Penatalaksanaan Tekanan Darah Pada Preeklampsia
Penatalaksanaan Tekanan Darah Pada Preeklampsia
ABSTRAK
Sekitar 10-15% kehamilan disertai komplikasi hipertensi yang berkontribusi besar dalam morbiditas dan mortalitas neonatal dan maternal.
Wanita yang hipertensi saat hamil cenderung mengalami penyakit kardiovaskuler di kemudian hari. Preeklampsia merupakan penyakit
sistemik yang tidak hanya ditandai oleh adanya hipertensi, tetapi juga disertai adanya peningkatan resistensi pembuluh darah, disfungsi
endotel yang difus, proteinuria, dan koagulopati. Tujuan utama terapi antihipertensi adalah untuk mengurangi risiko terhadap ibu dan
kerusakan organ target (komplikasi serebrovaskuler dan kardiovaskuler). Risiko kerusakan organ target meningkat jika kenaikan tekanan
darah terjadi tiba-tiba pada wanita yang sebelumnya normotensi. Obat antihipertensi antenatal sebaiknya diberikan kembali post-partum
dan dapat dihentikan dalam beberapa hari hingga beberapa minggu setelah tekanan darah normal.
Kata kunci: Antihipertensi, kehamilan, preeklampsia
ABSTRACT
Approximately 10% to 15% of all pregnancies are complicated by hypertension and largely contribute to maternal and neonatal morbidity and
mortality. Hypertensive disorders in pregnancy may contribute to the development of future cardiovascular disease. Preeclampsia is a systemic
disease that is not only characterized by the presence of hypertension, but also accompanied by an increase in vascular resistance, diffuse
endothelial dysfunction, proteinuria, and coagulopathy. The ultimate goal of antihypertensive therapy is to reduce main risks to mother
and target organ-damage (cerebrovascular and cardiovascular complications). The risk of target organ damage increases if the rise of
blood pressure occurs suddenly in previously normotensive women. Antenatal antihypertensive drugs should be given back post-partum
and can be stopped within a few days to several weeks after a normal blood pressure. Risalina Myrtha. Management of Blood Pressure in
Preeclampsia.
Keywords: Antihypertensive, pregnancy, preeclampsia
PENDAHULUAN
Penyakit kardiovaskuler merupakan penyebab kematian terbanyak pada wanita di
Amerika Serikat. Pada tahun 2009, 1 dari 4
wanita meninggal karena penyakit jantung.1
Di Belanda, 32% wanita meninggal karena
penyakit kardiovaskuler. Sejumlah 10-15%
kehamilan disertai komplikasi hipertensi
dan berkontribusi besar dalam morbiditas
dan mortalitas neonatal dan maternal. Wanita
dengan riwayat hipertensi pada kehamilan
mempunyai angka kematian karena penyakit
jantung koroner lebih tinggi. Hal ini didukung
data bahwa wanita preeklampsia mempunyai
kadar lipid, insulin saat puasa, dan faktor
koagulasi dalam sirkulasi yang lebih tinggi.
Perubahan penanda risiko vaskuler ini
merupakan bagian dari spektrum sindrom
Alamat korespondensi
262
email: limaoktober07@gmail.com
TINJAUAN PUSTAKA
Tabel 1. Klasifikasi tekanan darah berdasarkan JNC-7 dibandingkan dengan NHBPEP (National High Blood Pressure Education
Program).9
JNC-7 BP Classification (Nonpregnant), mmHg
Normal
SBP 120 and DBP 80
Prehypertension
Normal/acceptable in pregnant
SBP 140 and DBP 90
Mild hypertension
SBP 140 to 150 or DBP 90 to 109
Stage 2 hypertension
SBP 160 to 179 or DBP 100 to 110
Stage 3 hypertension
Severe hypertension
Pressure in Pregnancy.1
Tabel 2. Faktor risiko preeklampsia3
Faktor risiko preeklampsia
Nullipara
Multiparietas
Hipertensi kronis
Diabetes melitus
Penyakit ginjal
Obesitas
Mola hidatidosa
ETIOLOGI
Etiologi preeklampsia tidak diketahui secara
pasti. Diketahui ada beberapa faktor risiko
yang berhubungan dengan kejadian preeklampsia (Tabel 2).3,5
Gambar 1. Hipotesis tentang peranan soluble fms-like tyrosine kinase 1 (sFlt1) pada preeklampsia3
PATOFISIOLOGI
Patofisiologi preeklampsia dibagi menjadi
dua tahap, yaitu perubahan perfusi plasenta
dan sindrom maternal. Tahap pertama terjadi selama 20 minggu pertama kehamilan.
