ILUSTRASI KASUS
Kasus 1
Bayi perempuan sejak usia 2 hari (hari perawatan ke 2 di rumah sakit) mengalami kejang
awalnya berupa berupa penderita henti nafas dan kebiruan. kemudian kejang kembali pada hari
perawatan 12, berupa tangan kanan kelojotan . Kejang mulai timbul setiap hari sejak usia 19 hari
kurang lebih 5x/hari, berupa tangan dan kaki kanan kelojotan , kadang kaki dan tangan kiri saja
yang kelojotan. Setiap kejang berlangsung kurang dari 3 menit. sebelum dan setelah kejang
penderita sadar. Kejang tidak disertai dengan demam dan sesak nafas. Penderita lahir dari ibu
P1A0 Sectio Cesaria atas indikasi bayi hidrocephalus, hamil cukup bulan , bayi lahir langsung
menangis. Berat badan lahir 2900 gram, panjang badan 49 cm dan lingkar kepala 34 cm.
Pada pemeriksaan fisis didapatkan kesadaran komposmentis, tanda vital dalam batas normal.
lingkar kepala semakin hari semakin bertambah hingga usia 30 hari lingkar kepala makrosefal. .
sunset eye. Pemeriksaan fisik lain dan pemeriksaan neurologis dalam batas normal.
Dari pemeriksaaan laboratorium, darah rutin dan elektrolit sepanjang perawatan dalam batas
normal. dari pemeriksaaan USG kepala pada usia 5 hari dikesankan hidrocephalus communicans
disertai gambaran kistik soliter pada periventrikuler lateralis kiri dan hiperechoic pada
1
Kasus 2
Bayi laki-laki berusia 1 hari, datang dengan keluhan utama kejang berupa kepala menoleh ke
kiri, mata mendelik ke atas, mulut mengecap ngecap, tangan dan kaki kaku pada 5 jam
sebelum masuk rumah sakit. Sebanyak 3 kali . setiap kejang berlangsung + 5 menit. Saat kejang
penderita tidak sadar , sebelum dan setelah kejang penderita menangis. Penderita masih tampak
aktif dan mau menetek. Karena keluhannya penderita di bawa ke IGD anak RSHS. Penderita
lahir dari ibu P4A1 yang merasa hamil cukup bulan, letak kepala, spontan ditolong bidan, lahir
langsung menangis dengan APGAR 1: 8 5:9. BBL : 3200 gram PB : 51 cm. Riwayat
penyuntikan vitamin K ada.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan saat tiba di IGD RSHS penderita kejang + 5 menit.
berupa berupa mata kanan dan wajah berkedut kedut, tangan kanan menghentak hentak
Setelah kejang penderita kesadaran state 4, tanda vital dalam batas normal , GDS 76 mg/, ubun
ubun datar lembut, lingkar kepala normosefal, umbilikus basah dan berbau. Pemeriksaan fisik
lain status neurologis dalam batas normal. pada hari pertama perawatan penderita di dapatkan
kejang sebanyak 3 kali dengan tipe bentuk kejang yang sama. Lama kejang
kurang dari 30
ec dd
Pada hari perawatan ke 5 (2 hari bebas kejang) penderita kejang kembali berupa tangan
kanan menghentak hentak selama 20 detik sebanyak 3 kali. Penderita dilakukan pemeriksaan
EEG dengan hasil EEG abnormal terdapat gelombang epileptiform di central kanan dan kiri.
Penderita diagnosa epilepsi fokal idiopatik diberikan terapi carbamazepin 5 mg/kgbb/hari dibagi
3 dosis.
FORMULASI PERTANYAAN KLINIS
Bagaimanakah terapi epilepsi fokal pada bayi ?
Untuk menjawab pertanyaan klinis diatas, selanjutnya dijabarkan dalam bentuk komponen PICO
sebagai berikut :
Untuk menjawab pertanyaan
P Population/problem
Indicator
C Comparator
O Outcome
efek terapi
Ya
Ya
Ya
Ya
Kesimpulan
Penelitian ini valid, penting dan dapat diterapkan pada pasien-pasien kita.
