Anda di halaman 1dari 11

UNDERSTANDING THE NATURE AND EXTENT OF IS PROJECT ESCALATION:

RESULTS FROM A SURVEY OF IS AUDIT AND CONTROL PROFESSIONALS


(Mark Keil dan Joan Mann)
PENDAHULUAN
Perkiraan terbaru menunjukkan bahwa runway information system (IS) projects
menyebabkan pembengkakan biaya dan proyek gagal sejumlah miliaran dolar pada organisasi
AS setiap tahunnya. Masalah ini telah menjadi fokus dari banyak laporan pers, namun masih
terdapat hanya sedikit pengetahuan mengenai bagaimana masalah ini bisa terjadi atau apa yang
dapat dilakukan untuk mengidentifikasi dan mencegah runway projects ini. Meskipun benar
bahwa kebanyakan runways pada akhirnya dihentikan atau secara signifikan diarahkan pada
suatu pemberhentian, terdapat bukti memnunjukkan bahwa proyek ini dibiarkan terus berjalan
dalam waktu lama sebelum tindakan yang tepat diambil. Dari semua alasan tersebut, maka
penting untuk lebih mengerti tentang frekuensi terjadinya fenomena tersebut, faktor-faktor yang
mendorong runway projects, dan langkah-langkah yang dapat diambil oleh IS professionals
untuk mengurangi risiko organisasi mereka.
LATAR BELAKANG
Banyak runway IS projects menyajikan apa yang dapat digambarkan sebagai komitmen
berkelanjutan untuk alasan kegagalan dari sebuah tindakan, atau eskalasi. Penelitian
sebelumnya menunjukkan bahwa eskalasi adalah fenomena kompleks yang mungkin dipengaruhi
oleh banyak faktor. Staw dan Ross (1987) mengelompokkan faktor-faktor tersebut menjadi
empat kategori yaitu: (1) Project factors biaya dan manfaat yang terkait dengan projects serta
kesulitan-kesulitan yang mungkin terjadi dan waktu pelaksanaan project, (2) Psychological
factors keyakinan manajer bahwa hal-hal tidak menjadi begitu buruk setelah dilakukan dan
ketekunan/kegigihan yang akan membuahkan hasil, (3) Social factors persaingan kompetitif
yang mungkin ada diantara kelompok yang berbeda dalam suatu organisasi, kebutuhan akan
pembenaran eksternal, norma-norma sosial yang mendikte apa yang dianggap sebagai perilaku
yang dapat diterima secara sosial, dan (4) Organizational factors lingkungan struktural dan
politik yang mengelilingi project termasuk, dukungan politik dari manajer yang berkuasa, sejauh
mana kekuatan seorang manajer atau political fortunes terkait pada keberhasilan project, dan
sejauh mana project menjadi institusional dengan tujuan dan nilai organisasi.

