Disusun oleh :
FEBRIAN F N
G0007071
KELOMPOK 7
TUTOR :
Fakultas Kedokteran
Universitas Sebelas Maret
2009
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dengan kemajuan tehnologi di abad ini, kematian yang disebabkan
penyakit infeksi berkurang sedang penyakit system kardiovaskuler terus
meningkat.
Berkurangnya
penyakit
infeksi
ini
kiranya
disebabkan
tidak
diobati,
tekanan
darah
semakin
meningkat
dengan
Usaha menanggulangi penyakit tekanan darah tinggi ini cukup serius baik
di dalam maupun di luar negeri.
B. Analisis Masalah
Laki-laki 54 tahun.
Sesak nafas saat aktifitas ringan.
Batuk berdahak merah muda.
Berdebar-debar, sukar tidur, kencing berkurang.
Pernah menderita penyakit yang sama.
Kumat-kumatan sejak 1 bulan.
Pemeriksaan fisik : tekanan darah 180/100 mmHg, heart rate 120x/menit,
respiratory rate 32x/menit, suhu badan 36,50 C, JVP tidak meningkat.
Inspeksi : ictus kordis bergeser ke lateral bawah.
Palpasi : iktus kordus di SIC VI 2 cm lateral linea medioclavicularis.
Perkusi : Batas jantung kanan di SIC V parasternal kanan.
Auskultasi : Bunyi jantung 1 meningkat, bunyi jantung 2 normal, bising
pansistolik di apeks dan menjalar ke lateral, irama gallop positif. Paru :
vesikuler, ronkhi basal halus.
Pemeriksaan abdomen : tidak ada hepatomegali dan ascites.
Pemeriksaan laboratorium : Hb 14 g/dL, serum ureum: 65, serum
kreatinin: 1.4.
EKG : LVH, LAH.
Foto polos : CTR 0,60, apeks ke lateral bawah, kardiomegali, pinggang
jantung menonjol.
Analisis gas darah: asidosis metabolik terkompensasi.
Dari skenario di atas didapatkan masalah-masalah, yaitu :
a)
b)
c)
C. Tujuan Penulisan
a)
Mengetahui patofisiologi, patogenesis, serta mekanisme keluhankeluhan pada hipertensi dan gagal jantung.
menambah
pengetahuan
mahasiswa
tentang
terapi
dan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tekanan Darah
Tekanan darah merupakan gaya utama yang mendorong darah ke
sel atau jaringan. Tekanan darah ini harus diatur secara ketat dikarenakan
dua alasan. Pertama, tekanan tersebut harus cukup tinggi untuk
menghasilkan gaya dorong yang cukup agar organ otak atau jaringan lain
menerima aliran darah yang adekuat. Kedua, tekanan ini tidak boleh
terlalu tinggi, sehingga menimbulkan beban kerja tambahan bagi jantung
dan meningkatkan risiko kerusakan pembuluh darah serta kemungkinan
rupturnya pembuluh-pembuluh halus.5
Ada dua faktor penentu utama tekanan darah yaitu curah jantung
(cardiac output, CO) dan resistensi perifer total. Curah jantung merupakan
volume darah yang dipompakan oleh tiap-tiap ventrikel per menit. Curah
jantung ini dipengaruhi kecepatan denyut jantung dan volume sekuncup.
Kecepatan
denyut
jantung
perangsangan
sistem
saraf
Perangsangan
simpatis
akan
denyut jantung
terutama
otonom
ditentukan
simpatis
menyebabkan
dan
oleh
adanya
parasimpatis.
peningkatan
kecepatan
sekuncup adalah volume darah yang dipompa per denyut jantung yang
didapatkan dari pengurangan volume diastolik akhir (EDV) dengan volume
sistolik akhir (ESV). Volume sekuncup ini terutama dipengaruhi oleh
besarnya aliran balik vena ke jantung. Volume sekuncup akan meningkat
jika terjadi pengisian ventrikel (EDV) juga meningkat. Selain itu, volume
sekuncup juga dipengaruhi oleh adanya aktivitas simpatis yang akan
meningkatkan kontraktilitas jantung yang mengacu kepada kekuatan
kontraksi pada setiap volume diastolik akhir. Selain dipengaruhi oleh
aktivitas simpatis, aliran balik vena juga dipengaruhi oleh aktivitas
pernapasan dan otot rangka, volume darah, dan katup vena.5
Resistensi
(terutama
arteriol)
perifer
terhadap
merupakan
aliran
tahanan
darah.
pembuluh
Resistensi
ini
darah
terutama
(vasodilatasi)
adalah
pengingkatan
CO2
dan
asam
serta
HIPERTENSI
Hipertensi adalah tekanan arteri yang tinggi dan abnormal pada
sirkulasi sistemik dengan nilai sistole minimal 140 dan diastole 90.
