadap Behavioral Intention to Use (ITU)
Hasil pengolahan yang menunjukkan nilai t pada variabel PU terhadap ITU di atas batas
kritis sebesar 2.88 dengan koefisien 0.40 yang berarti variabel PU memberikan pengaruh sebesar
40% terhadap variabel ITU dan H5 diterima
H6: Behavioral Intention to Use (ITU) berpengaruh terhadap Actual System Usage (ASU)
Hipotesis di atas sebenarnya bermula dari persamaan 4 (ASU=ITU). Namun dengan
modifikasi yang telah dilakukan, maka muncul persamaan baru (ASU=PU+ITU) yang tetap
dapat menjelaskan pengaruh antara variabel ITU terhadap ASU.
Dengan nilai t di atas batas kritis pada hubungan antara variabel ITU terhadap ASU yaitu
sebesar 1.85 dengan koefisien sebesar 0.53, maka berarti variabel ITU memberikan pengaruh
sebesar 53% terhadap variabel ASU dan H6 diterima.
Implikasi Penelitian
Dari hasil pengujian pada Lisrel, sebagaimana terdeskripsikan pada penjelasan di atas,
maka implikasi yang muncul akibat modifikasi pada penelitian ini adalah terbentuknya
persamaan baru (ASU=ITU+PU) sebagai pengembangan dari model diagram awal yang
diajukan.
Perubahan model yang sangat signifikan dalam penelitian ini dapat dibenarkan karena
telahmemiliki dasar yang kuat, yaitu adanya penelitian terdahulu yang menyatakan bahwa
Acceptance yang dimanifestasikan dalam variabel ITU dan ASU dipengaruhi oleh PU secara
tidak langsung.
Dari modifikasi tersebut diketahui bahwakondisi nyata penggunaan sistem (ASU)
dipengaruhi oleh dua hal yaitu kecenderungan perilaku untuk tetap menggunakan web (ITU) dan
persepsi terhadap kemanfaatan (PU) dari penggunaan Web tersebut.
5.
5.1
Penutup
Kesimpulan
Dari penelitian yang dilakukan maka dapatdisimpulkan hal-hal berikut:
1) Model TAM yang diperkenalkan oleh Davis dapat digunakan dalam penelitian ini,
mengingat sistem informasi berbasis web adalah bagian dari teknologi khususnya
teknologi informasi.
2) Model akhir yang memenuhi kriteria fitnya model penelitian adalah hasil modifikasi
terhadap model awal penelitian. Hasil modifikasi tersebut dapat memberikan implikasi
mendasar pada persamaan antar variabel laten di penelitian ini (ASU=ITU berubah
menjadi ASU=ITU+PU). Namun langkah modifikasi yang dilakukan antar variable laten
dapat dilakukan karena didukung oleh landasan teori dari penelitian sebelumnya.
3) Tidak diterimanya hipotesa ke-3 pada penelitian ini menjelaskan bahwa tidak ada
pengaruh antara persepsi tentang kemudahan penggunaan web (PEOU) dengan sikap
penggunaan (ATU). Hal ini mengacu pada kenyataan bahwa pararesponden (mahasiswa)
memang dituntutuntuk mengakses web karena sebagian besar fitur web, meliputi
prosedur Kartu Rencana Studi (KRS), informasi bimbingan tugas akhir, tugas-tugas
perkuliahan, pemilihan kelompok dan dan berbagai fitur lainnya, harus digunakan selama
mereka studi. Dengan demikian mudah atau tidaknya web digunakan tidak akan
mempengaruhi sikap responden terhadap penggunaan teknologi tersebut.
4) Bahwasanya konstruk Y8 masuk ke dalam variabel laten ATU, dikarenakan pemasangan
software pendukung (konstruk Y8) memiliki dominasi yang relatif kuat bagi sikap
pengguna (ATU), dengan kata lain sikap pengguna dapat diihat dari keinginan untuk
memasang jenis perangkat lunak pendukung saat berinteraksi dengan web.
Berdasarkan pertanyaan kuesionerdan hasil pengolahan data
dapat