Pada fase ini terjadi perkembangan
abnormal remodelling dinding arteri
spiralis. Abnormalitas dimulai pada saat
perkembangan plasenta, diikuti produksi
substansi yang jika mencapai sirkulasi
maternal menyebabkan terjadinya sindrom
maternal. Tahap ini merupakan tahap kedua
atau disebut juga fase sistemik. Fase ini
merupakan fase klinis preeklampsia, dengan
elemen pokok respons inflamasi sistemik
maternal dan disfungsi endotel.3,14
263
TINJAUAN PUSTAKA
Selain itu, didapatkan perubahan irama
sirkadian normal, yaitu tekanan darah sering
kali lebih tinggi pada malam hari disebabkan peningkatan aktivitas vasokonstriktor
simpatis, yang akan kembali normal setelah
persalinan. Hal ini mendukung penggunaan
metildopa sebagai antihipertensi. Tirah baring
sering dapat memperbaiki hipertensi pada
kehamilan, mungkin karena perbaikan perfusi uteroplasenta.3
Obesitas merupakan salah satu faktor risiko
penting terjadinya preeklampsia. Dislipidemia dan diabetes melitus gestasional
meningkatkan risiko preeklampsia dua
kali lipat, mungkin berhubungan dengan
disfungsi endotel.3
Pada preeklampsia, fraksi filtrasi renal menurun sekitar 25%, padahal selama kehamilan
normal, fungsi renal biasanya meningkat
35-50%. Klirens asam urat serum menurun,
biasanya sebelum manifestasi klinis. Kadar
asam urat >5,5 mg/dL akibat penurunan
klirens renal dan filtrasi glomerulus merupakan penanda penting preeklampsia.3
Edema Paru pada Preeklampsia
Preeklampsia masih merupakan salah satu
penyebab terpenting edema paru akut
dengan hipertensi pada kehamilan. Edema
paru akut merupakan penyebab penting
morbiditas dan mortalitas pada kehamilan,
ditandai dengan sesak nafas mendadak,
dapat disertai agitasi, dan merupakan
manifestasi klinis proses penyakit yang berat.
Terapi meliputi oksigenasi, ventilasi, dan
kontrol sirkulasi dengan venodilator.15
Dibandingkan dengan wanita pada kehamilan fisiologis, wanita preeklampsia
memperlihatkan
berbagai
abnormalitas
jantung, mulai dari peningkatan curah
jantung dan peningkatan ringan resistensi
vaskuler sistemik, hingga penurunan curah
jantung dengan peningkatan resistensi vaskuler sistemik. Sering kali didapatkan gangguan fungsi diastolik dengan peningkatan
massa ventrikel kiri. Pada preeklampsia juga
terjadi penurunan tekanan osmotik koloid
plasma dan gangguan permeabilitas endotel.
