BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
2.1.1
dan dilepas oleh pasien yang terdiri dari lempeng akrilik dan kawat. Peranti
ortodonti lepasan digunakan sebagai perawatan utama kasus geligi pergantian dan
awal pergantian gigi permanen pada pasien usia 6-16 tahun (Isaacson et al, 2002).
Peranti lepasan dapat memberikan hasil yang maksimal apabila
dipakai terus menerus. Keberhasilan perawatan dengan peranti lepasan tidak
hanya tergantung pada kemauan pasien dan kerjasamanya, akan tetapi juga kepada
kemampuan operator untuk mendesain dan membuat peranti yang dapat ditolerir
pasien. Oleh karena hal-hal tersebut di atas sehingga perlu diperhatikan bahwa
peranti ortodonti lepasan tidak hanya mudah dilepas akan tetapi juga mudah
diinsersi, terletak stabil dalam mulut, nyaman dipakai sehingga tidak mengganggu
fungsi bicara, dan desain sederhana sehingga diharapkan pasien mau memakai
secara terus menerus dan didapatkan perawatan yang menghasilkan kemajuan
yang bagus. Pada penggunaan peranti ortodonti lepasan ada beberapa hal yang
perlu dipertimbangkan antara lain pemilihan kasus, rencana perawatan, desain
peranti, dan penatalaksanaan perawatan (Rahardjo, 2009).
SKRIPSI
2.1.2
kooperatif dengan kebersihan mulut dan geligi dalam kondisi yang baik,
maloklusi dengan pola skelet kelas 1 dengan disertai letak kelainan gigi berupa
jarak gigit besar, gigitan terbalik karena kesalahan inklinasi, malposisi gigi tetapi
akar gigi terletak pada tempat yang benar, kelainan jurusan buko lingual.
Pencabutan yang terencana hendaknya memberi kesempatan gigi untuk bergerak
tipping dalam koreksi maloklusi dan hendaknya hanya menyisakan sedikit
diastema atau bahkan tidak menyisakan diastema sama sekali, oleh karena peranti
ortodonti lepasan tidak efisien untuk menutup diastema sisa pencabutan
(Rahardjo, 2009).
2.1.3
adanya diskrepansi skeletal yang jelas, misalnya pada maloklusi kelas II yang
SKRIPSI
2.1.4
peranti ortodonti lepasan dapat dilepas oleh pasien dan karena itu mudah
dibersihkan, sehingga gigi geligi dan struktur rongga mulut juga bisa
dipertahankan kebersihannya dan kesehatannya selama pemakaian peranti
ortodonti lepasan, konstruksi peranti ortodonti lepasan sebagian besar dilakukan
di laboratorium dan hanya membutuhkan sedikit waktu di klinik (Foster, 1999).
2.1.5
adalah peranti dapat hilang waktu dilepas, hanya dapat menghasilkan gerakan
tipping, mengganggu fungsi bicara, kurang efektif untuk menggerakkan banyak
gigi.
2.1.6
SKRIPSI
digunakan pada saat makan. Setelah makan, pemakai peranti ortodoti lepasan
menggosok giginya terlebih dahulu kemudian peranti ortodonti lepasan dapat
dibersihkan dengan pasta dan sikat gigi (Isaacson et al, 2002). Menurut Madlna
(2012), menyikat gigi selama perawatan ortodonti dilakukan minimal dua kali
sehari untuk membantu meningkatkan kebersihan mulut.
2.2
Jaringan Periodonsium
Jaringan periodonsium adalah jaringan tempat tertanamnya gigi
sebagai penyangga gigi, yang terdiri dari gingiva, ligamen periodontal, sementum
dan tulang alveol. Gingiva merupakan bagian mukosa mulut yang mengelilingi
gigi dan menutupi bagian tepi tulang alveol serta merupakan bagian penyangga
gigi, dan membentuk hubungan dengan gigi. Ligamen periodontal adalah jaringan
ikat yang mengelilingi akar dan menghubungkan gigi dengan tulang. Ligamen
periodontal ini terdiri atas serabut jaringan ikat kolagen, berwarna putih yang
mengelilingi akar gigi dan tertanam pada tulang alveol. Sementum adalah jaringan
mesenchymal yang mengalami kalsifikasi dan menutupi permukaan akar gigi.
