Anda di halaman 1dari 28

Praktikum Fisika Dasar 2

TATA TERTIB

1. Praktikan harus sudah berada/hadir di laboratorium tempat praktikum paling lambat 15 menit
dari waktu yang sudah ditentukan. Bagi yang terlambat dari waktu yang telah ditentukan tidak
diperkenankan mengikuti praktikum dan tidak diperbolehkan mengikuti inhal/perbaikan
2. Laporan praktikum harus sudah diserahkan selambat-lambatnya 7 hari sesudah pelaksanaan
praktikum atau sebelum praktikum berikutnya.
Bagi yang belum menyerahkan/
mengumpulkan laporan tidak diperkenankan mengikuti acara praktikum selanjutnya.
3. Praktikan baru diijinkan menghidupkan sistem, setelah memperoleh persetujuan dari
pembimbing praktikum. Jika tidak mentaati ketentuan ini, kerusakan peralatan menjadi
tanggungjawab praktikan.
4. Selama kegiatan praktikum di laboratorium, praktikan tidak diperkenankan makan, minum dan
merokok.
5. Semua praktikan diharuskan mengenakan seragam STTN sesuai ketentuan, untuk yang tidak
mengenakan seragam tidak diperkenankan melaksanakan praktikum.
6. Semua praktikan diharuskan memenuhi/mentaati ketentuan ini, dan ketentuan lain yang
ditentukan kemudian.

Yogyakarta, Februari 2015

TFN - Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir 2015

Praktikum Fisika Dasar 2

1. RANGKAIAN KIRCHOFF DAN THEVENIN


Tujuan
Percobaan ini mempunyai tujuan agar mahasiswa dapat memahamai teori KhirchoffThevenin, dapat mengidentifikasi persoalan-persoalan yang bersangkutan dengan kedua teori
tersebut, dan dapat menggunakan teori-teori tersebut.
Alat
Alat yang digunakan antara lain multimeter digital, milliammeter, sumber DC,
tahanan, kabel-kabel.
Teori
A. Hukum Kirchhoff
1. Jumlah kuat arus listrik yang masuk ke suatu titik simpul sama dengan jumlah kuat
arus listrik yang keluar dari titik simpul tersebut.

i1

i2

R2

i3

A
A
3

E
2. Hukum tegangan kirchoff : jumlah aljabar g.g.l dalam suatu untai tertutup sama dengan
jumlah aljabar hasil kali arus dengan tahanan.

D
R1

I3

E1
B

E
I2

R2

I1
E2
A

F
R3

TFN - Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir 2015

Praktikum Fisika Dasar 2

B. Teorema Thevenin
Suatu untai listrik yang terdiri dari sambungan sejumlah tahanan dan sumber-sumber
g.g.l dapat dianggap sebagai sumber tegangan murni (E) yang tersambung seri dengan suatu
tahanan. Pernyataan tersebut dapat dilukiskan dengan gambar 1 dibawah ini

X
R th

Eth

untai komplek

Y
Y
Gambar 1. Ekuivalen rangkaian thevenin
Pada gambar 2, rangkaian sebelah kanan merupakan rangkaian ekuivalen rangkaian sebelah
kiri. Besar V thevenin, yaitu tegangan antara A dan B untuk RL dilepas. R thevenin, yaitu
besar tahanan antara A dan B untuk RL dilepas dan sumber tegangan E dihubung singkat.
R2

R1

R the v e nin1

E the v e nin

E
R3

RL

RL

Gambar 2. Ekuivalen rangkaian kompleks dan rangkaian thevenin


IV. TATALAKSANA PERCOBAAN
A. Hukum arus Kirchoff
1. Buatlah untai listrik seperti gambar 3. Milliammeter pada posisi 1, saklar S dalam
posisi terbuka.
2. Setelah diperiksa asisten, S ditutup. Aturlah E pada penunjukkan tegangan 2, 4, 6, dan
9 volt. Amatilah penunjukkan milliammeter pada tiap tegangan tersebut. Catat dengan
teliti.
3. Saklar S dibuka, pindahkan ammeter pada posisi 2, ulangi langkah 2
4. Saklar S dibuka, pindahkan ammeter pada posisi 3, ulangi langkah 2
5. Saklar S dibuka, pindahkan ammeter pada posisi 4, ulangi langkah 2
6. Bandingkanlah hasil-hasil yang anda peroleh dengan hukum arus Kirchoff.

i
R1

R2

R3

Gambar 3
B. Hukum Tegangan Kirchoff
TFN - Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir 2015

Praktikum Fisika Dasar 2


1. Buatlah untai listrik seperti gambar 4. Saklar S dalam posisi terbuka.
2. Setelah diperiksa asisten, S ditutup. Amatilah dan catatlah penunjukkan milliammeter,
tegangan pada tiap ujung-ujung tahanan serta kutub-kutubnya, jangan lupa mengukur
tegangan pada ujung-ujung milliammeter. Kesemuanya ini dikerjakan pada tegangan ;
E = 4, 6, 9, 12 volt. Catat hasilnya.
3. Bandingkan hasil pengamatan Anda dengan teori. Berikan evaluasi terhadap
penyimpangan teori.
220 ohm

A
v

330 ohm

470 ohm

Gambar 4.
C. Teori Thevenin
1. Buatlah untai seperti gambar 5.
2. Tutup saklar S, catatlah besar arus yang lewat RL, untuk harga-harga RL : 470 ; 1000
; 1,8 k; dan 3 k.
3. RL dihubung pendekkan, bacalah dan catatlah besar arus Io
4. Buka S dan lepaskan hubungan ke multimeter dan RL, sehingga untai menjadi seperti
gambar 6
5. Ukurlah tegangan VXY dengan multimeter. Catat hasilnya
470 ohm

3,3k ohm

E
1,2 k ohm
S

RL

Gambar 5
6.
7.
8.
9.

Lepaskan semua hubungan-hubungan diatas


Atur sumber tegangan sebesar VXY (Vo) dan tentukan tahanan sebesar Vo/Io
Susunlah kembali untai baru seperti gambar 7
Catat besar arus yang terukur pada multimeter untuk beban RL = 470 , 1000 , 1,8
k dan 3 k.
10. Bandingkan hasil-hasil ini dengan hasil pengukuran arus pada langkah 2
TFN - Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir 2015

Praktikum Fisika Dasar 2


11. Gambar 7 adalah untai thevenin dari untai gambar 5
470 ohm

3,3k ohm

X
E
1,2 k ohm
S

Gambar 6

X
R thevenin
A

E thevenin
S

RL
Y
Gambar 7.