APLIKASI TERHADAP MASALAH KLINIS
Tumor pada SSP terutama otak dapat menimbulkan berbagai macam manifestasi klinis,
bergantung letak lesi, besar tumor dan tipe dari tumor tersebut. Pada ilustrasi kasus didapatkan
manifestasi klinis yang sesuai dengan hasil pemeriksaan penunjang CT scan yang mengarah pada suatu
tumor yang terdapat pada daerah pineal, seperti visual field impairment, nyeri kepala, mual, muntah dan
pubertas preekoks. Menurut Kaltsas, gangguan visus disebabkan karena kompresi tumor secara langsung
terhadap saraf optik, chiasma optikum dan traktus optikus. Nyeri kepala merupakan hal yang dapat
ditemukan pada kasus tumor otak namun tidak spesifik, nyeri kepala dapat disebabkan oleh beberapa hal,
diantaranya penigkatan tekanan intrakranial ataupun penekanan tumor yang menyebabkan iritasi pada
bagian dura parasellar.6 Menurut alexiou, penekanan tumor secara langsung pada struktur otak terutama
pada aquaductus sylvii dapat menyebakan obstruksi saluran cairan serebrospinalis sehingga memberikan
gambaran klinis dan radiologi sebagai hidrosefalus. 7 Manifestasi klinis hidrosefalus yang ditimbulkan
dapat berupa myeri kepala, mual dan muntah seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya. Menurut cecchi
et al. selain manifestasi hidrosefalus, penekanan tumor yang disebabkan karena tumor dapat
bermanifestasi sebagai parinaud syndrome yang ditandai dengan ketidak mampuan otot otot mata untuk
melakukan gerkan vertikal, konvergensi dan akomodasi. Hal ini disebabkan penekanan langsung tumor
pada darah nuklei dari quadrigeminal plate. Penekanan secraa langsung pada daerah midbrain dapat
bermanifestasi sebagai gangguan motorik dan sensorik. 8
Cecchi juga menyebutkan, Kelenjar pineal terlibat dalam kontrol produksi luteinizing hormone
(LH) dan folicullar stimulating hormone (FSH). Salah satu manifestasi klinis yang terjadi apabila terdapat
tumor pada daerah pineal adalah gangguan fungsi endokrin yaitu pubertas preekoks. 8 Definisi pubertas
preekoks adalah munculnya tanda seks sekunder yang terjadi sebelum anak berusia 8 tahun pada anak
perempuan atau sebelum usia 9 tahun pada anak laki laki. Pubertas preekoks dapat diklasifikasikan
menjadi 2 macam yaitu, pubertas preekoks sentral dan perifer. Pubertas preekoks sentral terjadi karena
aktivasi dini aksis hipotalamus-hipofisis-gonad akibat abnormalitas SSP yang mengganggu keseimbangan
anatara faktor inhibisi dan stimulasi yang mengendalikan awitan pubertas, sedangkan pubertas preekoks
perifer merupakan stimulasi hormon steroid seks dan tidak dipengaruhi oleh gonadotropin hipofisis. 9
Hormon seks steroid endogen berasal dari gonad atau ekstragonad atau eksogen. Penyebab terjadinya
pubertas preekoks sentral masih belum jelas, namun beberapa hipotesis adalah adanya penekanan pada
efek antigondotropik pada kelenjar tersebut. Hipotesis lain menyebutkan pubertas preekoks terjadi
dikarenakan adanya produksi LH dan FSH ektopik yang dilakukan oleh tumor tersebut. Pernyataan ini
diperkuat dengan sebuah penelitian yang dilakukan oleh Rivarola, yang menyebutkan bahwa pubertas
preekoks dapat terjadi pada tumor otak terutama tumor pada daerah suprasellar dan daerah pineal. 10
sekunder sebelum anak berusia 9 tahun, hal ini menjadi suatu kecurigaan adanya lesi berupa
tumor pada daerah yang berdekatan dengan daerah pineal yang ditunjang oleh hasil pemeriksaan
CT scan yang dilakukan.
Pada ilustrasi kasus, hasil CT scan memberikan hasil, massa solid dengan kalsifikasi di
daerah glandula pinealis dan ventrikel 3, sugestif pineoblastoma disertai dengan tanda tanda hidrosefalus.
Menurut Packer dalam kepustakaannya menjelaskan bahwa kejadian tumor pada daerah pineal berkisar
antara 0,4 2% dari semua tumor primer pada SSP pada anak. Dengan persentase terbanyak adalah germ
cell tumour yang mencapai 40 - 65% dari seluruh tumor daerah pineal, diikuti dengan tumor parenkim
pineal sebesar 20% lalu pineoblastoma dengan persentase sebesar 20%. Astrositoma juga dapat tumbuh
pada daerah ini.4 Berikut adalah tabel 2 yang menerangkan jenis tumor yang dapat tumbuh pada daerah
pineal.
Tabel 2. Tumor pada daerah pineal
Tumor tersering pada daerah pineal pada anak
Tumor parenkim pineal
Pineocytoma
Pineoblastoma
Germ Cell Tumour
Germinoma
Tumor germ cell tipe campuran
Teratoma
Glioma
Astrositoma pilositik
Atrositoma anaplastik
Glioblastoma
Low grade, astrositoma difus
Oligodendroma
Sumber : Packer, 2012 4
Marshall et.al mengungkapkan beberapa jenis tumor otak dapat mensekresi human
chorionic gonadotropin (HCG) yang dapat menyebabkan gangguan fungsi endokrin berupa
pubertas preekoks terutama pada anak laki laki. 4, 11 Lokasi tersering dari tumor yang mensekresi
HCG terletak pada daerah suprasellar atau daerah pineal. Jenis tumor tersering yang mensekresi
HCG adalah germ cell tumour. Mekanisme terjadinya pubertas preekoks terutama pada pasien
anak laki laki dengan tumor CNS yang mensekresi HCG dapat dijelaskan dalam 2 mekanisme.