TUJUAN DAN METODOLOGI PENELITIAN


Tujuan penelitian (1) mengumpulkan informasi mengenai frekuensi IS project escalation
(headline aside - seberapa sering terjadi dalam praktek), dan (2) mengidentifikasi faktor-faktor
yang menyebabkan IS project escalation ini terjadi.
Pendekatan yang digunakan untuk mengumpulkan data metode yang digunakan adalah
mail survey. Sampel (responden) penelitian adalah IS audit dan control professionals yang
dipilih dari database keanggotaan AS pada ISACA. Untuk mengantisipasi tingkat respon yang
rendah, peneliti menggunakan metode Total Design Method (TDM) dari Dillmans.
Pemilihan sampel dengan menggunakan database keanggotaan ISACA yang berisi informasi
kategori pekerjaan yang self-reported, peneliti dapat membatasi area dari partisipan yang
potensial untuk individu yang cenderung memiliki pandangan terbaik mengenai information
systems development projects. Area inidividu ini, mewakili seluruh anggota ISACA AS yang
memandang diri mereka sebagai IS audit manager, IS auditor, Internal Auditor, atau External
Auditor, termasuk sekitar 2500 anggota ISACA di AS.
Pengembangan survey dan pre-testing survei melingkupi 6 faktor terkait manajemen proyek
(spesifikasi, estimasi, perencanaan, sumber daya, monitoring, kontrol), serta faktor-faktor
psikologi, sosial, organisasional yang berasal dari literatur eskalasi (kebutuhan pembenaran,
suck cost, goal congruency, asimetri informasi, perspektif RnD, pentingnya strategi).
Untuk meningkatkan reliabilitas instrumen survei penelitian, multiple question dikembangkan
untuk mengukur masing-masing faktor yang diidentifikasi dalam pencarian literatur yang
mendasari. Dua versi berbeda dari instrumen survei dikembangkan: berfokus pada
pengumpulan informasi tentang kasus eskalasi proyek IS dan yang lainnya berfokus pada
proyek yang tidak tereskalasi. Hasil pre-test survei menghasilkan beberapa modifikasi atas
instrumen survei berdasarkan komen dan feedback yang diterima. Hasil pilot test
menunjukkan kedua versi instrumen survei memiliki reliabilitas dan validitas dan tingkat
respon yang serupa.
Administration survey berskala penuh setelah pilot study kemudian dilakukan administration
survey berskala penuh. Administration survey berskala penuh melibatkan 2.231 anggota
ISACA dan mewakili individu-individu yang menemukan satu dari empat kategori pekerjaan
yang dijelaskan sebelumnya dan siapa yang tidak berpartisipasi baik pada pre-tested atau fase
pilot study. Hal ini dilakukan untuk memaksimalkan ukuran dari subsampel eskalasi sementara
untuk menjamin jumlah yang memadai pada projects kelompok pembanding.

HASIL PENELITIAN DAN DISKUSI


-

Uji chi-square menunjukkan tidak ada perbedaan signifikan antara responden dan mailing list
penuh pada daerah. Wave analysis (non-parametric test Mann Whitney dan Kruskal Wallis)
menunjukkan tidak ada perbedaan yang tajam di antara dua gelombang dari variabel-variabel.

72% responden merupakan auditor IS atau manajer audit IS, sisanya auditor eksternal atau yang
lain. Sampel survei terdiri dari organisasi dengan berbagai tipe dan ukuran.

Respondents level of exposure to information systems projects : (1) hasil survei dari pertanyaan
yang berhubungan dengan peran responden dalam IS projects yaitu sekitar setengah dari
responden berasosiasi sangat signifikan dengan IS proyek, (2) hasil survei dari pertanyaan yang
berhubungan dengan tingkat asosiasi dengan IS project yaitu sekitar setengah dari responden
menjadi terkait pada tahap yang sangat awal.

Frequency of escalation (survei menggunakan 3 pertanyaan melibatkan 361 responden) : 81%


responden menunjukkan bahwa 1 atau lebih dari 5 proyek terakhir mereka, terkait dengan
eskalasi proyek, dan 30-40% dari semua proyek IS melibatkan project escalation.

Duration of escalation antara proyek-proyek yang disurvei : berkisar antara 1 bulan sampai 255
bulan (21 tahun). Hampir 75% proyek tereskalasi selama dua tahun atau kurang. Waktu eskalasi
rata-rata adalah 21 bulan dengan setengah dari proyek tereskalasi selama 15 bulan atau lebih.

Proyek-proyek yang tereskalasi secara signifikan berbeda (dari proyek-proyek non eskalasi)
sepanjang dimensi yang relevan secara manajerial. Proyek yang tereskalasi dinilai secara
signifikan kurang berhasil dibandingkan proyek yang tidak tereskalasi. Hasil penelitian juga
menunjukkan bahwa mengurangi terjadinya eskalasi proyek adalah salah satu cara untuk
mencapai tingkat keberhasilan yang lebih tinggi di proyek IS.

