Pengaruh Positif
b.
Pengaruh Negatif
Etika atau cara berperilaku akan merubah seorang individu perilaku yang
lama ke perilaku baru. Pada awalnya individu etika yang lama sudah tidak
sesuai dengan peilaku yang ada sehingga ia cenderung merubah etikanya
untuk menyesuaikan dengan yang baru. Padahal etika yang baru belum
tentu sesuai dengan norma yang berlaku pada kehidupannya.
Cara berpakaian oleh para remaja yang terkena dampak ini akan
menyesuaikan cara berpakaiannya dengan kebudayaan yang ia pelajari.
Pada awalnya individu merasa tertarik untuk mencoba berpakaian yang
berbeda untuk mengikuti tren yang sedang marak namun lambat laun akan
merubah gaya berpakaian untuk seterusnya.
Adanya teknologi yang canggih menyebabkan hidup seesorang cenderung
ke arah hedonisme dan arogan.
Adanya teknologi yang dirasa lebih berguna sehingga mengesampingkan
tenaga manusia. Padahal sebelum mengenal teknologi, masyarakat
Indonesia menghargai jasa manusia.
juga kian memburuk. Faktanya generasi muda saat ini banyak yang melampiaskan
masalah-masalah yang sedang meraka hadapi seperti: ketika putus dengan pacar,
bertengkar dengan orang tua, merasa terasing dengan lingkungan teman, dan
ketika pusing dengan beban-beban tugas sekolah yang mereka anggap berat.
Mereka mengatasi masalah-masalah tersebut cenderung dengan jalan pintas.
Seperti minum miunuman keras, menggunakn narkoba, pergi ke tempat-tempat
hiburan malam dan bahkan sampai ada yang mengakhiri hidupnya dengan bunuh
diri. Sungguh ini merupakan kerusakan moral dari jati diri bangsa yang begitu
fatal. Selain moral dan gaya hidup, ketaqwaan generasi muda bangsa indonesia
yang mencermainkan sila pertama juga luntur seperti contoh nyatanya banyak
generasi muda muslim indonesia yang tidak bisa membaca Al-quan. Hal itu
terjadi karena lemahnya sistem pendidikan agama di negara ini. Padahal
sebenarnya jika generasi muda mempunyai ketaqwaan yang tinggi pasti tidak
akan ada tindakaan tindakan yang melanggar hukum seperi korupsi, kolusi,
pelecehan seksual, dan tindakan menyimpang lain, karena mereka menganggap
dirinya selalu di awasi oleh Tuhan Yang Maha Kuasa sehingga mereka takut dosa
dan akan selalu berbuat baik.
Disamping fakta-fakta tentang sila pertama di atas, di paragraf saya akan
mengemukakan fakta tentang keadaan jati diri bangsa Indonesia saat ini yang
berhubungan dengan sila kedua sebagai jati diri bangsa indonesia. Sekarang ini
banyak diantara pemuda indonesia yang tidak memanusiakan manusia lain
sebagai mana mestinya. Maksutnya yaitu mereka tidak menganggap manusia
berhakekat sebagai manusia yang mempunyai hak dan kewajiban yang harus
dihargai seperti dirinya. Segai contoh yaitu sekarang ini banyak kasus-kasus
perkelahian antar pelajar yang disertai daengan penyiksaan salah satu pihak yang
kalah. Mereka menjadikan pihak yang kalah itu sebagai bulan-bulanan dan
dianggap sebagai boneka yang dapat dimain-mainkan dan mereka siksa. Kasus
lain yaitu adanya playboy dikalangan remaja Indonesia. Mereka menganggap
wanita sebagai mainan yang dapat di pergunakan sesuka hati untuk memuaskan
nafsu birahinya dan apabila telah bosan meraka buang sesuka hati tanpa
menghargai wanita sebagai manusia yang punya hati dan persaan. Dalam fakta
lain yang terjadi dan lebih parah yaitu adanya pemerkosaan yang dilakuakan oleh
para remaja Indonesia. Mereka memperlakukan orang yang ia perkosa seperti
mainan pemuas nafsu birahi tanpa mereka anggap sebagai manusia yang
mempunyai hak, dan perasaan sama seperti dirinya.
