PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejarah demokrasi berasal dari sistem yang berlaku di negara-negara kota (city state)
Yunani Kuno pada abad ke 6 sampai dengan ke 3 sebelum masehi. Waktu itu demokrasi yang
dilaksanakan adalah demokrasi langsung yaitu suatu bentuk pemerintahan dimana hak untuk
membuat keputusan politik dan dijalankan secara langsung oleh seluruh warga negaranya
yang bertindak berdasarkan prosedur mayoritas hal tersebut dimungkinkan karena negara kota
mempunyai wilayah yang relatif sempit dan jumlah penduduk tidak banyak (kurang lebih 300
ribu jiwa). Sedangkan waktu itu tidak semua penduduk mempunyai hak :
bersifat langsung dari demokrasi Yunani Kuno dapat diselenggarakan secara efektif
karena berlangsung dalam kondisi sederhana, wilayahnya terbatas serta jumlah
penduduknya
sedikit
(kurang
lebih
300
ribu
jiwa
dalam
satu
kota).
Gagasan demokrasi Yunani hilang dari dunia Barat ketika Romawi Barat dikalahkakn oleh
suku German. Dan Eropa Barat memasukkan Abad Pertengahan (AP). Abad pertengahan di
Eropa Barat dicirikan oleh struktur total yang feodal (hubungan antara Vassal dan Lord).
Kehidupan sosial dan spiritual dikuasai Paus dan pejajabat agama lawuja. Kehidupan
politiknya
ditandai
oleh
perebutan
kekuasaan
antar
bangsawan.
Dari sudut perkembangan demokrasi AP menghasilkan dokumen penting yaitu Magna Charta
1215. Ia semacam contoh antara bangsawan Inggris dengan Rajanya yatu John . Untuk
pertama kali seorang raja berkuasa mengikatkan diri untuk mengakui dan menjamin beberapa
hak bawahannya. Mungkin Anda belum tahu siapa pemikir-pemikir yang mendukung
berkembangnya demokrasi. pemikir-pemikir yang mendukung berkembangnya demokrasi
antara lain: John Locke dari Inggris (1632-1704) dan Mostesquieu dari Perancis (1689-1755).
Menurut Locke hak-hak politik mencakup atas hidup, hak atas kebebasan dan hak untuk
mempunyai milik (life, liberty and property). Montesquieu, menyusun suatu sistem yang
dapat menjamin hak-hak politik dengan pembatasan kekuasaan yang dikenal dengan Trias
1
perubahan
sistem
pemerintahan
di
Perancis
melalui
revolusi.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Arti dan makna demokrasi
A. Menurut etimologis/bahasa
Menurut etimologis/bahasa, demokrasi berasal dari bahasa Yunani yaitu dari demos =
rakyat dan cratos atau cratein = pemerintahan atau kekuasaan. Demokrasi berarti
pemerintahan rakyat atau kekuasaan rakyat. Oleh karena itu dalam sistem demokrasi rakyat
mendapat kedudukan penting didasarkan adanya rakyat memegang kedaulatan.
B. Menurut Harris Soche
Demokrasi adalah bentuk pemerintahan rakyat, karena itu kekuasaan pemerintah
melekat pada diri rakyat, diri orang banyak dan merupakan hak bagi rakyat untuk mengatur,
mempertahankan, dan melindungi dirinya dari paksaan orang lain.
C. Menurut Henry B. Mayo
Sistem politik demokratis adalah sistem yang menunjukkan bahwa kebijaksanaan umum
ditunjukkan atas dasar mayoritas oleh wakil-wakil yang diawasi secara efektif oleh rakyat
dalam pemilihan-pemilihan berkala yang didasarkan atas prinsip kesamaan politik dan
diselenggarakan dalam suasan aterjaminnya kebebasan politik
D. Menurut International commission for jurist
Demokrasi adalah suatu bentuk pemerintahan dimana hak untuk membuat keputusankeputusan politik diselenggarakan oleh warga negara melalui wakil-wakil yang dipilih oleh
mereka dan bertanggung jawab kepada mereka melalui suatu proses pemilihan yang bebas.
B. Bentuk-bentuk demokrasi
I. DEMOKRASI LANGSUNG
Rakyat secara langsung terlibat dalam pemilihan umum.
Syarat-syarat:
a.Wilayah tidak luas
4
b.
Kelemahan:
a. biaya besar
b. sulit mengambil keputusan
II. DEMOKRASI PERWAKILAN/ DEMOKRASI TIDAK LANGSUNG
1.Rakyat menyalurkan Aspirasinya lewat wakil-wakilnya di lembaga perwakilan
2.Syarat-syaratnya:
a.
b.
3. kelemahan:
Suara rakyat kadang terabaikan
Bisa dimanipulasi
Praktik demokasi yang datang lebih belakangan sebagai jawaban terhadap beberapa
kelemahan demokrasi langsung; praktik demokrasi pada asosiasi yang berukuran besar seperti
negara.
Berdasarkan pada partisipasi yang terbatas, maksudnya partisipasi warga hanya dalam
waktu singkat dan hanya dilakukan beberapa kali dalam kurun waktu tertentu seperti dalam
bentuk keikutsertaan dalam pemilihan umum.