Tugas Laporan :
1. Percobaan A : Hitung nilai arus pada posisi 1, 2, 3, dan 4. Bandingkan dengan hasil
pengukuran
2. Percobaan B : Hitung nilai tegangan masing-masing tahanan. Bandingkan dengan hasil
pengukuran.
3. Percobaan C : Hitung nilai tegangan thevenin dan tahanan thevenin berdasarkan teori.
Bandingkan dengan hasil pengukuran
4. Buatlah analisa untuk masing-masing data percobaan

TFN - Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir 2015

Praktikum Fisika Dasar 2

3. PENGUKURAN KOMPONEN HORIZONTAL


MEDAN MAGNET BUMI
Tujuan :
1. Memahami azas magnetometer
2. Dapat menentukan komponen horizontal dari medan magnet bumi.
Alat :
1. Kumparan
2. Batang Magnet
3. Stopwatch.
4. Sumber tegangan DC dan ampermeter
Teori
Pada sebuah batang magnet dengan momen magnetis M yang berada di dalam suatu
medan magnet homogen berkekuatan H yang diganggu dari posisi setimbangnya, maka batang
magnet akan mengalami osilasi. Jika momen kelembaman magnetnya = J, maka batang
magnet akan berosilasi dengan periode (T), yaitu =
J
J
1
1)
T 2 4 2 4 2

D
MH GH
1 M
dengan
2)
G
4 2 J
Kekuatan medan magnet yang timbul di dalam suatu kumparan dengan panjang L, lilitannya
sebanyak n, dan dialiri arus listrik i , dinyatakan oleh persamaan :
ni
ni
3)
H 0,4
Oersted
A cm -1
L
L
dari rumus 2), diperoleh bahwa satuan G adalah (A cm-1 )-1 dtk-2 .
Sekarang kita akan mencoba menggetarkan sebuah batang magnet kecil di dalam sebuah
medan magnet homogen, yang terdiri atas komponen horizontal He dari medan magnet bumi
dan medan H dari sebuah kumparan yang diberi arus, kuat medan bersama sebesar H + He.
He selalu kita anggap positif sedang H dianggap positif jika searah He dan dianggap negatif
jika berlawanan arah. Selanjutnya digunakan perjanjian bahwa i berharga positif jika H dan
He searah, dan berharga negatif jika berlawanan arah. Maka ada tiga kondisi sebagai berikut :
Kumparan tidak dialiri arus : i = 0 dan H = 0 . Medan bersama H + He searah
dengan medan He.
HeL
i >
dan 0 > H > -He, medan kumparan berlawanan arah dengan medan
n
magnet bumi. Jadi H + He searah dengan medan magnet bumi He. Untuk i
HeL
=
, maka H + He = 0. Jadi medan magnet bumi tepat senilai dan
n
berlawanan arah dengan medan kumparan, dan saat itu periode ayun batang
magnet adalah tak terhingga.

TFN - Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir 2015

Praktikum Fisika Dasar 2

HeL
, H < He sekarang medan kumparan berlawanan arah dan harga
n
mutlaknya lebih besar dari medan magnet bumi sehingga medan magnet
bersama juga berlawanan arah dengan medan magnet bumi.

i <

Akibat adanya perubahan dari keadaan 2 ke 3, batang magnet berputar 1800. Jika kita tinjau
terhadap batang magnet, maka hal ini akan sesuai dengan ketika kita putar kedua medan
tersebut sebesar 1800, sesuai juga dengan pembalikan arah arus dalam kumparan. Oleh
karena itu pada persamaan (1) harus dimasukkan unsur kuat medan (H+ He). Mengingat T2
harus lebih besar dari nol, dan H+He sekarang berharga negatif, sehingga persamaan (2) dapat
ditulis sebagai berikut :
a) Pada kondisi 1 dan 2 berlaku

T
b) Kondisi 3

T2

1
G ( H He)

4)

1
G( H He)

5)

atau
n
G( ) a
L
GHe Xo
1

6)

disini Xo adalah harga dari X pada saat i = 0. Menurut persamaan (4), (5), dan (6) diperoleh
sebagai berikut :
Pada keadaan 1 dan 2 X = ai + Xo
Keadaan 3
X = - ai + Xo
Jadi pada semua keadaan X = 1/T2 adalah berbanding linier dengan harga i
Pekerjaan kita sekarang adalah menghitung tetapan-tetapan dan Xo , kemudian membuat
grafik X vs. i untuk menentukan x /i = tg = a, kemudian hitunglah harga G dengan
satuan 1/(A cm-1) dan harga He nya.
Tatalaksana Percobaan:
1. Pasang untai percobaan, pindahkan benda-benda yang dapat mempengaruhi medan
magnet jauh-jauh dari kumparan.
2. Setelah rangkaian disetujui oleh Asisten, getarkanlah batang magnet dengan
mendekatkan secara hati-hati sebatang besi (sesudahnya harus diletakkan jauh-jauh
dari kumparan) tanpa menghubungkan untai dengan sumber tegangan. Ukurlah waktu
untuk 20 getaran.
3. Lakukan no. 2 dengan menghubungkan untai ke sumber tegangan DC dengan posisi
komutator sedemikian sehingga i > 0.

TFN - Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir 2015

Praktikum Fisika Dasar 2


BAGAN UNTAI PERCOBAAN

KETERANGAN
S = kumparan berbentuk solenoid
K = Komutator
A = Ampermeter
Rg= Tahanan geser
E = Sumber tegangan searah
l = benang sutera sepanjang 20 cm
4. Lakukan no. 3 dengan komutator dibalik.
5. Lakukan no. 3. dan no. 4 dengan mengubah-ubah arus dari nol kemudian naik dengan
menggeser Rg,. Perubahan arus sesuai dengan perintah Asisten.
6. Ukur panjang lilitan dan hitung jumlah lilitan.
Pertanyaan :
1. Uraikan hubungan antara periode dengan intensitas medan.!
2. Apa syaratnya agar no. 1 terpenuhi?
3. Mengapa penggetaran dilakukan dengan mendekatkan sebatang besi secara hati-hati
pada batang magnet (perlahan-lahan)?.
4. Uraikan mengapa benda yang mempengaruhi medan magnet harus dijauhkan, sebutkan
contoh benda yang berpengaruh.!
5. Bagaimana caranya mendapatkan intensitas medan magnet dengan metode grafis!
Tugas Laporan : Jelaskan prinsip magnetometer dan hitung nilai He dengan metode grafis.

