Anda di halaman 1dari 11

Jokowi Luncurkan Tiga Kartu Sakti: KIS,

KIP dan KKS


By Pebrianto Eko Wicaksono

on 03 Nov 2014 at 06:01 WIB

(Fotografer: Pebrianto Eko Wicaksono/Liputan6.com)

Liputan6.com, Jakarta - Setelah sepekan Kabinet Kerja bekerja, hari ini Presiden
Joko Widodo (Jokowi) meluncurkan program perdananya, yaitu Kartu Indonesia
Sehat (KIH), Kartu Indonesia Pintar (KIP) dan Kartu Keluarga Sejahtera (KKS).
Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) Puan
Maharani mengatakan, tiga program ini akan diluncurkan oleh Presiden Jokowi di
lima tempat melalui Kantor Pos di Jakarta.

"Pada 3 November atau Senin, beliau meluncurkan kartu tersebut," kata Puan, seperti
yang dikutip, Senin (3/11/2014).
Puan mengungkapkan, penerapan program tersebut dilakukan secepatnya karena
Presiden Joko Widodo berkeinginan masyarakat Indonesia segera mendapatkan
kesejahteraan yang lebih baik dari program sebelumnya.
Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa mengungkapkan, program tersebut akan
ditujukan untuk 1,289 juta masyarakat miskin dalam bertahap. Dengan total anggaran
sebesar Rp 6,44 triliun, menggunakan anggaran Bantuan Sosial Kementerian Sosial.
KIS bertujuan untuk meringankan beban masyarakat miskin terhadap kesehatan. KIS
akan diberikan kepada anggota Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) sehingga tidak
menggeser Sistem JKN.
"BPJS penyelenggaranya, JKN sistemnya, semua satu kesatuan kok," ungkap
Khofifah.
Sedangkan program KKS, dibuat untuk meningkatkan kemapuan masyarakat yang
kurang mampu. Kedepannya bantuan ini diusulkan dalam bentuk e-money untuk
menggerakkan usaha yang produktif.
"Kira-kira setara dengan 24,5 juta penduduk Indonesia. Sekitar 25 persen dari total
penduduk itu terbawah," tambahnya.
Menteri Pendidikan Dasar Menengah Anies Baswedan menambahkan, KIP pada fase
pertama akan diterapkan pada 18 provinsi kabupaten kota, dengan sasaran 152.434
siswa. Dia memastikan jumlah tersebut akan bertambah. Pasalnya, data tersebut
menggunakan data Bantuan Siswa Miskin (BSM), ke depannya siswa rentan
miskinpun juga akan mendapat bantuan tersebut.
"Data ini adalah data yang didapat TNP2K 2013. Pada fase pertama ini program KIP
akan menggunakan data siswa miskin yang kemarin menerima Bantuan Siswa Miskin
(BSM)," pungkasnya. (Pew/Ndw)

Sumber : http://bisnis.liputan6.com/read/2128039/jokowi-luncurkan-tiga-kartu-saktikis-kip-dan-kks

Warga Penjaringan Mengaku


Program KKS, KIS, dan KIP

Tak

Tersentuh

Rabu, 13 Mei 2015 | 14:46 WIB

Warga Penjaringan, Jakarta Utara mendatangi acara penyerahan KKS, KIS dan KIP di
pelataran parkir Masjid Jami Luar Batang Penjaringan, Jakarta Utara, Rabu (13/5/2015).

JAKARTA, KOMPAS.com Ratusan warga Penjaringan, Jakarta Utara, mengaku


belum tersentuh program sosial pemerintah, baik Kartu Keluarga Sejahtera (KKS),
Kartu Indonesia Sehat (KIS), maupun Kartu Indonesia Pintar (KIP). Hal ini
terungkap saat warga menghadiri acara penyerahan ketiga kartu tersebut oleh empat
menteri di pelataran parkir Masjid Jami Luar Batang, Penjaringan, Rabu (13/5/2015).
"Bukannya enggak mau daftar, kita (warga) kadang tidak dikasih tahu. Pas ada
pembagian, baru dikasih tahu. Itu pun dadakan saja," ujar seorang warga RT 07/01,
Penjaringan,
Idi
Rosidi
(34).
Idi mengaku tidak sempat mendaftar karena kesibukannya bekerja sebagai penyapu
jalan. Bapak beranak satu itu mengatakan bahwa dia sempat diminta untuk

mengumpulkan

data.