Berdasarkan pada partisipasi yang tidak langsung, masyarakat tidak mengoperasika
kekuasaan sendiri tapi memilih wakil yang akan membuat kebijakan atas nama masyarakat.
Pemerintah dan yang diperintah terpisah secara tegas, demokratis tidaknya demokrasi,
bentuk ini tergantung pada kemampuan para wakil yang dipilih membangun dan
mempertahankan hubungan yang efektif antara pemerintah dan yang diperintah.
Sistem kelembagaan:
1. Para wakil rakyat yang dipilih: parlemen
2. Para pejabat negara yang dipilih: kepala pemerintahan dan pembantunya, yudikatif, dll
3. Pemilihan umum yang adil, bebas, dan berkala
4. Media massa yang membuka kesempatan bagi kebebasan berpendapat dan kebebasan
mendapat informasi dan pengetahuan.
5. Sistem asosiasi yang bersifat autonom: partai politi, organisasi massa, dll
6. Hak pilih bagi semua orang dewasa dan hak untuk menduduki jabatan-jabatan politik
III. DEMOKRASI CAMPURAN/ DEMOKRASI PERMUSYAWARATAN
Demokrasi yang mana rakyat secara langsung menyalurkan aspirasinya, namun peran
lembaga perwakilan tetap mendukung proses demokrasi yang sedang berlangsung.
5
Bentuk demokrasi paling kontemporer, dipraktikkan pada masyarakat yang kompleks dan
berukuran besar, bentuk demokrasi yang menggabungkan aspek partisipasi langsung dan
bentuk demokrasi perwakilan.
Memberikan tekanan yang berbeda dalam memahami makna kedaulatan rakyat:
kedaulatan
yang
berkaitan
dengan
keterlibatan
masyarakat
dalam
membicarakan,
mendiskusikan, dan mendebatkan isu-isu bersama atau dalam menentukan apa yang pantas
dianggap isu bersama, demokratis tidaknya sebuah kebijakan tergantung pada apakah
kebijakan tersebut sudah melalui proses pembicaraan, diskusi, dan perdebatan yang
melibatkan masyarakat luas.
Ada pemisahan yang tegas antara pemerintah dan yang diperintah. Tapi pemisahan yang
lebih penting adalah antara negara dan masyarakat sipil. Negara merupakan tempat
menggodok dan melaksanakan kebijakan, sedangkan masyarakat sipil merupakan tempat
berlangsungnyapermusyawaratan.
Selain itu ada juga pemisahan antara wilayah publik dan wilayah privat. Wilayah public
adalah wilayah permusyawartan sedangkan wilayah privat adalah wilayah tempat seseorang
memikirkan apa isu yang penting dan kenapa isu itu perlu dibicarakan, didiskusikan dan
didebatkan secara publik.
1. Semua sistem kelembagaan demokrasi perwakilan
2. Debat publik, lewat media massa, lewat pertemuan warga negara yang terjadi secara
spontan di tempat-tempat publik
3. dialog
Kelebihan dan Kekurangan Bentuk-Bentuk Demokrasi
Demokrasi langsung
KELEBIHAN
KEKURANGAN
Menjamin kendali warga negara terhadap Sulit dioperasikan pada masyarakat yang
kekuasaan politik
berukuran besar
Mendorong warga negara meningkatkan Menyita terlalu
banyak
waktu
yang
Demokrasi Perwakilan
KELEBIHAN
KEKURANGAN
Lebih mudah diterapkan dalam masyarakat Jarak yang jauh dari proses pembuatan
yang lebih kompleks
diterapkan
Mengurangi beban masyarakat dari tugas- Mudah terjebak dalam kepentingan para
tugas
membuat,
merumuskan,
KEKURANGAN
praktiknya permusyawaran
sulit
memiliki kesadaran politik yang tinggi dan memiliki kepedulian politik yang sama dan
selalu memperkaya diri dengan pengetahuan setara
tentang perkembangan masyarakatnya
Mendorong warga negara untuk selalu Memerlukan
masyarakat
yang
pendidikan
tinggi
dengan
tingkat
dan
sarana
c. Nilai-nilai demokrasi
Sebenarnya pengertian pokok demokrasi merupakan adanya jaminan hak-hak asasi dan
partisipasi rakyat. Akan tetapi , dalam pertumbuhannya mengalami perubahan karena
dipengaruhi oleh factor-faktor, yaitu factor politik, Social, ekonomi, dan kebudayaan. Suatu
Negara dapat memberikan isi dan sifat pada demokrasi. Bangsa Indonesia sejak dulu sudah
mempraktikkan ide tentang demokrasi walaupun bukan tingkat kenegaraan, masih tingkat
desa yaitu
pemelihan kepala desa dan rembug desa, inilah yang disebut dengan demokrasin asli.
Bentuk demokrasi pada masa sekarang berbeda dengan bentuk demokrasi masa yang
lalu, misalnya bentuk demokrasi sekarang berbeda dengan bentuk demokrasi pada masa
UUD RIS tahun 1949 dan masa UUD sementara tahun 1950. Adapun yang paling utama
dalam menentukan berlakunya sistem demokrasi disuatu Negara ialah ada atau tidaknya asas
demokrasi pada sistem itu, sebagai berikut:
a) Pengakuan hak-hak asasi manusia sebagai penghargaan terhadap martabat
manusia dengan tidak melupakan kepentingan umum.
b) Adanya partisipasi dan dukungan rakyat kepada pemerintah. Jika dukungan
rakyat tidak ada, sulitlah dikatakan bahwa pemerintah adalah sustu pemerintahan
demokrasi.