Gambar Alat percobaan Pengukuran Medan Magnet Bumi STTN

TFN - Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir 2015

Praktikum Fisika Dasar 2


3. TRANSFORMATOR
Tujuan
1. Memahami azas kerja transformator
2. Menentukan nilai kerugian panas dalam lilitan, faktor lipat tegangan dan faktor
regulasi
Teori
Azas kerja transformator (trafo) dapat dijelaskan melalui gambar dibawah ini. Trafo
terdiri dari 2 jenis kumparan, yaitu kumparan primer dan sekunder yang dililitkan pada
susunan pelat besi lunak yang disebut inti trafo (transformer core). Kumparan primer yang
berjumlah Np lilitan adalah tempat daya listrik dimasukkan ke trafo, sedangkan lilitan
sekunder berjumlah Ns, merupakan tempat daya listrik diambil dari trafo oleh beban.
Jika kumparan primer dihubungkan ke sumber daya (sumber AC), maka pada inti trafo
dibangkitkan fluks magnetik. Berhubung kumparan sekunder juga meliliti inti ini, maka
kumparan sekunder juga meliliti fluks magnetik inti yang dibangkitkan oleh kumparan
primer. Fluks magnet selalu berubah-ubah sesuai dengan arus primer, sehingga pada
kumparan sekunder akan dibangkitkan ggl induksi (hukum Faraday).

Vp

Vs

Besarnya ggl sebanding dengan banyaknya lilitan, sehingga jika tegangan primer Vp
dan tegangan sekunder Vs, maka berlaku persamaan :
N s Vs

= faktor lipat tegangan


1)
N p Vp
Pada umumnya kumparan sekunder trafo tidak hanya satu, tetapi terdiri dari beberapa
kumparan, namun besar tegangan tiap kumparan selalu sebanding dengan jumlah lilitan
dari masing-masing kumparan.
Trafo ideal adalah trafo yang hampir tidak mempunyai kerugian daya, ini berarti
bahwa daya yang diberikan pada kumparan primer senilai dengan daya yang diberikan
pada kumparan sekunder atau secara matematis dinyatakan :
V p I p Vs I s
2)
Persamaan tersebut biasa dinyatakan dalam bentuk :
Vp Ip cos (p) = Vs Is cos (s)
3)
dengan
cos (p) = faktor daya primer
cos (s) = faktor daya sekunder
Pada persamaan (1), bila Ns < Np, sehingga Vs < Vp, maka trafo disebut step down dan jika
sebaliknya disebut step up.
Daya keluaran suatu transformator biasanya lebih kecil dari pada daya masukan, hal ini
disebabkan kehilangan daya dalam bentuk panas yang tidak dapat dihindarkan. Kehilangan
daya ini terdiri atas panas yang timbul pada lilitan primer dan sekunder yaitu I2R (kerugian
tembaga), pemanasan dalam inti akibat histerisis dan arus eddy.
TFN - Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir 2015

Praktikum Fisika Dasar 2


Secara teoritis kerugian tembaga dapat dituliskan :

K t I p2 rp I s2 rs

4)

Mengacu persamaan (1), sehingga persamaan (4) dapat ditulis :

K t I p2 [rp (
K t I s2 [rs (

Np
Ns

) 2 rs ] I p2 Rtp
5)

Ns 2
) rp ] I s2 Rts
Np

dengan Rtp dan Rts adalah tara primer dan tara sekunder ;
Rtp rp (

Np

) 2 rs

6)
Ns
N
Rts rs ( s ) 2 rp
Np
Besarnya Rtp dapat dihitung dengan membuat kumparan sekunder dihubung singkat dan
daya masuk (Rp) serta arus (Ip) diamati sehingga diperoleh :
Rp
7)
Rtp 2
Ip
Impedansi tara primernya adalah :
Sehingga :

x p z 2p Rtp2

zp

Vp
Ip
8)

Daya guna (efisiensi) trafo secara teoritis dapat dihitung dengan = daya yang dapat
dipakai dibagi daya yang tidak diberikan sumber .

Pada umumnya nilai Vs bergantung pada beban. Jika Vso = tegangan sekunder
tanpa beban, sedangkan Vsb = tegangan sekunder dengan beban, maka didefinisikan faktor
regulasi (R) sebagai :
V Vsb
R so
9)
Vsb
Secara teoritis faktor regulasi dapat dihitung dengan mengukur tegangan kumparan
primer dan sekunder pada saat kumparan sekunder tanpa beban, maka r dapat dihitung dengan
rumus :
NS
VP Vs
V Vp
NP
r
s
10)
Vs
Vp

TFN - Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir 2015

10

Praktikum Fisika Dasar 2


Metode Percobaan :

Alat yang diperlukan :


1.
2.
3.
4.

Trafo daya
Multi meter
Regulator
Lampu pijar (beban)

Ip

Is

Vp

Vs

beban

trafo

Gambar Bagan Percobaan

Tatalaksana Percobaan :
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Buat rangkaian seperti gambar bagan percobaan


Berikan input pada sisi primer dengan variasi tegangan yang berbeda
Pada keadaan tanpa beban, ukurlah Vp, Ip dan Vs
Pada keadaan berbeban, ukurlah Vp, Ip, Vs dan Is
Pada keadaan hubung singkat, ukurlah Vp, Ip
Tentukan nilai kerugian panas dalam lilitan, faktor lipat tegangan dan faktor
regulasi

Analisa Data
Hitunglah hasil pengukuran akhir :
N s Vs

=
N p Vp
Kt =
R=
r=
Bandingkan harga R dan r, apa kesimpulan sdr.

B. Soal-soal Latihan :
1. Jelaskan dengan hukum Faraday adanya hubungan antara adanya tegangan primer dan
munculnya tegangan sekunder?
2. Apa perbedaan antara rumusan faktor regulasi pada persamaan (9) dan (10)?
C. Referensi
1. Ohanian, H.C., 1989, Physics, Second Edition Expanded, W.W. Norton & Company
Inc, p.840-842.
TFN - Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir 2015

11

Praktikum Fisika Dasar 2


2. Sears, F.W., 1951, Electricity and Magnetism, Eddison-Wesley, p.377-383.
3. Sutrisno, 1983, Fisika Dasar, Cetakan Kesembilan, Bagian Pertama Listrik dan
Magnet, Penerbit ITB.