Factors associated with escalation : (1) faktor manajemen proyek underestimation atas
waktu untuk menyelesaikan proyek (83%), manajemen senior tidak memonitor proyek dengan
cukup (78%), underestiomation atas sumber daya yang penting (77%), ukuran atau lingkung
proyek yang underestimated (75%), mekanisme kontrol proyek yang tidak memadai (72%),
spesifikasi sistem terus berubah (71%), perencanaan yang tidak memadai (71%), (2) faktor
psikologi, sosial, dan organisasional pembuat keputusan Utama berulang kali menyatakan
dukungan (85%), dihentikannya proyek akan membuat pengambil keputusan utama terlihat
buruk (76%), pengambil keputusan utama menunjukkan sikap bahwa proyek sudah terlampau
jauh untuk dihentikan (70%), pembuat keputusan utama memulai proyek atau secara ekstensif
terlibat dengan proyek (70%), penyelesaian dipandang penting sebagai kemampuan organisasi
untuk bersaing (64%), Kegagalan akan berdampak negatif terhadap pembuat keputusan utama
(57%), pembuat keputusan utama terdistorsi atau merahasiakan informasi negatif (55%), proses
informal untuk pembenaran proyek (54%).

CRITICAL REVIEW
1. Pendahuluan
Peneliti telah memaparkan dengan baik fenomena dan alasan-alasan yang melatarbelakangi
dilakukannya penelitian ini, sehingga diungkapkan bahwa penting untuk mengerti frekuensi
terjadinya eskalasi di dalam kenyataan serta faktor-faktor yang mendorong terjadinya
runaways projects, sehingga dapat ditelusuri langkah-langkah yang dapat diambil IS
professionals untuk mengurangi risiko terhadap perusahaan.
2. Latar Belakang
Menurut kami, latar belakang dan motivasi penelitian ini telah dijelaskan pada pendahuluan.
Dalam section ini, menurut kami peneliti sudah menjelaskan dengan baik mengenai
penelitian-penelitian sebelumnya untuk mengembangkan kerangka berfikir mengenai faktorfaktor yang memengaruhi eskalasi poyek.
3. Tujuan riset dan metodologi
Menurut kami, tujuan penelitian sudah dipaparkan dengan detail dan jelas, begitu pula
dengan metodologi yang digunakan. Dinyatakan pula alasan mengapa IS auditor dipilih
sebagai subjek (responden) penelitian. Pendekatan yang digunakan untuk mengumpulkan
data adalah mail survey yang memiliki kelemahan dalam hal respon rate. Untuk mengatasi
hal tersebut peneliti juga sudah mengantisipasi dengan menggunakan model TDM. Untuk
meningkatkan reliabilitas dan validitas instrumen penelitian, peneliti juga melakukan pre test
dan pilot study, sehingga kualitas instrumen dapat ditingkatkan.
4. Hasil penelitian dan diskusi
Menurut kami, hasil penelitian ini juga telah dipaparkan dengan detail dan jelas, serta
dilengkapi dengan beberapa gambar dan tabel hasil penelitian yang mempermudah pembaca
untuk lebih memahami penelitian ini. Hasil penelitian juga telah disimpulkan dengan baik.
Menurut pendapat kami, secara keseluruhan, penelitian ini sudah sangat baik serta memiliki
kontribusi di bidang riset keprilakuan organisasional. Hasil penelitian ini dapat dijadikan
referensi bagi penelitian-penelitian berikutnya mengenai eskalasi proyek, karena penelitian ini
telah memberikan bukti bahwa terdapat beberapa faktor yang memengaruhi atau mendorong
terjadinya eskalasi proyek (faktor-faktor manajemen proyek dan faktor psikologi, sosial,
organisasional). Hasil penelitian ini juga berkontribusi bagi pengambil keputusan, karena hasil
penelitian menunjukkan bahwa mengurangi terjadinya eskalasi proyek adalah salah satu cara
untuk mencapai tingkat keberhasilan yang lebih tinggi di proyek IS, sehingga para pengambil
keputusan dapat mengambil langkah-langkah preventif dan lebih berhati-hati serta bijaksana
dalam mengambil suatu keputusan.

