PENDAHULUAN
Mandibula merupakan bagian tulang yang paling rentan mengalami fraktur pada trauma
facialis. Hal ini dapat disebabkan karena posisinya yang menonjol dan merupakana sasaran
pukulan dan benturan. Trauma pada umumnya diderita pada laki-laki dibandingkan perempuan
pada usia 20-30 tahun. Diluar negeri kebanyakan kejadian trauma facialis meningkat pada
musim panas.
Mandibula tersusun dari dua bagian keping yaitu keping luar yang tebal dan keping
dalam yang dipisahkan oleh tulang medulla trabekularis. Dari keseluruhan struktur mandibula,
bagian yang terlemah adalah daerah sub kondilar, angulus mandibula dan region mentalis.
Fraktur subkondilar banyak dijumpai pada anak-anak sedangkan fraktur angulus sering dijumpai
pada remaja dan dewasa muda.
Pada prinsipnya ada dua cara penatalaksanaan fraktur mandibula, yaitu cara tertutup atau
disebut juga perawatan konservatif dan cara terbuka yang ditempuh dengan cara pembedahan.
Pada teknik tertutup imobilisasi dan reduksi fraktur dicapai dengan penempatan peralatan fiksasi
maksilomandibular. Pada prosedur terbuka bagian yang mengalami fraktur di buka dengan
pembedahan dan segmen fraktur direduksi serta difiksasi secara langsung dengan menggunakan
kawat/plat yang disebut dengan wire atau plate osteosynthesis. Kedua teknik ini tidak selalu
dilakukan tersendiri tetapi kadang-kadang diaplikasikan bersama atau disebut dengan prosedur
kombinasi. Pada penatalaksanaan fraktur mandibula selalu diperhatikan prinsip-prinsip dental
dan ortopedik sehingga daerah yang mengalami fraktur akan kembali / mendekati posisi
anatomis sebenarnya dan fungsi mastikasi yang baik.
Page 1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Anatomi
Mandibula merupakan tulang yang besar dan paling kuat pada daerah muka. Dibentuk
oleh dua bagian simetris yang mengadakan fusi dalam tahun pertama kehidupan. Tulang ini
terdiri dari korpus, yaitu suatu lengkungan tapal kuda dan sepasang ramus yang pipih dan lebar
yang mengarah keatas pada bagian belakang dari korpus. Pada ujung dari masing-masing ramus
didapatkan dua buah penonjolan disebut prosesus kondiloideus dan prosesus koronoideus.
Prosessus kondiloideus terdiri dari kaput dan kolum. Permukaan luar dari korpus mandibula pada
garis median, didapatkan tonjolan tulang halus yang disebut simfisis mentum yang merupakan
tempat pertemuan embriologis dari dua buah tulang.
Bagian korpus mandibula membentuk tonjolan disebut prosesus alveolaris yang
mempunyai 16 buah lubang untuk tempat gigi. Bagian bawah korpus mandibula mempunyai tepi
yang lengkung dan halus. Pada pertengahan korpus mandibula kurang lebih 1 nchi dari simfisis
didapatkan foramen mentalis yang dilalui oleh vasa dan nervus mentalis. Permukaan dalam dari
korpus mandibula cekung dan didapatkan linea milohiodea yang merupakan origo m. Milohioid.
Angulus mandibula adalah pertemuan antara tepi belakang ramus mandibula dan tepi bawah
korpus mandibula. Angulus mandibula terletak subkutan dan mudah diraba pada 2-3 jari dibawah
lobulus aurikularis.
Secara keseluruhan tulang mandibula ini berbentuk tapal kuda melebar di belakang,
memipih dan meninggi pada bagian ramus kanan dan kiri sehingga membentuk pilar, ramus
membentuk sudut 1200 terhadap korpus pada orang dewasa. Pada yang lebih muda sudutnya
lebih besar dan ramusnya nampak lebih divergens.