TFN - Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir 2015

12

Praktikum Fisika Dasar 2


4. DAYA HANTAR LARUTAN
Tujuan :
1. Memahami proses hantaran listrik dalam larutan
2. Menentukan daya hantar lsitrik larutan elektrolit
Alat yang digunakan
1. Bejana
2. Indikator
3. Untai jembatan wheatstone
4. Sumber bunyi / Oscilator
Teori
Suatu zat (asam, basa atau garam) bila dilarutkan kedalam suatu pelarut akan terpecah
menjadi ion positif dan ion negatif dinamakan elektrolit. Jika kedalam larutan elektrolit
dimasukkan dua elektrode yang dihubungkan dengan kutub-kutub sumber arus searah
(elemen), maka akan timbul medan listrik antara kedua elektrode tersebut. Akibatnya ion
positif akan bergerak kekutub negatif dan akan mengambil elektron dari elektrode ini.
Sedangkan ion negatif akan bergerak kekutub dan menyerahkan elektron kekutub kepada
elektrode ini. Ini berarti di dalam larutan elektrolyt tadi terjadi pengahantaran muatan dari
elektrode yang satu ke elektrode yang lain dengan jalan diangkut oleh ion-ion. Jadi didalam
larutan elektrolit ini mengalir aru sebesar :
i n q n q A
Dengan

=
=
=
=
=

n
n
q

jumlah pembawa muatan positif persatuan volume (jumlah ion positif)


jumlah pembawa muatan negatif persatuan volume (jumlah ion negatif)
muatan dari ion (= ze, z = valensi ion, e = muatan keunsuran)
kecepatan kesatu jurusan ( = drift velocity)
luas penampang bagian yang dilalui arus.

Besarnya dan tergantung pada besarnya medan listrik dan macamnya, yaitu E v
dan E , dimana dan adalah bilangan tetap yang dinamakan mobilitas ion positif
dan ion negatif dan E kuat medan. Jadi besarnya arus yang mengalir :
i An n ZeE
Karena E V

dan n n n ; V beda potensial; l panjang larutan elektrolit, maka

A
Zen V
l
Untuk suatu larutan yang tertnetu dengan panjang dan luas penampang efektifnya tertentu
harga Zen adalah tetap. Harga yang tetap ini dinamakan daya hantar elektrolit.
i

A
1
Zen V Y
l
R

Y adalah daya hantar; R = tahanan

TFN - Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir 2015

13

Praktikum Fisika Dasar 2


Daya hantar jenis adalah
l
l 1
Y
A
AR
Zen
Jumlah n bergantung pada konsentrasi dan suhu; dan bergantung pada konsentrasi dan
suhu. Jadi Y dan bergantung pada konsentrasi dan suhu.
Dasar Percobaan
Untuk mengukur daya hantar larutan dgunakan azas kerja jembatan wheatstone. Dalam
hal ini sumber yang dipakai adalah oscilator atau sumber tegangan bolak balik. Sedang
sebagai indikator nol ( indikator kesetimbangan dipakai galvanometer atau headphone
R1 = tahanan elektrolit
R2 = tahanan Buzzer
R3 dan R4 = tahanan geser kawat
kanan dan kiri
Dalam keadaan setimbang arus sama
dengan nol atau suara headphone
sudah tidak terdengar lagi, berlaku
hubungan :
R R
R1 R3

atau R1 2 3
R2 R4
R4
Daya hantarnya :
R
1
Y
4
R1 R2 R3
untuk memperkecil ralat R2, diatur
agar R3 dan R4 atau hampir sama.Ralat
R2 terkecil jika R3 = R4

Tatalaksana Percobaan
1. Isi bejana dengan larutan CuSO4 dengan volume tertentu dan sebagian elektrode
tercelup dalam larutan
2. Buat rangkaian seperti gambar diatas
3. Hidupkan oscilator, hingga terdengar suara pada headphone. Atur kontak geser
sedemikian ru[a sehingga suar yang terdengar selemah-lemahnya. Catat kedudukan ini
sebagai R3 dan R4.
4. Ganti larutannya dengan konsentrasi berbeda berturut-turut 80 %; 60 %; 40 %; 20 %
dan 0 %

TFN - Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir 2015

14

Praktikum Fisika Dasar 2


5. WATAK LAMPU PIJAR
Tujuan
1. Memahami hukum ohm
2. Memperagakan untai pengukuran arus dan tegangan lampu pijar
3. Menginterpretasi grafik hubungan antara :
a. Tegangan terpasang dengan arus yang mengalir
b. Tegangan terpasang dengan tahanannya
c. Tegangan terpasang dengan daya serap
Alat
1.
2.
3.
4.

Voltmeter
Amperemeter
Lampu pijar
Variac

Teori
Arus yang mengalir dalam suatu penghantar besarnya sebanding dengan tegangan
(beda potensial) antara ujung-ujung penghantar atau dinyatakan dengan persamaan :
V
i
R
dengan i = arus, V = tegangan, R tahanan penghantar. Penghantar yang mengkuti hukum ohm
dinamakan penghantar yang linier. Pada umumnya tahanan berubah dengan berubahnya suhu.
Untuk penghantar dari logam, besarnya tahanan bertambah besar jika suhunya makin tinggi.
Disipasi Tenaga dalam Suatu Penghantar
Jika dalam suatu penghantar mengalir arus listrik maka dalam penghantar ini ada
tenaga yang hilang dan berubah menjadi panas. Tenaga yang hilang berubah menjadi panas
dikatakan sebagai tenaga listrik yang terdisipasi. Besarnya tenaga yang terdisipasi tiap
detiknya adalah
P Vi watt ( joule / det ik )

Karena ada daya yang terdisipasi menjadi panas maka tahanan lampu pijar berubah dengan
berubahnya tegangan. Dalam percobaan watak lampu pijar diteliti hubungan antara I dengan
V; antara R dengan V dan antara P dengan V. Jadi yang dimaksud dengan watak lampu pijar
adalah hubungan antara :
a.
Tegangan yang terpasang dengan arus listrik yang mengalir
b. Tegangan yang terpasang dengan tahanannya
c.
Tegangan yang terpasang dengan daya yang diserap
Pemilihan Bagan Pengukuran V dan I
Untuk memperoleh watak lampu pijar diperlukan pengukuran V dan I secara simultan
dengan cara pemaangan voltmeter dan amperemeter seperti bagan I dan II