KAJIAN TENTANG PERILAKU PENGGUNA SISTEM INFORMASI


DENGAN PENDEKATAN TECHNOLOGY ACCEPTANCE MODEL (TAM)
Arief Wibowo
Program Studi Sistem Informasi, Fakultas Teknologi Informasi, Universitas Budi Luhur
Jl. Ciledug Raya, Petukangan Utara, Jakarta Selatan 12260
arief@bl.ac.id
1.

Pendahuluan
Penelitian ini berisi tentang kajian perilaku pengguna (user) terhadap penggunaan Sistem

Informasi layanan akademik berbasis web. Responden pada penelitian ini adalah para mahasiswa
di perguruan tinggi sebagai pengguna (user) sistem informasi layanan akademik berbasis web
tersebut sekaligus sebagai pelanggan (customer) bagi institusi perguruan tinggi.
Penelitian ini menggunakan kerangka pemikiran yang mengadopsi

model

TechnologyAcceptance Model (TAM). Uji statistik dengan metode Structural Equation Modeling
(SEM) pada perangkat lunak Lisrel v8.30 dilakukan untuk menguji hipotesa yang diajukan.
2.
2.1

Landasan Teori
Sistem Informasi dan Evolusinya
Sistem informasi adalah suatu kegiatan dari prosedur-prosedur yang diorganisasikan,

bilamana dieksekusi akan menyediakan informasi untuk mendukung pengambilan keputusan dan
pengendalian di dalam organisas. Internet adalah jaringan terbesar yang menghubungkan jutaan
komputer yang tersebar di seluruh dunia. Siapa saja dapat terhubung pada internet sepanjang
memiliki alamat IP (InternetProtocol).
Web menggunakan protokol yang disebut dengan HTTP (HyperText Transfer Protocol)
yang berjalan pada TCP/IP. Adapun dokumen web diletakkan pada Web server (server yang
melayani permintaan halaman web) dan diakses oleh klien (pengakses informasi) melalui
perangkat lunak yang disebut Web Browser atau dikenal sebagai browser saja.
2.2 Technology Acceptance Model (TAM)
Beberapa model yang dibangun untuk menganalisis dan memahami faktor-faktor yang
mempengaruhi diterimanya penggunaan teknologi komputer, di antaranya yang tercatat dalam
berbagai literatur dan referensi hasil riset dibidang teknologi informasi adalah seperti Theory of
Reasoned Action(TRA), Theory of Planned Behaviour (TPB), dan Technology Acceptance Model
(TAM).
Model TAM sebenarnya diadopsi dari model TRA yaitu teori tindakan yang beralasan
dengan satu premis bahwa reaksi dan persepsi seseorang terhadap sesuatu hal, akan menentukan
sikap dan perilaku orang tersebut. Reaksi dan persepsi pengguna Teknologi Informasi (TI) akan
mempengaruhi sikapnya dalam penerimaan terhadap teknologi tersebut. Salah satu faktor yang
dapat mempengaruhinya adalah persepsi pengguna terhadap kemanfaatan dan kemudahan
penggunaan TI sebagai suatu tindakan yang beralasan dalam konteks pengguna teknologi,
sehingga alas an seseorang dalam melihat manfaat dan kemudahan penggunaan TI menjadikan
tindakan/perilaku orang tersebut sebagai tolok ukur dalam penerimaan sebuah teknologi.

