PENDAHULUAN
Sustrani,
Syamsir
Alam,
Iwan
Hadibroto
(2004)
mengatakan
bahwaberdasarkan istilah awam stroke adalah serangan otak yang terjadi secara tiba-tiba
dengan akibat kematian atau kelumpuhan sebelah bagian tubuh.
Secara sederhana stroke terjadi jika aliran darah ke otak terputus. Otak kita tergantung
pada pasokan darah yang berkesinambungan, yang dialirkan oleh arteri (pembuluh nadi).
Jika pasokan darah berhenti, akibat pembekuan darah atau pecahnya pembuluh darah, sedikit
atau banyak akan terjadi kerusakan pada otak yang tidak dapat diperbaiki (infark otak).
Dampaknya adalah fungsi kontrol bagian tubuh oleh daerah otak yang terkena stroke itu akan
hilang atau mengalami gangguan dan dapat mengakibatkan kematian.
Berat atau ringannya dampak serangan stroke tersebut sangat bervariasi, tergantung
pada lokasi dan luas daerah otak yang rusak Bila aliran darah terputus hanya pada area yang
kecil atau terjadi pada daerah otak yang tidak rawan, efeknya ringandan berlangsung
sementara. Sebaliknya, bila aliran darah terputus pada daerah yang luas atau bagian otak
vital, terjadi kelumpuhan yang parah sampai pada kematian.
Shimberg (1998) menyatakan bahwa stroke merupakan penyakitserebrovaskuler
(pembuluh darah otak) yang ditandai dengan kematian jaringanotak (infark serebral), hal
tersebut terjadi karena berkurangnya aliran darah dan oksigen ke otak atau keadaan di mana
sel-sel otak mengalami kerusakan, karena tidak mendapatkan oksigen dan nutrisi yang cukup.
Penyakit serebrovaskuler atau stroke yang menyerang kelompok usia diatas 40 tahun
adalah akibat patologi pada sistem pembuluh darah otak, proses inidapat berupa penyumbatan
lumen pembuluh darah oleh trombus (pecahan bekuandarah/plak) atau emboli (udara, lemak),
dan pecahnya pembuluh darah otak.
Perubahan dinding pembuluh darah otak serta komponen lainnya dapat bersifatprimer
karena kelainan kongenital maupun degeneratif, ataupun bersifat sekunder akibat proses lain
seperti peradangan, arteriosklerosis, hipertensi, dan diabetesmelitus, oleh karena itu
penyebab stroke sangat kompleks (Misbach, 1997).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. KLASIFIKASI STROKE
Menurut Prof. S.M. Lumbantobing, ahli saraf pada fakultas kedokteran UI(2001)
menyatakan bahwa secara umum stroke dapat terbagi atas dua bagian yaitu stroke iskemik dan
stroke hemoragik. Stroke dapat diklasifikasikan dengan beberapa jenis dari kedua bagian
besar stroke tersebut yaitu :
a. Stroke Iskemik
Menurut Prof. S.M. Lumbantobing, ahli saraf pada fakultas kedokteran UI(2001),
stroke iskemik secara patofisiologis adalah kematian jaringan otak karena pasokan darah yang
tidak mencukupi. Stroke iskemik disebabkan penggumpalan darah, penyebab utamanya
adalah aterosklerosis pembuluh darah dileher dan kepala.
Stroke iskemik terdiri dari :
1) Stroke Iskemik Trombotik: Stroke jenis ini terjadi karena adanya penggumpalan pada
pembuluh darah ke otak. Ini terkait denganhipertensi dan merupakan indikator penyakit
ateroklerosis.
2) Stroke Iskemik Embolik: terjadi tidak dipembuluh darah otak,melainkan ditempat lain,
seperti jantung. Penggumpalan darah terjadi dijantung, sehingga darah tidak bisa mengaliri
oksigen dan nutrisi ke otak.
