dengan :
T1/2
PENAHAN RADIASI
Tujuan Instruksional Umum
Setelah melakukan praktikum ini, praktikan dapat menentukan tebal paro (HVT) perisai
radiasi
Tujuan Instruksional Khusus
Setelah melaksanakan praktikum ini, praktikan mampu :
1. Menerangkan penurunan intensitas radiasi terhadap tebal bahan yang dilalui
berdasarkan teori atenuasi
2. Menyebutkan definisi tebal paro (HVT) perisai radiasi
3. Menyebutkan 2 faktor yang mempengaruhi tebal paro bahan perisai radiasi
4. Menghitung tebal paro salah satu jenis bahan berdasarkan tabel atenuasi
5. Menentukan tebal paro beberapa jenis bahan secara pengukuran
6. Menghitung tebal suatu jenis bahan yang diperlukan pada suatu kasus
TEORI DASAR
Radiasi Gamma merupakan jenis radiasi yang mempunyau daya tembus sangat
besar dan tidak dapat dihentikan sepenuhnya. Setiap pancaran radiasi Gamma yang
mengenai suatu bahan akan berinteraksi dengan bahan tersebut sehingga sebagian dari
intensitasnya akan terserap dan sebagian lagi diteruskan.
Perbandingan intensitas pancaran yang datang dan intensitas yang masih
diteruskan, tergantung pada tebal bahan, Jenis bahan dan energi radiasi gamma. Secara
matematis hubungan tersebut dinyatakan dengan
I I 0 e x
dengan
I0
I
=
=
=
=
Bila intensitas pancaran radiasi gamma tersebut digambarkan terhadap tebal bahan,
maka akan sesuai dengan gambar 1
Tebal paro (HVT) merupakan tebal bahan yang dapat menyerap sebagian intensitas
paparan radiasi yang datang sehingga intensitas paparan radiasi yang diteruskan tinggal
setengah intensitas mula-mula.
I
1
e HVT
I0
2
Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir, BATAN
1
ln HVT
2
HVT
0,693
Gambar 1
Kurva Intensitas Radiasi vs Tebal Bahan
Nilai HVT dapat ditentukan secara matematis dengan persamaan 3 di atas atau dapat
juga ditentukan secara eksperimen dengan melakukan beberapa pengukuran dan
menggambarkan kurva peluruhan intensitas paparan radiasi sebagaiman gambar
diatas.
Nilai HVT sangat bermanfaat untuk keperluan praktis di lapangan, yaitu untuk
menentukan tebal suatu bahan yang diperlukan sebagai penahan radiasi
I 1
I0 2
dengan
n
LANGKAH KERJA
1. Praktikan harus menggunakan dosimeter perorangan
2. Letakkan surveimeter / Sistem Pencacah GM pada suatu jarak tertentu dari
sumber radiasi dan ukur paparan radiasinya (I0)
3. Sisipkan lempengan penahan radiasi antara sumber radiasi dengan surveimeter
/ Sistem Pencacah GM. Ukur paparannya dan ukur tebal penahan radiasi yang
disisipkan tersebut.
4. Ulang langkah 3 di atas dengan menambahkan lempengan penahan radiasi
sehingga mencapai 1 HVT. Ganti dengan jenis penahan radiasi yang lain
TUGAS
1. Gambarkan kurva peluruhan intensitas paparan radiasi gamma tersebut
2. Tentukan nilai HVT bahan penahan radiasi dan tentukan bahan yang paling
efektif dalam menyerap radiasi gamma
3. Kasus: Apabila laju paparan radiasi pada suatu lokasi adalah 150 Sv/jam,
berapa mm timbal yang diperlukan sebagai penahan radiasi agar dapat bekerja
dengan aman di lokasi tersebut, atau berapa lama boleh bekerja dilokasi
tersebut
A A e
At A0 e
0.693
t
T1 / 2
dengan
At
A0
T1/2
Radiasi dari bahan radioaktif dipancarkan ke segala arah membentuk area yang
menyerupai permukaan bola sehingga intensitas radiasi pada suatu posisi sangat
tergantung pada jaraknya terhadap sumber.
A
X 2
r
Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir, BATAN
dengan
X
A
Faktor Gamma merupakan suatu nilai yang menunjukkan laju paparan radiasi pada
jarak 1 (satu) meter dari suatu sumber yang mempunyai aktivitas 1 (satu) Curie atau
1(satu) MBq.