Model TAM yang dikembangkan dari teori psikologis, menjelaskan perilaku pengguna
komputer yaitu berlandaskan pada kepercayaan (belief), sikap (attitude), keinginan (intention),
dan hubungan perilaku pengguna (user behaviorrelationship). Tujuan model ini untuk
menjelaskan faktor-faktor utama dari perilaku pengguna terhadap penerimaan pengguna
teknologi. Secara lebih terinci menjelaskan tentang penerimaan TI dengan dimensidimensi
tertentu yang dapat mempengaruhi diterimanya TI oleh pengguna (user).
Model ini menempatkan faktor sikap dari tiaptiap perilaku pengguna dengan dua variabel yaitu :
1. Kemudahan penggunaan (ease of use)
2. Kemanfaatan (usefulness)
Kedua variabel ini dapat menjelaskan aspek keperilakuan pengguna. Kesimpulannya
adalah model TAM dapat menjelaskan bahwa persepsi pengguna akan menentukan sikapnya
dalam kemanfaatan penggunaan TI. Model ini secara lebih jelas menggambarkan bahwa
penerimaan penggunaan TI dipengaruhi oleh kemanfaatan (usefulness) dan kemudahan
penggunaan (ease ofuse).
Penelitian ini menggunakan 5 (lima) konstruk yang telah dimodifikasi dari model
penelitian TAM sebelumnya yaitu: Persepsi tentang kemudahan penggunaan (Perceived Ease Of
Use), persepsi terhadap kemanfaatan (Perceived Usefulness), sikap penggunaan (Attitude Toward
Using), perilaku untuk tetap menggunakan (Behavioral Intention To Use), dan kondisi nyata
penggunaan sistem (Actual SystemUsage).
Perceived Ease of Use (PEOU)
Persepsi tentang kemudahan penggunaan sebuah teknologi didefinisikan sebagai suatu
ukuran dimana seseorang percaya bahwa komputer dapat dengan mudah dipahami dan
digunakan.
Beberapa indikator kemudahan penggunaan teknologi informasi, meliputi:
a. Komputer sangat mudah dipelajari
b. Komputer mengerjakan dengan mudah apa yang diinginkan oleh pengguna
c. Komputer sangat mudah untuk meningkatkan keterampilan pengguna
d. Komputer sangat mudah untuk dioperasikan
Perceived Usefulness (PU)
Persepsi terhadap kemanfaatan didefinisikan sebagai suatu ukuran dimana penggunaan
suatu teknologi dipercaya akan mendatangkan manfaat bagi orang yang menggunakannya.
Dimensi tentang kemanfaatan teknologi informasi meliputi:
a. Kegunaan, meliputi dimensi: menjadikan pekerjaan lebih mudah, bermanfaat, menambah
produktivitas
b. Efektivitas, meliputi dimensi: mempertinggi efektivitas, mengembangkan kinerja pekerjaan
Attitude Toward Using (ATU)
Attitude Toward Using dalam TAM dikonsepkan sebagai sikap terhadap penggunaan
sistem yang berbentuk penerimaan atau penolakan sebagai dampak bila seseorang menggunakan
suatu teknologi dalam pekerjaannya. Peneliti lain menyatakan bahwa faktor sikap (attitude)
sebagai salah satu aspek yang mempengaruhi perilaku individual. Sikap seseorang terdiri atas

unsur kognitif/cara pandang (cognitive), afektif (affective), dan komponen-komponen yang