3) TIA (Transient Ischemic Attack): serangan iskemik sementara.Gejalanya mirip stroke, tapi
hanya terjadi dalam beberapa menit. Tidak sampai berjam- jam. Gejalanya antara lain : wajah
pucat, tangan atau kaki kanan atau kiri- lumpuh. Vertigo (sakit kepala)juga menjadi salah
satu gejala, juga disfagia (sulit menelan), lemahnya kedua kaki, mual, dan ataksia (jalan
sempoyongan). Lalu pasien juga tak bisa berbicara atau memahami omongan orang, kesulitan
melihat dengan satu atau kedua mata, serta hilangnya keseimbangan dan koordinasi.
b. Stroke Hemoragik
Ini jenis stroke yang disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah diotakatau pembuluh
darah otak bocor. Ini bisa terjadi karena tekanan darah ke otak tiba-tiba meninggi, sehingga
menekan pembuluh darah.
Stroke hemoragik terdiri dari :
1) Stroke Hemoragik Intraserebral: Pada kasus ini, sebagian besarorang yang mengalaminya
bisa menderita lumpuh dan susah diobati. Pada stroke jenis ini pendarahan terjadi didalam
otak. Biasanya mengenai basal ganglia, otak kecil, batang otak, dan otak besar. Jika yang
terkena didaerah talamus, sering penderitanya sulit dapat ditolong meskipun dilakukan
tindakan operatif untuk mengevakuasi perdarahannya.
2)
Stroke
Hemoragik
Subaraknoid:
Memiliki
kesamaan
dengan
strokehemoragik
intraserebral. Yang membedakannya, stroke inidipembuluh darah diluar otak, tapi masih
didaerah kepala, sepertidi selaput otak bagian bawah otak. Maski tidak didalam
otak,perdarahan itu bisa menekan otak. Hal ini terjadi akibat adanyaaneurisma yang pecah
atau AVM (arteriovenous malformation)
B. STROKE HEMORAGIK
Stroke hemoragik adalah disfungsi neurologis fokal yang akut dandisebabkan oleh
perdarahan primer substansi otak yang terjadi secaraspontan bukan oleh karena trauma
kapitis, disebabkan oleh karena pecahnya pembuluh arteri, vena, dan kapiler (Djoenaidi
Widjaja et. al,1994) yang dikutip oleh Muttaqin, 2008.
Stroke hemoragik adalah stroke yang disebabkan oleh pecahnyapembuluh darah otak.
Stroke hemoragik adalah stroke yang terjadi akibat perdarahan intrakranial atau intraserebri
meliputi perdarahan di dalam ruang subarachnoid atau di dalam jaringan otak sendiri.
Perdarahan ini dapat terjadi karena aterosklerosis dan hipertensi. Pecahnya pembuluh darah
otak menyebabkan perembesan darah ke dalam parenkim otak yang dapat mengakibatkan
penekanan, pergeseran, dan pemisahan jaringan otak yang berdekatan, sehingga otak akan
membengkak, jaringan otak tertekan sehingga terjadi infark otak, edema, dan mungkin
herniasi otak (Pertiwi,2010).
Beberapa uraian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa strokehemoragik adalah salah
satu jenis stroke yang disebabkan karena pecahnya pembuluh darah otak yang menyebabkan
gangguan peredaran darah otak sehingga menimbulkan gangguan fungsi saraf akut dimana
secaramendadak dan cepat timbul gejala dan tanda yang sesuai dengan daerahfokal otak yang
terganggu.
1. Anatomi dan Fisiologi
1. Otak
Otak manusia berisi hampir 98% jaringan saraf tubuh atau sekitar10 miliar neuron
yang menjadi kompleks secara kesatuan fungsional. Berat otak sekitar 1,4 kg dan mempunyai
volume sekitar 1200 cc. Otak laki-laki 10% lebih besar dari perempuan dan tidak ada korelasi
yang berarti antara besar otak dengan tingkat intelegensi. Seseorang dengan ukuran otak kecil
(750 cc) dan ukuran otak besar (1200 cc) secara fungsional adalah sama menurut Simon &
Scuster,1998 (Muttaqin, 2008).
Otak manusia kira-kira merupakan 2% dari berat badan orang dewasa. Otak menerima
15% dari curah jantung, memerlukan sekitar 20% pemakaian oksigen tubuh dan sekitar 400
kilokalori energi tiap harinya.
