Anda di halaman 1dari 10

POLICY ANALYSIS

(STUDI ALTERNATIF KEBIJAKAN BURUH MIGRAN DI KABUPATEN BANYUMAS)

Disusun Oleh:
Burham Subechi
F1B013033

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
JURUSAN ILMU ADMINISTRASI NEGARA
PURWOKERTO
2016

I.

Latar Belakang
Selama lebih dari dua dekade terakhir, Indonesia adalah salah satu negara di dunia

dengan jumlah pekerja migran yang besar. Setiap tahun, banyak penduduk Indonesia yang
memilih untuk mencari pekerjaan sementara di luar negeri; dimana lebih dari 580.000 orang
meninggalkan Indonesia pada tahun 2011, dan jumlah ini kemungkinan besar meningkat pada
beberapa tahun mendatang. Selama periode 2006-2012, jumlah pekerja migran mencapai
sekitar

juta

(Badan

Nasional

Penempatan

dan

Perlindungan

Tenaga

Kerja

Indonesia/BNP2TKI, 2012).
Provinsi Jawa Tengah menjadi salah satu kantong buruh migran di indonesia, salah
satunya

di Kabupaten Banyumas.

Beberapa Kecamatan yang berada di Kabupaten

Banyumas yang menjadi kantong buruh migran misalnya saja Kecamatan Lumbir,
Kedungbanteng, Gumelar, Cilongok, Karanglewas, Sokaraja dan Baturraden. Jumlah buruh
migran asal Banyumas pada tahun 2009 mencapai 1.961, tahun 2010 adalah 1.435 dan tahun
2011 adalah 2.360. namun banyaknya jumlah pekerja migran tidak diiringi perlindungan yang
serius dari pemerintah, Dari data Migrant Care bahkan mencatat bahwa pada tahun 2010
terdapat 45.845 masalah buruh migran, sementara pada tahun 2009, terdapat 5.314 kasus
kekerasan dan 1.018 kasus kematian buruh migran, dan ini semua masih belum jelas
penangananya sampai sekarang oleh negara.
Upaya perlindungan dan pengakuan akan buruh migran di Asean menjadi topik
khusus didalam pembahasan Asean Political Security Community, bentuk dari keseriusan
tersebut maka telah diadopsi The Declaration on the Elemination of Violence against
Women and Elimination of Violence against Children in ASEAN pada 9 Oktober 2013 di
Brunei Darussalam dan juga ASEAN Declaration On Strengthening Social Protection untuk
diimplementasikan kesetiap-setiap negera anggota asean untuk bersama-sama berkomitmen
melindungi buruh migran. Kesepakatan kerjasama dalam perlindungan para buruh migran di
negara ASEAN menjadi salah satu solusi dari banyaknya kasus yang melibatkan para buruh
migran dinegara tujuannya. Banyaknya jumlah buruh migran yang mendapatkan masalah,
terlebih Kabupaten Banyumas yang memiliki jumlah tenaga migran cukup banyak
mengakibatkan perlunya solusi untuk membantu pemerintah daerah Banyumas dalam
menangani para pekerja migran tersebut.

II.