berkaitan dengan perilaku (behavioral components)
Behavioral Intention to Use (ITU)
Behavioral Intention to Use adalah kecenderungan perilaku untuk tetap menggunakan
suatu teknologi. Tingkat penggunaan sebuah teknologi komputer pada seseorang dapat diprediksi
dari sikap perhatiannya terhadap teknologi tersebut, misalnya keinginanan menambah peripheral
pendukung, motivasi untuk tetap menggunakan, serta keinginan untuk memotivasi pengguna
lain. Peneliti selanjutnya menyatakan bahwa sikap perhatian untuk menggunakan adalah prediksi
yang baik untuk mengetahui Actual Usage.
Actual System Usage (ASU)
Actual System Usage adalah kondisi nyata penggunaan sistem. Dikonsepkan dalam
bentukpengukuran terhadap frekuensi dan durasi waktu penggunaan teknologi. Seseorang akan
puas menggunakan sistem jika mereka meyakini bahwa sistem tersebut mudah digunakan dan
akan meningkatkan produktifitas mereka, yang tercermin dari kondisi nyata penggunaan.
3.
Metodologi Penelitian
3.1
Instrumen Penelitian
Konstruk Eksogenous (Exogenous Constructs)
Konstruk ini dikenal sebagai sources variables atau independen variabel yang tidak
diprediksi oleh variabel yang lain dalam model. Pada penelitian ini konstruk eksogenous
meliputi Perceived Ease of Use (PEOU) yaitu suatu tingkatandimana seseorang percaya bahwa
sebuah teknologidapat dengan mudah digunakan.
Konstruk Endogen (Endogenous Constructs)
Adalah faktor-faktor yang diprediksi oleh satu atau beberapa konstruk. Konstruk endogen
dapat memprediksi satu atau beberapa konstruk endogen lainnya, tetapi konstruk endogen hanya
dapat berhubungan kausal dengan konstruk endogen. Pada penelitian ini konstruk endogen
meliputi Perceived Usefulness (PU), Attitude Toward Using (ATU), Behavioral Intention To Use
(ITU) dan Actual System Usage (ASU).
Dengan jumlah kuesioner yang disebarkan hanya sebanyak 150 eksemplar dan
mengantisipasi tingkat pengembalian yang rendah, maka penelitian ini menggunakan tingkat
signifikansi paling moderat, yaitu sebesar 10% dengan asumsi untuk mengolah kuesioner dengan
jumlah yang mendekati batas minimal sampel yang dipersyaratkan.
Berdasarkan variabel laten yang dikembangkan dari teori, maka terbentuk model teoritis
yang digunakan pada penelitian ini sebagaimana termuat pada matriks berikut
Variabel Laten
PEOU
PU

Dimensi Konstruk
X1 = fleksibilitas
X2 = kemudahan untuk dipelajari/dipahami
X3 = kemudahan untuk digunakan
X4 = kemudahan untuk berinteraksi
Y1 = mempertinggi efektifitas

ATU
ITU
ASU
3.2

Y2 = menjawab kebutuhan informasi


Y3 = meningkatan kinerja
Y4 = meningkatkan efisiensi
Y5 = rasa menerima
Y6 = rasa penolakan
Y7 = perasaan (afektif)
Y8 = penambahan software pendukung
Y9 = motivasi tetap menggunakan
Y10 = memotivasi ke pengguna lain
Y11 = Actual Usage
Y12 = Frekuensi penggunaan
Y13 = Kepuasan pengguna

Teknik Analisa Data dengan Structural Equation Model (SEM)


Teknik multivariat Structrual Equation Model dengan menggunakan perangkat lunak

Lisrel v8.30 dengan tahapan berikut:


1.
2.
3.
4.
5.
6.
4.
4.1

Pengembangan model berbasis teori


Pengembangan diagram jalur (path diagram)
Konversi diagram alur ke dalam persamaan
Memilih matriks input dan estimasi model
Analisis Inferensial (Uji Asumsi, Uji Model Fit)
Uji Parameter Model
Analisa dan Interpretasi
Analisis PenelitianUji Statistik Deskriptif
Pengujian statistik deskriptif memberikan penjelasan bahwa data memiliki nilai Valid N

dengan tingkat validitas yang baik sebanyak 123 (100%), demikian pula halnya dengan
penjelasan Range dan Variance. Sementara untuk nilai Maximum, Minimum, Mean dan Standard
Deviation menjelaskan bahwa kisaran data bernilai normal dan tidak ada nilai esktrim yang
muncul pada frekuensi kemunculan data dari tiap variable yang diobervasi.
Uji Asumsi
Continuous Variables dari Lisrel diketahui masihadanya nilai kurtosis dan skewness pada
P-value di kolom Skewness and Kurtosis yang sangat signifikan sebesar 0.05 dan dapat
dikatakan bahwa data tidak normal sehingga perlu dilakukan normalitas data dengan menerapkan
Normal Scores pada Lisrel. Setelah dilakukan Normal Scores, diketahui bahwa Skewness and
Kurtosis jauh di atas nilai kritis (0.05).
4.2 Pengujian Hipotesis & Interpretasi Hasil
H1: Perceived Ease of Use (PEOU) berpengaruhterhadap Perceived Usefulness (PU)
Dari hasil pengujian Lisrel diketahui bahwa nilai t sebesar 5.74 pada hubungan PU
terhadap PEOU berada di atas batas kritis yaitu 1.65 maka pengaruh yang diberikan PEOU
terhadap PU terbukti signifikan. Nilai koefisien variabel laten PEOU sebesar 0.78 yang berarti
variabel PEOU memberikan pengaruh sebesar 78% terhadap variabel PU dan H1 diterima.
H2: Perceived Usefulness (PU) berpengaruhterhadap Attitude Toward Using (ATU)