Mempergunakan
Pancasila, sebab pancasila merupakan ideology Negara, pandangan hidup bangsa Indonesia,
dasar Negara Indonesian, dan sebagai identitas nasional Indonesia. Di dunia barat, demokrasi
berkembang dalam suatu sistem masyarakat yang liberal (bebas dan merdeka). Oleh karena
itu, lahirlah suatu bentuk demokrasi yang dinamakan demokrasi liberal, yang hak-hak asasi
manusia setinggi-tingginya, bahkan kadang-kadang diatas kepentingan umum.
Atas dasar itu, akan dibahas bahwa demokrasi didasari oleh beberapa nilai . menurut
Hendry B. Mayo yang telah mencoba untuk merinci nilai-nilai tersebut, yang diutarakannya :
a. Menyelesaikan perselisihan dengan damai dan secara melembaga;
b. Menjamin terselenggaranya perubahan secara damai dalam suatu masyarakat
yang sedang berubah;
c. Menyelenggarakan pergantian pimpinan secara teratur;
d. Membatasi pemakaian kekerasan sampai minimum;
e. Mengakui dan menganggap wajar adanya keanekaragaman; serta
f. Menjamin tegaknya keadilan;sedangkan
Nilai-nilai demokrasi yang terjabar dan nilai-nilai pancasila sbb;
1. kedaulatan rakyat
2. republik
3. negar berdasar atas hokum
4. pemerintah yang konstitusional
5. sistem perwakilan
6. prinsip musyawarah
8
7. prinsip ketuhanan.
Demokrasi pancasila dapat diartikan secara luas dan sempit;
yang
menurut
hikmat
kebijaksanaan
dalam
permusyawaratan/ perwakilan.
Dengan demikian, untuk melaksanakan nilai-nilai demokrasi perlu diselenggarakan beberapa
lembaga berikut;
a. Pemerintah yang bertanggung jawab.
b. Satu dewan perwakilan rakyat yang mewakili golongan-golongan dan kepentingankepentingan dalam masyarakat.
c. Suatu organisasi politik yang mencakup satu atau lebih partai politik.
d. Pers dan media massa yang bebas untuk menyatakan pendapat.
e. Sistem peradilan yang bebas untuk menjamin hak-hak dan mempertahnkan keadilan.
Berdasarkan UUD 1945 negara Indonesia adalah Negara demokrasi. Sebenarnya apa
yang dimaksud demokrasi itu?. Demokrasi adalah pemerintah oleh rakyat dimana kekuasaan
tertinggi berada ditangan rakyat dan dijalankan oleh mereka atau wakil-wakil yang mereka
pilih dibawah sistem pemilihan yang bebas. Abraham Lincoln menyebutkan, demokrasi
adalah pemerintah dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat (is a government of the people,
by the people, and the people.
Dengan adanya kehidupan yang demokratis, melalui hukum dan peraturan yang dibuat
berdasarkan kehendak rakyat, ketentraman dan ketertiban diharapkan akan lebih muda
diwujudkan. Tata cara pelaksanaan demokrasi pancasila dilandaskan atas mekanisme
konstitusional karena penyelenggaraan pemerintah Negara Republik Indonesia berdasarkan
konstitusi.
Kegagalan demokrasi pada zaman orde baru, tidak berasal dari konsep dasar demokrasi
pancasila, tetapi lebih pada praktik atau pelaksanaannya yang mengingkari keberadaan
demokrasi pancasila itu.
Adapun tujuan dari demokrasi pancasila yaitu ;
Menciptakan prasarana dan sarana yang diperlukan bagi pelaksanaaan
demokrasi pancasila
9
d. Keunggulan demokrasi
Sebagaimana telah diuraikan ciri-ciri demokrasi antara lain :
a.
b.
c.
d.
Anarki : pemerintahan yang kekuasaannya tidak jelas, tidak ada peraturan yang benarbenar dapat dipatuhi. Setiap individu bebas menentukan kehendaknya sendiri tanpa
aturan yang jelas.
Keunggulan Demokrasi
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Persamaan poltik.
8.
menjaga perdamaian
9.
mendorong kemakmuran
E. Macam-macam demokrasi
A. Demokrasi parlementer (Liberal)
Demokrasi Parlementer di negara kita telah dipraktikkan pada masa berlakunya UUD
1945 periode pertama (1945_1949), kemudian dilanjutkan pada masa berlakunya RIS 1949
DAN UUD 1945 . Pelaksanaan Demokrasi Parlementer tersebut secara yuridis formal
berakhir pada tanggal 5 juli 1959 bersamaan dengan pemberlakuan kembali UUD 1945.