"Pernah diminta kumpulkan data, tetapi enggak tahu nanti dapat kartu apa. Tidak
dijelaskan,"
ujar
dia.
Warga lainnya, Endrayati (40), menilai, kurangnya sosialisasi dari pemerintah
membuat dia kesulitan saat akan mendaftar untuk mendapatkan KIP. Sebab, saat ini
dia baru saja mengangkat dua anak sebagai anak asuhnya.
"Tanggungan saya ada empat anak, dua kandung, dua angkat. Saya cuma tahunya
bawa KTP sama KK, tetapi tidak tahu mengurus ke mana," tutur warga RT 10/17
tersebut.
Tak hanya kedua warga itu, beberapa warga lainnya bahkan mengaku tidak tahu jika
ada acara penyerahan kartu KKS, KIS, dan KIP oleh empat menteri.
Warga hanya tahu ada acara penyerahan kartu karena melihat ada keramaian.
"Enggak tahu ada acara serah-serahan kartu. Tahu begitu, saya bawa KTP sama KK.
Soalnya saya belum dapat. Kalau ngurus ke kantor kelurahan malas, ribet," kata
Nengsih
(34).
Sementara itu, Camat Penjaringan Yani Wahyu Purwoko menegaskan akan
menindaklanjuti keluhan warganya. Dia mengaku tidak tahu masih ada warga yang
belum
tersentuh
program
sosial
pemerintah
tersebut.
"Ya, bagi warga yang belum terdaftar akan kita daftarkan segera. Nanti, kita juga
akan
koordinasikan
dengan
Sudin
Sosial
Jakut,"
ujarnya.
Untuk diketahui, acara penyerahan KKS, KIS, dan KIP itu diserahkan secara simbolis
oleh Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Puan Maharani
kepada
salah
satu
warga.
Selain menerima kartu KKS, warga juga dapat langsung mencairkan uangnya melalui
petugas Pos Indonesia sebesar Rp 600.000 untuk periode Januari-April 2015.
Selain Puan, tiga menteri lainnya yang hadir antara lain Mensos Khofifah Indar
Parawansa, Mendikbud Anies Baswedan, dan Menteri Kesehatan Nila F Moeloek.
Ikut hadir juga sejumlah pejabat SKPD terkait, mulai dari Wakil Wali Kota, Kepala
BPJS, Sudinsos Jakarta Utara, dan pejabat lainnya.
Penulis
: Tangguh Sipria Riang
Editor
: Desy Afrianti

Sumber:http://megapolitan.kompas.com/read/2015/05/13/14461061/Warga.Penjaringan.Men
gaku.Tak.Tersentuh.Program.KKS.KIS.dan.KIP

Distribusi Kartu 'Sakti' Jokowi Diakui Masih


Salah Sasaran
By Putu Merta Surya Putra

on 25 Nov 2015 at 10:15 WIB

Ini dia penampakan kartu sakti era Jokowi-JK; KIS, KIP dan KKS

Liputan6.com, Jakarta - Penyaluran 3 kartu sakti pemerintahan Joko Widodo-Jusuf


Kalla masih bermasalah. Penyelesaian masalah itu terhambat karena pemutakhiran
data

yang

belum

selesai.

Deputi I Staf Kepresidenan Darmawan Prasodjo menyatakan, data yang menjadi


acuan pemerintah sekarang masih menggunakan data pemutakhiran penduduk 2011.