Dari hasil pengujian Lisrel diketahui bahwa nilai t variabel PU terhadap ATU sebesar
2.32 berada di atas batas kritis, sementara pengaruh yang diberikan PU terhadap ATU terbukti
signifikan dengan nilai koefisien variabel laten PU sebesar 0.57 yang artinya variabel PU
memberikan pengaruh sebesar 57% terhadap ATU dan H2 diterima.
H3: Perceived Ease of Use (PEOU) berpengaruh terhadap Attitude Toward Using (ATU)
Hubungan antara variabel PEOU terhadap ATU menghasilkan nilai t sebesar 0.04 di
bawah batas kritis yang ditetapkan yaitu 1.65 dengan koefisien yang dimiliki hanya 0.0079 maka
variable PEOU belum menunjukkan pengaruhnya terhadap variabel ATU dengan demikian H3
tidak diterima.
H4: Attitude Toward Using (ATU) berpengaruhterhadap Behavioral Intention to Use (ITU)
Nilai t pada hubungan variabel laten ATU dengan ITU sebesar 2.85 jauh di atas batas
kritis. Dengan nilai koefisien ATU sebesar 0.45 berarti variabel ATU memberikan pengaruh
sebesar 45% terhadap variabel ITU dan H4 diterima.
H5: Perceived Usefulness (PU) berpengaruh terhadap Behavioral Intention to Use (ITU)
Hasil pengolahan yang menunjukkan nilai t pada variabel PU terhadap ITU di atas batas
kritis sebesar 2.88 dengan koefisien 0.40 yang berarti variabel PU memberikan pengaruh sebesar
40% terhadap variabel ITU dan H5 diterima
H6: Behavioral Intention to Use (ITU) berpengaruh terhadap Actual System Usage (ASU)
Hipotesis di atas sebenarnya bermula dari persamaan 4 (ASU=ITU). Namun dengan
modifikasi yang telah dilakukan, maka muncul persamaan baru (ASU=PU+ITU) yang tetap
dapat menjelaskan pengaruh antara variabel ITU terhadap ASU.
Dengan nilai t di atas batas kritis pada hubungan antara variabel ITU terhadap ASU yaitu
sebesar 1.85 dengan koefisien sebesar 0.53, maka berarti variabel ITU memberikan pengaruh
sebesar 53% terhadap variabel ASU dan H6 diterima.
Implikasi Penelitian
Dari hasil pengujian pada Lisrel, sebagaimana terdeskripsikan pada penjelasan di atas,
maka implikasi yang muncul akibat modifikasi pada penelitian ini adalah terbentuknya
persamaan baru (ASU=ITU+PU) sebagai pengembangan dari model diagram awal yang
diajukan.
Perubahan model yang sangat signifikan dalam penelitian ini dapat dibenarkan karena
telahmemiliki dasar yang kuat, yaitu adanya penelitian terdahulu yang menyatakan bahwa
Acceptance yang dimanifestasikan dalam variabel ITU dan ASU dipengaruhi oleh PU secara
tidak langsung.
Dari modifikasi tersebut diketahui bahwakondisi nyata penggunaan sistem (ASU)
dipengaruhi oleh dua hal yaitu kecenderungan perilaku untuk tetap menggunakan web (ITU) dan
persepsi terhadap kemanfaatan (PU) dari penggunaan Web tersebut.

