lebih mudah mengalir dan kontak dengan padatan berlangsung lebih baik
I. Sifatnya terhadap air
Pelarut yang digunakan sebaiknya bersifat hidrofilik terlebih bila bahan
yang akan diekstrak masih mengandung sedikit air. Bila pelarut yang
digunakan bersifat hidrofob, pelarut yang diharapkan dapat menembus
dinding sel dan melarutkan isi sel (klorofil/bahan yang akan diekstrak)
akan ditolak terlebih dahulu oleh keberadaan air.
J. Kecepatan alir pelarut
Kecepatan alir pelarut, sedapat mungkin besar dibandingkan dengan laju
alir bahan ekstraksi, agar ekstrak yang terlarut dapat segera diangkut
keluar dari permukaan bahan padat. Tergantung pada jenis ekstraktor
yang
digunakan, hal tersebut dapat dicapai baik dengan pengadukan secara
turbulen, atau dengan pemberian laju alir pelarut yang tinggi. Namun
pengadukan yang dilakukan harus dilakukan dengan efisien, kecepatan
yang terlampau tinggi dapat mengakibatkan terjadinya aliran tangensial
yang dapat menghambat proses pengadukan.
3. Temperatur
Temperatur operasi yang tinggi akan berpengaruh positif terhadap
ekstraksi
karena adanya peningkatan kecepatan difusi, peningkatan kelarutan dari
larutan, dan penurunan viskositas pelarut. Dengan viskositas pelarut yang
rendah, kelarutan yang dapat dicapai lebih besar. Temperatur yang
digunakan
harus dapat disesuaikan dengan kelarutan pelarut, stabilitas pelarut,
tekanan
uap pelarut, dan selektifitas pelarut.
4. pH
Rentang pH yang digunakan harus disesuaikan dengan kestabilan bahan
yang
akan diekstrak. Misalnya untuk klorofil, suasana asam dan basa dapat
membuat klorofil terhidrolisis menjadi klorofilid.
5. Porositas dan difusivitas
Perlu diperhatikan apakah struktur bahan padat yang diekstrak berpori
atau
tidak. Struktur yang berpori dari padatan berarti memungkinkan
terjadinya
difusi internal solute dari permukaan padatan ke pori-pori padatan
tersebut.
Difusivitas sendiri merupakan suatu parameter yang menunjukkan
kemampuan solute berpindah secara difusional. Semakin besar difusivitas
bahan padatan maka semakin cepat pula difusi internal yang terjadi
dalam
padatan tersebut.
6. Pengadukan
Pengadukan diperlukan untuk meningkatkan difusi eddy sehingga
perpindahan
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi proses ekstraksi diantaranya jumlah pelarut dan waktu
ekstraksi. Jumlah pelarut menjadi faktor kritis dalam ekstraksi karena pada prinsipnya volume pelarut
harus mencukupi untuk melarutkan senyawa yang akan diekstraksi.
a. Maserasi
Maserasi merupakan proses pengekstraksian simplisia dengan
menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau
pengadukan pada temperatur ruangan.
b. Perkolasi
Proses ini terdiri dari tahapan pengembangan bahan, tahap maserasi
antara, tahap perkolasi sebenernya atau tahap penetasan ekstrak dan
ditampung terus menerus sampai diperoleh ekstrak yang diinginkan
(perkolat).
Cara panas
Ekstraksi menggunakan pelarut dengan cara panas terdiri dari:
a. Refluks
Ekstraksi dengan cara refluks menggunakan pelarut pada temperatur
titik didihnya selama waktu tertentu, dan dengan jumlah pelarut yang
terbatas dan relatif konstan dengan adanya pendingin balik
b. Sokletasi
Dalam Sokletasi, digunakan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi
kontinu dengan jumlah pelarut yang konstan dengan adanya
pendingin balik.
c. Digesti
Digesti adalah maserasi kontinu pada suhu yang lebih tinggi daripada
suhu kamar (40 50oC).
d. Infus
Pelarut yang digunakan pada proses infus adalah pelarut air dengan
temperatus penangas air (bejana infus tercelup dalam penangas air
mendidih, temperatur terukur 96-98oC) selama waktu tertentu (15-20
menit).
e. Dekok
Dekok adalah infus pada waktu yang lebih lama (30 menit) dengan
temperatur mencapai titk didih air (Ditjem POM, 2000).
Banyak faktor yang mempengaruhi proses ekstraksi, sehingga memerlukan optimasi untuk
mendapatkan recovery maksimum. Faktor-faktor tersebut adalah ukuran partikel, jenis pelarut,
pH media ekstraksi, waktu dan temperatur ekstraksi. Diantara faktor-faktor tersebut, jenis pelarut
merupakan salah satu faktor yang paling penting karena mempengaruhi jumlah dan jenis
komponen yang diekstrak. Suatu metode yang dapat memprediksi kelarutan (zat) terlarut ke
dalam pelarut sangat dibutuhkan untuk mengurangi waktu dan tenaga. Pada estimasi kelarutan
suatu senyawa perlu diperhatikan penyimpangan terhadap keadaan ideal, disebut koefisien
aktivitas (Savova et al., 2007).
Ekstraksi Solid-Liquid
Operasi ekstraksi solid-liquid dapat
dilakukan dengan cara mengontakkan padatan
dan pelarut sehingga diperoleh larutan yang
diinginkan yang kemudian dipisahkan dari
padatan sisanya. Pada saat pengontakkan
terjadi, mekanisme yang berlangsung adalah
peristiwa pelarutan dan difusi. Pelarutan
merupakan peristiwa penguraian suatu
K AeEa / RT
Harga Ea, energi aktivasi pelarut selalu positif,
sehingga kecepatan pelarut selalu bertambah
dengan menaiknya temperature (Treyball, 1979)
3) Faktor Ukuran Partikel
Operasi ekstraksi solid-liquid akan berlangsung
dengan lebih baik bila diameter partikel
diperkecil. Pengecilan ukuran ini akan
memperluas permukaan kontak. Begitu pula
hambatan difusinya menjadi kecil sehingga laju
difusinya bertambah (Treyball, 1979). Pengecilan
ukuran ini juga bertujuan menghancurkan
matriks inert pengotor yang melingkupi zat
terlarut. Namun demikian, tidak diketahui ukuran
partikel terlalu halus karena semakin halus
padatan partikel maka akan semakin mahal biaya
operasi dan semakin sulit dalam pemisahan
sehingga sulit untuk diperoleh larutan ekstrak
yang murni. (Mc Cabe, 1983)
4) Faktor Waktu Kontak
Waktu kontak antara zat pelarut dengan partikelpartikel
solid pada operasi solid-liquid
dipengaruhi tempertur operasi, jenis pelarut dan
ukuran partikel.