Sumber yang berbeda mempunyai Faktor Gamma yang berbeda, lihat tabel di
bawah.
Tabel I Faktor beberapa Nuklida
Jenis
Nuklida
Waktu
Paro
Faktor Gamma
Co60
5,3 Tahun
Ir192
74 Hari
Cs137
30 Tahun
0.5 Rm2/jam Ci
Terdapat beberapa hubungan yang perlu di ingat, yaitu hubungan antara paparan (X)
terhadap dosis serap (D), serta dosis serap terhadap Dosis Ekivalent (H)
D 0,877 X
H QD
dengan,
X = mempunyai satuan roentgen (R) atau C/kg
D = mempunyai satuan Rad atau gray (Gy), dan
H = mempunyai satuan rem atau sievert (Sv)
Dalam melakukan pekerjaan sehari-hari yang berhubungan dengan radiasi harus dapat
ditentukan daerah aman radiasi.
Adapun klasifikasi daerah radiasi adalah sebagai berikut :
1. Daerah Pengendalian : Daerah dimana pekerja radiasi menerima dosis lebih besar
atau sama dengan 3/10 NBD (>= 3/10 NBD), dan ada potensi kontaminasi. Jika
NBD pekerja adalah 20 mSv pertahun maka laju dosisnya pada daerah
pengendalian adalah sebesar 3 Sv/jam.
2. Daerah Supervisi adalah daerah dengan laju dosis lebih kecil dari 3 Sv/jam (< 3
Sv/jam dan bebas kontaminasi. Daerah aman bagi masyarakat bukan pekerja
Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir, BATAN
radiasi yang berada di daerah tersebut dalam waktu yang lama. Laju dosis
maksimum bagi masyarakat umum adalah 1 Sv/jam.
Sebelum memulai pekerjaan yang menggunakan sumber radiasi harus terlebih dahulu
menentukan radius masing-masing daerah radiasi dalam klasifikasi seperti di atas
PERALATAN DAN BAHAN
1. Sumber radiasi gamma
2. Alat ukur radiasi
3. Penahan radiasi serta pengarah radiasi (kolimator)
4. Tanda bahaya radiasi, tali kuning, statif/ penyangga
5. Alat ukur jarak (Roll meter)
6. Monitor Perorangan; film Badge/TLD dan atau dosimeter saku
LANGKAH KERJA
1. Gunakan monitor perorangan
2. Periksa/baca surveimeter dan dosimeter saku sebelum melaksanakan
pengukuran
3. Periksa sumber radiasi dengan surveymeter, apakah dalam keadaan aman dan
terkunci
4. Tentukan secara perhitungan aktivitas sumber saat digunakan
5. Sesuai dengan hasil perhitungan di atas, pasang rambu/tanda bahaya radiasi
pada batas daerah radiasi dengan laju dosis 3 Sv/jam serta tali kuning
mengelilingi daerah radiasi degan lajua dosis 1 Sv/jam (minimal 8 titik
pengukuran)
6. Tempatkan kolimator sumber radiasi pada titik penyinaran dan pasang
surveimeter di samping krank pada waktu mengeluarkan sumber radiasi.
Sebelum sumber dikeluarkan seluruh praktikan harus sudah berada di daerah
aman.
7. Lakukan survei keliling dengan surveimeter pada tempat rambu/ tanda bahaya
radiasi.
8. Bila tidak tepat posisi/kedudukannya dengan hasil pengukuran, geser posisi
rambu/tanda bahaya radiasi sehingga sesuai dengan laju dosis paparan yang
diinginkan.
9. Setelah selesai melakukan pengukuran, masukkan kembali sumber radiasi
tersebut
10. Periksa dengan surveimeter, apakah sumber radiasi telah benar-benar masuk
dan dikunci
11. Ukur jarak rambu/tanda bahaya radiasi dengan rollmeter terhadap titik
penyinaran (kolimator)