TFN - Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir 2015

15

Praktikum Fisika Dasar 2

Bagan I
A

Bagan II
Bagan I
Dalam hal ini ada kesalahan pembacaan amperemeter, karena yang terukur adalah jumlah dari
r
arus yang lewat voltmeter. Arus yang terbaca berlebihan x100% dimana r = tahanan lampu
R
dan R tahanan voltmeter. Jika kesalahan yang dikehendaki maksimal a % maka :
r
x100% a %
R

Bagan II
Dalam hal ini ada kesalahan pembacaan voltmeter, karena yang terukur adalah tegangan pada

x100 % dimana = tahanan


r
amperemeter. Jika kesalahan yang dikehendakimaksimal a % maka

lampu dan amperemeter. Tegangan yang terbaca berlebihan :

x100 % < a %

Pemilihan Bagan
r
r
Jika
maka dipilih bagan I, sebaliknya jika
maka menggunakan bagan II.
R r
R r
r

Untuk mengetahui besarnya dan


dilakukan pengukuran-pengukuran.
R
r

Daya Listrik
Daya listrik adalah tenaga listrik per satuan waktu. Kalau tenaga dinyatakan dalam
joule dan satuan waktu dalam detik maka satuan daya tersebut adalah watt. Daya pada arus
bolak-balik merupakan fungsi waktu, karena itu apa yang sering disebut daya pada arus bolakbalik pada hakekatnya adalah daya rata-rata selama satu periode. Secara matematis ditulis :

TFN - Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir 2015

16

Praktikum Fisika Dasar 2

Daya rata-rata P
arus sesaat.
Kalau dihitung, bila

1T
T

Vidt

, dengan T adalah periode; V harga tegangan sesaat dan i harga

V V max Sin t

dan i i max sin( t )


P VI cos
dengan V dan I harga efektif dari tegangan dan arus, sedang adalah beda fase antara V dan I.
Pada percobaan ini, dianggap tidak ada perbedaan fase (=0). Dengan demikian hubungan P =
f(V) dapat dibuat berdasarkan pengamatan di atas.
D. TATA LAKSANA PERCOBAAN
A. Pemilihan Bagan
A

variac

Gambar 1.
1. Buatlah rangkaian seperti gambar 1
2. Variasi tegangan variac sehingga tegangan pada lampu
25 Volt, 50 Volt dan 75
volt. (kondisi amperemeter dilepas)
3. Ukur arus yang melewati lampu untuk masing-masing tegangan tersebut pada kondisi
voltmeter dilepas. Catat arus terukur sebagai I
4. Pasang bagan I, misalkan pembacaan voltmeter = V dan pembacaan amperemeter I
5. Pasang bagan II, misalkan pembacaan voltmeter = V dan pembacaan amperemeter I
Catatan : dengan anggapan tahanan dari sumber dapat diabaikan maka dapat dibuktikan bahwa
:
I
r
V
'xI
R V
I
'

Bandingkan harga

V
I

''
''

V (V V )

'
I
I
'

terhadap
. Kemudian pilihlah bagan yang lebih baik untuk ketiga
R
r

contoh diatas.
B. Watak lampu pijar
Dengan bagan yang dipilih :
1. Aturlah variak sehingga tegangan yang ditunjukkan oleh voltmeter 10 Volt. Catat arus
yang mengalir.
TFN - Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir 2015

17

Praktikum Fisika Dasar 2


2. Ulangi langkah tersebut untuk tegangan-tegangan 20, 30,40, 50, 60, 70, 80, 90, dan
100 volt.
3. R dan P (daya) dapat dihitung dari hasil langkah1 dan 2
4. Dibuat grafik hubungan antara I = f(V); R = f(V) dan P=f(V)

TFN - Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir 2015

18

Praktikum Fisika Dasar 2


6. CERMIN DAN LENSA
Tujuan Percobaan :
1. Dapat memahami sifat-sifat cahaya
2. Dapat menentukan jarak titik api cermin cekung dan cembung
3. Dapat menentukan jarak titik api lensa positif dan lensa negatif
4. Dapat menentukan daya lensa posistif
5. Dapat menentukan indeks bias
Teori
Sifat Cahaya
Seberkas cahaya yang merambat melalui medium yang sama maka arah rambatnya akan
berupa garis lurus. Jika melalui medium yang berbeda maka akan dibiaskan, yaitu pembelokan
cahaya karena merambat melalui dua jenis zat yang kerapatannya berbeda.
Apabila gelombang cahaya merambat dan menumbuk dinding penghalang, maka cahaya akan
dipantulkan atau dibiaskan.
Pembiasan Sinar
Seberkas sinar putih yang melalui sebuah prisma, maka sinar tersebut akan terurai
menjadi warna pelangi. Hal in dikarenakan sinar putih terdiri dari campuran warna dengan
panjang gelombang yang berbeda-beda, maka sinar tersebut akan terbiaskan sesuai dengan
panjang gelombang masing-masing warna.

Sedangkan apabila berkas sinar tersebut melalui dua medium yang berbeda maka sinar
tersebut akan dibiaskan tergantung pada kerapatan medium yang dilalui
Refleksi Sinar pada Cermin
Seberkas sinar yang datang pada cermin datar akan dipantulkan dengan sudut yang sama
besar terhadap garis normal. Sedangkan pada cermin cekung sinar yang datang akan dipantulkan
menuju titik fokus. Pada cermin cembung berkas sinar yang datang akan dipantulkan/dihamburkan
seolah-olah dari titik fokus cermin

TFN - Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir 2015

19

Praktikum Fisika Dasar 2

Pembiasan pada Lensa


Lensa cekung adalah lensa yang bagian tengahnya lebih tipis dari pada bagian pinggirnya. Lensa
cekung terdiri atas 3 macam bentuk, yaitu lensa bikonkaf (cekung rangkap), plan konkaf (cekung
datar), konveks konkaf (cekung-cembung).
Lensa cekung disebut juga lensa negative (-), yang memiliki sifat dapat menyebarkan cahaya
(divergen). Apabila seberkas cahaya sejajar sumbu utama mengenai permukaan lensa cekung,
maka berkas cahaya tersebut akan dibiaskan menyebar seolah-olah berasal dari satu titik, yaitu
titik fokus.
Untuk lebih mudah dalam melukiskan bayangan benda, maka lensa cekung dapat digambarkan
berupa garis tegak lurus terhadap sumbu utama dan diberi tanda negatip (-) di bagian atas garis.

