Anda di halaman 1dari 2

2.

Tujuan Nefrostomi
Tujuan dilakukannya nefrostomi adalah untuk mengalirkan aliran ( diversi ) urine
dari system pelviokalises ginjal yang mengalami obstruksi. Sedangkan perawatan
nefrostomi ini bertujuan untuk mencegah infeksi yang terjadi pasca nefrostomi, selain itu
memonitoring luka dan menghindari gesekan pada balutan. Mengidentifikasi nutrisi
pasien juga diperlukan karena pasca nefrostomi pasien merasakan mual hingga turunnya
nafsu makan. Drainage nefrostomi diperlukan untuk drainase cairan dari ginjal sesudah
pembedahan, memelihara atau memulihkan darinase, dan memintas obstruksi dalam
ureter atau traktus urinarius inferior. (Smeltzer, 2001)
Selain itu ada juga tujuan lain yaitu :
a. Melarutkan dan mengeluarkan batu ginjal
b. Membantu prosedur endourologi, yaitu pemeriksaan saluran kemih atas.
c. Membantu penegakkan diagnosa obstruksi ureter, filling defects, dan kelainan lainnya
melalui radigrafi antegrad.
d. Memasukkan obat-obatan kemoterapi ke dalam sistem pengumpul ginjal.
e. Memberikan terapi profilaksis kemoterapi setelah reseksi pada tumor ginjal.
Tujuan dari perawatan nefrostomi adalah untuk menjaga kesterilan kateter dan
area sekitar agar tidak terjadi infeksi dan mamantau fungsi dari pemasangan kateter agar
tetap optimal. Selain itu tujuan lain adalah untuk meredakan nyeri pasien, memantau dan
menangani potensial komplikasi, mempertahankan eleminasi urin dan saluran kemih
yang bebas dari infeksi, dan mempertahankan atau menjaga agar keseimbangan cairan
tetap normal. (Smeltzer, 2001)
Indikasi dan Kontraindikasi dari perawatan nefrostomi
Indikasi dilakukannya tindakan nefrostomi adalah :
a. Oliguria atau anuria yang terjadi karena adanya obstruksi nonkeganasan (misalnya
batu saluran kemih atau ureter bilateral).
b. Karena adanya obstruksi keganasan akibat pertumbuhan atau pendesakan oleh tumor
Pengalihan urine sementara yang berhubungan dengan adanya obstruksi urin
sekunder terhadap kalkuli.
c. Pengalihan urine dari sistem pengumpul ginjal sebagai upaya penyembuhan fistula
atau kebocoran akibat cedera traumatik atau iatrogenik, fistula ganas atau inflamasi,
atau sistitis hemoragik.
d. Pengobatan komplikasi yang berhubungan dengan transplantasi ginjal.
e. Pengobatan obstruksi saluran kemih yang berhubungan dengan kehamilan.

f. Memberikan akses untuk intervensi seperti pemberian substansi melalui infus secara
langsung untuk melarutkan batu, kemoterapi, dan terapi antibiotik atau antifungi.
g. Memberikan akses untuk prosedur lain (misalnya penempatan stent ureter antegrade,
pengambilan batu, pyeloureteroscopy, atau endopyelotomy)
h. Dekompresi kumpulan cairan nephric atau perinephric (misalnya abses atau
urinomas) (Robert R. Cirillo, 2012).
Kontraindikasi dilakukannya nefrostomi adalah
a. Terdapat nyeri yang tidak dapat diatasi pada saat tindakan nefrostomi
b. Terdapat tanda tanda overload, misalnya seperti oedema paru dan sesak nafas
c. Terdapat asidosis metabolic yang berat
d. Hiperkalemia
e. Posisi pasien tidak bisa tengkurap
f. Penggunaan antikoagulan (aspirin, heparin, warfarin)
g. Gangguan pembekuan darah (heofilia, trombositopeni) dan hipertensi tidak terkontrol
(dapat menyebabkan terjadinya hematom perirenal dan perdarahan berat renal)
(Aziz et.al, 2008)
Daftar pustaka :
Aziz, Farid M., dkk. 2008. Panduan Pelayanan Medic: Model Interdisiplin Gangguan Ginjal.
Didapat melalui: URL:

http://books.google.co.id/books?

id=uFbhqY_EUtcC&pg=PT107&dq=nefrostomi&hl=id&sa=X&ei=WdNUUpPWMYO9ASa7oGYAw&redir_esc=y#v=onepage&q=nefrostomi&f=false (akses tanggal 29


September 2015)
Smeltzer, Suzanne C. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Ed 8.Jakarta: EGC,200

Anda mungkin juga menyukai