Anda di halaman 1dari 28

Feasibility Study Pengadaan Lahan Gerai Pangan Lokal Dan Industri Kerajinan

Kabupaten Pandeglang

BAB
6

ANALISIS KELAYAKAN

Dalam tahapan ini akan dilihat beberapa penilaian kelayakan dari tiga
calon lokasi untuk Gerai Pangan dan Industri Kerajinan yaitu
1. Ruas Jalan Cigadung Mengger
2. Ruas Jalan Mengger Labuan
3. Ruas Jalan Labuan Caringin
6.1.

Analisis Aspek Kebijakan

Dalam analisis kelayakan penyediaan lahan untuk gerai pangan local dan
Industri Kerajinan di Kabupaten Pandeglang harus melihat kebijakan
terkait

sebagai

payung

atau

landasan

hokum

dalam

penentuann

kelayakannya dimana untuk analisis kebijakan ini dilihat secara spasial


dan sektoral. Untuk analisis spasial dilihat dari kebijakan yang sudah
diterbitkan oleh pemerintah dalam hal ini adalah Rencana Pola Ruang dan
Struktur Ruang yang ada di dalam RTRW Kabupaten Pandeglang.
Dari ketiga lokasi calon, berdasarkan RTRW Kabupaten Pandeglang, dapat
dijelaskan
1. Ruas Jalan Cigadung Mengger
Ruas jalan ini terletak sebagian besar berada di Kecamatan Majasari
dan Kaduhejo, dimana berdasarkan Rencana Struktur Ruang Kabupaten
Pandeglang termasuk kedalam perkotaan kaduhejo yang diarahkan
sebagai Pusat Kegiatan Lokal Promosi (PKLp) yang ditetapkan sebagai
kawasan strategis Kabupaten Pandeglang dengan didukung indikasi
program di dalam arahan pemanfaatan ruang untuk mendorong
pertumbuhan kawasan perkotaan untuk memenuhi kriteria PKL. PKLp

Feasibility Study Pengadaan Lahan Gerai Pangan Lokal Dan Industri Kerajinan
Kabupaten Pandeglang

wilayah Kabupaten Pandeglang mempunyai fungsi utama sebagai


pengembangan

kawasan

perdagangan

dan

jasa,

industri,

perekonomian untuk skala lokal


2. Ruas Jalan Mengger Labuan
Ruas jalan ini terletak sebagian besar berada di Kecamatan Cimanuk,
Cipeucang, Saketi, Menes (Kawasan Agropolitan), dan Cikedal, dimana
berdasarkan Rencana Struktur Ruang Kabupaten Pandeglang termasuk
kedalam perkotaan Menes yang diarahkan sebagai Pusat Kegiatan
Lokal Promosi (PKLp) yang ditetapkan sebagai kawasan strategis
Kabupaten Pandeglang dengan didukung indikasi program di dalam
arahan pemanfaatan ruang untuk mendorong pertumbuhan kawasan
perkotaan untuk memenuhi kriteria PKL. PKLp wilayah Kabupaten
Pandeglang

mempunyai

fungsi

utama

sebagai

pengembangan

kawasan perdagangan dan jasa, industri, perekonomian untuk skala


local

dan

juga

sebagai

Pusat

Pelayanan

Kawasan

(PPK)

yang

mempunyai fungsi utama sebagai pusat pelayanan skala antar


kecamatan yaitu fasilitas pendidikan, kesehatan, perdagangan dan
jasa, perekonomian untuk skala lokal
3. Ruas Jalan Labuan Caringin
Ruas jalan ini terletak di kecamatan Labuan , dimana berdasarkan
Rencana Struktur Ruang Kabupaten Pandeglang termasuk kedalam
Pusat Kegiatan Lokal (PKL) yang berfungsi untuk melayani kegiatan
skala kabupaten atau beberapa kecamatan. Sistem perkotaan PKL
merupakan

sistem

perkotaan

yang

ditetapkan

oleh

Pemerintah

Kabupaten Pandeglang. PKL ditentukan dengan kriteria:


a. kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat
kegiatan industri dan jasa yang melayani skala kabupaten atau
beberapa kecamatan; dan/atau
b. kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul
transportasi
kecamatan.

yang

melayani

skala

kabupaten

atau

beberapa

Feasibility Study Pengadaan Lahan Gerai Pangan Lokal Dan Industri Kerajinan
Kabupaten Pandeglang

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada peta Struktur Ruang Kabupaten
Pandeglang. Kebijakan Pola Ruang untuk 3 calon lokasi semuanya berada
di pinggir sepanjar koridor jalan arteri primer yang merupakan kawasan
budidaya dan diarahkan untuk kegiatan perdagangan dan jasa sehingga
sangat cocok untuk lokasi rest area.
Kebijakan

pemerintah

Kabupaten

Pandeglang

dalam

hal

rencana

transportasi darat khususnya jaringan jalan dan jembatan seperti yang


tertuang dalam rencana struktur ruang kabupaten Pandeglang adalah :
a. Jaringan jalan bebas hambatan
Jaringan jalan bebas hambatan di Kabupaten direncanakan adanya
pembangunan

jaringan

jalan

babas

hambatan

prospektif

(bersyarat)/jalan strategis nasional prospektif Kragilan (Kabupaten


Serang) Warunggunung (Kabupaten Lebak) Panimbang (Kabupaten
Pandeglang) Bandar Udara Banten Selatan yang penetapannya
disesuaikan

dengan

peraturan

perundangan

yang

berlaku.

Pembangunan jalan bebas hambatan prospetif ini sebagai salah satu


infrastruktur pendukung aktivitas kebandarudaraan Banten Selatan
yang akan dibangun, serta mendukung aktivutas kegiatan budidaya
sekitar wilayah perencanaan.
b. Jaringan jalan nasional di wilayah Kabupaten
Rencana jaringan jalan nasional ini disusun berdasarkan analisis yang
telah dilakukan serta mengacu Kepmen PU No. 630/KPTS/M/2009
tentang Penetapan Ruas-ruas Jalan dalam Jaringan Jalan Primer
menurut Fungsinya sebagai Jalan Arteri dan Jalan Kolektor 1 dan
Kepmen PU No. 631/KPTS/M/2009 tentang Penetapan Ruas-ruas Jalan
Menurut Statusnya sebagai Jalan Nasional. Rencana jaringan jalan
nasional di wilayah Kabupaten Pandeglang berupa pengembangan
jalan kolektor I.
c. Jaringan jalan provinsi di wilayah Kabupaten Pandeglang
Rencana jaringan jalan provinsi di wilayah Kabupaten Pandeglang
berupa:
1) peningkatan ruas jalan kolektor primer meliputi:
Serang Pandeglang;