Policy Analysis

Analisis kebijakan publik adalah kajian ilmu sosial terapan yang mempunyai tujuan
memberikan rekomendasi kepada public policy maker dalam rangka memecahkan masalahmasalah publik. Dalam arti luas, analisis kebijakan adalah satu bentuk penelitian terapan yang
dilakukan untuk memperoleh pemahaman yang mendalam mengenai masalah-masalah sosial
yang lebih baik.
William N. Dunn (1998) mengemukakan bahwa analisis kebijakan publik adalah
suatu disiplin ilmu sosial terapan yang menggunakan berbagai macam metodologi penelitian
dan argumen untuk menghasilkan informasi yang relean untuk memecahkan masalahmasalah kebijakan.
Bridgman & Davis (2000, 49) mengemukakan bahwa analisis kebijakan publik
berupa sebuah proses kegiatan yang tidak berhenti dari perumusan masalah, penentuan tujuan
dan sasaran, identifikasi parameter tujuan, pencarian alternatif usulan kebijakan.
Digambarkan dalam bagan lingkaran yang saling terhubung.
1. Formulasi Masalah Kebijakan
Untuk dapat mengkaji sesuatu masalah publik diperlukan teori, informasi dan
metodologi yang relevan dengan permasalahan yang dihadapi. Sehingga identifikasi masalah
akan tepat dan akurat, selanjutnya dikembangkan menjadi policy question yang diangkat
daripolicy issues tertentu.
2. Perumusan Tujuan
Suatu kebijakan selalu mempunyai tujuan untuk memecahkan masalah publik. Analis
kebijakan harus dapat merumuskan tujuan-tujuan tersebut secara jelas, realistis dan terukur.
Jelas, maksudnya mudah dipahami, realistis maksudnya sesuai dengan nilai-nilai filsafat dan
terukur maksudnya sejauh mungkin bisa diperhitungkan secara nyata, atau dapat diuraikan
menurut ukuran atau satuan-satuan tertentu.
3. Penentuan Kriteria
Analisis memerlukan kriteria yang jelas dan konsisten untuk menilai alternatifalternatif. Hal-hal yang sifatnya pragmatis memang diperlukan seperti ekonomi (efisiensi,
dsb) politik (konsensus antar stakeholders, dsb), administratif ( kemungkinan efektivitas, dsb)

namun tidak kalah penting juga hal-hal yang menyangkut nilai-nilai abstrak yang
fundamental seperti etika dan falsafah (equity, equality, dsb).
N

KRITERIA

DIMENSI

TECHNICAL FEASIBILITY

(EFEKTIVITAS PENCAPAIAN

O
1

TUJUAN).
2

ECONOMIC AND FINANCIAL


FEASIBILITY.

POLITICAL VIABILITY.

EFISIENSI

(MENCAKUP

BIAYA DAN HASIL).


(MELIPUTI) :
ACCEPTABILITY.(Dpt
Menerima)
APPROPRIATENESS.
(Kepantasan)
RESPONSIVENESS.
(Kepekaan)
LEGAL

SUITABILITY.

(Pengakuan)
EQUITY.(Adil)
4

ADMINISTRATIVE

(DAPAT

OPERABILITY.

DIIMPLEMENTASIKAN
PADA

KONTEKS

POLITIK,
ADMINISTRASI

SOSIAL,
DAN
YANG

BERLAKU).

III.

Kondisi Penanganan Buruh Migran Banyumas


Kabupaten Banyumas merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa Tengah yang

secara fisik terletak di bagian selatan Provinsi Jawa Tengah. Kabupaten Banyumas
merupakan daerah yang mempunyai jumlah buruh migran terbesar. Dengan memperhatikan
kondisi perlindungan HAM dan Keamanan tenaga migran/TKI di luar negeri, sudah

semestinya peran Pemerintah Daerah ikut merumuskan kebijakan yang mampu menjadi
problem solving. Berdasarkan asas otonomi daerah tentu saja peran atau intervensi dapat
dilakukan sesuai peraturan perudang-undangan yang berlaku yang mana ada pembagian
mengenai urusan wajib dan pilihan.
Berdasarkan observasi, pengumpulan data dan studi pustaka, diketahui bahwa jumlah
masyarakat Kabupaten Banyumas yang bekerja di luar negeri adalah nomor tiga di Provinsi
Jawa Tengah. Banyaknya warga yang berkerja diluar negeri juga beriringan dengan
munculnya pemasalahan terkait hal tersebut. Masyarakat Kabupaten Banyumas yang
berkeinginan menjadi tenaga migrant di luar negeri/TKI banyak yang melaui biro pengiriman
TKI yang tidak berlisensi, hal itu tentu akan mempersulit pemerintah daerah untuk mendata
dan memverifikasi jika terjadi pelanggaran atau penyimpangan oleh TKI. Disamping itu
status TKI tersebut dapat dikategorikan sebagai TKI Ilegal.
N
O
1
2
3
4
5
6