Dari aspek fungsinya, merupakan gabungan tulang berbentuk L bekerja untuk
mengunyah dengan dominasi (terkuat) m. Temporalis yang berinsersi disisi medial pada ujung
prosesus koronoideus dan m. Masseter yang berinsersi pada sisi lateral angulus dan ramus
mandibula. M. Pterigodeus medial berinsersi pada sisi medial bawah dari ramus dan angulus
mandibula. M masseter bersama m temporalis merupakan kekuatan untuk menggerakkan
mandibula dalam proses menutup mulut. M pterigoideus lateral berinsersi pada bagian depan
kapsul sendi temporo-mandibular, diskus artikularis berperan untuk membuka mandibula. Fungsi
m pterigoid sangat penting dalam proses penyembuhan pada fraktur intrakapsuler.
Page 2
Pada potongan melintang tulang mandibula dewasa level molar II berbentuk seperti U
dengan komposisi korteks dalam dan korteks luar yang cukup kuat. Ditengahnya ditancapi oleh
akar-akar geligi yang terbungkus oleh tulang kanselus yang membentuk sistem haversian
(osteons) diantara dua korteks tersebut ditengahnya terdapat kanal mandibularis yang dilewati
oleh syaraf dan pembuluh darah yang masuk dari foramen mandibularis dan keluar kedepan
melalui foramen mentalis.
Lebar kanalis mandibula tersebut sekitar 3 mm ( terbesar) dan ketebalan korteks sisi
bukal yang tertipis sekitar 2.7mm sedang pada potongan level gigi kaninus kanalnya berdiameter
sekitar 1mm dengan ketebalan korteks sekitar 2.5-3mm. Posisis jalur kanalis mandibula ini perlu
diingat dan dihindari saat melakukan instrumentasi waktu reposisi dan memasang fiksasi interna
pada fraktur mandibula.
Page 3
dan vena facialis posterior bergabung menjadi vena fascialis communis yang mengalirkan darah
ke vena jugularis interna.
Biomekanik Mandibula
Mandibula memiliki mobilitas dan gaya yang sangat banyak, sehingga dalam melakukan
penanganan fraktur mandibula harus benar-benar diperhatikan biomekanik yang terjadi. Gerakan
mandibula dipengaruhi oleh empat pasang otot yang disebut otot-otot pengunyah, yaitu otot
masseter, temporalis, pterigoideus lateralis dan medialis. Otot digastricus bukan termasuk otot
pengunyah tetapi mempunyai peranan yang penting dalam fungsi mandibula.
Pada waktu membuka mulut, maka yang berkontraksi adalah m. Pterigoideus lateralis
bagian inferior, disusul m pterigoideus lateralis bagian superior ( yang berinsersi pada kapsul
sendi) saat mulut membuka lebih lebar. Sedangkan otot yang berperan untuk menutup mulut
adalah m. Temporalis dan masseter dan diperkuat lagi oleh m. Pterigoideus medialis. Kekuatan
dinamis dari otot pengunyah orang dewasa pada gigi seri 40kg, geraham 90kg, sedang
kekuatan menggigit daerah incisivus 10kg, molar 15 kg.
Fraktur Mandibula
1. Definisi
Fraktur didefinisikan sebagai deformitas linear atau terjadinya diskontinuitas tulang yang
disebabkan oleh rudapaksa. Fraktur dapat terjadi akibat trauma langsung maupun tidak langsung
atau karena proses patologis. Fraktur mandibula dapat terjadi pada bagian korpus, angulus,
ramus maupun kondilus.
2. Etiologi
Fraktur akibat trauma dapat terjadi akibat, kecelakaan lalulintas (43%), perkelahian (34%)
kecelakaan kerja(7%), olahraga (4%), dan sebab lain (5%) seperti luka tembak, jatuh ataupun
trauma saat pencabutan gigi. Fraktur patologis dapat terjadi karena kekuatan tulang berkurang
akibat adanya kista, tumor jinak atau ganas rahang, osteogenesis imperfecta, osteomyelitis,
osteomalacia, atrofi tulang secara menyeluruh atau osteoporosis nekrosis atau metabolic bone
disease. Akibat adanya proses patologis tersebut, fraktur dapat terjadi secara spontan seperti
waktu bicara, makan atau mengunyah.
