Supervisor klinik
Seorang staf pengajar atau dosen klinik yang terpilih dan memperoleh
pelatihan secara cukup bertanggung jawab atas pengawasan terhadap peserta didik
yang telah ditetapkan dan memberi umpan balik konstruktif selama proses
pendidikan klinik berlangsung. Pada suatu saat terjadi kombinasi antara tugas
supervisor klinik dan supervisor pendidikan.
2. Penilaian komprehensif
Penilaian dan telaah kinerja peserta didik merupakan proses formal di
dalam pendidikan. Penilaian ini memastikan hasil supervise yang cukup selama
proses pendidikan dan merupakan kegiatan yang terus-menerus antara stase yang
satu dengan stase lainnya, dengan supervisor yang berbeda. Penilaian ini
merupakan salah satu cara untuk memberi umpan balik konstruktif kepada para
peserta didik. Seluruh hasil penilaian komprehensif harus dicatat di dalam log
book dan atau portofolio.
2.1.
Penilaian induksi
Log book
PPDSN menyiapkan Log book bagi setiap peserta didik. Setiap peserta
didik harus mengisi Log book ini secara teratur dan tertib, tentang setiap kegiatan
yang telah dikerjakan olehnya. Supervisor harus membaca dan mencermati apa
saja yang telah diisikan oleh peserta didik. Dari log book ini dapat diketahui
proses pendidikan berikut substansi apa saja yang telah ditempuh dan diperoleh
setiap peserta didik.
2.3.
X. PENUTUP
Kurikulum inti ini berlum bersifat operasional, berarti masih memerlukan
penjabaran menjadi kurikulum institusional, agar dapat diterapkan di setiap
PPDSN. Kurikulum institusional tersebut disusun dalam satu kesatuan yang
disebut sebagain dokumen kurikulum PPDSN. Penyusunan dokumen kurikulum
memerlukan pertimbangan tentang berbagai hal sebagai berikut:
1. Perjalanan waktu dan lama pendidikan yang disusun dalam semester dan
urutannya agar serasi, efisin dan efektif.
2. Jenis materi yang dipelajari oleh peserta didik beserta fasilitas yang
tersedia.
3. Kurikulum ini ditujukan untuk mengantarkan peserta didik sebagai
spesialis neurologi, tidak mencakup kurikulum Program Magister.
4. Universitas tempat PPDSN bernaung memiliki kebijakan khusus/tertentu,
terutama dalam bidang penyelenggaraan program studi S2 (magister).
Berkaitan dengan hal ini maka ada PPDSN yang penyelenggaraannya
berbarengan dengan program studi S2, dan terjadilah combined degree
atau double degree. Kurikulum program studi S2 disusun secara terpisah
oleh Ketua Program Studi bersama-sama dengan penanggung jawab
program studi S2.
5. Memperhatikan butir 4 tersebut di atas, penyusunan dokumen kurikulum
PPDSN harus diselaraskan dengan program magister. Penyelarasan ini
harus mempertimbangkan efisiensi dan keefektifan pendidikan, agar dalam
kurun waktu 8 (delapan) semester maka para peserta didik mampu
menyelesaikan program pendidikannya secara utuh dan tuntas.
6. Dalam penyusunan kurikulum institusional, peta kurikulum selama 8
(delapan) semester, proses belajar dan penilaian hasil belajar peserta didik,
harus disusun secara jelan.
7. Agar kurikulum institusional tetap tampak berskala nasional maka
penjabaran kurikulum inti ini disusun dalam suatu lokakarya nasional,
yang melibatkan Komisi Pengembangan Kurikulum KNI, seluruh
Ketua/Koordinator dan Sekretaris Program Studi, serta pemangku
kepentingan.
DAFTAR KEPUSTAKAAN