Lalu fakta-fakta lain yang terjadi dan mencerminkan terjadinya krisis jati
diri pada generasi muda sesuai sila ke-3 yaitu seperti memudarnya rasa persatuan
dan kesatuan yang terjadi pada generasi penerus bangsa Indonesia saat ini. Hal
tersebut dapat kita lihat dari kasus-kasus bentrok antar pelajar atau mahasiswa,
bentrok antar seporter sepakbola, bentrok antar genk, dan lain sebagainya. Dari
kasus diatas dapat kita ketahui bahwa rasa persatuan kita sebagai warga negara
indonesia sudah mulai luntur dan mudah dipengaruhi atau diprovokasi oleh pihakpihak yang tidak bertanggung jawab. Keadaan seperti inilah yang menjadi bibitbibit terjadinya konflik yang lebih besar seperti konflik antar agama, ras, maupun
Menurut Adib (2011:01) selain kasus diatas, secara global dapat kita lihat
kerusakan jati diri bangsa Indonesia saat ini yang berhubungan dengan aspekaspek kenegaraan yaitu:
Pertama, fenomena besar krisis multidimensional yang menimpa
masyarakat, bangsa dan negara Indonesia adalah suatu fakta yang signifikan
hingga sampai saat ini.Memang telah dilakukan upaya dan pendekatan untuk
menyelesaikan krisis multidimensional yang mengenai kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara. Namun hasil dari upaya national recovery, terutama
economic recovery belum cukup memadai dan masih jauh dari harapan seluruh
rakyat Indonesia.
Kedua, terdapat fenomena pengelolaan masyarakat, bangsa dan negara yang
keliru atau salah, sehingga bangsa dan negara Indonesia yang memiliki sumber
daya alam (SDA) dan sumber dalam manusia (SDM) yang besar, yang pada
akhirnya kurang berhasil membawa masyarakat, bangsa dan negara mencapai
tingkat keadilan, kesejahteraan dan kemakmuran yang memadai. Bahkan
cenderung membawa sebagian rakyat Indonesia hidup dalam kemiskinan dan
serba kekurangan.
Ketiga, masyarakat, bangsa dan negara Indonesia sedang menghadapi
masalah mendasar dalam memilih peminpin-peminpin bangsa dan negara yang
memiliki komitmen kebangsaan yang kuat dan memiliki kualitas diri yang tinggi,
sehingga peminpin bangsa dan negara tidak mampu memperlihatkan kualitas diri
sebagai negarawan yang sejati. Atau tidak mampu memiliki jati diri yang
berjiwa Pancasilais yang kokoh. Akibatnya banyak pemimpin bangsa dan negara
memiliki moral dan ahlak yang buruk atau busuk.
Keempat, persaingan dan perseteruan kekuasaan (power) telah kehilangan
dasar-dasar moral dan akhlak, sehingga dalam kehidupan politik muncul etika
materialisme dan vulger yaitu menghalalkan segala cara atau jalan untuk
mencapai tujuan (kemenangan). Bahkan kondisi tersebut telah memperluas iklim
KKN dan praktik money politics, yang dapat merugikan semua pihak termasuk
bangsa dan negara.
Kelima, masyarakat, bangsa dan negara Indonesia cenderung kehilangan
semangat kemandirian dan harga dirinya sebagai dampak ketergantungan dengan
bangsa dan negara asing, yang pada akhirnya melahirkan imperialisme gaya baru.
Keenam, masyarakat, bangsa dan negara Indonesia cenderung terjebak ke
dalam pertarungan luas antara budaya modern-materialistik yang datang dari luar
(Barat) dengan budaya tradisional dan konservatif yang hidup di masyarakat
Indonesia, sehingga melahirkan kehidupan bangsa dan negara yang paradoks dan
permisif terhadap gaya hidup materialistik, individualistik, liberalistik, hedonistik,
dan vulgeristik
menjalankan perintah Tuhan dan menjauhi laranganNya. Dari sila pertama ini saja
sebanarnya jika diterapkan dengan baik bangsa Indonesia ini pasti akan menjadi
bangsa yang damai, tentram, aman, adil, dan sejahtera. Sebab masyarakat
Indonesia akan takut terhadap dosa dan akan berhati-hati dalam bertindak dan
berperilaku. Dalam kaitannya dengan sila pertama ada nilai-nilai yang harus kita
kembangkan pada diri kita yaitu:
Selain itu kita harus bersikap adil dan menjunjung tinggi nilai kemanusiaan.