Feasibility Study Pengadaan Lahan Gerai Pangan Lokal Dan Industri Kerajinan
Kabupaten Pandeglang

Cibaliung Sumur;
Cigadung Cipacung;
Saketi Ciandur;
Mengger Mandalawangi Caringin;
Picung Munjul;
Munjul Panimbang;
Ciseuket Sobang Tela; dan
Munjul Cikaludan Cikeusik.
2) usulan pengembangan ruas jalan meliputi:
Cikeusik Batas Lebak;
Mandalawangi Limusluhur;
Karangtanjung Nanggor;
Cadasari Kaduela;
Bama Perdana;
Citeluk Tempat pelelangan ikan;
Sodong Kadumula; dan
Padali Sukawaris.
d. Jaringan jalan kabupaten
Kabupaten Pandeglang memiliki ruas jaringan jalan kabupaten yang
relatif panjang, sehingga berdasarkan analisis yang telah dilakukan
dalam rencana sistem jaringan jalan kabupaten dalam jangka waktu
20

tahun

kedepan

disusun

skala

prioritas

perbaikan

maupun

pengembangan jaringan jalan. Rencana jaringan jalan kabupaten yang


menjadi prioritas penanganannya berupa:
1) peningkatan jalan lokal primer terdiri atas:
Sobang Perdana;
Turus - Pasirkadu; dan
Sobang Angsana.
2) pengembangan ruas jalan lokal primer meliputi:
Menes Barusatu;
Cikeusik Cibitung Cibaliung;
Cadasari Saruni; dan
Munjul - Turus Pasirkadu.

Feasibility Study Pengadaan Lahan Gerai Pangan Lokal Dan Industri Kerajinan
Kabupaten Pandeglang

6.2.

Analisis Aspek Teknis

Analsis aspek teknisi sangat diperlukan dalam kegiatan ini, hal ini
sebabkan salah satu tujuan utama dari kegiatan ini adalah sebagai bahan
pertimbangan dalam penentuan lokasi rest area yang sangat erat
kaitannya dengan aspek transportasi dalah hal ini adalah kinerja jalan.
Dalam

mengevaluasi permasalahan lalu lintas perkotaan perlu

klasifikasi

fungsi

dan

sistem

jaringan

ruas-ruas

jalan

ditinjau

yang

ada.

Klasifikasiberdasarkan fungsi jalan perkotaan dibedakan antara jalan


arteri,

kolektor

dan lokal, sedangkan

klasifikasi berdasarkan sistem jaringan terdiri dari jalan primer dan sekun
der (Direktorat Pembinaan Jalan Kota, Nomor10/BNKT/1991
tentang Klasifikasi Jaringan Jalan Perkotaan).
Kinerja untuk ruas jalan raya atau tingkat pelayanan jalan dapat diukur
dengan menggun akan arus lalu lintas dan

waktu tempuh, kapasitas

jalan, volume jalan, Volume Capacity Ratio, dan Level of Service. Untuk
lebih jelasnya dipaparkan

dengan menggunakan parameter lalu lintas

sebagai berikut :

Kapasitas Jalan

VCR (Volume Capacity Ratio).

6.2.1 Kapasitas Jalan


Arus Lalu lintas berinteraksi dengan sistem jaringan transportasi. Jika arus
lalu lintas meningkat pada ruas jalan tertentu, semakin tinggi waktu
tempuh yang dibutuhkan. Arus maksimum yang dapat melewati suatu
ruas jalan disebut kapasitas ruas jalan (Tamin, 2000).
Kapasitas suatu jalan dapat berdefinisi jumlah kendaraaan maksimum
yang dapat bergerak dalam periode waktu tertentu. Kapasitas ruas jalan
perkotaan biasanya dinyatakan dengan kendaraan atau dalam Satuan

Feasibility Study Pengadaan Lahan Gerai Pangan Lokal Dan Industri Kerajinan
Kabupaten Pandeglang

Mobil Penumpang (smp) per jam. Hubungan antara arus dengan waktu
tempuh atau kecepatan tidaklah linear. Penambahan kendaraan tertentu
pada saat arus rendah akan menyebabkan penambahan waktu tempuh
yang kecil jika dibandingkan dengan penambahan kendaraan pada saat
arus tinggi. Jika arus lalu lintas mendekati kapasitas, kemacetan mulai
terjadi. Kemacetan semakin meningkat apabila arus begitu besarnya
sehingga kendaraan sangat berdekatan satu sama lain atau bergerak
sangat lamban (Wijayanto, 2009).
Faktor-faktor yang mempengaruhi kapasitas jalan ada lah lebar jalur atau
lajur, ada tidaknya pemisah/median jalan, hambatan bahu/kerb jalan,
gradien jalan, didaerah perkotaan atau luar kota, ukuran kota. Persamaan
untuk menghitung kapasitas jalan daerah perkotaan adalah sebagai
berikut :

C= CO x FCw x FCsp x FCsf x FCcs

Feasibility Study Pengadaan Lahan Gerai Pangan Lokal Dan Industri Kerajinan
Kabupaten Pandeglang

Keterangan :
C : Kapasitas (smp/jam)
Co : Kapasitas dasar (smp/jam)
FCw : Faktor penyesuaian lebar jalan
FCsp : Faktor penyesuaian pemisah arah (hanya untuk jalan tak terbagi)
FCsf : Faktor penyesuaian hambatan samping dan bahu jalan/kerb
FCcs : Faktor penyesuaian ukuran kota
Berdasarkan persamaan diatas dapat dijelaskan kapasitas ruas jalan dari tiga calon lokasi tersebut
1. Ruas Jalan Cigadung Mengger
Berdasarkan hasil survey traffic Counting pada ruas jalan, untuk kapasitas jalan di ruas jalan Cigadung Mengger
pada jam puncak pagi untuk arah masuk menuju ruas jalan sebesar 2.302 smp/jam sedangkan untuk arah keluar
dari ruas jalan sebesar 2.430 smp/jam. Pada siang hari terjadi penurunan kapasitas jalan dimana untuk arah
masuk ruas jalan sebesar 1.913 smp/jam sedangkan untuk arah keluar ruas jalan sebesar 1.837 smp/jam.
Sedangkan ketika pada sore harinya terjadi kenaikan kembali, dimana untuk arah masuk ruas jalan sebesar
2.522 smp/jam sedangkan untuk arah keluar ruas jalan sebesar 2.319 smp/jam. Untuk lebih jelasnya mengenai
kapasitas di Ruas Jalan Cigadung Mengger dapat dilihat pada table dibawah ini.