12. Setelah selesai diukur, kumpulkan kembali rambu-rambu tersebut
13. Baca dosimeter saku dan matikan surveimeter.
TUGAS
1. Berdasarkan data yang didapat, gambarkan data tersebut dengan menghubungkan
titik-titik yang menunjukkan atas daerah radiasi yang sama (isodosis) sehingga
menjadi bidang radiasi
2. Bandingkan hasil yang sebenarnya (data lapangan) dengan hasil perhitungan
(teoritis)
3. Berikan kesimpulan
Aktivitas (A)
Luas Permukaan Terkontaminasi (L)
10
TK
Ra Rb
pL
dengan:
TK = Tingkat Kontaminasi (Bq/cm2)
L = Luas permukaan terkontaminasi yang diukur (cm2)
Untuk pengukuran tingkat kontaminasi zat radioaktif pada permukaan bahan dengan
uji usap, kontaminan yang terambil pada pengusapan tergantung jenis permukaan bahan
kontaminan, bahan pengusap dan teknik pengusapan sehingga diperlukan nilai efisiensi
usap yang dinyatakan dengan
TK
Ru Rb
a p u L
dengan:
TK = Tingkat Kontaminasi (Bq/cm2)
L = Luas permukaan terkontaminasi yang diukur (cm2)
u = Efisiensi Usap
Pengukuran aktivitas secara uji usap yang dilakukan dalam praktikum ini adalah aktivitas
total. Nilai batas tertinggi Tingkat Kontaminasi permukaan yang diizinkan bergantung
pada faktor resuspensi, yaitu merupakan nilai perbandingan antara Tingkat Kontaminasi
maksimum yang diizinkan dalam udara (Bq/cm2) dengan Tingkat Kontaminasi
maksimum yang diizinkan pada permukaan (Bq/cm2), sehingga
F
dengan:
F = Faktor resuspensi
Nilai F bergantung pada kondisi laboratorium, dalam keadaan normal nilai F rata-rata
5.10-5/cm.
11
Bila diketahui nilai kontaminasi tertinggi yang diizinkan di udara untuk suatu
radioisotope, maka dapat ditentukan nilai Tingkat Kontaminasi permukaan tertinggi yang
diizinkan.
F
5.10-4/cm
Radioisotop
Udara (Bq/cm2)
Permukaan (Bq/cm2)
I131
7,03 10-4
14,06
I125
9,99 10-4
19,9
S35
11,47 10-3
229,4
P32
5,92 10-3
118,4
Zn65
22,57 10-4
45,14
Cr51
7,77 10-2
1554
Br82
7,77 10-3
155,4
Mo99
19,98 10-3
399,6
Tc99
4,07 10-4
8140
Dekontaminasi
Dekontaminasi adalah proses untuk mereduksi/ mengurangi atau bahkan menghilangkan
suatu kontaminan zat radioaktif dari suatu bahan yang bernilai ekonomis ke suatu bahan
yang kurang ekonomis, kemudian memperlakukan bahan yang kurang ekonomis tersebut
sebagai limbah radioaktif
Tujuan dekontaminasi ( menurut IAEA Technical Report Series No.18 1982) adalah:
1. Pertimbangan Keselamatan dan Kesehatan
2. Mengurangi interferensi pencacahan peralatan tertentu sehingga diperoleh hasil
pencacahan yang baik
3. Memperkecil tingkat Kontaminasi suatu alat sehingga layak dipakai kembali.
Faktor dekontaminasi merupakan perbandingan Tingkat Kontaminasi sebelum dan
sesudah dekontaminasi, yang berarti menunjukkan perubahan Tingkat Kontaminasi-nya.
12
At
1
x100%
FD
LANGKAH KERJA
PENGUKURAN TINGKAT KONTAMINASI
A. PENENTUAN EFISIENSI ALAT
1. Gunakan Jas Lab, Monitor Perorangan dan alas kaki khusus
2. Kertas saring digunting sesuai dengan ukuran diameter planset yang akan
digunakan
3. Lakukan pencacahan latar belakang sebanyak 3 (tiga) kali menggunakan
Sistem pencacah GM/ Monitor Permukaan.
4. Lakukan pencacahan latar belakang kertas saring dan planset sebanyak 3
(tiga) kali menggunakan sistem pencacah GM/ Monitor perorangan
5. Gunakan sarung tangan karet
6. Ambil dengan pipet (pipet effendrop) larutan P-32 sejumlah 0,1 ml yang telah
diketahui aktivitasnya, teteskan pada bahan/planset yang telah dilapisi kertas
saring.
7. Keringkan kertas saring beserta planset tersebut dalam lemari asam dengan
lampu pemanas.