Berdasarkan etiologinya hipertensi dibagi menjadi 2 yaitu : 1. primer :
hipertensi yang belum jelas penyebabnya; 2. sekunder : hipertensi yang
disebabkan oleh penyakit lain. Sebagian besar pasien hipertensi termasuk
kategori primer (90%). Berikut kriteria hipertensi.6
Kategori
Normal
Normal Tinggi
Sistolik
(mmHg)
Diastolik
(mmHg)
< 130
< 85
130 139
85 89
Hipertensi
Stadium 1
140 159
90 99
Stadium 2
160 179
100 109
Stadium 3
180 209
110 119
Stadium 4
> 210
> 120
PATOFISIOLOGI
Berdasarkan hukun ohm tekanan darah arteri = Curah jantung (CO) x
Resistensi Perifer Total (TPR). Maka jika ada peningkatan pada CO dan
TPR, tekanan arteri akan meningkat. Contoh peningkatan CO adalah pada
perangsangan jantung yang berlebihan oleh katekolamin, sedangkan
peningkatan TPR pada perangsangan angiotensin II pada arteri.3,4
ANAMNESIS7,4
1.
2.
3.
Pola makan
4.
Riwayat keluarga.
5.
Sosial ekonomi.
PEMERIKSAAN LABORATORIUM7,4
1.
2.
PENATALAKSANAAN
1.
Bed rest.
2.
3.
Medika mentosa :
4.
Terapi komplikasi
apopleksi cerebri
retinopati hipertensi
5.
KRISIS HIPERTENSI
Gagal jantung kongestif dimaksud adalah suatu sindroma klinik yang disebabkan oleh
berkurangnya volume pemompaan jantung untuk keperluan relatif tubuh, disertai hilangnya
curah jantung dalam mempertahankan aliran balik vena.1
ETIOLOGI3
1.Kelainan otot jantung
2.Ateriosklerosis koroner
3.Hipertensi sistemik atau pulmonal
4.Peradangan atau degeneratif
5.Faktor sistemik : tirotoksikosis, hipokisa, anemia, asidosis dan ketidakseimbangan
elektrolit.
PATOFISIOLOGI3
1.Bila curah jantung berkurang sistem saraf simpatis akan mempercepat frekuensi jantung
untuk mempertahankan curah jantung. Bila gagal maka volume sekuncup akan
beradaptasi untuk mempertahankan curah jantung.
2.Pada gagal jantung terjadi kerusakan dan kekakuan serabut otot jantung
sehingga curah jantung normal tidak dapat dipertahankan.
KLASIFIKASI1,2
1.GAGAL JANTUNG KIRI
2.GAGAL JANTUNG KANAN
GAGAL JANTUNG KIRI
1.Gagal jantung kiri disebabkan oleh penyakit jantung
koroner, penyakit katup aorta dan mitral serta hipertensi
2.Gagal jantung kiri berdampak pada :
- Paru
- Ginjal
- Otak
GAGAL JANTUNG KANAN
1.Penyebab gagal jantung kanan harus juga termasuk semua yang dapat menyebabkan gagal
jantung kiri, seharusnya stenosis mitral yang menyebabkan peningkatan tekanan dalam
sirkulasi paru.
2.Gagal jantung kanan dapat berdampak pada :
- Hati
- Ginjal
- Jaringan subkutis
- Otak
- Sistem Aliran aorta
MANIFESTASI KLINIS7
Gejala yang muncul sesuai dengan gejala jantung kiri diikuti gagal jantung kanan dapat
terjadinya di dada karana peningkatan kebutuhan oksigen. Pada pemeriksaan fisik ditemukan
tanda tanda gejala gagal jantung kongestif biasanya terdapat bunyi derap dan bising akibat
regurgitasi mitral
Gagal Jantung Kiri
a. Dispneu
b. Orthopneu
c. Paroksimal Nokturnal Dyspneu
d. Batuk
e. Mudah lelah
f. Gelisah dan cemas
Gagal Jantung Kanan
a. Pitting edema
b. Hepatomegali
c. Anoreksia
d. Nokturia
e. Kelemahan
PEMERIKSAAN DIANOSTIK7
1Pada EKG ditemukan hipertropi ventrikel kiri, kelainan gelombang ST dan T
2.Dari foto torax terdapat pembesaran jantung dan bendungan paru.
3.Pada ekhokardiografi terlihat pembesaran dan disfungsi ventrikel kiri, kelainan bergerak
katup mitral saat diastolik.
4.Pengukuran tekanan vena sentral (CVP)
PENATALAKSANAAN7
- Diuretik dapat menurunkan tekanan dan volume pulmonal sehingga
gejala akan berkurang. Mengingat banyak penderita tergantung pada
meningkatnya tekanan pengisian untuk mempertahankan isi sekuncup
yang adekwat maka harus dihindari pemakaian diuretik berlebihan sebab
bisa menimbulkan keadaan curah jantung yang rendah. Azotemia akibat
diuretik bisa ditemukan pada gagal jantung diastolik.
- Pemberian nitrat akan memperbaiki gejala namun pemberiannya harus
hati-hati untuk menghindari
timbulnya hipotensi.
