Anda di halaman 1dari 9

E.

Pengaruh Kebudayaan Asing Terhadap Jati Diri Bangsa Indonesia


Menurut Widianto (2009:82) Berbagai problem mengusik kehidupan
berbangsa dan bernegara yang kita hadapi pada saat ini. Salah satunya yaitu
adanya isu bahwa semakin banyak kebudayaan bangsa asing yang masuk di
Indonesia.
Dewasa ini kita dihadapkan kepada tiga masalah yang saling berkaitan,
yaitu
1. Suatu kenyataan bahwa bangsa Indonesia terdiri dari suku-suku bangsa, dengan
latar belakang sosio-budaya yang beraneka ragam. Kemajemukan tersebut
tercermin dalam berbagai aspek kehidupan. Oleh karena itu diperlukan sikap yang
mampu mengatasi ikatan-ikatan primordial, yaitu kesukuan dan kedaerahan.
2. Pembangunan telah membawa perubahan dalam masyarakat. perubahan itu
nampak terjadinya pergeseran sistem nilai budaya. Pembangunan telah
menimbulkan mobilitas sosial, yang diikuti oleh hubungan antar aksi yang
bergeser dalam kelompok-kelompok masyarakat. Sementara itu terjadi pula
penyesuaian dalam hubungan antar anggota masyarakat. Dapat dipahami apabila
pergeseran nilai-nilai itu membawa akibat jauh dalam kehidupan kita sebagai
bangsa.
3. Kemajuan dalam bidang teknologi komunikasi massa dan transportasi, yang
membawa pengaruh terhadap intensitas kontak budaya antar suku maupun dengan
kebudayaan dari luar. Khusus dengan terjadinya kontak budaya dengan
kebudayaan asing itu bukan hanya intensitasnya menjadi lebih besar, tetapi juga
penyebarannya berlangsung dengan cepat dan luas jangkauannya. Terjadilah
perubahan orientasi budaya yang kadang-kadang menimbulkan dampak terhadap
tata nilai masyarakat, yang sedang menumbuhkan identitasnya sendari sebagai
bangsa.

Menurut Moestopo (1983:23) Budaya asing yang masuk ke Indonesia


tersebut tidak menutup kemungkinan membawa dampak positif maupun negatif
bagi bangsa Indonesia. Pengaruh tersebut diantaranya yaitu:
a.

Pengaruh Positif

Memberi inspirasi bagi kita agar tidak tertinggal informasi tentang


kecanggihan teknologi.
Menggunakan sebagai motivasi untuk hidup yang lebih baik dan maju.
Memberi semangat bagi kita untuk memperkenalkan dengan Negara asing
bahwa kebudayaan Indonesia yang beragam mampu bersaing dengan
kebudayaan mereka.

b.

Pengaruh Negatif

Etika atau cara berperilaku akan merubah seorang individu perilaku yang
lama ke perilaku baru. Pada awalnya individu etika yang lama sudah tidak
sesuai dengan peilaku yang ada sehingga ia cenderung merubah etikanya
untuk menyesuaikan dengan yang baru. Padahal etika yang baru belum
tentu sesuai dengan norma yang berlaku pada kehidupannya.
Cara berpakaian oleh para remaja yang terkena dampak ini akan
menyesuaikan cara berpakaiannya dengan kebudayaan yang ia pelajari.
Pada awalnya individu merasa tertarik untuk mencoba berpakaian yang
berbeda untuk mengikuti tren yang sedang marak namun lambat laun akan
merubah gaya berpakaian untuk seterusnya.
Adanya teknologi yang canggih menyebabkan hidup seesorang cenderung
ke arah hedonisme dan arogan.
Adanya teknologi yang dirasa lebih berguna sehingga mengesampingkan
tenaga manusia. Padahal sebelum mengenal teknologi, masyarakat
Indonesia menghargai jasa manusia.

F. Kondisi Jati Diri Bangsa Indonesia Saat Ini


Menurut Habib (2011:01) kondisi jati diri bangsa Indonesia saat ini dapat
kita kaji dan kita identifikasi dengan melihat prilaku dan kepribadian masyarakat
Indonesia pada umumnya yang tercermin pada tingkah laku masyarakat Indonesia
sehari-hari. Perilaku masyarakat Indonesia pada umumnya saat ini yaitu:
Banyaknya generasi muda yang saat ini telah berprilaku tidak sesuai dengan
butir-butir pancasila. Sebagai contoh yaitu sekarang ini banyak generasi muda
yang tidak bertaqwa kepada Tuhan YME. Kita lihat saja, sekarang ini banyak
pemuda-pemudi muslim yang tidak memegang teguh agamanya sesuai syariah
Islam. Contohnya banyak pemuda-pemudi yang sekarang ini menjalin cinta kasih
dengan pasangan yang bukan muhrimnya, dan tidak jarang hal tersebut sampai
kepada prilaku yang sangat memalukan yaitu berhubungan sek bebas dengan
pasangan yang bukan muhrimnya. Tanpa disadari sekarang ini moral para pemuda
bangsa indonesia juga dijajah melalui beredarnya vidio-vidio porno diinternet
yang dapat diakses dengan mudah sehingga banyak diantara pemuda Indonesia
yang melihat dan bahkan menirukan aksi dari video porno tersebut. Selain
itu,model-model pakaian para generasi muda saat ini kebanyakan telah meniru
bangsa barat yang dikenal modis dan trend masa kini. Mereka lebih bangga
mengenakan pakaian-pakaian tersebut dari pada pakaian asli budaya Indonesia.
Padahal belum tentu model pakaian itu cocok dikenakan di indonesia. Model
pakaian tersebut nampak jelas terutama pada model pakaian cewek yang terlalu
terbuka sehingga menimbulkan gairah lawan jenisnya dan mengakibatkan
sekarang ini tidak jarang kita temui kasus pemerkosaan di Indonesia ini. Selain
masalah penampilan, sekarang ini masalah akhlak pemuda di negara Indonesia