1) Lobus frontalis
Gyrus precentralis (tepat di depan sulcus centralis)merupakan area motorik otak,
tempat terdapat banyak sel saraf merangsang gerakan motorik. Terlihat dalam mental, emosi
dan fungsi fisik. Bagian anterior berperan dalam kontrol tingkah laku tidak sadar seperti
kepribadian, tingkah laku sosial, pendapat dan aktifitas intelektual yang kompleks. Bagian
sentral dan posterior mengatur fungsi motorik.
2) Lobus parietalis
Gyrus postcentralis terletak dibelakang sulcus centralis,merupakan area sensorik otak
tempat
apresiasi
sensasi
raba,
tekan
dan
perubahan
suhu
ringan,
dan
lumbalis I dan II dan mengecil membentuk kerucut dihubungkan dengan coccygeusoleh filum
terminale, pita jaringan ikat yang ditutupi oleh meningen.
Hipotalamus adalah daerah sentral sel saraf kecil tepatdibawah talamus. Hipotalamus
berhubungan dengan talamusdengan ujung saraf autonom, dengan kelenjar hipofisis melalui
infundibulum. Hipofisis adalah pusat penting untuk integrasi fungsi dasar seseorang.
Hipofisis merupakan bagian dari sistem endokrin, oleh karena itu berhubungan erat dengan
kelenjar hipofisis, mengirimkan faktor-faktor kimia melalui infundibulum ke dalam kelenjar
dan mengontrol aktivitas hormonalnya. Mengontrol jam biologis, mengatur aktivitas 24 jam,
tidur, suhu, sekresi hormon. Mengontrol nafsu makan, mengontrol keseimbangan air,
mengintegrasikan reaksi emosional.
2. Sistem Persarafan
a. Nervus Olfaktorius (Nervus Cranialis I)
Nervus olfaktorius terdiri dari komponen saraf sensorik yangberfungsi untuk
penciuman.
b. Nervus Optikus (Nervus Cranialis II)
Nervus optikus terdiri dari komponen saraf sensorik untukpenglihatan. Setiap nervus
mengandung sekitar satu juta serat, setiap serat berhubungan dengan batang kerucut retina.
Impuls visual ditransmisikan ke area visual otak di lobus occipitalis.
c. Nervus Okulomotorius (Nervus Cranialis III)
Nervus okulomotorius terdiri dari komponen saraf motorikyang berfungsi untuk
mengangkat kelopak mata atas, kontriksi pupil, sebagian besar gerakan ekstraokular.
d. Nervus Troklearis (Nervus Cranialis IV)
Nervus troklearis terdiri dari komponen saraf motorik untukgerakan mata ke bawah
dan ke dalam.
4. Etiologi
Penyebab perdarahan otak yang paling umum terjadi adalah:
1. Aneurisma berry, biasanya defek kongenital.
2. Aneurisma fusiformis dari arteriosklerosis.
3. Aneurisma mikotik dari vaskulitis nekrose dan emboli sepsis.
4. Malformasi arteriovena (AVM), terjadi hubungan persambungan pembuluh darah arteri,
sehingga darah arteri langsung masuk vena.
5. Ruptur arteriol serebri, akibat hipertensi yang menimbulkan penebalan dan degenerasi
pembuluh darah (Muttaqin, 2008).
Faktor resiko pada stroke adalah:
1. Hipertensi
2. Penyakit kardiovaskuler: arteria koronaria, gagal jantung kongestif, fibrilasi atrium,
penyakit jantung kongestif.
3. Kolesterol tinggi, obesitas
4. Peningkatan hematokrit (resiko infark serebral)
5. Diabetes Melitus (berkaitan dengan aterogenesis terakselerasi)
6. Kontrasepsi oral (khususnya dengan disertai hipertensi, merokok, dan kadar estrogen
tinggi)
7. Penyalahgunaan obat (kokain), rokok dan alkohol (Smeltzer & Bare,2002).
5. Patofisiologi
Ada dua bentuk Cerebrovasculer accident (CVA) bleeding
pembuluh
darah
(mikroaneurisma)
terutama
karenahipertensi
mengakibatkan darah masuk ke dalam jaringan otak, membentuk massa yang menekan
jaringan otak dan menimbulkan edema otak. Peningkatan Tekanan Intra Kranial (TIK) yang
terjadi cepat, dapat mengakibatkan kematian mendadak karena herniasi otak. Perdarahan
intraserebri yang disebabkan hipertensi sering dijumpai di daerah putamen, talamus, pons,
dan serebellum (Muttaqin, 2008).