5.
5.1

Penutup
Kesimpulan
Dari penelitian yang dilakukan maka dapatdisimpulkan hal-hal berikut:
1) Model TAM yang diperkenalkan oleh Davis dapat digunakan dalam penelitian ini,
mengingat sistem informasi berbasis web adalah bagian dari teknologi khususnya
teknologi informasi.
2) Model akhir yang memenuhi kriteria fitnya model penelitian adalah hasil modifikasi
terhadap model awal penelitian. Hasil modifikasi tersebut dapat memberikan implikasi
mendasar pada persamaan antar variabel laten di penelitian ini (ASU=ITU berubah
menjadi ASU=ITU+PU). Namun langkah modifikasi yang dilakukan antar variable laten
dapat dilakukan karena didukung oleh landasan teori dari penelitian sebelumnya.
3) Tidak diterimanya hipotesa ke-3 pada penelitian ini menjelaskan bahwa tidak ada
pengaruh antara persepsi tentang kemudahan penggunaan web (PEOU) dengan sikap
penggunaan (ATU). Hal ini mengacu pada kenyataan bahwa pararesponden (mahasiswa)
memang dituntutuntuk mengakses web karena sebagian besar fitur web, meliputi
prosedur Kartu Rencana Studi (KRS), informasi bimbingan tugas akhir, tugas-tugas
perkuliahan, pemilihan kelompok dan dan berbagai fitur lainnya, harus digunakan selama
mereka studi. Dengan demikian mudah atau tidaknya web digunakan tidak akan
mempengaruhi sikap responden terhadap penggunaan teknologi tersebut.
4) Bahwasanya konstruk Y8 masuk ke dalam variabel laten ATU, dikarenakan pemasangan
software pendukung (konstruk Y8) memiliki dominasi yang relatif kuat bagi sikap
pengguna (ATU), dengan kata lain sikap pengguna dapat diihat dari keinginan untuk
memasang jenis perangkat lunak pendukung saat berinteraksi dengan web.
Berdasarkan pertanyaan kuesionerdan hasil pengolahan data

dapat

diketahuibahwa pemasangan software antiviruslebih mencerminkan rasa penolakan


terhadap pengaruh negatif yang bias muncul dari penggunaan web, sementara
pemasangan software pengatur download mencerminkan rasa menerima atas informasi
yang disajikan oleh web.
5.2
Saran
Beberapa saran yang diajukan untuk penelitian berikutnya adalah:
1) Penelitian tentang perilaku pengguna terhadap penerimaan teknologi menggunakan TAM
dapat dikembangkan lebih lanjut dengan mengkombinasi teori lain dari bidang ilmu
sosial, ekonomi, psikologi atau bidang ilmu lainnya.
2) Jumlah responden sebesar 123 orang adalah nilai yang seharusnya dipertahankan karena
sesuai kaidah pengolahan data dengan SEM, jumlah data yang diobservasi sebaiknya
berkisar antara 100 hingga 200.
3) Obyek yang dapat diteliti untuk penelitian lainnya dengan Technology AcceptanceModel
(TAM) dapat lebih beragam, mulai dari teknologi informasi yang meliputi perangkat

keras (jaringan, input/outputdevice), perangkat lunak (sistem informasi, aplikasi, bahasa


pemrograman).
Review Artikel
1) Pada bab pendahuluan peneliti tidak menjelaskan fenomena saat ini yang menjadi dasa
dilakukannya penelitian.
2) Tidak adanya kerangka pemikiran dalam penelitian ini, kerangka pemikiran dapat
mempemudah pembaca dalam mengetahui konsep dasar dari penelitian
3) Pada kesimpulan, peneliti masih menjelaskan secara umum sehingga pembaca kurang
memahami kesimpulan dari penelitian ini.
4) Peneliti juga menjelaskan adanya variable yang tidak berpengaruh dimana tidak
diterimanya hipotesa ke-3 yang menjelaskan bahwa tidak ada pengaruh antara persepsi
tentang kemudahan penggunaan web (PEOU) dengan sikap penggunaan (ATU).
Sebaiknya variable yang tidak berpengaruh tidak perlu dijelaskan dalam kesimpulan.

Anda mungkin juga menyukai