Pada masa berlakunya Demokrasi Parlementer (1945-1959), kehidupan politik dan
pemerintahan tidak stabil sehingga program dari suatu kabinet tidak dapat dilaksanakan
dengan baik dan berkesinambungan. Salah satu factor penyebab ketidakstabilan tersebut
adalah sering bergantinya kabinet yang bertugas sebagai pelaksana pemerintahan. Hal ini
terjadi karena dalam negara demokrasi dengan sistem kabinet parlementer, kedudukan kabinet
berada dibawah DPR (parlemen) dan keberadaannya sangat bergantung pada dukungan DPR.
Faktor lain yang menyebabkan tidak tercapainya stabilitas politik adalah perbedaan
pendapat yang sangat mendasar di antara partai politik yang ada saat itu. Beranjak dari
berbagai kegagaalan dan kelemahan itulah maka demokrasi parlementer di Indonesia
ditinggalkan dan diganti dengan demokrasi terpimpin sejak 5 juli 1959.
B. Demokrasi Pancasila Terpimpin
11
Adanya kegagalan konstituante dalam menetapkan UUD baru, yang diikuti suku politik
yang memanas dan membahayakan keselamatan bangsa dan negara, maka pada 5 juli 1959
Presiden Soekarno mengeluarkan suatu keputusan yang dikenal dengan dekrit Presiden.
Dekrit Presiden dipandang sebagai usaha untuk memberi jalan dari kemacetan politik
melalui pembentukan kepemimpinan yang kuat. Istilah demokrasi terpimpin untuk pertama
kalinya secara resmi dalam pidato presiden Soekarno pada 10 november 1959 ketika
membuka siding konstituante dibandung.
Secara konsepsional, demokrasi terpimpin berarti pemerintahan rakyat yang dipimpin
oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan. Dalam konteks ini,
mengandung arti bahwa yang membimbing sekaligus landasan kehidupan demokrasi di
Indonesia adalah sila ke empat pancasila, dan tidak pada perseorangan atau pimpinan.
Demokrasi terpimpin memiliki kelebihan yang dapat mengatasi permasalahan yang dihadapi
masyarakat pada waktu itu, hal itu dapat dilihat dari ungkapan bung Karno ketika
memberikan amanat pada konstituante tanggal 22 April 1959 tentang pokok-pokok demokrasi
tepimpin antar lain:
a. Demokrasi terpimpin adalah bukanlah dictator, berlainan dengan demokrasi sentralisme,
dan berbeda pula dengan demokrasi liberal yang dipraktikkan selama ini.
b. Demokrasi terpimpin adalah demokrasi yang cocok dengan kepribadian dan dasar hidup
bangsa Indonesia.
c. Demokrasi terpimpin adalah demokrasi disegala soal kenegaraan dan kemasyarakatan
yang meliputi bidang , politik, ekonomi dan social.
d. Inti daripada pimpinan dalam demokrasi terpimpin adalah hikmat kebijaksanaan, bukan
oleh hikmat kebijaksanaan , bukan oleh perdebatan, penyiasatan yang diakhiri dengan
pergaduan kekuatan, serta penghitungan suara pro dan kontra, serta
e. Oposisi, dalam arti melahirkan pendapat yang sehat dan yang membangun, diharuskan
dalam alam demokrasi terpimpin.
Berdasarkan pokok pikiran diatas, tampak bahwa demokrasi terpimpin tidak
bertentangan dengan pancasila dan UUD 1945, serta budaya bangsa Indonesia. Namun dalam
praktiknya,konsep-konsep tersebut tidak direalisasikan sebagaimana mestinya sehingga sering
kali menyimpan dari nilai-nilai pancasila, UUD 1945, dan budaya bangsa.
C. Demokrasi pancasila pada orde baru
1. Latar belakang dan makna demokrasi pancasila
12
F. Pelaksanaan demokrasi
UNDANG-UNDANG PEMILIHAN KEPALA DAERAH
Pilkada diselenggarakan oleh komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi dan KPU
kabupaten/ kota dengan diawasi oleh Panitia Pengawas Pemilihan Umum (Panwaslu)
provinsi dan Panwaslu kabupaten/ kota.
Peserta Pilkada
Berdasarkan Undang-undang No 32 tahun 2004, peserta pilkada adalah pasangan
calon yang diusulkan oleh partai politik atau gabungan partai politik. Ketentuan ini diubah
dengan Undang-Undang nomor 12 tahun 2008 yang menyatakan bahwa peserta pilkada
juga dapat berasal dari pasangan calon perseorangan yang didukung oleh sejumlah orang.
Undang-undang ini menindak lanjuti keputusan Mahkamah konstitusi yang membatalkan
beberapa pasal menyangkut peserta Pilkada dalam Undamg-undang nomor 32 tahun 2004.
Berdasarkan Undang-undang nomor 32 tahun 2004
13
Pada saat Pilkada, dapat diidentifikasi bahwa hamper dalam setiap tahapan seperti
tahapan penetapan daftar pemilih, tahapan pengajuan dan penetapan calon kepala daerah,
tahapan kampanye, tahapan pemungutan dan penghitungan suara serta penetapan
pasangan calon kepala daerah/ wakil kepala daerah mengandung potensi terjadinya
permasalahan yang perlu diantisipasi. Paska pilkada, menyangkut persoalan-persoalan
yang kemungkinan terjadi seperti adanya penolakan atau gugatan terhadap hasil Pilakda.