3. Patofisiologi
Page 4
Mandibula merupakan tulang yang kuat, tetapi pada beberapa tempat dijumpai adanya bagian
yang lemah. Daerah korpus mandibula terutama terdiri dari tulang kortikal yang padat dengan
sedikit substansi spongiosa sebagai tempat lewatnya pembuluh darah dan pembuluh limfe.
Daerah yang tipis pada mandibula adalah angulus dan sub condylus sehingga bagian ini
termasuk bagian yang lemah dari mandibula. Selain itu titik lemah juga didapatkan pada foramen
mentale, angulus mandibula tempat gigi molar III terutama yang erupsinya sedikit, kolum
kondilus mandibula terutama bila trauma dari depan langsung mengenai dagu maka gayanya
akan diteruskan kearah belakang.
Garis fraktur pada mandibula biasa terjadi pada area lemah dari mandibula tergantung
mekanisme trauma yang terjadi. Garis fraktur subkondilar umumnya dibawah leher prosesus
kondiloideus akibat perkelahian dan berbentuk hampir vertikal. Namun pada kecelakaan lalu
lintas garis fraktur terjadi dekat dengan kaput kondilus, garis fraktur yang terjadi berbentuk
oblique. Pada regio angulus garis fraktur umumnya dibawah atau dibelakang regio mlaor III
kearah angulus mandibula. Pada fraktur corpus mandibula garis fraktur tidak selalu paralel
dengan sumbu gigi, seringkali garis fraktur berbentuk oblique. Garis fraktur dimulai pada regio
alveolar kaninus dan insisivus berjalan oblique ke arah midline. Pada fraktur mandibula, fragmen
yang fraktur mengalami displaced akibat tarikan otot-otot mastikasi, oleh karena itu maka
reduksi dan fiksasi pada fraktur mendibula harus menggunakan splinting untuk melawan tarikan
dari otot-otot mastikasi. Beberapa faktor yang mempengaruhi displacement fraktur mandibula
Page 5
antara lain ; arah dan kekuatan trauma, arah dan sudut garis fraktur, ada atau tidaknya gigi pada
fragmen, arah lepasnya otot dan luasnya kerusakan jaringan lunak.
Pada daerah ramus mandibula jarang terjadi fraktur, karena daerah ini terfiksasi oleh
m.masseter pada bagian lateral, dan medial oleh m pterigoideus medialis. Demikian juga pada
prosesus koronoideus yang terfiksasi oleh m .masseter.
4. Klasifikasi
Beberapa macam klasifikasi fraktur mandibula dapat digolongkan berdasar sebagai berikut :
Insidens fraktur mandibula sesuai dengan lokasi anatomisnya; prosesus condiloideus (29.1%),
angulus mandibula (24%), simfisis mandibula (22%), korpus mandibula (16%), alveolus (3.1%),
ramus (1.7%), processus coronoideus (1.3%).
1. Berdasar ada tidaknya gigi pada kiri dan kanan garis fraktur ;
1. kelas 1 : gigi ada pada kedua bagian garis fraktur.
2. kelas II : gigi hanya ada pada satu bagian dari garis fraktur
3. kelas III : tidak ada gigi pada kedua fragmen, mungkin gigi sebelumnya memang sudah
tidak ada (edentolous), atau gigi hilang saat terjadi trauma.
2.Berdasarkan arah fraktur dan kemudahan untuk direposisi dibedakan :
Horisontal yang dibagi menjadi favourable dan unfavourable. Vertikal, yang juga dibagi menjadi
favourable dan unfavourable. Kriteria favourable dan unfavourable berdasarkan arah satu garis
fraktur terhadap gaya otot yang bekerja pada fragmen tersebut. Disebut favourable apabila arah
fragmen memudahkan untuk mereduksi tulang waktu reposisi sedangkan unfavourable bila garis
fraktur menyulitkan untuk reposisi.
3.Berdasar beratnya derajat fraktur, dibagi menjadi fraktur simple/closed yaitu tanpa adanya
hubungan dengan dunia luar dan tidak ada diskontinuitas dari jaringan sekitar fraktur. Fraktur
compound atau open yaitu fraktur berhubungan dengan dunia luar yang melibatkan kulit, mukosa
atau membran periodontal.