juga kian memburuk. Faktanya generasi muda saat ini banyak yang melampiaskan
masalah-masalah yang sedang meraka hadapi seperti: ketika putus dengan pacar,
bertengkar dengan orang tua, merasa terasing dengan lingkungan teman, dan
ketika pusing dengan beban-beban tugas sekolah yang mereka anggap berat.
Mereka mengatasi masalah-masalah tersebut cenderung dengan jalan pintas.
Seperti minum miunuman keras, menggunakn narkoba, pergi ke tempat-tempat
hiburan malam dan bahkan sampai ada yang mengakhiri hidupnya dengan bunuh
diri. Sungguh ini merupakan kerusakan moral dari jati diri bangsa yang begitu
fatal. Selain moral dan gaya hidup, ketaqwaan generasi muda bangsa indonesia
yang mencermainkan sila pertama juga luntur seperti contoh nyatanya banyak
generasi muda muslim indonesia yang tidak bisa membaca Al-quan. Hal itu
terjadi karena lemahnya sistem pendidikan agama di negara ini. Padahal
sebenarnya jika generasi muda mempunyai ketaqwaan yang tinggi pasti tidak
akan ada tindakaan tindakan yang melanggar hukum seperi korupsi, kolusi,
pelecehan seksual, dan tindakan menyimpang lain, karena mereka menganggap
dirinya selalu di awasi oleh Tuhan Yang Maha Kuasa sehingga mereka takut dosa
dan akan selalu berbuat baik.
Disamping fakta-fakta tentang sila pertama di atas, di paragraf saya akan
mengemukakan fakta tentang keadaan jati diri bangsa Indonesia saat ini yang
berhubungan dengan sila kedua sebagai jati diri bangsa indonesia. Sekarang ini
banyak diantara pemuda indonesia yang tidak memanusiakan manusia lain
sebagai mana mestinya. Maksutnya yaitu mereka tidak menganggap manusia
berhakekat sebagai manusia yang mempunyai hak dan kewajiban yang harus
dihargai seperti dirinya. Segai contoh yaitu sekarang ini banyak kasus-kasus
perkelahian antar pelajar yang disertai daengan penyiksaan salah satu pihak yang
kalah. Mereka menjadikan pihak yang kalah itu sebagai bulan-bulanan dan
dianggap sebagai boneka yang dapat dimain-mainkan dan mereka siksa. Kasus
lain yaitu adanya playboy dikalangan remaja Indonesia. Mereka menganggap
wanita sebagai mainan yang dapat di pergunakan sesuka hati untuk memuaskan
nafsu birahinya dan apabila telah bosan meraka buang sesuka hati tanpa
menghargai wanita sebagai manusia yang punya hati dan persaan. Dalam fakta
lain yang terjadi dan lebih parah yaitu adanya pemerkosaan yang dilakuakan oleh
para remaja Indonesia. Mereka memperlakukan orang yang ia perkosa seperti
mainan pemuas nafsu birahi tanpa mereka anggap sebagai manusia yang
mempunyai hak, dan perasaan sama seperti dirinya.
Lalu fakta-fakta lain yang terjadi dan mencerminkan terjadinya krisis jati
diri pada generasi muda sesuai sila ke-3 yaitu seperti memudarnya rasa persatuan
dan kesatuan yang terjadi pada generasi penerus bangsa Indonesia saat ini. Hal
tersebut dapat kita lihat dari kasus-kasus bentrok antar pelajar atau mahasiswa,
bentrok antar seporter sepakbola, bentrok antar genk, dan lain sebagainya. Dari
kasus diatas dapat kita ketahui bahwa rasa persatuan kita sebagai warga negara
indonesia sudah mulai luntur dan mudah dipengaruhi atau diprovokasi oleh pihakpihak yang tidak bertanggung jawab. Keadaan seperti inilah yang menjadi bibitbibit terjadinya konflik yang lebih besar seperti konflik antar agama, ras, maupun