Lensa Divergen
Lensa cembung adalah lensa yang bagian tengahnya lebih tebal dari bagian pinggirnya. Lensa
cembung terdiri dari tiga macam bentuk, yaitu lensa bikonveks (cembung rangkap), plan konveks
(cembung datar), dan konkaf konveks (cembung-cekung). Lensa cembung memiliki dua
permukaan lengkung, sehingga terdapat dua titik pusat kelengkungan, yaitu P1 dan P2, dan dua titik
fokus, yaitu F1 dan F2.
Lensa cembung disebut juga lensa positip (+) yang memiliki sifat dapat mengumpulkan cahaya
(konvergen). Apabila ada seberkas cahaya sejajar sumbu utama mengenai permukaan lensa, maka
berkas cahaya tersebut akan dibiaskan melalui satu titik. Titik dimana cahaya mengumpul disebut
titik fokus.

Lensa Kovergen
Untuk lebih mempermudah dalam melukiskan bayangan benda, lensa cembung digambarkan
dengan garis tegak lurus terhadap sumbu utama dan diberi tanda positip (+) di bagian atas garis.
Jika jarak benda ke lensa adalah S0, jarak fokus ke lensa adalah f, dan jarak lensa ke bayangan
yang terbentuk adalah S1, maka diperoleh hubungan sebagai berikut :

Karena

; maka :

Dengan : f = jarak fokus


S1 = jarak lensa ke bayangan

R = radius (jari-jari) lensa


S0 = jarak lensa ke benda

TFN - Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir 2015

20

Praktikum Fisika Dasar 2


Perbandingan antara jarak bayangan ke lensa (S1) dengan jarak benda ke lensa (S0) atau
perbandingan antara tinggi bayangan (h1) dengan tinggi benda (h0) disebut perbesaran bayangan
(M), yang besarnya dapat dihitung dengan persamaan :

Daya atau kekuatan lensa adalah kemampuan lensa untuk mengumpulkan atau menyebarkan
berkas cahaya. Daya lensa dinyatakan dalam satuan dioptri yang dinyatakan dengan persamaan
berikut :

dengan :

D = daya lensa (dioptri)


f = jarak fokus (m)

Indeks Bias
Jika seberkas cahaya datang pada bidang batas diantara dua zantara yang transparan (bening),
dimana kecepatan cahaya dikedua zantara itu berbeda , maka berkas cahaya itu akan dipantulkan
(refleksi) dan dibiaskan (refraksi). Untuk kedua kejadian itu berlaku hukum Snell yaitu :
a. Seberkas cahaya yang dating pada bidang batas
dua zantara akan dipantulkan dimana berkas
cahay yang dipantulkan sebidang dengan berkas
cahaya datang dan sudut pantulnya sama dengan
sudut dating.
b. Seberkas cahaya yang terbias diantara dua
zantara, maka berkas cahaya yang terbias itu
sebidang dengan berkas cahaya yang datang

dan perbandingan sudut datang dan sudut bias adalah tetap (konstan) :

Jika berkas cahaya datang dari hampa ke suatu zat antara yang lain, maka :

n disebut koefisien indeks bias zat.


Pembiasan pada bidang batas antara dua zat antara yang mempunyai indeks bias berbeda n1
dan n2 akan memenuhi hukum Snell :
Perbandingan n1/n2 disebut indeks bias relatif dari zat antara kedua terhadap zat antara pertama.
Dari persamaan diatas diperoleh :
'
Jika

= 900, maka

; sehingga

Sudut kritis antara kedua zat antara diatas yang mempunyai arti bahwa pada saat
seluruh berkas cahaya yang datang pada bidang batas dua zantara diatas akan dipantulkan
semuanya.
Hollow Lens
Umumnya lensa dibuat dari bahan yang mempunyai indeks bias lebih besar dari medium
sekitarnya. Lensa terdiri dari sepasang gelas (eyeglasses) yang terbuat dari gelas atau plastik
TFN - Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir 2015

21

Praktikum Fisika Dasar 2


dengan indeks bias 1,5 atau lebih besar, pada udara yang melingkungi dengan indeks bias 1,0.
Lensa dapat juga dibuat dengan indeks bias yang lebih kecil dari medium sekitarnya, hal ini
ketika hollow lens diisi udara dengan air yang melingkungnya. Hollow lens dalam percobaan
terdiri dari 3 bagian, sebuah plano-konkav dan dua buah plano-konvek, seperti pada gambar
dibawah ini.

Tatalaksana Percobaan :
Cermin Datar :
1. Letakan sumber cahaya pada selembar kertas putih, atur untuk sinar tunggal
2. Letakan cermin pada kertas, permukaan datar cermin dikenakan pada cahaya yang datang
dengan sudut tertentu sehingga tampak sinar datang dan sinar pergi/refleksi
3. Gambar sinar datang dan sinar refleksi pada kertas, tunjukan dengan tanda panah sinar datang
dan sinar pergi;
4. Gambar garis normal, ambil sumber cahaya dan cermin;
5. Ukur sudut datang dan sudut refleksi terhadap garis normal, catat sudut-sudut tersebut
6. Ulangi langkah 1 5, dengan sudut datang yang berbeda-beda

Cermin Cekung dan cembung :


1. Atur sumber cahaya untuk lima sinar pararel, Arahkan sinar ke cermin cekung. Gambar
permukaan cermin dan jalannya sinar datang dan refleksi. Beri tanda sinar datang dan refleksi
dengan tanda panah.
2. Kelima sinar refleksi akan saling berpotongan pada titik fokus, beri tanda pada titik tersebut.
3. Ukur panjang fokus dari tengah cermin cekung ke titik fokus.
4. Ulangi langkah 1-3 untuk cermin cembung ( Ingat: cermin cembung sinar refleksi akan
terhambur seolah-olah dari titik fokus)

Untuk cermin cekung dapat juga dengan menggunakan layar separo.