2. Perdarahan Subarakhnoid (PSA)
Perdarahan ini berasal dari pecahnya aneurisma berry (AVM).Aneurisma yang pecah
ini berasal dari pembuluh darah sirkulasi Willisi dan cabang-cabangnya yang terdapat di luar
parenkim otak (Juwono, 1993). Pecahnya arteri dan keluarnya ke ruang subarakhnoid
menyebabkan TIK meningkat mendadak, meregangnya struktur peka nyeri, dan vasospasme
pembuluh darah serebri yang berakibat disfungsi otak global (nyeri kepala hebat, penurunan
kesadaran) maupun fokal (hemipharese, gangguan hemisensorik, afasia dan yang lainnya).
Sering pula dijumpai kaku kuduk dan tanda-tandarangsangan selaput otak lainnya.
Peningkatan TIK yang mendadak juga mengakibatkan perdarahan subhiolid pada retina dan
penurunan kesadaran. Perdarahan subarakhnoid dapat mengakibatkan vasospasmepembuluh
darah serebri. Vasospasme sering terjadi 3-5 hari setelah terjadinya perdarahan, mencapai
puncaknya pada hari ke- 5 atau hari ke- 9, dan dapat menghilang setelah minggu ke-2 sampai
dengan minggu ke-5. Timbulnya vasospasme diduga karena interaksi antara bahan-bahan
yang berasal dari darah dan dilepaskan ke dalam cairan serebrospinal dengan pembuluh arteri
di ruang subarakhnoid.
Vasospasme mengakibatkan disfungsi otak global mupun fokal.Otak dapat berfungsi
jika kebutuhan O2 dan glukosa otak terpenuhi. Energi yang dihasilkan di dalam sel saraf
hampir seluruhnya melalui proses oksidasi. Otak tidak memiliki cadangan O2 sehingga jika
terjadi kerusakan atau kekurangan aliran darah otak walau sebentar akan mengakIbatkan
gangguan fungsi. Demikian pula dengan kebutuhan glukosa sebagai bahan bakar
metabolisme otak, tidak boleh kurang dari 20 mg% karena akan menimbulkan koma.
Kebutuhan glukosa sebanyak 25% dari seluruh kebutuhan glukosa tubuh, sehingga bila kadar
glukosa plasma turun sampai 70% akan terjadi gejala disfungsi serebri. Otak mengalami
hipoksia, tubuh berusaha memenuhi O2 melalui proses metabolik anaerob, yang dapat
menyebabkan dilatasi pembuluh darah otak (Muttaqin, 2008).
6. Manifestasi Klinis
Kemungkinan kecacatan yang ditimbulkan stroke menurut Purwadianto &Sampurna,
2000 adalah:
1. Daerah arteri Serebri media
a. Hemiplegi kontralateral, sering disertai hemianestesi
b. Hemianopsi homonim kontralateral
c. Afasia bila mengenai hemisfer dominan
d. Apraksi bila mengenai hemisfer nondominan
2. Daerah arteri Karotis interna
a. Hemiplegi kontralateral, sering disertai hemianestesi
b. Hemianopsi homonim kontralateral
c. Afasia bila mengenai hemisfer dominan
7. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Umum Stroke Akut menurut Perhimpunan DokterSpesialis Saraf
Indonesia (PERDOSSI) 2007 meliputi:
1. Penatalaksanaan di Ruang Gawat Darurat
a. Evaluasi cepat dan diagnosis
Oleh karena jendela terapi stroke akut sangat pendek, evaluasidan diagnosis klinik
harus cepat. Evaluasi gejala dan tanda klinik meliputi:
1) Anamnesis
2) Pemeriksaan fisik
3) Pemeriksaan neurologik dan skala stroke.
4) Studi diagnostik stroke akut meliputi CT scan tanpa kontras, kadar gula darah, elektrolit
darah, tes fungsi ginjal, EKG,penanda iskemik jantung, darah rutin, PT/INR, aPTT,
dansaturasi oksigen.