4.Berdasar tipe fraktur dibagi menjadi fraktur greenstick (incomplete); fraktur yang biasanya
didapatkan pada anak-anak karena periosteum tebal. Fraktur tunggal ; fraktur hanya pada satu
tempat saja. Fraktur multiple ; fraktur yang terjadi pada dua tempat atau lebih, umumnya
bilateral. Fraktur komunitif ; terdapat adanya fragmen yang kecil bisa berupa fraktur simple atau
compound.
5.Selain itu terdapat juga fraktur patologis ; fraktur yang terjadi akibat proses metastase ke
tulang, impacted fraktur ; fraktur dengan salah satu fragmen fraktur di dalam fragmen fraktur
Page 6
yang lain. Fraktur atrophic ; adalah fraktur spontan yang terjadi pada tulang yang atrofi seperti
pada rahang yang tak bergigi. Indirect fractur ; fraktur yang terjadi jauh dari lokasi trauma.
5.Manifestasi Klinis
Pasien dengan fraktur mandibula umumnya datang dengan adanya deformitas pada muka, baik
berupa hidung yang masuk kedalam, mata masuk kedalam dan sebagainya. Kondisi ini biasa
disertai dengan adanya kelainan dari fungsi organ organ yang terdapat dimuka seperti mata
terus berair, penglihatan ganda, kebutaan, anosmia, kesulitan bicara karena adanya fraktur
mandibula, maloklusi sampai kesulitan bernapas karena hilangnya kekuatan untuk menahan
lidah pada tempatnya sehingga lidah menutupi rongga faring.
6.Gejala dan Tanda
Tanda tanda patah pada tulang rahang meliputi :
1.
Dislokasi,
berupa
perubahan
posisi
rahang
yg
menyebabkan
maloklusi
atau
arsitektur tulang,
bentuk dan perlekatan ototnya mandibula dapat digambarkan sebagai sebuah struktur yang
mengubah tekanan yang diterimanya menjadi suatu bentuk daya tensi dan kompresi. Kekuatan
Page 7
kompresi dihasilkan sepanjang daerah basal mandibula sedangkan kekuatan tensi terdapat pada
sepanjang daerah alveolar. Aksis tranversal imajiner yang terletak kira-kira sepanjang kanalis
mandibula memisahkan prosesus alveolaris yang merupakan daerah tegangan atau disebut
dengan tension area dari daerah basal mandibula yang merupakan daerah kompresi atau disebut
dengan compression area. Pada waktu mandibula mengalami fraktur, prinsip perawatan
dilakukan dengan mempertimbangkan kekuatan-kekuatan pada kedua sisi dari aksis imajiner
tersebut, sehingga kedua kekuatan tegangan yang berlawanan tersebut harus dinetralisir untuk
mendapatkan reduksi fungsional yang stabil.
Gb 2.6 tension site (+) dan compression site (-) pada mandibula
Hal ini dapat ditempuh dengan penggunaan plat dan tension bar system yang secara individual
berbeda tergantung dari lokasi dan tipe frakturnya. Secara umum, pressure trajectory yang
menghasilkan kekuatan kompresi pada mandibula kemudain terjadi distorsi misalnya di rahang
yang fraktur dapat diperbaiki dengan pemasangan plat osteosintesis, sedangkan tension
trajectory dengan menggunakan arch bar yang berfungsi sebagai tension band. Plat sudah cukup
stabil
untuk
shear
dan
menetralkan
torsional stress.
Tension band
berfungsi
untuk
mengurangi
kekuatan
yang
membengkokkan
yang terjadi di
bagian
Page 8
alveolar
Kekuatan torsional pada mandibula terdapat pada bagian symphisis mandibula, hal ini
disebabkan karena banyaknya muskulus dasar mulut yang melekat pada bagian ini sehingga
apabila terjadi fraktur pada bagian ini maka dapat timbul rotasi. Stabilisasi fragmen tulang yang
fraktur di regio ini digunakan dua miniplate dengan jarak antar plat kurang lebih 5mm untuk
menetralkan kekuatan rotasi pada daerah symphisis tersebut. Selain menggunakan dua miniplate
dapat juga digunakan SNT plate untuk fraktur di regio symphisis.