Tulang alveol adalah tulang maksila dan mandibula yang membentuk dan
menyangga soket. Tulang alveol mengalami remodelling jika terjadi stress
mekanis dan kekurangan ion fosfor dan kalsium (Manson et al, 1993).
2.2.1
Kesehatan Gingiva
Gingiva yang sehat berwarna pink coral, tepinya seperti pisau dan
berbentuk scalop sesuai dengan kontur gigi geligi. Warnanya dapat bervariasi
tergantung pada jumlah pigmen melanin pada epithelium, derajat keratinisasi
SKRIPSI
epithelium, vaskularisasi dan sifat fibrosa dari jaringan ikat di bawahnya (Manson
et al, 1993).
2.2.2
tahap awal dari perjalanan penyakit gusi dan jaringan penyangga/ jaringan
periodonsium yang ditandai dengan jaringan gingiva berwarna lebih merah,
mudah berdarah, bau mulut kurang sedap (halitosis), dan adanya kotoran pada
perbatasan gigi dan gingival. Penyebab gingivitis adalah adanya sisa makanan
yang tidak sempurna pembersihannya, dan dikombinasikan dengan saliva dan
bakteri akan membentuk kotoran putih yang melekat pada gigi yang dinamakan
plak. (Manson et al, 1993)
Berdasarkan
dari
lama
perkembangannya,
gingivitis
dapat
digolongkan menjadi tiga golongan, yaitu acute gingivitis, chronic gingivitis, dan
recurrent gingivitis. Acute gingivitis merupakan gingivitis yang perkembangannya
relatif cepat, durasinya pendek dan dapat menyebabkan nyeri. Fase yang lebih
sederhana dari kondisi akut ini disebut subacute gingivitis. Chronic gingivitis
merupakan gingivitis yang perkembangannya lebih lambat, durasinya panjang,
dan biasanya tidak menimbulkan nyeri, kecuali apabila disertai oleh kondisi akut
atau subakut yang memburuk. Chronic gingivitis merupakan penyakit yang
berubah-ubah. Recurrent gingivitis merupakan gingivitis yang terjadi setelah
perawatan atau setelah sebelumnya mengalami penyembuhan gingivitis.
Berdasarkan distribusinya, gingivitis digolongkan menjadi lima golongan, yaitu
localized gingivitis, generalized gingivitis, marginal gingivitis, papillary
SKRIPSI
2.2.3
Inflamasi Gingiva
2.2.3.1
penumpukan sel yang disertai eksudasi protein serum dari pembuluh darah
dentogingival ke jaringan ikat di sekitarnya, kolagen yang berada di sekeliling
pembuluh darah maupun yang berada pada bagian koronal junctional epithelium
SKRIPSI
tersingkirkan. Sering pula ditemui posisi fibrin dan sel inflamatori yang
mengalami degenerasi di antara infiltrat. Pada bagian koronal dari junctional
epithelium terjadi penumpukan leukosit. Daerah inflamasi pada jaringan ikat
masih sedikit yaitu sekitar 5-10% dari volume total jaringan ikat, namun
perubahan jaringan pada daerah tersebut cukup mencolok. Kandungan kolagen
dari daerah jaringan ikat yang terinflamasi berkurang sebanyak 60-70%. Infiltrat
seluler didominasi oleh neutrofil dan makrofag, meskipun dijumpai juga sedikit
limfosit (Axelsson, 2002).
