Dosen Pengampu:
Suprapto, SH., MH., M.Psi.
Nama Kelompok:
1
2
3
4
5
6
Abdul Majid
Ahmad Khoiruddin
Moh Lathif Muzakki
Rofiatul Adafiyah
Darul Hikmah
Ivvany Ningtyas Seily R.
C03212001
C03212005
C03212020
C03212026
C03212037
C03212044
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Etika yang dipegang teguh seseorang bukan hanya ikut menentukan
pribadi sesorang, tetapi juga dalam bermasyarakat dan berbangsa. Etika
mempunyai keterkaitan dengan hukum, keduanya dapat bertemu pada
jalan yang sama yaitu mengatur kehidupan manusia dibidangnya.
Mengingat manusia tidak terlepas dengan etika, maka manusia juga
harus mengetahui bagaimana cara berbicara dan bersikap kepada orang,
dalam hal ini etika sangat berpengaruh terhadap profesi seseorang, oleh
karena itu dalam menjalankan suatu profesi seseorang memerlukan
pendidikan
etika
agar
dalam
menjalankan
profesinya
ia
dapat
BAB II
1
PEMBAHASAN
3 Budi Santoso, Nilai-nilai Etis dan Kekuasaan Utopis, (Yogyakarta: Kanisus,1992), 42.
4 Tim Penyusun MKD IAIN Sunan Ampel Surabaya, Akhlak Tasawuf, (Surabaya:IAIN
Press,2012), 62.
hidup
yang
diberlakukan
oleh
masyarakat
untuk
kesadaran
moral
secara
tulus.
Namun,
sebagai
berasal
dari
bahasaSansekerta, yaitu
dari
kata yang
artinya tidak dan kata gama yang artinya kacau. Jadi, agama
artinya tidak kacau. Agama dilihat sebagai kepercayaan dan pola
perilaku yang dimiliki oleh manusia untuk menangani masalah.
Agama adalah suatu sistem yang dipadukan mengenai kepercayaan
dan praktik suci. Agama adalah pegangan atau pedoman untuk
mencapai hidup kekal. Agama adalah konsep hubungan dengan
Tuhan. Tidak mudah untuk menguraikan pengertian agama, dalam
kenyataannya para ahli dalam halpengertian agama berselisih
pendapat tentang defenisi agama, tak terkecuali ahli sosiologi dan
antropologi.
Agama
kemampuan
organisme
Menurut
manusia
Luckmann,
untuk
agama
adalah
mengangkat
alam
perkembangan
lingkungan
yang
terbentang
6 C.S.T Kansil, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, (BalaiPustaka:
Jakarta, 1989), 18.
umum,
dan
bukan
kepentingan
sendiri
bilamana
sebelumnya
dalam
kaidah-kaidan
dengan
hukum,
etika
memang
Paul
Scholten
9 Abdul Wahid dan Muhibbin, Etika Profesi Hukum, (Malang:Bayu Publishing, 2009),
48-49.
BAB III
CONTOH KASUS
2.1 Pilih Main Tenis Daripada Sidang, Ketua Pengadilan dan 3 Hakim Dihukum
MA.10
Jakarta - Mahkamah Agung (MA) menjatuhkan hukuman disiplin
kepada 45 hakim se-Indonesia kurun Januari-Maret 2014. Empat di antaranya
dihukum karena lebih memilih main tenis daripada bersidang. Hal ini seperti
10 http://news.detik.com/read/2014/04/04/152334/2545767/10/pilihmain-tenis-daripada-sidang-ketua-pengadilan-dan-3-hakim-dihukumma
10
BAB IV
KESIMPULAN
1. Secara bahasa manusia berasal dari kata manu (Sansekerta), mens
(Latin), yang berarti berpikir, berakal budi/makhluk yang berakal budi
(mampu menguasai makhluk lain). Secara istilah manusia dapat
diartikan sebuah konsep/sebuah fakta, sebuah gagasan/realitas, sebuah
kelmpok (genus ) atau seorang individu.
2. Hubungan etika dan profesi hukum, bahwa etika profesi adalah sebagai
sikap hidup, yang mana berupa kesediaan untuk memberikan pelayanan
profesional dibidang hukum terhadap masyarakat dengan keterlibatan
penuh dan keahlian sebagai pelayanan dalam rangka melaksanakan
tugas yang berupa kewajiban terhadap masyarakat dengan keterlibatan
penuh dan keahlian sebagai pelayanan dalam rangka melaksanakan
tugas yang berupa kewajiban terhadap masyarakat yang membutuhkan
pelayanan hukum dengan disertai refleksi yang seksama.
11
DAFTAR PUSTAKA
Umum
Bahasa
Indonesia,Jakarta:Balai
Pustaka,1986.
Santoso Budi, Nilai-nilai Etis dan Kekuasaan Utopis, Yogyakarta:
Kanisus,1992.
Sumjati, Manusia dan Dinamika Budaya, Yogyakarta:Kanisus,2001.
Tim Penyusun MKD IAIN Sunan Ampel Surabaya, Akhlak Tasawuf,
Surabaya:IAIN Press,2012.
Wahid Abdul dan Muhibbin, Etika Profesi Hukum, Malang:Bayu Publishing,
2009.
12
http://news.detik.com/read/2014/04/04/152334/2545767/10/pilih-main-tenisdaripada-sidang-ketua-pengadilan-dan-3-hakim-dihukum-ma.
pada 25 Desember 2015.
13
diakses