Page 9
1. Anamnesa ;
meliputi ada tidaknya alergi, medikamentosa, penyakit sebelumnya, last meal dan
events/enviroment sehubungan dengan injurinya.
2. Pemeriksaan fisik ; dari inspeksi dilihat ada tidaknya deformitas, luka terbuka dan
evaluasi susunan / konfigurasi gigi saat menutup dan membuka mulut, menilai
ada/tidaknya maloklusi. Dilihat juga ada/tidaknya gigi yang hilang atau fraktur. Pada
palpasi dievaluasi daerah TMJ dengan jari pada daerah TMJ dan penderita disuruh bukatutup mulut, menilai ada tidaknya nyeri, deformitas atau dislokasi. Untuk memeriksa
apakah ada fraktur mandibula dengan palpasi dilakukan evaluasi false movement dengan
Page 10
kedua ibujari di intraoral, korpus mandibula kanan dan kiri dipegang kemudian
digerakkan keatas dan kebawah secara berlawanan sambil diperhatikan disela gigi dan
gusi yang dicurigai ada frakturnya. Bila ada pergerakan yang tidak sinkron antara kanan
dan kiri maka false movement +, apalagi dijumpai perdarahan disela gusi.
3.
- gambaran tersebut diatas bisa kurang jelas bila garis x-ray tidak sejajar garis
fraktur
- step defect
- biasanya terdapat fraktur pada caput condylus lateral
c. condylus mandibula
- caput condylus biasanya shared off
- step defect
- overlap dari garis trabecular, tampak berupa gambaran garis radioopaque
- deviasi mandibula pada sisi yang fraktur
Beberapa tehnik Roentgen dapat digunakan untuk melihat adanya fraktur mandibula antara lain ;
- foto skull AP/Lateral
- foto Eisler ; foto ini dibuat untuk pencitraan mandibula bagian ramus dan korpus, dibuat sisi
kanan atau sisi kiri sesuai kebutuhan.
- Townes view ; dibuat untuk melihat proyeksi tulang maksila, zigoma dan mandibula
- reverse Townes view ; dilakukan untuk melihat adanya fraktur neck condilus mandibula
terutama yang displaced ke medial dan bias juga melihat dinding lateral maksila
- Panoramic ; disebut juga pantomografi atau rotational radiography dibuat untuk mengetahui
kondisi mandibula mulai dari kondilus kanan sampai kondilus kiri beserta posisi geliginya
Page 12
termasuk oklusi terhadap gigi maksila. Dibuat film didepan mulut pada alat yang rotasi dari pipi
kanan ke pipi kiri, sinar-x juga berlawanan arah rotasi dari arah tengkuk sehingga tercapai
proyeksi dari kondulus kanan sampai kondilus kiri.
Keuntungan panoramic adalah ; cakupan anatomis yang luas, dosis radiasi rendah, pemeriksaan
cukup nyaman, bisa dilakukan pada penderita trismus,. Kerugiannya tidak bisa menunjukkan
gambaran anatomis yang jelas daerah periapikal sebagaimana yang dihasilkan foto intra oral
- Temporomandibular Joint ; pada penderita trauma langsung daerah dagu sering didapatkan
kondisi pada dagu baik akan tetapi terjadi fraktur pada daerah kondilus mandibula sehingga
penderita mengeluh nyeri pada daerah TMJ bila membuka mulut, trismus kadang sedikit
maloklusi. Pada pembuatan foto TMJ yang standard biasanya di lakukan proyeksi lateral buka
mulut (Parma) dan proyeksi lateral tutup mulut biasa (Schuller). Biasanya dibuat kedua sendi
kanan dan kiri untuk perbandingan.
- orbitocondylar view ; dilakukan untuk melihat TMJ pada saat buka mulut lebar, menunjukkan
kondisi struktur dan kontur dari kaput kondilus tampak dari depan
CT Scan
Pemeriksaan ini pada kasus emergency masih belum merupakan pemeriksaan standart.