8. Lepaskan sarung tangan karet
13
14
4. Bahan yang telah dicacah, didekontaminasi dengan cara dan dekontaminan (bahan
pencuci) yang sama. Cara dekontaminasi adalah dengan diusap menggunakan
cutton bud yang telah dibasahi dengan radiacwash. Pengusapan dilakukan dengan
metoda melingkar kedalam (dari bagian luar kearah tengah)
5. Usap sekali lagi dengan cotton bud yang tidak dibasahi dengan radiacwash
6. Setelah selesai, cotton bud tersebut dibuang di tempat limbah aktif padat yang
telah disediakan
7. Lepaskan sarung tangan karet
8. Lakukan pencacahan terhadap masing-masing bahan yang telah didekontaminasi
sebanyak 3 kali dengan system pencacah GM/ Minitor Kontaminasi
9. Lakukan langkah dekontaminasi (langkah 3 sampai 7) minimum 3 kali untuk
setiap bahan dan tentukan Tingkat Kontaminasi-nya setiap kali selesai proses
dekontaminasi (langkah 8)
10. Pakai sarung tangan karet
11. Seluruh bahan yang terkontaminasi dibuang di tempat limbah aktif padat yang
telah disediakan
12. Lepaskan sarung tangan karet, dan buang di tempat yang telah disediakan.
13. Setiap praktikan harus mencuci tangan dan diperiksa dengan monitor kontaminasi
14. Sebelum meninggalkan Lab, lepaskan alas kaki khusus dan Jas Lab.
TUGAS
1. Tentukan efisiensi alat dan efisiensi usap dan Tingkat Kontaminasi hasil Uji Usap
2. Tentukan Tingkat Kontaminasi secara langsung untuk setiap bahan sebelum dan
sesudah proses dekontaminasi
3. Tentukan Factor Dekontaminasi (FD)
4. Buat grafik At ( aktivitas tersisa) terhadap hasil dekontaminasi dalam kertas grafik
biasa
5. Dari bahan yang digunakan tentukan bahan yang paling mudah untuk proses
dekontaminasi
15
16
dengan persamaan diatas, dapat diperkirakan posisi sumber radiasi gamma setelah laju
paparan radiasi di suatu tempat sudah terukur.
Dalam pencarian sumber hilang/tercecer, daerah lokasi sumber yang paling
memungkinkan ditentukan terlebih dahulu. Pencarian di daerah tersebut dapat dilakukan
dengan metoda sisir, zigzag dan melingkar, seperti gambar 1
Dalam usaha untuk mengamankan kembali sumber tersebut, pekerja radiasi harus
mengukur laju dosis radiasi di tempat bekerja, sehingga selang waktu maksimum yang
diperlukan untuk bekerja di tempat tersebut dapat ditentukan dengan mengacu pada batas
dosis yang diizinkan.
X X t
dengan: X
X
t
17
18
LANGKAH KERJA
1. Gunakan dosimeter saku dan baca penunjukkan awal dosimeter tersebut
2. Gunakan monitor perorangan (film badge dan dosimeter saku)
19
20
I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sistem pengendali sumber radiasi gamma yang digunakan dalam pekerjaan radiografi
dapat mengalami kemacetan dan mengakibatkan kecelakaan radiasi ekterna. Pekerja
radiasi harus dapat menanggulangi kecelakaan tersebut sesuai prosedur, oleh karena itu
pekerja radiasi harus mendapatkan pelatihan penanggulangan kecelakaan radiasi.
B. Ruang Lingkup
Pada praktikum ini akan dilakukan penanggulangan kecelakaan radiasi akibat sistem
pengendali sumber radiasi pada kamera gamma mengalami kemacetan di pipa pengarah
(guide tube). Sumber radiasi yang digunakan Ir-192 dengan aktivitas antara 30 mCi s.d
200 mCi
C. Tujuan
Setelah melaksanakan praktikum ini peserta akan mampu menanggulangi kecelakaan
radiasi akibat sistem pengendali sumber radiasi pada kamera gamma yang mengalami
kemacetan sesuai prosedur. Secara khusus setelah melaksanakan praktikum ini peserta
mampu:
1. Menentukan batas daerah radiasi dalam kondisi kecelakaan
2. Melakukan pengamanan sumber radiasi sesuai prosedur
3. Mengevaluasi dosis yang diterima
II. TEORI
Kamera gamma yang digunakan dalam industri radiografi pada umumnya jenis kamera
remote control . Pengoperasiannya dikendalikan dari jarak jauh menggunakan kabel
pengendali (crank cable) dan kabel pengarah (guide tube). Jika sumber radiasi sedang
melitas di dalam pipa pengarah dan sistem pengendali mengalami kegagalan fungsi,
maka sumber radiasi bisa mengalami kemacetan. Keadaan ini akan mengakibatkan
paparan radiasi yang tidak diinginkan ke lingkungan relatif besar. Apabila tidak segera
ditangani bisa membahayakan keselamatan pekerja radiasi maupun masyarakat umum.