Feasibility Study Pengadaan Lahan Gerai Pangan Lokal Dan Industri Kerajinan
Kabupaten Pandeglang

Tabel Kapasitas Jalan di Ruas Jalan Cigadung - Mengger


JAM/WAKTU

ARAH
BU
S

JENIS KENDARAAN (SMP)


PRIBAD ANGKO TRU
MIKR
I
T
K
O

MOTO
R

Masuk
07:00-09:00

36

1048

252

230

40

973,5

48

1250

225

194

80

926

20

575

237

320

48

943,5

52

524

216

352

57

857,5

40

1173

217

316

75

1005

36

1013

211

338

76

925

Keluar
Masuk

11:00-13:00

Keluar
Masuk

16:00-18:00

Keluar

Perhitungan Kapasitas Jalan


FCs FCs FCc
Co
FCw
C
p
f
s
2579,
0,9
230
5
0,92
1
7
1
2
0,9
243
2723 0,92
1
7
1
0
2143,
0,9
191
5
0,92
1
7
1
3
2058,
0,9
183
5
0,92
1
7
1
7
0,9
252
2826 0,92
1
7
1
2
0,9
231
2599 0,92
1
7
1
9

Sumber : Hasil Analisis 2014

2. Ruas Jalan Mengger - Labuan


Berdasarkan hasil survey traffic Counting pada ruas jalan, untuk kapasitas jalan di ruas jalan Mengger - Labuan
pada jam puncak pagi untuk arah masuk menuju ruas jalan sebesar 1.377 smp/jam sedangkan untuk arah keluar
dari ruas jalan sebesar 1.290 smp/jam. Pada siang hari terjadi penurunan kapasitas jalan dimana untuk arah

Feasibility Study Pengadaan Lahan Gerai Pangan Lokal Dan Industri Kerajinan
Kabupaten Pandeglang

masuk ruas jalan sebesar 882 smp/jam sedangkan untuk arah keluar ruas jalan sebesar 1.017 smp/jam.
Sedangkan ketika pada sore harinya terjadi kenaikan kembali, dimana untuk arah masuk ruas jalan sebesar
1.268 smp/jam sedangkan untuk arah keluar ruas jalan sebesar 1.182 smp/jam. Untuk lebih jelasnya mengenai
kapasitas di Ruas Jalan Mengger - Labuan dapat dilihat pada table dibawah ini.

Tabel Kapasitas Jalan di Ruas Jalan Mengger - Labuan


JAM/WAKT
U
07:00-09:00
11:00-13:00
16:00-18:00

ARAH
Masuk
Keluar
Masuk
Keluar
Masuk
Keluar

BU
S
32
24
48
20
26
24

Sumber : Hasil Analisis 2014

3. Ruas Jalan Labuan - Caringin

JENIS KENDARAAN (SMP)


PRIBAD ANGKO
TRU
MIKR
I
T
K
O
367
182
92
54
335
142
120
61
184
176
16
40
240
128
144
56
282
135
144
52
250
125
140
49

Perhitungan Kapasitas Jalan


MOTO
R
815,5
763,5
524
552
781,5
736

Co

FCw

FCsp

FCsf

FCcs

1542,5
1445,5
988
1140
1420,5
1324

0,92
0,92
0,92
0,92
0,92
0,92

1
1
1
1
1
1

0,97
0,97
0,97
0,97
0,97
0,97

1
1
1
1
1
1

1377
1290
882
1017
1268
1182

Feasibility Study Pengadaan Lahan Gerai Pangan Lokal Dan Industri Kerajinan
Kabupaten Pandeglang

Berdasarkan hasil survey traffic Counting pada ruas jalan, untuk kapasitas jalan di ruas jalan Labuan - Caringin
pada jam puncak pagi untuk arah masuk menuju ruas jalan sebesar 742 smp/jam sedangkan untuk arah keluar
dari ruas jalan sebesar 626 smp/jam. Pada siang hari terjadi penurunan kapasitas jalan dimana untuk arah masuk
ruas jalan sebesar 677 smp/jam sedangkan untuk arah keluar ruas jalan sebesar 494 smp/jam. Sedangkan ketika
pada sore harinya terjadi kenaikan kembali, dimana untuk arah masuk ruas jalan sebesar 665 smp/jam
sedangkan untuk arah keluar ruas jalan sebesar 600 smp/jam. Untuk lebih jelasnya mengenai kapasitas di Ruas
Jalan Labuan - Caringin dapat dilihat pada table dibawah ini.

Tabel Kapasitas Jalan di Ruas Jalan Labuan - Caringin


JAM/WAKT
U
07:00-09:00
11:00-13:00
16:00-18:00

ARAH
Masuk
Keluar
Masuk
Keluar
Masuk
Keluar

Sumber : Hasil Analisis 2014

BU
S
22
24
24
20
18
22

JENIS KENDARAAN (SMP)


PRIBAD
TRU
MIKR
ANGKOT
I
K
O
113
128
74
32
79
74
60
29
72
75
176
9
64
59
48
11
93
82
92
34
80
79
68
30

Perhitungan Kapasitas Jalan


MOTOR

Co

FCw

FCsp

FCsf

FCcs

462,5
436
403
352
426
393,5

831,5
702
759
554
745
672,5

0,92
0,92
0,92
0,92
0,92
0,92

1
1
1
1
1
1

0,97
0,97
0,97
0,97
0,97
0,97

1
1
1
1
1
1

742
626
677
494
665
600

Feasibility Study Pengadaan Lahan Gerai Pangan Lokal Dan Industri Kerajinan
Kabupaten Pandeglang

6.2.2 Volume Capacity Rasio


Volume capacity rasio merupakan perbandingan antara volume yang melintas (smp) dengan kapasitas pada suatu
ruas jalan tertentu (smp). Besarnya volume lalu-lintas diperoleh berdasarkan survei yang dilakukan, sedangkan
besarnya kapasitas diperoleh dari lingkungan ruas jalan dan survei geometrik yang meliputi potongan melintang,
persimpangan, alinyamen horizontal, dan alinyamen vertikal. Selanjutnya dihitung berdasarkan model yang di
kembangkan oleh Indonesian Highway Capacity Manual (IHCM). Adapun tingkat pelayanan (VCR) dilakukan dengan
persamaan sebagai berikut :

VCR = V/C
Keterangan :
VCR : Volume kapasitas ratio (nilai tingkat pelayanan)
V : Volume lalu lintas (smp/jam)
C : Kapasitas ruas jalan (smp/jam)
Sedangkan standar nilai VCR ditetapkan berdasarkan MKJI (Manual Kapasitas
Jalan Indonesia) adalah sebagai berikut :
Berdasarkan hasil perhitungan analisis volume lalu lintas pada tiap ruas dan juga kapasitas ruas jalan maka dapat
di simpulkan semua ruas jalan memiliki tingkat pelayanan dengan nilai di atas 1 atau tingkat pelayananya E hal ini
disebabkan karena waktu survey dilakukan ketika weekend, dimana banyak kendaraan yang melintas ke tiga ruas
tersebut untuk melakukan perjalanan wisata ataupun yang lainnya, sehinggan untuk mengurai kemacetan
pembangunan rest area bisa menjasi salah saru solusinya.