Perubahan situasi yang terjadi antara data terakhir dan situasi masa kini belum
tercatat oleh pemerintah.
Hal tersebut memengaruhi ketepatan penyebaran Kartu Indonesia Sehat (KIS), Kartu
Indonesia

Pintar

(KIP),

dan

Kartu

Keluarga

Sejahtera

(KKS).

"Tentu saja ada kendala ketiga kartu itu dimana yang digunakan data pemutakhiran
2011. Dan, tentu saja ada yang salah sasaran," ujar Darmawan dalam sebuah diskusi
Habibie Center di Hotel Le Meridien Jakarta, ditulis Rabu (25 /11/2015).
Meski demikian, menurut dia, pihak pemerintah sedang gencarnya memverifikasi
data terbaru dan mulai mencetak kartu lagi pada tahun ini. Ia menargetkan verifikasi
data bisa dituntaskan pada 2015 agar penyaluran kartu selesai dibagikan pada 2016
mendatang.
"Ini segera kita verifikasi dengan cepat agar tahun depan sudah bisa dibagikan ke
tengah

masyarakat,"

pungkas

Darmawan.

Data dari Tim Nasional Percepatan dan Pengendalian Kemiskinan (TNP2K)


menyebutkan pemerintah secara bertahap akan menyalurkan 3 macam kartu sakti
kepada 15,5 juta keluarga kurang mampu. Mereka merupakan 25 persen penduduk
dengan status sosial ekonomi terendah yang diperoleh dari basis data terpadu.
Pada tahap awal, KIS, KIP dan KKS akan dibagikan kepada 1 juta dari 15,5 juta
keluarga yang berdomisili di 19 kabupaten/kota di 10 provinsi di seluruh Indonesia.
(Din/Mut)
Sumber : http://news.liputan6.com/read/2374400/distribusi-kartu-sakti-jokowi-diakui-masihsalah-sasaran.

EVALUASI KEBIJAKAN PEMERINTAH MENGENAI KARTU INDONESIA


SEHAT, KARTU INDONESIA PINTAR DAN KARTU KELUARGA
SEJAHTERA
KELOMPOK D
Fitri Munawaroh 150110401009
Rita Qomariah 150110401029
Deni Septian Ardana 151710301004
Dwi Hidayani 141710101033
Tasnim Anifah 141710101120
1. Apakah kebijakan tersebut sesuai/tidak sesuai dengan Pancasila?
Dalam rangka meningkatkan kualitas hidup masyarakat Indonesia,
pada hari Selasa 3 November 2015 pemerintah mengeluarkan kebijakan
perdananya, yaitu Kartu Indonesia Sehat, Kartu Indonesia Pintar. Kebijakan
ini merupakan jenis kebijakan di bidang sosial yang bertujuan untuk
mensejahterakan masyarakat kurang mampu dengan memberikan bantuan
biaya kesehatan, pendidikan dan kesejahteraan sosial. KIS bertujuan untuk
meringankan beban masyarakat miskin terhadap kesehatan. KIP bertujuan
untuk meringankan beban masyarakat miskin terhadap pendidikan, dan KKS
berfungsi untuk memberikan bantuan sosial langsung kepada warga. Jika
dianalisa dan dihubungkan dengan nilai-nilai Pancasila, ditinjau dari segi
tujuannya, kebijakan pemerintah ini telah sesuai dengan Pancasila terutama
sila ke 2 yaitu Kemanusiaan yang adil dan beradab. Artinya, melalui
diterapkannya kebijakan KIS KIP dan KKS, pemerintah menunjukkan sikap