Penanggulangan kecelakaan radiasi seperti ini dapat dilakukan dengan evakuasi korban,
isolasi, dan pengamanan sumber radiasi. Agar dosis yang diterima tidak melampaui batas
ketentuan yang berlaku maka pada saat pengamanan harus .memperhatikan aktivitas
sumber radiasi dan menerapkan 3 prinsip proteksi radiasi eksterna (waktu, jarak dan
penahan).
21
(1)
Dengan :
At
A0
: aktivitas awal
: selang waktu
t1/2
: waktu paro
A
(2)
r2
Keterangan :
X= X .t
dengan :
(3)
X = paparan (mR)
22
X2
r12
X1
r22
(4)
dengan : X
C. Faktor penahan
Penggunaan penahan untuk mengurangi laju paparan secara eksponensial dapat dihitung
dengan persamaan 5.
(5)
III.
: tebal bahan
PERALATAN
1. Monitor perorangan
2. Surveimeter
3. Tele survaimeter
4. Kamera radiografi dan perlengkapannya
5. Sumber radiasi Ir-192
6. Tanda radiasi dan tali kuning
7. Penahan radiasi Pb
8. Kolimator
9. Kontainer Pb
10. Alat ukur jarak (roll meter)
11. Penjepit bertangkai panjang (long tong)
12. Stopwatch
23
Pastikan sumber radiasi berada di dalam kamera dengan mengukur laju paparan
radiasi pada permukaannya.
2. Pasang tanda radiasi minimal 4 pada batas daerah radiasi dengan laju paparan
1(satu) Sv/jam dan 3(tiga) Sv/jam di sekeliling sumber pada jarak sesuai
perhitungan dan pasang tali kuning.
3. Daerah Radiasi dengan laju paparan lebih besar atau sama dengan 3(tiga) Sv/jam
merupakan daerah pengendalian sedangkan daerah dengan laju paparan kurang
dari 3(tiga) Sv/jam adalah dearah supervisi.
4. Daerah dengan paparan radiasi 1(satu) Sv/jam merupakan batas daerah untuk
masyarakat umum.
C. Skenario Kecelakaan Radiasi: Sumber Macet
1. Keluarkan sumber radiasi sampai ke ujung pipa pengarah dengan cara memutar
pengendali ke arah expose
2. Putar pengendali ke arah retract sesuai petunjuk dari pembimbing.
3. Amati kenaikan laju paparan pada surveimeter.
4. Setelah dipastikan terjadi kemacetan sumber radiasi, segera menjauh dari sumber
radiasi.
24
25
3. Buka sambungan pipa pengarah, ukur laju paparan dan waktu pada saat membuka
sambungan tersebut.
4. Tarik pipa pengarah menggunakan penjepit panjang sampai terpisah dari sumber
radiasi, ukur laju paparan dan waktunya.
5. Letakkan kontainer Pb di dekat posisi sumber radiasi, ukur laju paparan dan
waktu meletakkan kontainer.
6. Tarik kamera hingga bagian sambungan sumber radiasi dan kabel pengendali
terlihat. Catat laju paparan dan waktunya.
7. Masukkan sumber radiasi ke dalam kontainer Pb menggunakan penjepit panjang.
Catat laju paparan dan waktunya.
8. Pastikan sumber radiasi telah berada dalam kontainer.
9. Lepaskan kaitan ekor sumber radiasi (pig tail) dari kabel pengendali. Tutup
kontainer.
10.
G. Penutup
1.
2.
3.
Matikan surveimeter
V. TUGAS
1.
2.
26
II. TEORI
Proses penggantian sumber dimulai dengan mengeluarkan sumber radiasi yang
berada dalam kamera ke kontainer melalui pipa penyalur (transfer tube). Sumber
radiasi yang akan digunakan dan masih dalam kontainer dipindahkan ke dalam
kamera dengan cara yang sama.