NEGARA TUJUAN
BRUNEI DARUSSALAM
UNI EMIRAT ARAB
SINGAPURA
MALAYSIA
HONGKONG
TAIWAN

JUMLAH

TAHUN
2010
0
285
356
279
239
422

2011
0
184
517
294
313
621

2012
2
24
394
287
300
782

2013
3
33
475
212
330
828

2014
4
7
414
513
295
984

1581

1929

1789

1881

2217

Prosedural tentang administrasi terkait pengiriman TKI ke luar negeri ternyata juga
belum banyak dipahami oleh masyarakat yang bersangkutan. Banyak diantara mereka yang
justru melakukan izin procedural di Luar Kabupaten Banyumas. Melihat fakta seperti ini
mungkin dari Pemerintah Kabupaten Banyumas perlu berikir secara bijak mengapa warganya
lebih memilih atau malah tidak mengetahui tentang prosedural untuk perizinan dalam hal
pengiriman TKI ke luar negeri. Sehingga peneliti mengasumsikan bahwa pelayanan publik
terkait pengiriman TKI dan hal lain tentang administrasi TKI belum diinformasikan secara
menyeluruh ke warganya.
N
O
1
2
3
4

JENIS KASUS

TAHUN
2010
2011

2012

2013

2014

MINTA DIPULANGKAN
PUTUS KOMUNIKASI
MENINGGAL DUNIA
SAKIT

15
7
5
2

12
1
9
0

6
3
4
1

10
1
4
0

28
10
7
2

5
6
7
8
9
10

GAJI TIDAK DIBAYAR


GAGAL BERANGKAT
DOKUMEN DITAHAN
PEMALSUAN DOKUMEN
TIDAK SESUAI PP/PK
LAIN-LAIN

4
1
2
4
3
0

4
4
1
0
2
5

2
2
4
0
1
6

0
5
2
0
0
2

0
5
3
1
0
3

JUMLAH

43

63

37

23

27

Peraturan Daerah Nomor 2 tahun 2015 tentang perlindungan tenaga kerja indonesia di
Kabupaten Banyumas belum mampu memecahkan permasalahan yang ada. Hal iu
dikarenakan implementasi dan sosialisasi tentang regulasi ini belum mampu menyentuh
target group yang diharapkan. Selain itu, permasalahan lainnya adalah regulasi-regulasi yang
berkaitan dengan TKI tidak selaras dari berbagai tingkat mulai dari nasional, provinsi, dan
kabupaten/kota. Hal ini terjadi karena kurang adanya koordinasi antara pemerintah daerah
dan pemerintah pusat.
Penyusunan alternatif kebijakan perlu dilakukan dengan memadukan dan memodifikasi
kebijakan yang telah ada, atau bahkan merumuskan kebijakan baru dari kebijakan yang telah
ada. Beberapa alternatif yang mungkin dapat dirumuskan adalah sebagai berikut:
Alternatif I

: Sosialisasi Prosedural TKI Secara Legal (Diperlukan adanya pengenalan


lebih melalui sosialisasi / penyuluhan mengenai pentingnya Pendaftaran TKI
di daerah tempat tinggalnya masing-masing dan melakukan pendaftaran di
biro yang legal)

Alternatif II

: Penghapusan Calo

Alternatif III : Pemberian Subsidi / Dispensasi (Adanya prosedur yang lebih mudah dalam
perekrutan calon TKI yang akan berangkat ke Luar negeri, dengan biaya
pendaftaran yang lebih murah menggunakan subsidi dari pemerintah agar TKI
lebih memilih untuk melakukan pendaftaran di Biro yang Legal karena
prosedur yang lebih mudah dan biaya yang lebih murah)
IV.