atau rasa kemanusiaan kepada rakyatnya yaitu dengan melakukan kegiatan,


atau acara bakti sosial, memberikan bantuan kepada masyarakat kurang
mampu sebagai bentuk kemanusiaan peduli akan sesama sekaligus sebagai
usaha peningkatan jaminan masyarakat di bidang kesehatan, pendidikan dan
sosial.
Niatan pemerintah tentang pembagian KIP, KIS dan KKS sudah bisa
dikatakan adil dan sesuai dengan Pancasila karena ini diperuntukkan bagi
mereka yang kurang mampu. Tetapi orang yang menerimanya memang benarbenar harus orang yang tidak mampu bukan mereka orang punya yang hanya
mau untungnya saja.
Setelah kebijakan dibuat, penerapan kebijakan tidak selalu berjalan
dengan baik, melainkan selalu saja ada faktor-faktor yang menyebabkan
pelaksanaan kebijakan yang sebenarnya memiliki tujuan baik menjadi kurang
dirasakan manfaatnya secara menyeluruh oleh masyarakat. Pada waktu
pelaksanaan kebijakan KIS KIP dan KKS ini, pembagian kartu KIS KIP dan
KKS untuk pertama kalinya di Penjaringan, Jakarta Utara pada tanggal 13
Mei 2015 menimbulkan keluhan di kalangan masyarakat di sana. Masyarakat
mengaku

acara

pembagian

kartu

tersebut

dilakukan

tanpa

ada

pemberitahuan sebelumnya, sehingga masyarakat tidak siap untuk menerima 3


kartu tersebut karena mereka tidak membawa persyaratan yang dibutuhkan
untuk mendapatkan kartu seperti KTP dan Kartu Keluarga. Hal ini terjadi
akibat

kurangnya

sosialisasi

oleh

pemerintah

mengenai

mekanisme

pelaksanaan kebijakan 3 kartu ini. Kurangnya sosialisasi pemerintah kepada


masyarakat menunjukkan adanya kesan terburu-buru dalam pembuatan
kebijakan sehingga penerapan kebijakan yang mencakup mekanisme
pelaksanaan tidak terkoordinasi dengan baik. Hal ini tidak sesuai dengan
Pancasila, yaitu pada sila ke 4 yang berbunyi Kerakyatan yang dipimpin oleh
hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan. Kebijakan KIS
KIP dan KKS merupakan sebuah keputusan yang telah disetujui bersama.

Keputusan juga merupakan kesimpulan akhir yang telah disepakati bersama


untuk dijalankan bersama juga. Oleh karena itu siapapun yang terikat dan
terkait dengan hasil keputusan harus melaksanakannya dengan baik, dalam hal
ini termasuk juga yaitu dengan melakukan sosialisasi terlebih dahulu kepada
masyarakat.
Sebagai akibat dari kebijakan terburu-buru pemerintah ini, sehingga
data yang digunakan pada pembagian KIS KIP dan KKS adalah data
penduduk 2011. Perubahan situasi yang terjadi antara data terakhir dan situasi
masa kini belum tercatat oleh pemerintah. Sehingga hal ini akan
memunculkan masalah baru yaitu pembagian yang tidak tepat sasaran, yang
akan berujung pada ketidakadilan. Munculnya ketidakadilan tersebut tidak
sesuai dengan sila Pancasila ke 5 yang berbunyi Keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia. Sila keadilan social ini berarti, bahwa keadilan tersebut
berlaku di segala bidang kehidupan masyarakat, baik dibidang hokum, politik,
social, ekonomi, kebudayaan dan bidang-bidang lain. Adapun perwujudan dan
pelaksanaan dari pada keadilan sosial tidak bisa dilepaskan dari tujuan dan
cara-cara mencapai tujuan tersebut.
2. Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan ketidaksesuaian tersebut?
Faktor yang berasal dari Pemerintah :
Kurangnya sosialisasi kepada masyarakat oleh Pemerintah. Sosialisasi
mengenai suatu kebijakan penting dilakukan demi tercipta kerjasama yang baik
antara rakyat dan pemerintah untuk mencapai tujuan bersama dalam mewujudkan
kesejahteraan. Pemerintah seharusnya juga lebih mengontrol masyarakat

melalui

kegiatan penyuluhan, untuk siapa kartu-kartu tersebut akan diberikan, dan pemerintah
juga harus berhati-hati dalam memberikan kartu tersebut supaya tepat kepada sasaran
(golongan menengah kebawah) dan alangkah baiknya jika para masyarakat yang akan
diberikan bantuan tersebut di survey satu-persatu misalnya melalui perantara seperti
RT dan RW. Kurangnya sosialisasi kepada masyarakat menunjukkan bahwa
pemerintah terkesan memutuskan dan menjalankan kebijakan ini secara terburu-buru.