Maksutnya kita harus memenusiakan orang lain tanpa pandang bulu dan bersikap
adil kepada siapa saja yaitu kita tidak boleh sewenang-wenang memperlakukan
orang yang lemah kemudian tunduk patuh terhadap orang yang mempunyai
kekuasaan tinggi dan mempunyai uang banyak. Sebab apabila hal ini terjadi dapat
menjadiakn keadilan bangsa kita ini menjadi lemah, karena hukum hanya bersifat
tajam bagi masyarakat yang kedudukannya rendah sementara bagi kalangan atas
hukum sangat tumpul dan bahkan bisa dibeli dengan uang. Sehingga nilai
keadilan sosial harus dikembangkan dan ditegakkan di semua kalangan terutama
pada kehidupan kita sehari-hari.
Kemudian kia juga harus selalu bersatu sebagai negara kesauan republik
Indonesia, walaupun sebenarnya kita mempunyai kebudayaan, agama, ras, dsb
yang beranekaraga, namun dari keberanekaragaman tersebut sebenarnya kalau
disatukan dalam satu wadah besar (NKRI) bisa menjadi kekayaan besar yang
saling melengkapi dan memajukan bangsa Indonesia. Sehingga kita tidak perlu
mempersoalkan kebinekaan tersebut apalagi terlalu fanatik dan ingin
menghancurkan satu sama lain, hal inilah yang dapat melemahkan persatuan
Indonesia dan memudahkan bangsa Indonesia untuk dihancurkan. Sehingga kita
harus mengikis sikap primordialisme yang berlebihan terhadap budaya lokal agar
kasus-kasus pertikaian antar suku, agama, dsb dapat ditekan bahkan dihilangkan
dari NKRI. Selanjutnya kita juga harus ikut menjaga dan melestarikan keutuhan
NKRI dan jangan berusaha melepaskan diri dari wilayah NKRI yang terbentang
luas dari Sabang sampai Merauke.
Lalu kita juga harus menanamkan sikap demokrasi yang tingi, yaitu apabila
kita menjadi seorang pemimpin di negara Indonesia ini kita harus sadar bahwa
kita ini sebenarnya sebagai wakil rakyat untuk mengatur dan mengambil
kebijakan dalam rangka memajukan dan mensejahterakan bengsa Indonesia.
Bukan sebaliknya, sebagai pemimpin hanya untuk mencari harta sebanyakbanyaknya untuk kepentingan pribadi. Ingat negara Indonesia sebagai negara
demokrasi dengan pemerintahan tertinggi dipegang oleh rakyat, jadi sebagai
seorang pemimpin sebanarnya merupakan pelayan dan wakil untuk rakyat.
Banyak kasus-kasus korupsi di negara ini karena mensalahartikan kekuasaannya
sebagai ajang untuk mencari uang sebanyak-banyaknya. Hal inilah yang membuat
perekonomian negara Indonesia ini semakin mempuruk. Kemudian dalam
pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin kita juga harus
memusyawarahkannya dengan demokratis dan tidak mengambil keputusan secara
sepihak yang menguntungkan kelompok tertentu. Dan yang tidak kalah
pentingnya dalam pemilihan waklil rakyat sikap adil dan demokratis harus benarbenar kita junjung tinggi. Kita harus menghindari kasus suap-menyuap, agar
negara kita ini benar-benar menjadi negara yang demokratis sesuai dengan nilai
yang terkandung dalam panca sila sebagai kepribadian yang harus kita miliki.
Selanjutnya kita juga harus menjunjung tinggi nilai keadilan tanpa pandang
bulu dan di segala sektor bagi seluruh warga negara Indonesia. Jika ke-5 sila
tersebut sudah tertanam kuat pada diri sendiri selanjutnya kita harus mengajak
orang-orang yang ada di sekitar kita. Semisal dengan mengajar nilai-nilai
Pancasila di sekolah melalui mata pelajaran PPKN kepada peserta didik kita, agar
mereka menanamkan nilai pancasila dalam kepribadiannya, Sebagai orang tua kita
mendidik dan menanamkan nilai pancasila pada anak kita agar nilai Pancasila
menjadi kepribadian yang melekat baik pada anak kita. Mengajak teman-teman
disekitar kita agar berperilaku sesuai dengan nilai-nilai yang terkandung dalam
pancasila, dan menasetinya/menegur apabila teman-teman kita berperilaku
bertentangan dengan Pancasila.