2. Terapi Umum
a. Stabilisasi jalan nafas dan pernafasan
1) Perbaikan jalan nafas dengan pemasangan pipa orofaring.
2) Pada pasien hipoksia diberi suplai oksigen
b. Stabilisasi hemodinamik
1) Berikan cairan kristaloid atau koloid intravena (hindari cairan hipotonik)
2) Optimalisasi tekanan darah
3) Bila tekanan darah sistolik < 120mmHg dan cairan sudah mencukupi, dapat diberikan
obat-obat vasopressor.
4) Pemantauan jantung harus dilakukan selama 24 jam pertama.
5) Bila terdapat CHF, konsul ke kardiologi.
c. Pemeriksaan awal fisik umum
1) Tekanan darah
2) Pemeriksaan jantung
3) Pemeriksaan neurologi umum awal
a) Derajat kesadaran
b) Pemeriksaaan pupil dan okulomotor
c) Keparahan hemiparesis
d. Pengendalian peninggian TIK
1) Pemantauan ketat terhadap risiko edema serebri harus dilakukan dengan memperhatikan
perburukan gejala dan tanda neurologik pada hari pertama stroke
2) Monitor TIK harus dipasang pada pasien dengan GCS < 9 dan pasien yang mengalami
penurunan kesadaran
3) Sasaran terapi TIK < 20 mmHg
4) Elevasi kepala 20-30.
5) Hindari penekanan vena jugulare
6) Hindari pemberian cairan glukosa atau cairan hipotonik
7) Hindari hipertermia
8) Jaga normovolemia
9) Osmoterapi atas indikasi: manitol 0,25-0,50 gr/kgBB, selama >20 menit, diulangi setiap 46 jam, kalau perlu diberikan furosemide dengan dosis inisial 1 mg/kgBB IV.
10) Intubasi untuk menjaga normoventilasi.
11)Drainase ventrikuler dianjurkan pada hidrosefalus akut akibat stroke iskemik serebelar
e. Pengendalian Kejang
1) Bila kejang, berikan diazepam bolus lambat IV 5-20 mg dan diikuti phenitoin loading dose
15-20 mg/kg bolus dengan kecepatan maksimum 50 mg/menit.
2) Pada stroke perdarahan intraserebral dapat diberikan obat antiepilepsi profilaksis, selama 1
bulan dan kemudian diturunkan dan dihentikan bila kejang tidak ada.
f. Pengendalian suhu tubuh
1) Setiap penderita stroke yang disertai demam harus diobati dengan antipiretika dan diatasi
penyebabnya.
2) Beri asetaminophen 650 mg bila suhu lebih dari 38,5C
g. Pemeriksaan penunjang
1) EKG
2) Laboratorium: kimia darah, fungsi ginjal, hematologi dan faal hemostasis, kadar gula
darah, analisa urin, dan elektrolit.
3) Bila curiga PSA lakukan punksi lumbal
4) Pemeriksaan radiologi seperti CT scan dan rontgen dada
3. Penatalaksanaan Umum di Ruang Rawat Inap
a. Cairan
1) Berikan cairan isotonis seperti 0,9% salin , CVP pertahankan antara 5-12 mmHg.
2) Kebutuhan cairan 30 ml/kgBB.
3) Balance cairan diperhitungkan dengan mengukur produksi urin sehari ditambah
pengeluaran cairan yang tidak dirasakan.
4) Elektrolit (sodium, potassium, calcium, magnesium) harus selalu diperiksaa dan diganti
bila terjadi kekuranngan.
5) Asidosis dan alkalosis harus dikoreksi sesuai dengan hasilGDA.
8. Komplikasi
Komplikasi yang sering terjadi setelah serangan stroke adalah:
1. Kejang pada pasien pasca stroke sekitar 4-8 %.
2. Trombosis Vena Dalam (TVD) sekitar 11-75 % dan Emboli Pulmonum sekitar 3-10 %.
3. Perdarahan saluran cerna sekitar 1-3 %.
4. Dekubitus.
5. Pneumonia.
6. Stress.
7. Bekuan darah.
8. Nyeri pundak dan subluxation. (Badali, 2010)