- Pemberian penyekat ACE dan antagonis reseptor angiotensin II
memperbaiki volume sekuncup dan
menurunkan kebutuhan oksigen miokard. Dalam hal ini penyekat ACE
dapat memperbaiki relaksasi dan distensibilitas jantung secara langsung
dan mungkin mempunyai efek jangka panjang melalui kerjanya sebagai
anti-hipertensi dan dapat meregresi hipertrofi dan fibrosis miokard.
- Pemberian beta-blokade dan antagonis kasium (verapamil) akan
memperbaiki pengisian diastolik dengan memperlambat denyut jantung
meskipun pemberiannya harus hati-hati pada gagal jantung diastolik yang
berat. Kedua jenis obat ini menurunkan tekanan pengisian ventrikel kiri,
juga dapat menurunkan morbiditas dan mortalitas.
- Pemberian dobutamine atau milrinone sebaiknya diberikan secara
berhati-hati dan dengan pemantauan hemodinamik invasif oleh karena
efek lusitropiknya.
- Fibrilasi atrium sangat mengganggu pada penderita dengan disfungsi
diastolik dan sering memicu timbulnya dekompensasi. Konversi fibrilasi
atrium ke ritme sinus dan mempertahankannya merupakan hal yang
sangat penting.
BAB III
PEMBAHASAN
Berdasarkan anamnesis, hasil pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
penunjang pada penderita tersebut, kemungkinan penderita menderita
gagal jantung kiri. Gagal jantung tersebut disebabkan oleh hipertensi
yang penderita derita. Tidak adanya peningkatan JVP, hepatomegali,
ascites, dan pembengkakan pada kedua kaki pada pemeriksaan fisik
menyingkirkan dugaan gagal jantung kanan. Selain itu, sesak napas
penderita pada aktivitas ringan dan mau tidur serta auskultasi paru
didapatkan suara vesikuler menyingirkan dugaan kelainan penderita
akibat sistem pernapasan. Berikut ini adalah hasil analisis lebih lanjut
penulis terhadap kasus dalam skenario.
Pada penderita hipertensi, tahanan perifer sistemik menjadi lebih
tinggi dari orang normal akibat adanya vasokontriksi pembuluh darah. Itu
berarti ventrikel kiri harus bekerja lebih keras untuk melawan tahanan
tersebut agar ejeksi darah maksimal sehingga suplai darah ke semua
jaringan
tercapai
sesuai
kebutuhannya.
Ventrikel
kiri
kemudian
yang
menyebabkan
tetap
tinggi.
penurunan
Kegagalan
kontraktilitas
mekanisme
ventrikel
kompensasi
kiri.
Penurunan
kontraktilitas ventrikel kiri akan diikuti oleh penurunan curah jantung yang
selanjutnya menyebabkan penurunan tekanan darah. Semua hal tersebut
akan
merangsang
mekanisme
kompensasi
neurohormonal
seperti
sistem
saraf
simpatis
akan
meningkatkan
peningkatan
aliran
darah
balik
ke
jantung
akibat
adanya
jangka waktu yang lama, jantung menjadi kurang tanggap terhadap NE.
Akhirnya
kontraktilitas
jantung
kembali
menurun.
Kedua,
aktivitas
semakin
terenggang
dan
kekuatan
kontraksinya
semakin
di
apex
yang
menjalar
ke
lateral).
Hal
itu
semakin
O2
dan
proses
metabolisme
pun
berubah
menjadi
pembentukan
asam
di
dalam
darah
akibat
adanya
2.
B. Saran
1.
asupan
lemak,
garam
sera
minuman
alhokol,
Penderita sebaiknya melaksanakan terapi farmakologis dan nonfarmakologis secara teratur guna mengontrol tekanan darahnya.
BAB V
DAFTAR PUSTAKA
1. Ikatan Dokter Anak Indonesia. 1994. Buku Ajar Kardiologi Anak. Jakarta :
Binarupa Aksara. pp: 1- 404.
2. Kusumawidjaja. Patologi. Jakarta: FKUI 1996. pp: 110 16.
3. S. Silbernagl, F. Lang. 2007. Patofisiologi. Jakarta : EGC. pp: 176-249.
4. Joesoef, H. Andang; Setianti, Budhi. 2003. Hipertensi Sekunder. In: Buku
Ajar Kardiologi. Jakarta : FK UI.
5. Sherwood, Lauralee. 2001. Human Physiology : From Cells to System.
Alih bahasa: Brahm U. Pendit. Jakarta: EGC.
6. Cutler, Jeffrey A., et al. . 2008. Trends in Hypertension Prevalence,
Awareness, Treatment, and Control Rates in United States Adults
Between
1988
1994
and
1999
2004.
http://hyper.ahajournals.org/cgi/content/full/52/5/818.
7. Hermawan, Guntur. 2008. BED SIDE TEACHING. Surakarta : Kesuma.