Feasibility Study Pengadaan Lahan Gerai Pangan Lokal Dan Industri Kerajinan
Kabupaten Pandeglang

Tabel
Karaktersitik Tingkat Pelayanan Jalan
Tingkat
Pelayanan
A

C
D

Karakteristik
Kondisi arus beban yang kecepatan
tinggi. Pengemudi dapat memilih
kecepatan yang di inginkan tanpa
hambatan
Arus stabil tetapi kecepatan operasi
mulai dibatasi oleh lalu-lintas,
pengemudi
memliki
kebebasan
yang
cukup
untuk
memilih
kecepatan
Arus stabil, akan tetapi kecepatan
dan gerak kendaraan dikendalikan
Arus
mendekati
tidak
stabil,
kecepatan masih di kendalikan, v/c
masih dapat di tolerir
Volume lalu-lintas mendekati atau
berada pada kapasitas, arus tidak
stabil, kecepatan terkadang terhenti
Arus
dipaksakan
atau
macet,
kecepatan rendah volume di bawah
kapasitas, antrian panjang dan
terjadi hambatan-hambatan besar

Sumber : Manual Kapasitas Jalan Indonesia (Mkji) Tahun 1997

Nilai
0,00
0,20

0,21
0,44
0,45
0,74
0,75
0,84
0,85
1,00
> 1,00

Feasibility Study Pengadaan Lahan Gerai Pangan Lokal Dan Industri Kerajinan
Kabupaten Pandeglang

6.3.

Analisis Aspek Sosial

6.3.1 Analsis Modal Sosial


Analisis sosial dan kependudukan dilakukan berdasarkan rumusan tujuan
dan sasaran yang telah dirumuskan. Adapun tujuan dari dilakukannya
studi terhadap sosial dan kependudukan ini adalah Mengidentifikasi
kapasitas penduduk lokal untuk mendukung peningkatan daya saing
wilayah

Kabupaten

Pandeglang

melalui

pengembangan

kawasan

strategis. Sedangkan sasaran dari studi ini adalah:


1. Mengidentifikasi ketersediaan dan kebutuhan modal manusia (human
capital) sebagai stimulator peningkatan daya saing wilayah dan
mendukung pengembangan kawasan strategis.
2. Mengidentifikasi ketersediaan dan kebutuhan modal sosial (social
capital) yang mampu menguatkan kapasitas penduduk lokal dalam
meningkatkan

daya

saing

wilayah

sekaligus

mendukung

pengembangan kawasan strategis.

Modal sosial adalah salah satu konsep baru yang digunakan untuk
mengukur

kualitas

hubungan

dalam

komunitas,

organisasi,

dan

masyarakat.Menurut Putnam (2000) modal sosial adalah


complexly conceptualized as the network of associations, activities,or
relations that bind people together as a community via certain norms and
psychological capacities, notably trust, which are essential for civil
society and productive of future collective action or goods, in the manner
of other forms of capital
Berdasarkan definisi diatas, modal sosial dapat disimpulkan sebagai
jaringan dan nilai-nilai sosial yang dapat memfasilitasi individu dan
komunitas untuk mencapai tujuan bersama secara efektif dan efisien.
Sebagai suatu istilah,beberapa ahli agak keberatan untuk menggunakan
istilah modal pada konsep modal sosial. Alasannya, karena istilah

Feasibility Study Pengadaan Lahan Gerai Pangan Lokal Dan Industri Kerajinan
Kabupaten Pandeglang

modal lebih banyak digunakan untuk pengertian ekonomis, yang


menandai pertukaran sosial secara transaksional.
Namun, bentuk modal sosial tidak selalu melibatkan pertukaran materiil
(Bourdieau, 1986; Kawachi dan Berkman, 2005; Coleman, 1988).
Bourdieu menyatakan bahwa:
The structure and distribution of the different types and subtypes of
capital at a given moment in time represents that immanent structure of
the social world, i.e., the set constraints, inscribed in the very reality of
the world, which govern its functioning in a durable way,determining the
chances of success for practices. Economic theory has allowed to be
foisted upon it a definition of the economy practices which is the
historical invention of capitalis
Dengan kata lain, modal dapat digunakan untuk mendeskripsikan
ketersediaan sumberdaya, baik yang terukur maupun tidak terukur, baik
yangkonkret maupun yang abstrak. Hal ini berarti bahwa modal sosial
merupakan salah satu jenis modal. Seperti juga bentuk-bentuk modal
lainnya,

modal

memungkinkan

social
untuk

bersifat

mencapai

produktif,
tujuan

yang

tertentu.

membuatnya

Misalnya,

suatu

kelompok yang memiliki kepercayaan yang sangat kuat di kalangan para


anggotanya akan dapat mencapai lebih banyak tujuan disbanding
kelompok lain yang kurang memiliki kepercayaan di antara para
anggotanya. Modal sosial diukur atas dasar generalized trust, norms,
dannetworks

Feasibility Study Pengadaan Lahan Gerai Pangan Lokal Dan Industri Kerajinan
Kabupaten Pandeglang