Semua persoalan tersebut harus dapat dirumuskan secara komprehensif untuk dicarikan
solusi sebagai langkah antisipasi.
Diantara berbagai persoalan tersebut yang patut juga mendapatkan perhatian karena
nantinya akan berdampak pada pelaksanaaan pilkada adalah:
15
DPRD sebagai representasi kepentingan politik partai tidak lagi menjalankan fungsinya untuk
memilih kepala daerah. Namun demikian, bukan berarti partai politik kehilangan fungsinya
dalam melakukan rekruitmen politik utamanya dalam mengisi jabatan-jabatan politis seperti
kepala daerah dan wakil kepala daerah.
Peran partai politik masih sangat dominan dan menentukan dalam proses pemilihan kepala
daerah secara langsung. Pasal 56 (1) UU Nomor 32 tahun 2004 mengatakan bahwa Kepala
daerah dipilih dalam satu pasangan calon yang dilaksanakan secara demokratis berdasarkan
asas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil. Dalam ayat (2) disebutkan Pasangan
calon sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan oleh partai politik atau gabungan partai
politik.
Pasal 59 ayat (1) pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah pasangan calon yang
diusulkan secara berpasangan oleh partai politik atau gabungan partai politik. Dalam
penjelasan ayat (1) dikatakan yang dimaksud dengan partai politik atau gabungan partai
politik dalam ketentuan ini adalah partai politik atau gabungan partai politik yang memiliki
kursi di DPRD. (2) Partai politik atau gabungan partai politik sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dapat mendaftarkan pasangan calon apabila memenuhi persyaratan perolehan
sekurang-kurangnya 15% (lima belas persen) dari jumlah kursi DPRD atau 15% (lima belas
persen) dari akumulasi perolehan suara sah dalam Pemilihan Umum anggota DPRD di daerah
yang bersangkutan.
Berdasarkan keputusan Mahkamah Konstitusi Nomor 005/P-III/2005 menyatakan penjelasan
pasal 59 ayat (1) dinyatakan tidak berlaku. Oleh karena itu mengacu pada keputusan MK
tersebut, partai politik atau gabungan partai politik yang dapat mengajukan pasangan calon
adalah partai politik atau gabungan partai politik yang memperoleh suara dalam pemilihan
umum sekurang-kurangnya 15%, walaupun partai politik atau gabungan partai politik tersebut
tidak memiliki keterwakilan politik di DPRD.
Dicabutnya penjelasan pasal 59 ayat (1) telah memberikan kesempatan bagi seluruh partai
politik peserta pemilu 2004 untuk melakukan rekruitmen politik utamanya dalam mengajukan
paket pasangan calon dengan tetap mengacu persyaratan sekurang-kurangnya 15% perolehan
suara pada pemilu legislatif di daerah yang bersangkutan. Peluang ini hendaknya dapat
dimanfaatkan oleh partai dalam beperan serta dengan baik sendiri-sendiri (dengan syarat
16
15%) ataupun melalui gabungan partai politik untuk membangun koalisi dalam mengusung
paket calon yang hendak diajukan.
Ketentuan tersebut diatas juga telah diatur dalam Peraturan Pemerintah nomor 6 tahun 2005
tentang Pemilihan, Pengesahan, Pengangkatan, dan Pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil
Kepala Daerah pada Bab V Pendaftaran dan Penetapan Pasangan calon bagian pertama
Peserta pemilih, pasal 36 (1) peserta pemilihan adalah pasangan calon yang diusulkan oleh
partai politik atau Gabungan Partai Politik secara berpasangan; (2) Partai Politik atau
Gabungan Partai Politik sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat mendaftarkan pasangan
calon apabila memenuhi persyaratan perolehan sekurang-kurangnya 15% dari jumlah kursi
DPRD atau 15% dari akumulasi perolehan suara sah dalam pemilihan anggota DPRD di
daerah yang bersangkutan. Dalam penjelasan ayat ini disebutkan, menggunakan salah satu
persentase perolehan kursi dalam DPRD atau persentase akumulasi perolehan suara sah.
Dari ketentuan tersebut, yang berhak mengajukan calon adalah Partai Politik peserta pemilu
2004. Partai politik peserta pemilu 2004 adalah partai politik yang memenuhi persyaratan
menjadi peserta Pemilu tahun 2004 sebagaimana diatur dalam pasal 7 (1) poin a. Diakui
keberadaannya sesuai dengan Undang Undang Nomor 31 Tahun 2002 tentang Partai Politik.
Pembentukan partai politik sebagaimana diatur UU Nomor 31 Tahun 2002 pasal 2, dalam
ketentuan ini disebutkan didirikan dan dibentuk dengan akta notaris dan dalam pasal 3
mengatur tentang pengesahan partai politik sebagai badan hukum dilakukan oleh menteri
Kehakiman (Menteri Hukum dan HAM)
UU Nomor 31 Tahun 2002 juga mengatur tentang pembubaran dan penggabungan partai
politik. Pasal 20 menyatakan, partai politik bubar apabila :
a)
b)
c)
UU nomor 31 tahun 2002 pasal 21 (1) Partai politik dapat bergabung dengan partai politik
lain dengan cara :
17
a) Bergabung membentuk partai politik baru dengan nama, lambang dan tanda gambar baru;
atau
b) Bergabung dengan menggunakan nama, lambang dan tanda gambar salah satu partai
politik.