Krisis hipertensi yang mencetuskan edema
paru akut mungkin karena aktivasi sistem
saraf simpatis yang menyebabkan terjadinya vasokonstriksi, sehingga meningkatkan
afterload dan redistribusi cairan dari
264
TINJAUAN PUSTAKA
Tabel 3. Obat antihipertensi untuk hipertensi kronis atau gestasional selama kehamilan.3,9
Obat (Rekomendasi
FDA)
Dosis
Keterangan
Nifedipin (C)
Hydralazine (C)
12,5-25 mg/hari
Hydrochlorothiazide
Kontraindikasi
ACE inhibitor dan
angiotensin I receptor
antagonist (D)
Concern or Comments
Labetalol (C)
Hydralazine (C)
Nifedipine (C)
Relatively Constraindicated
Nitroprusside (C)
265
TINJAUAN PUSTAKA
untuk mengalami hipertensi di kemudian
hari. Setelah follow up selama 7 tahun pada
223 wanita yang mengalami eklampsia,
didapatkan bahwa risiko paling tinggi adalah
pada wanita yang mengalami hipertensi
pada usia kehamilan sebelum 30 minggu.
Wanita dengan hipertensi gestasional
juga mengalami resistensi insulin lebih
tinggi.3,11,17 Wanita preeklampsia memiliki
risiko penyakit kardiovaskuler lebih tinggi
bahkan hingga bertahun-tahun pascapersalinan, serta mempunyai risiko lebih
besar terjadinya disfungsi dan hipertrofi
ventrikel kiri asimptomatik dalam 1-2 tahun
pasca-persalinan.20 Risiko kematian karena
penyakit kardio-serebrovaskuler juga dua
kali lebih besar pada wanita dengan riwayat
preeklampsia. Wanita dengan riwayat
molecule-1 dan
intercellular adhesion
molecule-1 kadarnya lebih tinggi hingga >15
tahun pasca-persalinan. Adanya diabetes
melitus, hipertensi kronis, dan penyakit ginjal
sebelum kehamilan dapat meningkatkan
risiko preeklampsia.4,25
Obat antihipertensi larut lemak konsentrasinya dapat lebih tinggi di air susu ibu
(ASI). Paparan neonatus pada penggunaan
obat metildopa, labetalol, captopril, dan
nifedipin rendah, sehingga obat-obat ini dianggap aman diberikan selama menyusui.
Diuretik juga didapatkan pada konsentrasi
rendah, tetapi dapat mengurangi produksi
ASI.3 Metildopa sebaiknya dihindari pascapersalinan karena dapat menyebabkan
depresi pasca-melahirkan.17
DAFTAR PUSTAKA
1.
CDC. Women and heart disease fact sheet [Internet]. [cited 2013 Oct 21] 2013:68. Available from: http://www.cdc.gov/dhdsp/data_statistics/fact_sheets/fs_women_heart.htm.
2.
Hermes W, Franx A, Pampus MG Van, Bloemenkamp KW, Post JA van der, Porath M, et al. 10-Year cardiovascular event risks for women who experienced hypertensive disorders in late
3.
Podymow T, August P. Hypertension in pregnancy. In: Black HR, Elliott WJ, eds. Hypertension: A companion to Braunwalds heart disease. 2nd ed. Philadelphia: Elsevier Saunders; 2013:327
4.
Powe CE, Levine RJ, Karumanchi SA. Preeclampsia, a disease of the maternal endothelium: The role of antiangiogenic factors and implications for later cardiovascular disease. Circulation
5.
Wagner LK. Diagnosis and management of preeclampsia. Am. Fam. Physician 2004;70(12):2317-24.
6.
Savaj S, Vaziri ND. An overview of recent advances in pathogenesis and diagnosis of preeclampsia. Iran J Kidney Dis. 2012;6(5):334-8.
7.
Heazell A, Baker PN. Hypertensive disorders of pregnancy. In: Oakley C, Warnes CA, eds. Heart disease in pregnancy. 2nd ed. Massachusetts: Blackwell Publishing; 2007:264-80.
35.
2011;123:2856-69.
8.
Solomon CG, Seely EW. Brief review: Hypertension in pregnancy: A manifestation of the insulin resistance syndrome ? Hypertension 2001;37:232-9.
9.
Podymow T, August P. Update on the use of antihypertensive drugs in pregnancy. Hypertension 2008;51:960-9.
266