Centre yang telah maju dalam penggunaan modalitas ini telah menggunakan CT Scan terutama
untuk fraktur maksilofasial yang sangat kompleks. Pemeriksaan ini membirak banyak informasi
mengenai cidera di bagian dalam.
MRI
Pemeriksaan MRI untuk fraktur maksilofasial tidak pernah dilakukan di RSUD dr
Soetomo. Pemeriksaan ini terutama untuk melihat kerusakan pada jaringan lunak.
9. Penatalaksanaan Fraktur Mandibula
Prinsip dasar umum dalam perawatan fraktur mandibula ialah sebagai berikut. Evaluasi
klinis secara keseluruhan dengan teliti, pemeriksaan klinis fraktur dilakukan secara benar,
kerusakan gigi dievaluasi dan dirawat bersamaan dengan perawatan fraktur mandibula,
mengembalikan oklusi merupakan tujuan dari perawatan fraktur mandibula. Apabila terjadi
Page 13
fraktur mulitple di wajah, fraktur mandibula lebih baik dilakukan perawatan terlebih dahulu
dengan prinsip dari dalam keluar, dari bawah keatas. Waktu penggunaan fiksasi intermaksiler
dapat bervariasi tergantung tipe, lokasi, jumlah dan derajat keparahan fraktur mandibula serta
usia dan kesehatan pasien maupun metode yang akan digunakan untuk reduksi dan imobilisasi.
Penggunaan antibiotik untuk kasus compound fractures, monitor pemberian nutrisi pasca
operasi. Penanganan fraktur mandibula secara umum dibagi menjadi 2 metode yaitu reposisi
tertutup dan terbuka. Reposisi tertutup (closed reduction) patah tulang rahang bawah ;
penanganan konservatif dengan melukan reposisi tanpa operasi langsung pada garis fraktur dan
melakukan imobilisasi dengan interdental wiring atau eksternal pin fixation.
Reposisi terbuka (open reduction) ; tindakan operasi untuk melakukan koreksi
defromitas-maloklusi yang terjadi pada patah tulang rahang bawah dengan melakukan fiksasi
dengan interosseus wiring serta imobilisasi dengan menggunakan interdental wiring atau dengan
mini plat+skrup.
Indikasi untuk closed reduction antara lain ;
a. fraktur komunitif, selama periosteum masih intak masih dapat diharapkan kesembuhan
tulang
b. fraktur dengan kerusakan soft tissue yang cukup berat, dimana rekonstruksi soft tissue
dapat digunakan rotation flap, free flap ataupun granulasi persecundum bila luka tersebut
tidak terlalu besar
c.
d. Fraktur pada anak-anak ; karena open reduction dapat menyebabkan kerusakan gigi yang
sedang tumbuh. Apabila diperlukan open reduction dengan fiksasi internal, maka
digunakan kawat yang halus dan diletakkan pada bagian paling inferior dari mandibula.
Closed reduction dilakukan dengan splint acrylic dan kawat circum-mandibular dan
circumzygomaticum bila memungkinkan
e. Fraktur condylus ; mobilisasi rahang bawah diperlukan untuk menghindari ankylosis dari
TMJ. Pada anak, moblisasi ini harus dilakukan tiap minggu, sedangkan dewasa setiap 2
minggu.
Page 14
Tehnik yang digunakan pada terapi fraktur mandibula secara closed reduction adalah fiksasi
intermaksiler. Fiksasi ini dipertahankan 3-4 minggu pada fraktur daerah condylus dan 4-6
minggu pada daerah lain dari mandibula
Beberapa tehnik fiksasi intermaksilaris ;
a. tehnik gilmer ; merupakan tehnik yang mudah dan efektif tetapi mempunyai kekurangan
yaitu mulut tidak dapat dibuka untuk melihat daerah fraktur tanpa mengangkat kawat.