Proses Analisis Kebijakan Penanganan Permasalahan Buruh Migran di


Kabupaten Banyumas

No.

KRITERIA

ALTERNATIF KEBIJAKAN
I
II

III

1.

2.

TECHNICA
L
FEASIBILIT
Y

ECONOMIC
AND
FINANCIAL
FEASIBILIT
Y

Alternatif Kebijakan I
memenuhi
kriteria
tujuan yang hendak
dicapai dari kebijakan
yang hendak diambil
yaitu
peran
pemerintah
dalam
mensosialisasikan
prosedur menjadi TKI
yang benar melalui
dukungan
kepada
pihak-pihak dengan
cara
membantu
mensosialisasikan
serta
mengawasi
jalannya prosedur TKI

Alternatif Kebijakan
II ini sangat efektif
menghilangkan
bayaknya TKI yang
masuk lewat jalur
ilegal, penghapusan
calo sangat efektif
untuk memberantas
penyebab masalah
TKI illegal dari
akarnya, lewat cara
ini diharapkan dapat
meminimalisir
peluang adanya TKI
yang
berangkat
lewat jalur tidak
resmi.

Alternatif Kebijakan I
adalah kebijakan yang
secara finansial cukup
terjangkau
dari
Pemerintah
Kabupaten Banyumas
hal tersebut mengingat
pemda bisa bekerja
sama dengan berbagai
pihak
dalam
mensosialisasikan tata
cara TKI dengan
benar.
Tidak
memerlukan alokasi
anggaran yang besar.

Alternatif Kebijakan
I adalah kebijakan
yang secara finansial
cukup
terjangkau
untuk
Pemerintah
Kabupaten
Banyumas, hal itu
mengingat
penghapusan
calo
tidak memerlupakan
biaya,
bahkan
cenderung
meminimalisir
terjadinya
praktik
KKN
di
pemerintahan.

Alternatif
Kebijakan II juga
sangat
efektif
menghilangkan
bayaknya TKI yang
masuk lewat jalur
ilegal sebab Adanya
prosedur yang lebih
mudah
dalam
perekrutan
calon
TKI yang akan
berangkat ke Luar
negeri,
dengan
biaya pendaftaran
yang lebih murah
menggunakan
subsidi
dari
pemerintah
meningkatkan minat
masyarakat untuk
mendaftarkan diri
lewat jalur yang
benar.
Alternatif
Kebijakan I adalah
kebijakan
yang
secara
finansial
memakan anggaran
yang cukup bayak
dari
Pemerintah
Kabupaten
Banyumas
sebab
dengan
disubsudinya biaya
pendaftaran
akan
menambah
juga
biaya operasional
yang
dibebankan
oleh
pemerintah.
Sehingga
pemerintah
harus
menambah
dana
lagi untuk menutup
anggaran tersebut.

3.

4.

V.

Alternatif Kebijakan I
mampu mendatangkan
dukungan
secara
politik
dari
stakeholders
dan
legislatif,
karena
memiliki
kebermanfaatan dan
efektifitas yang tinggi.
Selain itu dapat juga
memberikan kepuasan
bagi
masyarakat,
dalam
hal
ini
masyarakat
merasa
diperhatikan.

Alternatif Kebijakan
II
juga
mampu
mendatangkan
dukungan
secara
politik
dari
stakeholders
dan
legislatif,
karena
mendukung
terciptanya
tata
kelola
pemerintah
yang bersih, bebas
dari
Kolusi.
Kemudian kebijakan
ini
juga
tidak
bertentangan dengan
nilai dimasyarakat.

Alternatif Kebijakan I
dapat dilakukan sesuai
dengan kapasitas dan
kapabilitas
Pemerintah
Kabupaten Banyumas,
sebab
ADMINISTR mensosiaslisasikan
ATIVE
prosedur
dengan
OPERABILI bekerja sama dengan
TY.
berbagai
pihak
merupakan hal yang
tidak rumit.