1. Letak cermin cekung pada dudukan, kemudian letakan layar separo dimuka cermin.
2. Arahkan cermin ke benda yang jauh, atur atau geser-geser layar separo hingga diperoleh
bayangan yang paling jelas. Tentukan jarak fokus cermin cekung
3. Kemudian arahkan cermin cekung ke sumber cahaya yang juga berlaku sebagai benda.
4. Atur jarak cermin cekung dengan sumber cahaya pada jarak 50 cm, geser-geserlah layar separo
hingga diperoleh bayangan nyat yang paling fokus, catat posisi benda; cermin dan layar.
Hitung fokus cermin dengan menggunakan rumus :

5. Ulangi langkah 4; untuk jarak yang berbeda-beda.

TFN - Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir 2015

22

Praktikum Fisika Dasar 2


Menentukan Fokus Lensa Cembung (+)
1. Susunlah rangkaian lensa seperti gambar berikut :

2. Letakan layar pada jarak 100 cm, geser-geser lensa sehingga diperoleh bayangan yang paling
fokus, catat kedudukan sumber cahaya/benda; lensa dan layar. Catat juga besarnya benda dan
bayangan.
3. Ulangi langkah 2 untuk jarak antara sumber cahaya/benda dengan layar berbeda-beda, misal 90
cm, 80 cm; 70 cm; 60 dan 50 cm.
4. Hitung fokus lensa menggunakan rumus :
5. Hitung perbesaran dengan rumus :

dan

; bandingkan kedua

hasilnya!
Cara lain menentukan titik fokus lensa cekung :
1. Letakan layar pada titik tertentu kemudian lensa diletakkan di depannya seperti gambar berikut
:

2. Arahkan susunan ke benda yang jauh, geser-geser lensa sehingga diperoleh bayangan yang
paling fokus.
3. Tentukan jarak fokus dari lensa.
4. Ganti lensa dengan yanglain, dengan cara yang sama tentukan besarnya jarak fokus lensa.
Menentukan perbesaran lensa cekung (-)
1. Letakan sumber cahaya/benda pada titik tertentu pada dudukan, misal 10 cm. Letakan lensa(-)
pada jarak 20 cm dari benda.

2. Melalui lensa cekung (-), lihatlah posisi benda (perhatikan bayangannya lebih besar atau lebih
kecil).
3. Letakan lensa (+) pada jarak antara (50 s.d 80) cm, kemudian letakkan layar pada jarak tertentu
dibelakang lensa (+).
4. Atur kedudukan layar hingga diperoleh bayangan nyata yang paling fokus.
5. Lepas lensa (-), atur letak benda sampai diperoleh bayangan nyata dilayar.Kedudukan benda
sekrang sama denganletak bayangan maya dari lensa (-).
6. Hitung perbesaran lensa negatif!

TFN - Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir 2015

23

Praktikum Fisika Dasar 2

Menentukan Indeks Bias


1. Letakan lensa setengah lingkaran pada piringan,
2. Arahkan sinar tunggal ke titik pusat lensa pada bagian yang datar.
3. Putar piringan dengan sudut tertentu sehingga akan terlihat jalannya sinar, tentukan besar sudut
datang dan pergi.
4. Ulangi langkah 3 pada sudut yang berbeda-beda, tentukan besarnya indeks bias dari acrilik.
Anggap indeks bias udara adalah 1 (satu)
5. Dengan cara yang sama, tetapi sinar diarahkan ke pusat lensa melalui bagian yang
melengkung.
6. Amatilah besarnya sudut datang dan pergi pada beberapa sudut, tentukan besarnya indeks bias
acrilik.

Hoolow Lens
1. Mula-mula semua lensa dikosongkan; kemudian apabila pada lensa dikenakan seberkas cahaya
prediksi apa yang terjadi sesuai tabel berikut :
Lingkungan
Prediksi
Hasil
Bagian 1
Bagian 2
Bagian 3
Lensa
(perkiraan)
pengamatan
Air
Udara
Udara
Udara
Air
Udara
Udara
Udara
Udara
Air
Air
Udara
Air
Udara
Air
Air
Air
Air
Udara
Air
Air
Air
Udara
2. Letakan hollow lens pada sebuah kotak, mula-mula lingkungannya udara. Kemudian isilah
hollow lens dengan air seperti pada tabel diatas. Amati berkas sinarnya. Apakah berkas sinar
terkumpul atau tersebar (konvergen atau divergen)
3. Kemudian isilah kotak dengan air, lakukan seperti pada langkah 2 sesuai dengan tabel diatas.
Amati berkas sinar konvergen atau divergen.
4. Sesuaikah prediksi anda! Jelaskan mengapa terjadi hal tersebut!

TFN - Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir 2015

24

Praktikum Fisika Dasar 2


7. PERCOBAAN MIKROSKOP
Tujuan
1.
2.
3.
4.

Dapat menggunakan mikroskop dengan benar


Dapat menentukan perbesaran mikroskop
Dapat mengukur panjang/tebal benda
Dapat menentukan beasrnya aperatur numeric.

Peralatan
1.
2.
3.
4.

Mikroskop
Mikrometer okuler dan mikrometer obyektif
Mistar
Cermin gambar

Teori
Mikroskop adalah alat untuk melihat benda kecil. Pada dasarnya terdiri dari susunan lensa
obyektif dan lensa okuler yang masing-masing terdiriatas lensa positif. Benda yang dilihat
diletakanpada jatrak yang lebih jauh sedikit dari titik api lensa pertama obyektif. Jika mata
pengamat tidak berakomodasi, mak letak benda harus sedemikian sehinga bayangan yang
dibentuk oleh lensa obeyektif jatuh tepat dititik api pertama lensa okuler.

Perbesaran total dari mikroskop adalah M

tgu '
tgu

Dengan : u adalah sudut melalui mikroskop


u
tg .u

adalah sudut yang terbentang pada mata tanpa alat oleh benda pada jarak
terdekat, d = 25 cm, jadi

Y'
Y Y
dan tg .u '

f2
d 25

Y = tinggi benda; Y = tinggi bayangan oleh lensa obyektif


f2 = jarak titik api lensa okuler, sehingga

m = y/y adalah perbesaran lateral oleh lensa obyektif


adalah perbesaran sudut oleh lensa okuler
TFN - Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir 2015

25

Praktikum Fisika Dasar 2

dengan persamaan untuk lensa obyektif

1 1 1
dan persamaan perbesarannya :

s s' f1

25
Y'
s'
diperoleh M
dengan = s f = jarak antara F1 sampai F2

f1 f 2
Y
s
Sedang dalam percobaan ini dikembangkan rumus sebagai berikut :

Y ' 25
dengan Y ' adalah jarak yang terlihat pada mistar

Y
a
Y adalah panjang benda yaitu skala pada micrometer yang dilihat
(ukurlah skalanya) dan

a adalah jarak dari mata ke mistar.