Kawat tersebut dilingkarkan pada leher gigi, kemudian diputar searah jarum jam sampai
tegang. Dilakukan pada gigi atas dan bawah sampai oklusi baik. Kemudian kedua kawat
atas dan bawah digabungkan dan diputar dengan hubungan vertika maupun silang, untuk
mencegah tergelincir ke anterior dan posterior
b. tehnik eyelet (ivy loop) ; keuntungan tehnik ini bahan mudah didapat dan sedikit
menimbulkan kerusakan jaringan periodontal serta rahang dapat dibuka dengan hanya
mengangkat ikatan intermaksilaris. Kerugiannya kawat mudah putus waktu digunakan
untuk fiksasi intermaksiler
c. tehnik continous loop (stout wiring) ; terdiri dari formasi loop kawat kecil yang
mengelilingi arkus dentis bagian atas dan bawah, dan menggunakan karet sebagai traksi
yang menghubungkannya
d. tehnik erich arch bar ; indikasi pemasangan arch bar antara lain gigi kurang/ tidak cukup
untuk pemasangan cara lain, disertai fraktur maksila, didapatkan fragmen dentoalveolar
pada salah satu ujung rahang yang perlu direduksi sesuai dengan lengkungan rahang
sebelum dipasang fiksasi intermaksilaris. Keuntungan penggunaan arch bar ialah mudah
didapat, biaya murah, mudah adaptasi dan aplikasinya. Kerugiannya ialah menyebabkan
keradangan pada ginggiva dan jaringan periodontal, tidak dapat digunakan pada penderita
dengan edentulous luas.
e. Tehnik kazanjia ; dengan menggunakan kawat yang kuat untuk tempat karet dipasang
mengelilingi bagian leher gigi. Tehnik ini untuk gigi yang hanya sendiri atau insufisiensi
pada bagian dari pemasangan arch bar.
Page 15
Gb 2.14 eyelet
gb . 2.15 archbar
Page 16
pembersian dari kedua ujung fragmen tulang. Lakukan reposisi dengan memperhatikan oklusi
gigi yang baik.
Bila digunakan wire, bor tulang mandibula pada 2 tempat, 1 cm dari garis fraktur dan 1 cm dari
margo mandibula. Kemudian digunakan snaar wire stainless steel diameter 0.9mm, ikatan
tranversal dan figure of 8. pada penggunaan plat mini linier pada fraktur mandibula bagian
mentum diantara dua foramen mentales maka digunakan 2 buah plat masing-masingminimal 4
lobang sehingga didapatkan hasil fiksasi dan antirotasi.
Tolak ukur keberhasilan operasi pemasangan plat mini maupun IOID wiring pada
mandibula adalah oklusi yang baik, tidak trismus. Jangan tergesa melakukan fiksasi sebelum
yakin oklusinya sudah sempurna. Posisi plat jangan terlalu tinggi karena sekrup akan menembus
saraf/akar gigi. Permukaan tulang bersih dari jaringan ikat dan jaringan lunak sehingga plat
betul-betul menempel pada tulang mandibula. Untuk penggunaan bor, sebaiknya arah matabor
tangensial, stabil dan arah obeng juga sesuai dengan arah bor sebelumnya. Gunakan mata bor
diameter 1.5mm dengan kecepatan rendah menembus 1 korteks dikukur kedalamannya
kemudian dipasang sekrup yang panjangnya sesuai dengan tebal satu korteks.Pemasangan sekrup
dimulai dari satu sisi terlebih dahulu kemudian menyebrang menyilang pada sisi plat satunya
Page 17
Keuntungan dari reposisi tertutup adalah lebih efisien, angka komplikasi lebih rendah dan
waktu operasi yang lebih singkat. Tehnik ini dapat dikerjakan di tingkat poliklinis. Kerugiannya
meliputi fiksasi yang lama, gangguan nutrisi karena adanya MMF, resiko ankilosis TMJ dan
problem airway. Keuntungan dari ORIF antara lain ; mobilisasi lebih dini dan reaproksimasi
fragmen tulang yang lebih baik. Kerugiannya adalah biaya lebih mahal dan diperlukan ruang
operasi dan pembiusan untuk tindakannya.