Mekanisme yang pertama gonadotrophin-independent sexual precocity yang disebabkan
stimulasi HCG pada reseptor LH pada testes, yang menyebabkan produlsi berlebih dari
testosteron. Hal ini dapat dijelaskan berkaitan dengan kesamaan struktur yang kuat antara LH
dan HCG. Mekanisme kedua adalah gonadotrophin-dependent sexual precocity yang disebabkan
karena terdapat lesi sebelah proksimal dari hipotalamus, mekanismenya masih kurang jelas
namun diduga berkaitan langsung dengan lokasi lesi dan tipe dari lesi tersebut. 12 Pada ilustrasi
kasus didapatkan adanya hubungan antara kadar testosteron dan kadar HCG serum sesuai dengan
mekanisme gonadotrophin-independent sexual precocity, hal ini menjadi kecurigaan terdapat
6
suatu tumor yang mensekresi HCG yang menstimulasi terbentuknya hormon testosteron berlebih
sehingga menimbulkan manifestasi berupa pubertas preekoks.
Terdapat beberapa jenis germ cell tumour yang mensekresi HCG, diantaranya dapat
dibedakan berdasarkan peningkatan kadar penanda tumor dalam cairan serebrospinal ataupun
serum. Tumor germinoma murni biasa tidak terdapat peningkatan pada kadar HCG, namun pada
beberapa kasus dapat terjadi sedikit peningkatan pada kadar HCG. Germ cell tumour tipe
campuran, berhubungan dengan peningkatan dari kadar HCG dan disertai dengan penigkatan
kadar fetoprotein (AFP) serum. Koriokarsinoma akan memberikan peningkatan yang sangat
signifikan terhadap produksi HCG.4 Sumber lain mengungkapkan hal yang berbeda dengan
keterangan sebelumnya yang ditampilkan dalam tabel 3. Berikut adalah tabel yang menerangkan
hubungan kadar penanda tumor dengan jenis germ cell tumour :
Tabel 3. Hubungan kadar penanda tumor dengn jenis germ cell tumor
Jenis tumor
Koriokarsinoma
Karsinoma embrional
Germinoma
Teratoma
Yolksac tumor
HCG
+++
()
-
AFP
(+)
+++
Keterangan : + : postitif, - : negatif , : ekuivokal, +++: positif kuat ; () : ekuivokal, bukan diagnostik, (+) : positif, bukan
diagnostik
didapatkan tanda dari hidrosefalus obtruktif, dan peningkatan signifikan dari penanda tumor,
7
sehingga tindakan biopsi mungkin tidak diperlukan dalam kasus ini. Penderita telah dilakukan
tindakan pemasangan VP shunt yang menghasilkan perbaikan secara klinis.
Germ cell tumour terutama germinoma merupakan tumor yang bersifat sangat sensitif
terhadap tindakan radioterapi. Pada kebanyakan kasus, respon komplit dapat dicapai dengan
tindakan radioterapi saja. Matsutani dkk dan sawamura dkk, melaporkan five years survival rates
pada pemberian terapi dengan penggunaan hanya radiasi mencapai angka 90%. Penggunaan
regimen kemoterapi tanpa radiasi masih dalam investigasi. Agen kemoterapi yang digunakan
adalah siklofosfamid, ifosfamid, etoposid, cisplatin dan karboplatin. Agen kemoterapi tersebut
merupakan agen yang termasuk dalam kategori highly active terhadap pasien dengan germinoma.
Salah satu penelitian The First International Central Nervous System Germ Cell Tumour
Cooperative mencoba melibatkan 45 pasien dengan germonima murni, 84% dari pasien tersebut
mencapai respon komplit dengan hanya menggunakan kemoterapi, 20 pasien mengalami
rekurensi, namun dapat teratasi dengan pemberian radiasi. Mereka melaporkan kemungkinan
dalam 2 tahun survival sebesar 84%.4, 15, 16 Berdasarkan penelitian tersebut, perencanaan terapi
pada ilustrasi kasus adalah dengan pemberian terapi radiasi, yang diharapkan dapat mereduksi
tumor dan mencapai respon komplit terhadap penderita.
SIMPULAN
Tumor pada SSP dapat memberikan gejala klinis sesuai dengan letak, ukuran dan tipe atau jenis
dari tumor itu sendiri. Penegakkan diagnostik berdasarkan gejala klinis merupakan suatu
tantangan bagi para klinisi, sehingga diagnosis dan deteksi dini berperan penting untuk
perencanaan terapi. Terapi yang adekuat dan komprehensif diharapkan akan memberikan hasil
yang baik terhadap pasien berupa respon komplit pada penilaian klinis.
DAFTAR PUSTAKA