Gambar 3. Diagram Modal Sosial


Generalized trust merupakan indikasi dari potensi kesiapan masyarakat
untuk bekerjasama satu sama lain. Kerjasama ini melampaui batasan
kekeluargaan dan pertemanan serta batasan persamaan. Dalam arena
sosial, generalized trust mempermudah kehidupan dalam masyarakat
yang beragam, mendorong perilaku toleransi, dan menerima perbedaan.
Sehingga hidup menjadi lebih mudah, lebih bahagia, dan lebih nyaman
dengan keberadaan generalized trust dalam masyarakat yang heterogen.
Pendapat Putnam, Rothstein dan Stolle diperkuat dengan pendapat
Uslaner yang menyatakan bahwa
Trust in other people is a key factor in many forms of participation. As
trust in others falls, so does participation in civic activities (1986)
Norma-norma, kepercayaan antarpersonal, jejaring sosial, dan organisasi
sosial sebagai bentuk modal sosial sangatlah penting tidak hanya bagi
masyarakat tapi juga bagi pertumbuhan ekonomi (Coleman, 1988:S96).
Sejumlah penelitian yang dilakukan Ben Porath (1980), Oliver Williamson
(1975, 1981), Baker (1983) dan Granovetter (1985) (dalam Coleman)
mendukung

pernyataan

antarorganisasi
ekonomi.

sosial

Coleman

akan

tersebut,

mempengaruhi

bahwa

keterkaitan

berfungsinya

aktivitas

Feasibility Study Pengadaan Lahan Gerai Pangan Lokal Dan Industri Kerajinan
Kabupaten Pandeglang

Modal sosial merupakan bagian dari masyarakat. Selain modal sosial,


dalam masyarakat terdapat beberapa bentuk modal lain, seperti modal
manusia (human capital), modal sumberdaya alam (natural capital), dan
modal ekonomi (financial/built/produced economic capital). Unsur-unsur
utama yang menopang modal sosial dipengaruhi oleh faktor ekstenal
maupun internal. Faktor internal berupa pola organisasi sosial yang
tumbuh dalam suatu setting budaya masyarakat, seperti tatanan sosial
yang berhubungan dengan kepercayaan tradisional, pola-pola pembagian
kekuasaan dalam masyarakat, pola atau system produksi dan reproduksi
serta nilai-nilai dan norma itu sendiri.

Feasibility Study Pengadaan Lahan Gerai Pangan Lokal Dan Industri Kerajinan
Kabupaten Pandeglang

Gambar 3. Interrelasi Modal Sosial dengan Berbagai Faktor


Sumber: Hasbullah, 2006
Faktor

yang

lebih

luas

yang

diklasifikasikan

sebagai

faktor

eksternal,seperti pengaruh agama, globalisasi, urbanisasi, kebijakan


pemerintah, hokum dan perundang-undangan, ekspansi pendidikan,
politik,

dan

pemerintahan

serta

nilai-nilai

universal

seperti

nilai

demokrasi, persamaan, kebebasan, dan keadaban merupakan kumpulan


determinan yang saling mempengaruhi dengan unsur-unsur pokok modal

Feasibility Study Pengadaan Lahan Gerai Pangan Lokal Dan Industri Kerajinan
Kabupaten Pandeglang

sosial.

Hubungan

timbal

balik

antara

faktor-faktor

tersebut

akan

menentukan komposisi, kualitas, pola transaksi dan tipologijaringan yang


pada akhirnya akan menentukan kualitas hasil dari modal sosial.
Modal sosial pada praktiknya tidak hanya membawa dampak positif tapi
juga dampak negatif bila tidak dikelola dengan baik seperti hancurnya
kesatuan, sikap intoleran dengan pihak lain, penentengan terhadap
perubahan, dan sebagainya.
6.3.2 Analisis Kehidupan Sosial Masyarakat
1. Kebudayaan Masyarakat Lokal
Secara umum budaya yang kental dari nuansa Pandeglang hingga saat ini
adalah budaya Jawara dan Kyai. Jawara biasanya berasal dari kawasan
utara Kabupaten Pandeglang,dan Kawasan Selatan, sedangkan Ulama
dan Kyai berasal dari kawasan pusat Kabupaten Pandeglang, dan
sebagian

kawasan

dekat

pantai,

atau

jika

dulu

masih

disebut

Kawedanaan, maka kawasan para Ulama biasanya tinggal di kawasan


pegunungan, dan Kawasan Pesisir Pantai, tepatnya di Kawedanaan
Pandeglang dan Kawedanaan Menes serta Caringin. Budaya Islam cukup
kental di Kabuapaten Padenglang, mengingat sampai dengan tahun 2010
terdapat sejumlah 313 pesantren yang tersebar hampir di seluruh
kabupaten pandeglang maka tidaklah mengherankan bila Kabuapten
Pandeglang dipandang oleh beberapa kalangan sebagai Kabupaten santri
di Profinsi Banten. Kesan sepintas, dengan jumlah pesantren sebanyak itu
agama belum mampu memajukan masyarakat secara signifikan. Keadaan
masyarakat masih terkesan tradisional, dan masih jauh dari kesan
kemajuan.
Perayaan-perayaan Hari Besar Islam seperti Idul Fitri, Idul Adha, IsraMiraj,
Maulid Nabi Muhamad Saw, dan Rajaban sampai dengan awal tahun
2000an selalu dirayakan dengan cukup meriah dan telah menjadi budaya
sejak dahulu, disamping itu budaya momen-momen tertentu seperti
Nisyfu syaban, Tibaan dan Tahlilan tiapmalam Jumat selalu rutin
dilaksanakan. Namun sering berjalannya waktu kebudayaan tersebut
semakin terkikis dan hanya beberapa wilayah saja yang tida bercorak

Feasibility Study Pengadaan Lahan Gerai Pangan Lokal Dan Industri Kerajinan
Kabupaten Pandeglang

perkotaan (khususnya bagian selatan) yang masih mempertahankan


kebudayaan tersebut.
2. Etos Kerja
Masalah etos kerja memang cukup rumit, nampaknya tidak ada teori
tunggal yang dapat menerangkan segala segi gejalanya, juga bagaimana
menumbuhkan dari yang lemah kearah yang kuat atau lebih baik,
kadang-kadang nampak bahan etos kerja dipengaruhi oleh system
kepercayaan, seperti agama, kadang-kadang nampak seperti tidak lebih
dari hasil tingkat perkembangan ekonomi tertentu masyarakat saja
Hal tersebut juga tercermin di Kabupaten Pandeglang, etos kerja yang
tinggi dipengaruhi oleh motivasi peningkatan kesejahteraan ekonomi
masyarakat. Kesan yang diterima dari hasi penelitian di Kabupaten
Pandeglang, masyarakat pendatang lebih memeliki etos kerja yang lebih
baik, momitivasi tersebut timbul karena ingin survive di wilayah yang
baru. Secara umum masyarakat pendatang lebih memiliki inisiatif
menjadi pengusaha dan menjadi leader dari kelompok-kelompok usaha
masyarakat,

sehingga

tidaklah

mengherankan

bila

masyarakat

pendatang lebih memiliki tingkat ekonomi yang lebih baik daripada


masyarakat asli pandeglang sendiri.
3. Interaksi Sosial
Latar belakang budaya yang agamis (Islam Tradisional) dan kurangnya
motivasi berpretasi melalui pendididkan formal memberikan berpengaruh
besar terhadap tingkat pendidikan penduduk asli, mata pencaharian, dan
pola interaksi yang dibangun. Secara umum tingkat pendidikan di
Kabupaten Pandeglang cukup rendah, hal ini dikarenakan anatara lain
adalah masih banyak masyarakat (penduduk) percaya bahwa pesantren
dapatmemberikan

pendidikan

yang

lebih

baik

terutama

terhadap

perubahanperilaku dan akhlak dan masyarakat usia produktif sekolah (517 tahun) lebih memelilih bekerja daripada mengikuti pembelajaran di
sekolah formal dengan alasan keterbatasan ekonomi.