Panjang benda benda adalah micrometer obyektif dapat ditentukan langsung, tg u daopat
diukur dengan pertolongan satu mata melihat ke micrometer obyektif dan satu mata lagi
melihat mistar yang ada diluar mikroskop. Jika benda yang dipilih adalah 1/20 cm, maka
M

m( skala.mistar.cm) 25cm

0,05cm
a(cm)

Mengukur diameter/jari-jari pipa kapiler dengan pertolongan mikrometer okuler. Lensa


okuler sesungguhnya adalah susunan lensa yang terdiri dari lensa positif, lensa yang ada
didepan disebut lensa medan (dekat dengan benda/obyek) dan lensa yang dibelakang
dinamakan lensa mata (dengan dengan mata). Jika menggunakan micrometer okuler,
micrometer harus diletaaakkan diantara kedua lensa tersebut tepat di titik api lensa mata
sehingga selalu tampak jelas untuk mata yang tak berakomodasi.
Dasarnya : Lebih dahulu mikrometer okuler ditera dengan micrometer obyektif, kemudian
digunakan untuk mengukur diameter pipa kapiler.
Harga skala micrometer okuler adalah :

jumlah.bagian.skala.obyektif
0,05cm
jumlah.bagian.skala.okuler
TFN - Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir 2015

26

Praktikum Fisika Dasar 2

DAYA PISAH DAN APERATUR NUMERIK


Daya pisah menurut Rayleigh, karena adanya difraksi oleh lubang(apertur) bayangan dari
sautu titik benda suatu lensa tidak berupa titik melainkan berupa bundaran cahaya
dikelilingi cincin-cincin gelap terang yang dinamakan pola difraksi.
Pola difraaaksi ini praktis dianggap bundaran karena 85 % cahaya terkumpul pada
bundaran ini. Dua titik cahaya yang sangat berdekatan bayangannya berupa dua budaran
yang berpotongan. Dua bundaran ini dianggap terpisah jika jarak minimalnya sama dengan
jari-jarinya. Al ini dipenuhi jika jarak dua benda ( titik cahaya) :

0,61 0
n sin u

Aperatur numerik ( A.N ) n sin u

Z = jarak dua benda yang mulai dapat dipisahkan oleh sebuah lensa (jarak minimal)

= panjang gelombang dalam cahayaaa lampu yang dipakai


n = indeks bias zantara dimana benda berada
u = setengah dari sudut puncak kerucut cayaha yang masuk
Suatu alat optik dikatakan mempunyaio daya pisah yang besar bila jarak dua benda yang
mulai dapat dipisahkan oleh alat tersebut sangat pendek. Atau daya pisah makin besar jika
Z makin kecil yang berarti pula apabila AN makin makin besar. Jika AN makin besar
tidak hanya menambha daya pisah saja, tetapi juga menambah cahaya yang masuk.
MENENTUKAN AN MIKROSKOP
Karena jarak bayangan oleh lensa obyektif jauh lebih besar dari jarak benda, maka letak
benda (meja obyek) dianggap dititik api. Jadi sudut u untuk suatu benda di meja obyek
dianggap sama dengan sudut u untuk benda dititik api. Jika lensa okuler dilepas maka
sinar yang masuk mata dapat dianggap sejajar karena pupil mata dan pupil lensa obyektif
sangat kecil dibandingkan dengan jarak lensa obyektif sampai mata. Sinar tersebur berasal
dari sinar datang yang dating memalului titik api pertama lensa obyektif. Jika dibawah
mikroskop diletakkan kertas maka yang terlihat oleh mata melalui mikroskop tanpa lensa
okuler adalah sebagian yang bertepi leingkaran. Dengan mengukur diameter lingkaran dan
jarak meja obyek sampai kertas dapat ditentukan nilai sin u.
( A.N ) n sin u ; n untuk udara 1 dan sin u

maka

( AN )

D/2
( D / 2) 2 a 2

D/2
( D / 2) 2 a 2

Tatalaksana Percobaan
Percobaan I.
Mula-mula letakkan sumber cahaya didekat mikroskop, dan aturlah arah cermin dibawah
mikroskop sehingga cahaya dapat masuk kedalam mikroskop.
TFN - Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir 2015

27

Praktikum Fisika Dasar 2


1. Letakkan mikrometer diatas meja obyek. Dengan melihat dari luar (tidak melalui
mikroskop) turunkanlah kedudukan mikroskop sampai lensa obyektif hampir
menyinggung meja obyek.
2. Dengan mata melihat kedalam mikroskop, putarlah secara halus pengatur ke arah naik
agar kedudukan mikroskop menjauhi meja obyek. Lakukan secara hati-hati dan pelanpelan sampai bayangan mikrometer terlihat jelas dan tajam oleh mata.
3. Letak sebuah mistar diatas meja disamping mikroskop, dengan mata kanan melihat
kedalam mikroskop dan mata kiri melihat ke mistar. Geserlah letak mistar sehingga
skala mistar nampak berdampingan dengan bayangan skala mikrometer obyektif.
4. Hitunglah berapa bagian skala mistar (catat sebagai X) dan berapa jumlah bagian skala
mikrometer (catat sebagai Y) yang saling berimpitan. Ukurlah jarak mata sampai ke
mistar (catat sebagai a ).
Percobaan II
1. Lakukan seperti pada percobaan I langkah 1 dan 2.
2. Lepaskan susunan lensa okuler, pasang mikrometer okuler pada tempatnya diantara
lensa depan dan lensa belakang. Pasanglah lagi susunan lensa tadi.
3. Putarlah lensa okuler sehungga bayangan micrometer okuler sejajar dengan bayangan
mikrometer obyektif. Geserlah mikrometer obyektif sehingga skalanya berdampingan
dengan skala mikrometer okuler.
4. Hitunglah jumlah skala okuler dan jumlah skala mikrometer obyektif yang saling
berimpitan.
5. Gantilah mikrometer obyektif dengan sepotong pipa kapiler, putarlah lensa okuler
sehingga bayangan mikormeter okuler kelihatan bersilangan tegak lurus dengan
bayangan lubang kapiler. Hitunglah jumlah skala mikrometer okuler yang menyilang
lubang kapiler.
Percobaan III
1. Lepas lensa okuler
2. Ambilah bendanya, lepaskan cermin dan lensa kondesor yang ada dibawah meja
obyek.
3. Letakkan sehelai kertas putih dibawah meja obyek. Dengan pensil yang runcing
tariklah garis sepanjang keliling lingkaran. Ukurlah diameternya ( D )
4. Ukurlah jarak meja obyek sampai kertas putih (a).

TFN - Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir 2015

28

Anda mungkin juga menyukai