Hal tersebut menimbulkan antara pemerintah pusat dan pemerintah tidak


berkoordinasi dengan baik sehingga pembagian kartu dilakukan berdasarkan data
penduduk lama yaitu 2011.
Faktor yang berasal dari Masyarakat :
Pembagian kartu yang tidak tepat sasaran juga terjadi akibat ketidaksadaran
masyarakat mengenai siapa saja yang berhak mendapatkan 3 kartu tersebut.
Masyarakat sendiri sudah seharusnya menyadari bahwa kartu tersebut hanya
diperuntukkan bagi kalangan masyarakat yang mempunyai ekonomi menengah
kebawah. Bukan untuk mereka orang-orang kaya yang hanya berpura-pura saja, demi
keuntungan mereka. Oleh karena itu, pendataan kembali penduduk yang berhak
mendapatkan bantuan melalui 3 kartu ini sangat perlu dilakukan sehingga dapat
mengurangi penyalahgunaan hak oleh masyarakat itu sendiri.
3. Bagaimana sebaiknya merumuskan kebijakan yang sesuai Pancasila?
Kebijakan KIS, KIP dan KKS akan lebih tepat implementasinya jika
kebijakan tersebut dirumuskan berdasarkan Pancasila :
1.
Ketuhanan yang maha esa; bahwasannya tuhan akan mencintai
2.

makhluknya yang dapat memposisikan diri dan saling bertoleransi.


Kemanusiaan yang adil dan beradab; harusnya mereka memberi
kesempatan untuk orang-orang yang ada dibawahnya untuk ikut
merasakan fasilitas dari pemerintah dan bukan malah mereka orangorang (ekonomi menengah keatas) yang hanya mau untungnya saja
dan tidak memikirkan mereka(ekonomi menengah kebawah) yang

3.

lebih membutuhkan.
Persatuan indonesia; dapat menjadi jembatan dengan adanya kebijakan
pemerintah ini, yang membuat nyaman warga negaranyya akan
mempererat dan menpersatukan hubungan antara masyarakat dan
pemerintahan.

4.

Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam


permusyawaratan perwakilan; pemimpin yang dapat adil dan
mensejahterakan rakyatnya ini yang akan membawa kehidupan
membaik bagi penerus bangsa dimasa depan.

5.

Keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia; kebijakan ini juga bisa
dikatakan adil karena pemerintah hanya memperuntukkan kartu-kartu
ini untuk orang-orang yang tidak mampu saja.
Untuk mengimbangi pesatnya perkembangan sosial tersebut maka

perlu dibentuk suatu kebijakan yang mengangkat nilai etika pancasila bersifat
humanistik, maksudnya nilai-nilai pancasila yang hendak diimplementasikan
melalui kebijakan harus mendasarkan pada nilai yang bersumber pada harkat
dan martabat manusia sebagai makhluk sosial. Selain itu, perumusan
kebijakan harus dilakukan dengan cara musyawarah, dengan mengutamakan
kepentingan negara dan masyarakat serta diliputi dengan semangat
kekeluargaan untuk bersama-sama diimplementasikan. Kebijakan yang
diambil harus berdasarkan keputusan yang telah disetujui bersama demi
tujuan bersama serta dilanjutkan dengan implementasi atau tindakan bersama.
Selain itu, merumuskan kebijakan harus berdasarkan pada nilai keadilan.
Nilai-nilai keadilan tersebut haruslah merupakan suatu dasar yang harus
diwujudkan dalam hidup bersama kenegaraan untuk mewujudkan tujuan
negara yaitu mewujudkan kesejahteraan seluruh warganya serta melindungi
seluruh warganya dan wilayahnya, mencerdaskan seluruh warganya.

Anda mungkin juga menyukai