(2) Partai politik baru hasil penggabungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a harus
memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 dan pasal 3. UU nomor 31 tahun
2002. (3) Partai politik yang menerima penggabungan dari partai politik lain sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b tidak diwajibkan untuk memenuhi ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam pasal 2 dan pasal 3 UU nomor 31 tahun 2002.
Pasal 22 Pembubaran partai politik sebagaimana dimaksud dalam pasal 20 huruf a dan huruf b
dan penggabungan partai politik sebagaimana dimaksud dalam pasal 21 diumumkan dalam
Berita Negara oleh Departemen Kehakiman (Departemen Hukum dan HAM)
Kalau ketentuan aturan dalam UU Nomor 31 tersebut diatas dikaitkan dengan pasal 9 UU
Nomor 12 Tahun 2003, yang menyebutkan bahwa :
Ayat (1) Untuk dapat mengikuti Pemilu berikutnya, partai politik peserta pemilu harus:
a) Memperoleh sekurang-kurangnya 3% jumlah kursi di DPR;
b) Memperoleh sekurang-kurangnya 4% jumlah kursi di DPRD Provinsi yang tersebar
sekurang-kurangnya di setengah jumlah provinsi di seluruh Indonesia; atau
c) Memperoleh sekurang-kurangnya 4% jumlah kursi DPRD Kabupaten/Kota yang tersebar
di setengah jumlah kabupaten/kota seluruh indonesia.
Ayat (2) Partai Politik Peserta Pemilu yang tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) hanya dapat mengikuti Pemilu berikutnya apabila:
a) Bergabung dengan partai politik Peserta Pemilu yang memenuhi ketentuan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1);
18
b) Bergabung dengan partai politik yang tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dan selanjutnya menggunakan nama dan tanda gambar baru sehingga memenuhi
perolehan minimal jumlah kursi.
Kalau hasil pemilu 2004 dikaitkan dengan ketentuan pasal 9 UU Nomor 12 Tahun 2003, maka
tidak semua partai politik peserta pemilu 2004 dapat menjadi peserta pemilu pada tahun 2009.
Secara nasional ada 7 dari 24 partai politik yang lolos electoral threshold. Bagaimana dengan
partai-partai yang tidak lolos electoral threshold apakah akan ikut pemilu? Kalau mau ikut
pemilu haruslah memenuhi ketentuan pasal 9 ayat (2) UU Nomor 12 Tahun 2003. Apabila ini
yang dilakukan bagaimana status partai politik tersebut setelah bergabung? Apakah ketentuan
pasal 20 UU Nomor 31 Tahun 2002 yang mengatur? Kalau ya berarti partai yang bergabung
itu apakah dapat dianggap sudah bubar?
Bertolak dari pengalaman penyelenggaraan pemilu 2004, sebelum dilakukan pemilu akan
diawali dengan verifikasi partai politik peserta pemilu, hal yang sama tampaknya juga akan
dilakukan pada pemilu 2009 kecuali bagi parpol yang sudah lolos electoral threshold. Bagi
partai politik baru sebelumnya harus memenuhi ketentuan UU nomor 31 Tahun 2002 proses
ini tentu membutuhkan waktu yang relatif lama dan panjang.
Kaitannya dengan pilkada 2008, bagaimana hak partai politik peserta pemilu 2004 yang telah
berubah/bergabung menjadi partai politik baru dalam pencalonan kepala daerah? Hasil
konsultasi pemerintah daerah provinsi Bali bersama KPU provinsi Bali kepada Menteri
Dalam Negeri, telah disampaikan jawaban dalam bentuk surat tertulis dengan nomor surat
120/1245/OTDA yang ditanda tangani Direktur Jendral Otonomi Daerah dengan mengacu
pada pasal 35 ayat (1) dan pasal 36 ayat (2) bahwa partai politik hasil Pemilu Tahun 2004
yang telah berubah/bergabung menjadi partai politik baru tidak berhak untuk mencalonkan
pasangan calon.
Berkenaan dengan hal tersebut, pada saat pelaksanaan tahapan pilkada tahun 2008 perlu
dilakukan verifikasi terhadap partai politik peserta pemilu 2004 di Bali untuk; dengan
mengkonsumsikan kepada partai politik yang bersangkutan, menanyakan kejelasan status
badan hukum partai politik ke Departemen Hukum dan HAM.
Pelaksanaan demokrasi di Indonesia dalam berbagai kurun waktu
19
Demokrasi berasal dari bahasa Yunani yaitu demos artinya rakyat dan kratos/kratein
artinya pemerintahan. Jadi pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat, yang
artinya: pemerintahan di mana rakyat memegang peranan penting.