Feasibility Study Pengadaan Lahan Gerai Pangan Lokal Dan Industri Kerajinan
Kabupaten Pandeglang

Tingkat pendidikan rendah, menjadikan mayoritas masyarakat bekerja


dan bermatapencaharian dalam sektor non formal, banyak diantara
mereka (penduduk asli) yang merantau ke Wilayah Jakarta, Bogor,
Tangerang dan Bekasi (Jabotabek) untuk bekerja dan berwirausaha
,demikian

pula

sebagian

penduduk

yang

lain

berwirausaha

denganberjualan aneka ragam komoditi dan produk di Pasar, di sekolahsekolah dan di tempat strategis lainnya. Sedangkan sector pertanian
dianggapsebagai penghasilan tambahan atau sampingan karena sector
pertanian di Kabuapaten Pandeglang dianggap belum memberikan nilai
tambah yang cukup bagi masyarakat asli pandeglang untuk menunjang
kehidupan seharihari, namun lain halnya dengan sektor pariwisata,
masyarakat asli pandeglang banya yang berdangang makanan minuman,
menawarkan jasa tikar dan urut, dan juga menawarkan kerajianan lokal di
sekitar pantai wisata bahari umum seperti di carita dan Labuan.
Individu

pendatang

yang

tinggal

di

Kabupaten

Pandeglang

pada

umumnyaa dalah Pekerja yang bekerja di sektor formal dan pengusaha,


biasanya bekerja di sektor formal sebagai PNS (Teknis dan Fungsional),
TNI/Polri dan Pegawai BUMN (Pos, Telkom dan PLN). Pada umumnya
(penampakan luarnya) interaksi masyarakat asli dengan pendatang
berjalan dengan baik dan normal, namun ada unsur -unsur keengganan
dan rasa segan dari penduduk asli terhadap pendatang, hal ini
disebabkan rasa rendah diri yang dimiliki akibat dari tingkat pendidikan
dan intelektualitas mereka yang rendah, meski secara ekonomi mereka
mapan.

Dalam

situasi

seperti

ini

apabila

pendatang

tidak

bisa

menyesuaikan dengan kondisi tersebut, maka interaksi tidak akan


berjalan dengan baik dan masyarakat (penduduk asli) akan bersikap
apatis

terhadap

masyarakat

pendatang

(pendatang)

tersebut,
tersebut

namun
dapat

sebaliknya
berinteraksi

apabila
dan

menyesuaikandiri maka penghormatan dan perhatian akan diberikan


bahkan terkesan berlebihan.
Kelompok yang paling berpengaruh dalam interaksi sosial di Kabupaten
Pandeglang adalah kelompok masyarakat dari kalangan Ulama, jawara
dan masyarakat pendatang yang telah mampu beradaptasi dengan

Feasibility Study Pengadaan Lahan Gerai Pangan Lokal Dan Industri Kerajinan
Kabupaten Pandeglang

masyarakat asli Kabupaten Pandeglang dan biasanya ditokohkan,selain


itu juga ada kasepuhan (yang dituakan) dan biasanya masih dihormati
dan didengar oleh masyarakat.
Kelompok mayoritas yang tinggal di Kabupaten Pandeglang adalah
Kelompok

masyarakat

asli

(yang

sudah

turun

temurun

tinggal),

sedangkan masyarakat pendatang biasanya mengikuti kegiatan dan


perkembangan yang terjadi masyarakat, hal ini karena para pendatang
merupakan aparat pemerintah yang secara periodik telah terjadwal
kerjanya, sedangkan ketika liburan mereka gunakan untuk berlibur
bersama keluarga, atauketika libur panjang biasanya kembali ke tempat
asal.
Interaksi antar kelompok diawali dengan adanya saling ketergantungan
antar satu kelompok dengan kelompok lainnya. Jaringan interaksi antar
keopmpok seperti kelompok pengusaha, kelompok pengrajin, kelompok
tani, kelompok ternak, dan sebagainya, masih minim interaksi antar
kelempok.
Kelompok

tersebut

cenderung

untuk

berusaha

meningkatkan

kesejahteraan anggota masing-masing keompoknya dengan menjalin


interasi dengan pihak pemerintah maupun swasta.
4. Kehidupan Sosial
Masyarakat Pandeglang secara umum adalah masyarakat yang menetap
dan tinggal di sekitar keluarganya, masyarakat pandeglang bukanlah
masyarakat rantau seperti suku Jawa ataupun Sumatra, pameo makan
tidak makan asal kumpul sepertinya menjadi prinsip yang tak bisa
hilang. Dengan latar belakang seperti itu, maka kondisi pencampuran
budayadan

pengaruh

luar

tidak

signifikan.