Ketika sumber radiasi berada di dalam kontainer atau kamera, laju paparan radiasi ke
lingkungan relatif kecil, tetapi pada proses penggantian sumber, yaitu saat sumber
radiasi pada posisi di sepanjang pipa penyalur, laju paparan radiasi ke lingkungan
relatif besar. Pengurangan laju paparan radiasi dilakukan dengan menerapkan 3
prinsip proteksi radiasi yaitu waktu, penahan dan jarak. Penerapan prinsip tersebut
dengan cara :
a. mempersingkat waktu pada saat sumber di posisi pipa penyalur.
b. memasang penahan radiasi di sepanjang pipa penyalur.
c. menggunakan kabel pengendali (crank cable) yang panjang.
27
28
Waktu yang diperlukan pekerja radiasi untuk melakukan kegiatan pada jarak tertentu
dari sumber radiasi harus dipantau untuk menghitung paparan yang diterima. Laju
paparan radiasi gamma di suatu posisi bergantung pada aktivitas sumber, jarak dari
sumber ke tempat pengukuran dan jenis nuklida sumber tersebut.
Laju paparan radiasi gamma dihitung dengan persamaan sebagai berikut :
A
X
r2
(1)
Dengan :
X t
(2)
Dengan :
29
Tarik kerah kabel pengendali dan buka penjepit, sehingga ujung kabel
pengendali (ball-end) terlihat.
Tekan pin pengunci pada pigtail sumber dan kaitkan pigtail sumber radiasi
dengan ujung kabel penyalur.
30
Tekan dan tahan kerah pada penghubung kamera dan putar cincin pemilih
dari posisi connect ke posisi lock.
Pastikan kamera tetap pada posisi lock sampai siap melaksanakan
penyinaran.
31
14. Lepas kaitan antara pigtail sumber radiasi dengan kabel pengendali (hati-hati
dalam melepas kaitan, jangan menarik sumber radiasi lebih dari 1 cm).
15. Catat nomor seri sumber radiasi.
16. Tutup kontainer tersebut
waktu yang
10. Pastikan sumber radiasi pada posisi yang benar dengan melakukan survei
radiasi pada permukaan kamera dan catat laju paparannya.
11. Putar cincin pemilih pada kamera dari posisi operate ke posisi lock.
12. Lepas sambungan antara sumber dengan kabel pengendali dengan cara sebagai
berikut :
putar cincin pemilih dari posisi lock ke posisi connect sehingga tutup
terlepas.
Tarik kerah kabel pengendali ke belakang dan buka penjepit sambungan.
32
Tekan ke belakang pin pengunci pada pigtail sumber radiasi dan buka
sambungan antara pigtail dengan bagian kabel pengendali.
Tutup penjepit, dan tarik kembali kerah kabel pengendali.
Tekan dan tahan kerah pada penghubung kamera dan putar cincin pemilih
dari posisi connect ke posisi lock, kemudian kunci kamera.
13. Catat nama peserta dan waktu yang dibutuhkan untuk melaksanakan langkah
C.11 s.d C.12.
14. Lepas sambungan pipa penyalur dari kontainer dan pasang tutup kontainer.
15. Lepas sambungan pipa penyalur dari kamera
kamera.
D. Penutup
1. Pasang label identifikasi sumber radiasi baru pada kamera dan kontainer.
2. Rapikan semua peralatan
3. Baca dan catat penunjukkan dosimeter saku.
4. Matikan surveimeter
V. TUGAS
1. Evaluasi laju paparan pada posisi pengendali hasil perhitungan dan pembacaan
dengan surveimeter.
2. Evaluasi dosis yang diterima peserta selama penggantian sumber radiasi
berdasarkan catatan laju paparan dan waktu yang digunakan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Peraturan Kepala BAPETEN Nomor 4 tahun 2013 tentang Proteksi dan
Keselamatan Radiasi Dalam Pemanfaatan Tenaga Nuklir
2. Peraturan Kepala BAPETEN Nomor 7 tahan 2009 tentang Keselamatan
Radiasi dalam Penggunaan Peralatan Radiografi Industri, Jakarta, 2009
3. John J. Memro, III, Froncis E.Roy, Jr, Amersham, Juli 1, 1986, Gamma
Radiography Radiation Safety
33