Itulah pengertian demokrasi dilihat dari asal katanya. Pasti Anda sudah memahaminya
bukan? Pelaksanaan demokrasi di Indonesia dilaksanakan dalam berbagai kurun waktu,
yaitu:
a. Kurun waktu 1945 1949
Pada periode ini sistem pemerintahan Demokrasi Pancasila seperti yang diamanatkan oleh
UUD 1945 belum sepenuhnya dapat dilaksanakan karena negara dalam keadaan darurat
dalam rangka mempertahankan kemerdekaan. Misalnya, Komite Nasional Indonesia Pusat
(KNIP) yang semula berfungsi sebagai pembantu Presiden menjadi berubah fungsi sebagai
MPR. Sistem kabinet yang seharusnya Presidensil dalam pelaksanaannya menjadi
Parlementer seperti yang berlaku dalam Demokrasi Liberal.
b. Kurun Waktu 1949 1950
Pada periode ini berlaku Konstitusi RIS. Indonesia dibagi dalam beberapa negara bagian.
Sistem pemerintahan yang dianut ialah Demokrasi Parlementer (Sistem Demokrasi Liberal).
Pemerintahan dijalankan oleh Perdana Menteri dan Presiden hanya sebagai lambang. Karena
pada umumnya rakyat menolak RIS, sehingga tanggal 17 Agustus 1950 Presiden Soekarno
menyatakan kembali ke Negara Kesatuan dengan UUDS 1950.
masyarakat adil dan makmur; sehingga pada tanggal 5 Juli 1959 mengumumkan
dekrit mengenai pembubaran Konstituante dan berlakunya kembali UUD 1945 serta
tidak berlakunya UUDS 1950.
d. Kurun Waktu 1959 1965
Pada periode ini sering juga disebut dengan Orde Lama. UUD yang digunakan adalah UUD
1945 dengan sistem demokrasi terpimpin.
Menurut UUD 1945 presiden tidak bertanggung jawab kepada DPR, presiden dan
DPR berada di bawah MPR. Pengertian demokrasi terpimpin pada sila keempat
Pancasila adalah dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan, akan tetapi presiden menafsirkan terpimpin, yaitu pimpinan terletak di
tangan Pemimpin Besar Revolusi.
Dengan demikian pemusatan kekuasaan di tangan presiden. Terjadinya pemusatan
kekuasaan di tangan presiden menimbulkan penyimpangan dan penyelewengan
terhadap Pancasila dan UUD 1945 yang puncaknya terjadi perebutan kekuasaan
oleh PKI pada tanggal 30 September 1965 (G30S/PKI) yang merupakan bencana
nasional bagi bangsa Indonesia.
e. Kurun Waktu 1966 1998
Periode ini dikenal dengan sebutan pemerintahan Orde baru yang bertekad
melaksanakan Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen.
Secara tegas dilaksanakan sistem Demokrasi Pancasila dan dikembalikan fungsi
lembaga tertinggi dan tinggi negara sesuai dengan amanat UUD 1945.
Dalam pelaksanaannya sebagai akibat dari kekuasaan dan masa jabatan presiden
tidak dibatasi periodenya, maka kekuasaan menumpuk pada presiden, sehingga
terjadilah penyalahgunaan kekuasaan, dengan tumbuh suburnya budaya korupsi,
kolusi dan nepotisme (KKN). Kebebasan bicara dibatasi, praktek demokrasi menjadi
semu. Lembaga negara berfungsi sebagai alat kekuasaan pemerintah.
Lahirlah gerakan reformasi yang dipelopori mahasiswa yang menuntut reformasi
dalam berbagai bidang. Puncaknya adalah dengan pernyataan pengunduran diri
21
23
diskriminasi atas dasar apapun serta terbuka dan mengaffirmasi kelompok marjinal
mengingat titik start mereka yang tidak sama.
Akomodasinya di UU Parpol
UU Parpol bab pembentukan Parpol ( psl 2 ayat 2)
Pendirian dan pembentukan parpol sebagaimana dimaksud pada ayat(1)menyertakan 30 %
(tiga
puluh per seratus) keterwakilan perempuan
UU Parpol bab pembentukan parpol ( psl 2 ayat 5):
Kepengurusan parpol di tingkat pusat sebagaimana dimaksud psl 3 disusun dengan
mengikutsertakan sekurang kurangnya 30 % keterwakilan perempuan
Akomodasinya di Undang Undang parpol
Kepengurusan parpol di tingkat propinsi kabupaten/kota sebagaimana dimaksud pada
pasal 19 ayat 2 dan 3 disusun dengan memperhatikan keterwakilan perempuan sekurangkurangnya 30 % yang diatur dalam AD/ART partai masing masingsanksi sosial---- Psl 20
Psl 19 : Penyebaran kepengurusan 60 % di tingkat propinsi, 50 % di tingkat kabupaten/kota
dan 25 % di tingkat kecamatan.
Mendorong Good Governance dalam partai
Ada beragam persoalan yang berkaitan dengan peningkatan kapasitas, transparansi,
akuntabilitas partai diantaranya
1. Masalah keuangan
2. Masalah pelaporan kepada publik
3. Masalah organisasi sayap partai
4. Masalah pendidikan politik dan sistim kaderisasi
5. Dorongan bagi model kepengurusan yang kolegial-collective-spesialisasi dan mekanisme
penyelesaian konflik.
G. Pendidikan demokrasi
Pendidikan demokrasi
1. Pendidikan demokrasi secara formal, yaitu pendidikan yang melewati tatap muka,
diskusi timbale balik, presentasi, serta studi kasus untuk memberikan gambaran
24
kepada siswa bagaimana agar mencintai negara dan bangsa. Pendidikan formal
biasanya dilakukan disekolah dan diperguruan tinggi.