Di

wilayah

Kabupaten

Pandeglang kebanyakan sebuah rumah dapat dihuni oleh beberapa


Kepala Keluarga, ada satu, dua, bahkan tiga Kepala Keluarga.
Masyarakat Pandeglang biasanya haus akan hiburan, maka kerumunan
seperti acara Pameran Pembangunan, Ulang Tahun Pandeglang, pameran
17 Agustusan, perayaan Idul Fitri dan Idul Adha juga dapat menyebabkan

Feasibility Study Pengadaan Lahan Gerai Pangan Lokal Dan Industri Kerajinan
Kabupaten Pandeglang

kerumunan. Sedangkan untuk kegiatan kampanye pilkada masyarakat


sudah mulai acuh dan enggan berpartisipasi apalagi membentuk
kerumunan, mereka lebih memilih mencari nafkah atau mata pencaharian
6.3.3 Analisis Kualitas Pembentuk Modal Sosial Masyarakat
1. Kepercayaan (trust) dalam kelompok
Secara

umum

masyarakat

tingkat

lainnya

kepercayaan

masih

masyarakat

cenderung

minim

lokal

terhadap

terutama

terhadap

masyarakat pendatang. Hal tersebut tercermin dari tidak seluruh


masyarakat yang memiliki kesamaan karakteristik usaha memilih untuk
ikut serta dalam kelompok usaha masyarakat, hal ini karena sebagian
besar elomok usaha tersebut diinisiasi oleh masyarakat pendatang.
Secara antar individu pun tingkat kepercayaan antar masyarakat masih
rendah, hal tersebut tercermin dengan kurangnya saling keterbukaan
antar masyarakat dalam hal pinjam-meminjam (tidak adanya arisan dan
minimnya jumlah koperasi simpan pinjam di Kabupaten Pandeglang)
Temuan

menarik

bahwa

sebagian

besar

masyarakat

pandeglang

cenderung lebih percaya pada figur-figur yang menjalankan pranata atau


norma sosial dan keagamaan,. Sementara tingginya tingkat kepercayaan
pada orang orang dari etnis yang sama merupakan kecenderungan yang
normal karena kepercayaan juga dibentuk oleh dasar ikatan genealogis
dan identitas yang sama. Sekalipun rasa saling percaya antarwarga
masih ada, cukup banyak masyarakat yang menilai tingkat kepercayaan
dalam lingkungan mereka mulai menurun, salah satunya ditunjukkan
dengan

mulai

masyarakat.

lunturnya

Makna

nilai-nilai

gotong

royong

kegotong
pun

royongan

tampaknya

diantara

telah

mulai

menunjukkan pergeseran karena tidak selalu harus berupa tenaga, tapi


juga dalam bentuk lain seperti uang, saran, dan fasilitas.
2. Ketersedian kelompok dan jejaring kerja
Secara umum kelompok sosial yang tersedia masyarakat di Kabupaten
Pandeglang

relatif

banyak

dan

beragam,

mulai

dari

kelompok

keagamaan, kelompok tani/nelayan, kelompok pedagang, kelompok

Feasibility Study Pengadaan Lahan Gerai Pangan Lokal Dan Industri Kerajinan
Kabupaten Pandeglang

profesi, serikat pekerja, kelompok warga kelompok pemuda, kelompok


olahraga, mitra cai, komite sekolah, bahkan LSM/ormas. Namun tidak
semua masyarakat antusias dalam mengikuti kelompok-kelompok sosial
tersebut. Artinya, motivasi masyarakat untuk terlibat dalam kegiatan
kelompok-kelompok yang ada di lingkungan permukimannya relatif tinggi,
meskipun hal ini tidak secara langsung berkorelasi dengan tingkat
keaktifannya dalam berorganisasi.
Dalam analisis ini akan dilihat kelompok-kelompok sosial yang terletak
kawasan starategis yang memiliki peran untuk meningkatkan daya saing
sector agro industri dan pariwisata serta mampu menjadi gerbong
penarik wilayah sekitarnya. Dalam penelitian ini hanya akan diambil 3
sampel kelompok social yaitu Ikatan Pengrajin Carita, Asosiasi Pengusaha
Emping, Kelompok Usaha Bersama

Tabel Ketersedian Kelompok Sosial yang Berbasis Pariwisata dan


Agroindustri di Kawasan Strategis Kabupaten Pandeglang
No

Kelompo
k
Sosial

Ikatan
Pengraji
n
Carita

Tahun
dan
Tujuan
Berdiri
2009,
memper
s
atukan
kelompo
k
kerajina
n
di
sekitar
wilayah
tersebut
agar
memper
mudah
mengem
bangkan
sayap
hasil
kerajina
n

Jumlah
Anggota

Lokasi

40
pengrajin

CaritaLabuan

Sumber
dana
Kas
Anggota,
sumbanga
n
keuntunga
n
penghasila
n
anggota

Potensi

Permasalahan

Kerajinan
kreatif
di sekitar
pantai
diminati
oleh
wisatawa
n
Dipimpin
oleh
pemuda
yang
masih
memiliki
motivasi
tinggi
Anggota
memliki
motiovas
i belajar
yang
tinggi
(mengiku
ti

Jaringan
Kerjasama
internal belum
kuat (masih
banyak
pengrajin
tidak
ikut
dalam
kelompok ini)
Kemampuan
membangun
jaringan
eksternal
masih
terbatas
pada Smesko
dan
ADIRA
Bantuan lebih
banyak pada
pelatihan
kerja dan
modal bahan
baku ,

Feasibility Study Pengadaan Lahan Gerai Pangan Lokal Dan Industri Kerajinan
Kabupaten Pandeglang

pelatihan
dan
seminar)

Asosiasi
Pengusa
ha
Emping

1960an,
sebagai
sentra
penjuala
n
emping
terpadu

125
pengusaha
dengan
memperkej
akan 50250
pekerja.

Menes

Kelompo
k
Usaha
Bersama

43
Nelayan

Membantu
nelayan
dalam
rangka
meningkatk
an hasil
tangkapan
dengan
memiliki
perahu
sendiri dan
untuk
memiliki
tempat
pengalenga
n
sendiri

Pandeg
lang

Kas
Anggota,
sumbanga
n
keuntunga
n
penghasila
n
anggota

Sudah
berdaya
saing
dengan
wilayah
lain
Dipimpin
oleh
pemuda
yang
masih
memiliki
motivasi
tinggi

bukan
diprioritaskan
dalam
membangun
jaringan
kerjasama
yang
lebih
luas
Hanya
terpusat di
wilayah
Menes
Bantuan lebih
banyak pada
pelatihan
kerja dan
modal bahan
baku ,
bukan
diprioritaskan
dalam
membangun
jaringan
kerjasama
yang
lebih
luas
Jaringan
Kerjasama
internal belum
kuat Bantuan
lebih banyak
pada
pelatihan
kerja dan
modal bahan
baku ,
bukan
diprioritaskan
dalam
membangun
jaringan
kerjasama
yang lebih
luas

Tabel Pengaruh Kelompok Sosial Terhadap Sektor Pariwisata dan


AgroIndustri
No

Kelompok Usaha

Ikatan
Carita

Asosiasi Pengusaha

Pengaruh
Terhadap Agro
Industri

Pengrajin

Emping

Pengaruh
Terhadap
Pariwisata
Para
pengunjung
menjadi
lebih
teratur ketika ingin
membeli
cendera
mata berupa hasil
kerajinan
seperti
kerang, badak, dan
sebagainya
(satu
pintu)