2.2.3.2
inflamasi tahap awal dan akan berlanjut disertai dengan meningkatnya aliran
cairan gingiva dan migrasi PMN. Pada tahap ini PMN akan membentuk dinding
untuk melawan plak dengan area sulkus yang sedikit lebih dalam dari lesi inisial.
Perubahan yang terjadi baik pada epitelium jungsional maupun pada epitelium
krevikular merupakan tanda dari pemisahan sel dan beberapa sel dan beberapa
proliferasidari sel basal. Fibroblast akan mulai berdegenerasi dan bundel kolagen
dari kelompok serabut dentogingiva pecah sehingga seal dari cuff marginal
gingiva menjadi lemah. Pada area subepithelial mulai terjadi infiltrasi limfosit,
biasanya fibroblas di area ini mengalami degradasi. Ciri ciri lain dari gingivitis
tahap awal yaitu mudah terjadi perdarahan saat probing.
SKRIPSI
2.2.3.3
sampai 3 minggu. Ditahap ini infiltrasi netrofil pada pocket dan junctional
epithelium lebih padat daripada tahap sebelumnya. Infiltrasi sel plasma diantara
pembuluh darah dan sabut-sabut kolagen lebih dominan. Pada tahap ini sel B
distimulasi oleh plak antigen untuk berdiferensiasi menjadi sel plasma yang akan
memproduksi IgG, beberapa IgA dan sedikit IgM. Ditemukan juga beberapa sel T
pada tahap ini. Terjadi peningkatan titer antibodi baik pada saliva maupun serum
antara lain yaitu: sIgA, serum Iga, IgG, dan IgM. Secara klinis pada gingivitis
established lesion terjadi perubahan warna gingiva, ukuran gingiva dan tekstur
gingiva yang mengarah ke gingivitis kronis. Ditahap ini juga terjadi hambatan
aliran darah, aliran darah menjadi lambat menyebabkan anoxemia gingiva
selanjutnya gingiva menjadi kebiruan. Gambaran mikroskopis dari gingivitis
established lesion adalah banyak ditemukannya sel plasma yang bermigrasi ke
jaringan ikat disekitar pembuluh darah dan serabut kolagen. Ditemukan infiltrat
seluler yang merusak komponen jaringan menyebabkan ruang interseluler
melebar.
2.2.3.4
SKRIPSI
2.3
mulut agar tetap bersih dan sehat untuk mencegah terjadinya karies, penyakit
jaringan periodontal serta bau mulut. Tujuan pemeliharaan oral hygiene adalah
untuk menyingkirkan atau mencegah timbulnya plak gigi dan sisa-sisa makanan
yang melekat di gigi. Oral hygiene merupakan kebersihan rongga mulut seseorang
SKRIPSI
yang dapat diukur dari indikator yang disebut indeks. Ada beberapa indeks yang
dapat digunakan untuk menentukan status oral hygiene seseorang yaitu Oral
Hygiene Index (OHI) dan Oral Hygiene Index Simplified (OHI-S) yang sangat
bergantung pada indeks debris dan indeks kalkulus. (Syafik, 2002).
Masing-masing indeks mempunyai rentangan skor 0 3. Oral
Hygiene Index (OHI) diperoleh dengan menjumlahkan nilai indeks debris dan
indeks kalkulus. Alat yang digunakan untuk menentukan Oral Hygiene Index
(OHI) adalah kaca mulut dan sonde berbentuk sabit, tanpa menggunakan zat
pewarna. Skor OHI pada pasien yang dirawat ortodonti haruslah berada pada
tingkatan baik, karena oral hygiene memegang peranan dalam menentukan
keberhasilan perawatan ortodonti. Oral hygiene sangat berperan dalam perawatan
ortodonti agar mendapatkan hasil perawatan yang memuaskan. Untuk mencegah
komplikasi-komplikasi yang terjadi, dokter gigi memiliki peranan yang harus
diperhatikan, yaitu memperhatikan oral hygiene pasien (Brusca et al, 2007).
SKRIPSI