Dalam menangani fraktur mandibula umumnya digunakan lebih dari satu modalitas sebab
terdapat banyak variasi biomekanik dan problem klinis untuk mencapai mobilitas fiksasi di regio
fraktur. Ada 5 metode yang umum digunakan yaitu dengan biocortical transfacial compression
plates pada bagian inferior dengan atau tanpa tension band plate, monocortical transoral
miniplates pada bagian superior, paired miniplates, lag screws dan noncompression stabilization
plates pada bagian inferior. Hasil yang didapatkan dari pemakaian monocortical osteosynthesis
adalah tercapainya netralisasi kekuatan tensi dan kompresi serta rotasi pada garis fraktur
sehingga diperoleh reduksi anatomis yang fisiologis, kompresi pada fragmen fraktur dan
imobilisasi yang rigid serta perbaikan kekuatan self kompresi fisiologis.
Pada angulus mandibula, plat paling baik diletakkan pada permukaan yang paling luas
dan setinggi mungkin di daerah linea oblique eksterna. Pada regio anterior, diantara kedua
foramen mentalis, disamping plat subapikal perlu juga ditambahkan plat lain di dekat batas
bawah mandibula untuk menetralkan kekuatan rotasi pada daerah simfisis tersebut. Pada daerah
Page 18
di belakang foramen mentalis sampai mendekati daerah angulus cukup digunakan satu plat yang
dipasang tepat dibawah akar gigi dan diatas nervus alveolaris inferior. Penempatan plat didaerah
sepanjang tension trajectory ternyata juga menghasilkan suatu fiksasi yang paling stabil bila
ditinjau dari prinsip biomekaniknya.
Pada bagian mandibula yang bergigi, archbar sudah cukup berfungsi menetralkan
kekuatan tension, sedangkan pada daerah angulus dan ramus mandibula fungis tersebut baru bisa
didapatkan dengan menggunakan plat yang kecil.
Fraktur pada daerah angulus mandibula merupakan problem khusus pada perawatan
dengan menggunakan rigid internal fixation. Angulus merupakan bagian yang sulit dicapai lewat
intraoral karena adanya otot-otot pengunyah dan otot-otot daerah suprahyoid. Batas inferior dari
angulus sangat tipis dan tidak mungkin dilakukan suatu kompresi. Adanya gigi molar 3
menyebabkan fraktur mudah terjadi, distraksi dari kontak tulang menghambat reduksi dan
vaskular dari sisi fraktur dan dapat menjadi sumber infeksi. Penggunaan rigid internal fixation
untuk mencegah hilangnya kontrol segmen proksimal, delayed union dan malunion yang dapat
terjadi bila digunakan terapi lain.
10. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi akibat fraktur mandibula antara lain adanya infeksi,
dengan kuman patogen yang umum adalah staphylococcus, streptococcus dan bacterioides.
Terjadi malunion dan delayed healing, biasanya disebabkan oleh infeksi, reduksi yang inadekuat,
nutrisi yang buruk, dan penyakit metabolik lainnya. Parasthesia dari nervus alveolaris inferior,
lesi r marginalis mandibulae n. fasialis bisa terjadi akibat sayatan terlalu tinggi. Aplikasi vacuum
drain dapat membantu untuk mencegah timbulnya infeksi yang dapat terjadi oleh karena
genangan darah yang berlebihan ke daerah pembedahan. Fistel orokutan bisa terjadi pada
kelanjutan infeksi terutama pada penderita dengan gizi yang kurang sehingga penyembuhan luka
kurang baik dan terjadi dehisensi luka.
Page 19
DAFTAR PUSTAKA
Sudjatmiko, gentur. 2013. Petunjuk Praktis Ilmu Bedah Plastik Rekonstruksi. Jakarta :
Yayasan Khazanah Kebajikan.
Hristina Mihailova. Classification of mandibular fractures review. Journal of IMAB Annual Proceeding (Scientific Papers) 2006, book 2
Page 20
Chih-yu Chen. Reduction of mandible fractures with direct bonding technique and
orthodontic appliances: two case reportsDental Traumatology 2010
Page 21