Feasibility Study Pengadaan Lahan Gerai Pangan Lokal Dan Industri Kerajinan
Kabupaten Pandeglang

Emping

Kelompok Usaha
Bersama

Paandeglang
menjadi terkenal di
wilayah Banten dan
sekitarnya
selain
karena lebih mudah
mengkomunikasika
n
produk ke pembeli
tetapi juga memicu
para investor untuk
menanamkan
modalnya
Para
nelayan
memiliki
wadah
untuk
berkomunikasi
mengenai rencana
penyediaan
kapal
dan penyediaan
tempat
pengalengan ikan

Secara umum interaksi jejaring sosial di Kabupaten Pandeglang kurang


berkembang hal tersebut dikarenaan 2 hal yaitu :
o

Secara Internal, kelompok usaha yang berhubungan dengan sector


agroindustri dan pariwisata (IPC, KUB dan APE) hanya berinteraksi
dan berkomunikasi dengan kelompok usaha kecil yang secara batas
administrasi saling berdekatan dan jejeraring kerjasama mereka
hanya terbatas pada kesamaan jenis usaha saja, tidak bekerjasama
dengan kelompok usaha lain karena diantara mereka tidak ada
inisiatif untuk membuat visi dan tujuan bersama secara berkelanjutan
yang saling menguntungkan diantara mereka.

Secara

Eksternal,

kelompok-kelompok

usaha

yang

terdapat

di

Kabupaten Pandegalang secara umum hanya menjalin kerjasama


dengan SMESKO dan ADIRA (pihak di swasta di luar pandeglang),
namun inisiasi kerjasama tersebut rata-rata berasal dari Dinas
Pemerintah Koperasi Kabupaten Pandeglang, belum ada inisiasi dari
anggota internal kelompok-kelompok usaha tersebut.
o

Kohesi dan Inklusivitas Sosial, Perbedaan yang ada di masyarakat


jarang

menimbulkan

permasalahan

apalagi

perilaku

kekerasan.

Kalaupun ada perbedaan yang berpotensi menimbulkan keresahan


atau gangguan ketertiban di lingkungan permukiman, umumnya

Feasibility Study Pengadaan Lahan Gerai Pangan Lokal Dan Industri Kerajinan
Kabupaten Pandeglang

bersumber dari perbedaan dalam hal kekayaan/kepemilikan barang


materiil dan perbedaan status sosial. Perbedaan ini biasanya akan
memicu kesenjangan dan prasangka sosial yang rawan bagi stabilitas
sosial di lingkungan komunitas. Berdasarkan hasil wawancara dengan
masyarakat, hampir semua kecamatan di Kabupaten Pandeglang
tidak memiliki prasangka sosial yang negatif terhadap pendatang
atau masyarakat lain yang status sosial-ekonominya lebih tinggi

3. Kohesi dan Inklusivitas Sosial


Perbedaan

yang

ada

di

masyarakat

jarang

menimbulkan

permasalahan
apalagi perilaku kekerasan. Kalaupun ada perbedaan yang berpotensi
menimbulkan keresahan atau gangguan ketertiban di lingkungan
permukiman,
umumnya bersumber dari perbedaan dalam hal kekayaan/kepemilikan
barang
materiil dan perbedaan status sosial. Perbedaan ini biasanya akan
memicu
kesenjangan dan prasangka sosial yang rawan bagi stabilitas sosial di
lingkungan
komunitas. Berdasarkan hasil wawancara dengan masyarakat, hampir
semua
kecamatan di Kabupaten Pandeglang tidak memiliki prasangka sosial
yang
negatif terhadap pendatang atau masyarakat lain yang status sosialekonominya
lebih tinggi.
6.3.4 Temuan Analisis Modal Sosial

Feasibility Study Pengadaan Lahan Gerai Pangan Lokal Dan Industri Kerajinan
Kabupaten Pandeglang

Budaya yang kental dari nuansa Pandeglang hingga saat ini adalah
budaya Jawara dan Kyai. Jawara biasanya berasal dari kawasan utara
Kabupaten Pandeglang, dan Kawasan Selatan, sedangkan Ulama dan Kyai
berasal dari kawasan pusat Kabupaten Pandeglang, dan sebagian
kawasan dekat pantai, atau jika dulu masih disebut Kawedanaan, maka
kawasan para Ulama biasanya tinggal di kawasan pegunungan, dan
Kawasan Pesisir Pantai, tepatnya di Kawedanaan Pandeglang dan
Kawedanaan Menes serta Caringin Masyarakat pendatang lebih memeliki
etos kerja yang lebih baik, momitivasi tersebut timbul karena ingin
survive di wilayah yang baru. Tingkat pendidikan rendah, menjadikan
mayoritas masyarakat bekerja dan bermatapencaharian dalam sektor non
formal, banyak diantara mereka (penduduk asli) yang merantau ke
Wilayah Jakarta, Bogor, Tangerang dan Bekasi (Jabotabek) untuk bekerja
dan berwirausaha.

Gambar 3. 19 Diagram Kualitas Sumberdaya Manusia

Feasibility Study Pengadaan Lahan Gerai Pangan Lokal Dan Industri Kerajinan
Kabupaten Pandeglang

Interaksi masyarakat asli dengan pendatang berjalan dengan baik dan


normal, namun ada unsur -unsur keengganan dan rasa segan dari
penduduk asli terhadap pendatang, hal ini disebabkan rasa rendah diri
yang dimiliki akibat dari tingkat pendidikan dan intelektualitas mereka
yang rendah, meski secara ekonomi mereka mapan. Kelompok yang
paling berpengaruh dalam interaksi sosial di Kabupaten Pandeglang
adalah

kelompok

masyarakat

masyarakat

pendatang

yang

dari
telah

kalangan
mampu

Ulama,

jawara

beradaptasi

dan

dengan

masyarakat asli Kabupaten Pandeglang Tingkat kepercayaan masyarakat


lokal terhadap masyarakat lainnya masih cenderung minim. Motivasi
masyarakat untuk terlibat dalam kegiatan kelompokkelompok yang ada di
lingkungan permukimannya relatif tinggi, meskipun hal ini tidak secara
langsung berkorelasi dengan tingkat keaktifannya dalam berorganisasi.
Hampir semua kecamatan di Kabupaten Pandeglang tidak memiliki
prasangka sosial
yang negatif terhadap pendatang atau masyarakat lain yang status
sosialekonominya lebih tinggi.

Anda mungkin juga menyukai