2. Pendidikan demokrasi secara informal, yaitu pendidikan yang melewati tahap
pergaulan dirumah ataupun masyarakat sebagai bentuk aplikasi nilai berdemokrasi.
Selain itu, sebagai hasil interaksi terhadap lingkungan sekitarnya yang lansung
dirasakn hasilnya.
3. Pendidikan nonformal, yaitu pendidikan yang melewati tahap diluar lingkungan
masyarakat. Pendidikan ini lebih makro dalam berinteraksi sebab pendidikan
diluar sekolah mempunyai variable ataupun parameter yang signifikan terhadap
pembentukan jiwa seseorang.
Pendidikan demokrasi merupakan suatu proses untuk melaksanakan demokrasi yang
benar.
dan dijalankan oleh warga negara. Pendidikan demokrasi bertujuan mempersiapkan warga
masyarakat berprilaku dan bertindak demokratis, melalui aktivitas menanamkan pada generasi
muda akan pengetahuan, kesadaran, dan nilai-nilai demokrasi. Pengetahuan dan kesadaran itu
meliputi tiga hal:
1. Kesadaran bahwa demokrasi adalah pola kehidupan yang paling menjamin hak-hak
warga masyarakat itu sendiri, demokrasi adalah pilihan terbaik diantara yang buruk
tentang pola hidup bernegara.
2. Demokrasi adalah sebuah learning process yang lama dan tidak sekedar meniru dan
masyarakat lain.
3. Kelangsungan demokrasi tergantung pada keberhasilan mentransformasikan nilai-nilai
demokrasi pada masyarakat.
Pada tahap selanjutnya, pendidikan demokrasi akan menghasilkan masyarakat yang
mendukung sistem politik yang demokratis. Sistem politik demokrasi hanya akan langgeng
apabila didukung oleh masyarakat demokratis, yaitu masyarakat yang berlandaskan pada
nilai-nilai demokrasi di negaranya.
Sosialisasi nilai-nilai demokrasi melalui pendidikan demokrasi adalah bagian dari
sosialisasi politik negara terhadap warganya. Namun demikian, pendidikan demokrasi
tidaklah identik dengan sosialisasi politik itu sendiri. Sosialisasi politik mencakup pengertian
yang luas, sedangkan pendidikan demokrasi mengenai cakupan yang lebih sempit. Sesuai
dengan makna pendidikan sebagai proses yang sadar dan terencana , sosialisasi nilai-nilai
25
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
26
1.
2.
B. SARAN
Sebaiknya warga Negara menggunakan sarana demokrasi sebagai salah satu
medium atau perantara untuk mencapai Negara yang demokrasi dan terhindar dari
penyelewengan yang bias menyebabkan terjadinya kekacauan.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2008. Panduan Pembelajaran Mata Kuliah Pendidikan Kepribadian (Pendidikan
Kewarganegaraan).
Tim Penyusun. 2007. Pendidikan Kewarganegaraan. Makassar: UPT MKU Unhas
27
www.Google.com
28
Ketut Rasmiati
C 12108016
Etri Pertiwi
C 12108256
Dewi Purnamawati A
C 12108259
C 12108263
Dewanti Marlinda
C 12108272
A. Evi Adrianti
C 12108280
Nur Aisyah A
C 12108281
Dedi Purnomo
C 12108285
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas terselesaikannya
makalah ini. Makalah yang kami buat dalam satu jilid ini berisi materi mengenai makna dari
demokrasi, macam-macam demokrasi, nilai-nilai demokrasi, keunggulan demokrasi, jenisjenis demokrasi yang pernah berlaku di masyarakat, pelaksanaan demokrasi, dan pendidikan
demokrasi.
Laporan ini berfokus terhadap ilmu pengetahuan dan tekhnologi. Kami menggunakan
bahasa yang sederhana yang memudahkan kita untuk memahaminya. Makalah ini juga
berguna untuk memperluas dan menambah wawasan, serta menunjang pemahaman dan
melatih keterampilan mahasiswa.
Makalah ini disajikan secara sistematis dan disertai dengan MIND MAP(kerangka
berfikir) yang relevan, sehingga mempermudah mahasiswa untuk mempelajarinya.
Akhir kata tegur sapa dari semua pihak yang bersifat membangun sangat di harapkan
untuk perbaikan dan penyempurnaan. Semogo Tuhan selalu melimpahkan
petunjuk dan
Makassar,
November 2008
Penyusun:
30
DAFTAR ISI
Halaman Judul
i
Kata Pengantar
.ii
Daftar Isi
iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
B. Rumusan Masalah
2
C. Tujuan Penulisan
................2
D. Manfaat Penulisan
.....2
BAB II PEMBAHASAN
A. Defenisi.
3
B. Bentuk-bentuk
..4
C. Nilai-nilai
..8
D. Keunggulan
.10
E. Macam-macam
...11
F. Pelaksanaan
13
G. Pendidikan
..25
BAB III PENUTUP
31
A. Kesimpulan
27
B. Saran
27
DAFTAR PUSTAKA
28
32