Alternatif Kebijakan
II
akan
dapat
dilakukan
oleh
Pemerintah
Kabupaten
Banyumas,
kalau
praktik per-calo-an
harus
dihilangkan
dari akarnya, tidak
hanya
masyarakat
namun juga para
birokrat.

POLITICAL
VIABILITY

Alternatif
Kebijakan III juga
mampu
mendatangkan
dukungan
secara
politik
dari
stakeholders
dan
legislatif,
karena
dengan dilakukan
kebijakan
ini
otomatis
akan
mempermudah
pelayanan
yang
akan diberikan oleh
masyarakat
dan
masyarakat
akan
mendapatkan
kepuasan
dari
sistem
pelayanan
tersebut.
Alternatif
Kebijakan III akan
cukup
sulit
dilakukan
oleh
Pemerintah
Kabupaten
Banyumas karena
dengan dilakukan
nya prosedur yang
lebih ringkas akan
mempengaruhi juga
sistem yang selama
ini
berjalan,
otomatis
birokat
juga
harus
menyesuaikan
dengan sistem baru
tsb.

Penilaian Alternatif Kebijakan

Untuk memberikan rekomendasi perlu dilakukan penilaian alternatif sesuai dengan criteria
kebijakan yang telah disusun.
Alternatif I

: Sosialisasi Prosedural TKI Secara Legal (Diperlukan adanya pengenalan


lebih melalui sosialisasi / penyuluhan mengenai pentingnya Pendaftaran TKI
di daerah tempat tinggalnya masing-masing dan melakukan pendaftaran di
biro yang legal)

Alternatif II

: Penghapusan Calo

Alternatif III : Pemberian Subsidi / Dispensasi (Adanya prosedur yang lebih mudah dalam
perekrutan calon TKI yang akan berangkat ke Luar negeri, dengan biaya
pendaftaran yang lebih murah menggunakan subsidi dari pemerintah agar TKI
lebih memilih untuk melakukan pendaftaran di Biro yang Legal karena
prosedur yang lebih mudah dan biaya yang lebih murah)

Tabel Skoring Pemilihan Alternatif


N
O

KRITERIA

ALTERNATIF
I

KET
II

III

40

120

40

120

40

120

40

160

40

120

40

80

Technical
Feasibility

Economic
financial
feasibility.

Political
Viability.

40

120

40

120

40

120

Administrative
Operability.

40

120

40

160

40

80

and

Jumlah

520

560

400

Rangking

Keterangan Nilai:
1 = kurang baik
2 = cukup baik

3 = baik
4 = sangat baik

* Seluruh Kriteria diberi bobot 40 karena menjadi penting dalam penentuan pemilihan
alternatif.
VI.

Kesimpulan

Dari tabel skor alternatif kebijakan, maka alternatif kebijakan yang dapat dipilih
adalah yang pertama, yaitu Sosialisasi Prosedural TKI Secara Legal (Diperlukan adanya
pengenalan lebih melalui sosialisasi / penyuluhan mengenai pentingnya Pendaftaran
TKI di daerah tempat tinggalnya masing-masing dan melakukan pendaftaran di biro
yang legal), memiliki skor tertinggi dengan nilai 560, oleh dari penilaian score diatas maka
peneliti mengasumsikan rekomendasi yang perlu diambil oleh Pemerintah Kabupaten
Banyumas sebagai berikut: Penghapusan calo (memaksimalkan pengawasan sehingga tidak
ada lagi pemberian jasa calo terhadap Calon TKI), Melakukan sidak oleh pihak penyidik
kepolisian, dilapang secara rutin dan berkala di daerah-daerah yang berpotensi memunculkan
jasa pencaloan TKI, Memberikan sosialisasi kepada masyarakat calon TKI bahwa proses
pencaloan itu ilegal dan lebih merugikan baik dalam bentuk biaya dan waktu.

Anda mungkin juga menyukai