suku. Selain itu fenomena-fenomena yang terjadi yang mencerminkan tidak


tertanamkannya rasa persatuan indonesia yaitu terjadinya perpecahan disetiap
kelompok sosial. Sebagai contoh dalam kelas sosiologi terdapat sub-sub
kelompok kecil yang biasanya terjadi konflik antar kelompok tersebut. Kelompok
tersebut biasanya terbentuk karena adanya perasaan sederajat (dalam hal
ekonomi), kesukaan/hobi yang sama, pandangan hidup yang sama, bahkan juga
bisa karena musuh yang sama. Hal inilah yang sekarang ini mewabah pada
generasi penerus bangsa yang cenderung membentuk perpecahan.
Selanjutnya fakta ke-4 yaitu mengenai kepemimpinan yang demokratis.
Maksutnya pemimpin di negara kita ini harus bersifat demokratis baik dalam hal
pemilihannya maupun ketika telah membuat keputusan/kebijakan umum yang
terkait dengan masyarakat karena kekuasaan tertinggi di negara kita ini
sebenarnya berada di tangan rakyat, dan para pemimpin hanya sebagai
wakil/pelayan bagi rakyat untuk mengatur dan mengambil kebijakan dalam negara
demi tercapainya kemakmuran bersama. Sekarang ini fenomena-fenomena
pemimpin yang tidak demokratis sudah banyak terjadi pada generasi muda saat
ini, dan apabila hal itu dibiarka saja berlanjut maka kelak ketika mereka menjadi
pemimpin bangsa ini, mereka akan bertindak seperti apa yang mereka biasakan
sejak dini. Contoh nyata yaitu ketua dalam kelas sosiologi misalnya. Dia dalam
mengambil kebijakan untuk urusan kelas seperti hendak mengadakan acara pentas
seni dan lain sebagainya, dia hanya mendiskusikan/memilih pengurus dalam acara
tersebut secara sepihak. Dia hanya berdiskusi dan menerima usulan dari temanteman yang dekat/akrab dengan dia, sebenarnya untuk formalitas dia telah
mengadakan musyawarah namun usul dari teman-temannya yang kurang dekat
dengan dia, pasti tidak didengar apalagi dilaksanakan. Inilah contoh kecil saja
yang biasanya kita rasakan pada kelompok-kelompok kecil dikalangan remaja
Indonesia saat ini.
Selanjutnya mengenai keadilan, banyak fakta-fakta mengenai ketidak adilan
yang di lakukan oleh generasi muda bangsa Inonesia saat ini. Tidak perlu jauhjauh, saat ini dapat kita lihat pada kelompok belajar kita saja sebagai faktanya.
Dalam kelompok belajar PPKN misalnya, tugas PPKN membuat makalah secara
kelompok ketidak adilan selalu kita rasakan. Hal tersebut karena sebenarnya yang
mengerjakan tugas kelompok dari 8 anggota kelompok, hanya 3 orang saja dan
yang lainnya tinggal nitip nama. Padahal ia menginginkan mendapatkan nilai
yang sama. Sungguh ini adalah contoh kecil yang berada pada kehidupan para
pelajar sehari-hari. Jika hal ini terus berlanjut dapat kia lihat kelak mereka akan
seperti para anggota DPR yang ketika sidang mereka ada yang tidur, bertelfon,
dan bahkan ada yang menonton fideo porno. Padahal mereka menginginkan
upah/gaji yang sama dengan anggota yang melaksanakan musyawarah dengan
baik. Sebenarnya hal ini terjadi pada mulanya dimulai dari kasus-kasus kecil
seperti diatas yang kemuadian berlanjut karena kebiasaan sampai mereka bekerja
pada nantinya.

Menurut Adib (2011:01) selain kasus diatas, secara global dapat kita lihat
kerusakan jati diri bangsa Indonesia saat ini yang berhubungan dengan aspekaspek kenegaraan yaitu:
Pertama, fenomena besar krisis multidimensional yang menimpa
masyarakat, bangsa dan negara Indonesia adalah suatu fakta yang signifikan
hingga sampai saat ini.Memang telah dilakukan upaya dan pendekatan untuk
menyelesaikan krisis multidimensional yang mengenai kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara. Namun hasil dari upaya national recovery, terutama
economic recovery belum cukup memadai dan masih jauh dari harapan seluruh
rakyat Indonesia.
Kedua, terdapat fenomena pengelolaan masyarakat, bangsa dan negara yang
keliru atau salah, sehingga bangsa dan negara Indonesia yang memiliki sumber
daya alam (SDA) dan sumber dalam manusia (SDM) yang besar, yang pada
akhirnya kurang berhasil membawa masyarakat, bangsa dan negara mencapai
tingkat keadilan, kesejahteraan dan kemakmuran yang memadai. Bahkan
cenderung membawa sebagian rakyat Indonesia hidup dalam kemiskinan dan
serba kekurangan.
Ketiga, masyarakat, bangsa dan negara Indonesia sedang menghadapi
masalah mendasar dalam memilih peminpin-peminpin bangsa dan negara yang
memiliki komitmen kebangsaan yang kuat dan memiliki kualitas diri yang tinggi,
sehingga peminpin bangsa dan negara tidak mampu memperlihatkan kualitas diri
sebagai negarawan yang sejati. Atau tidak mampu memiliki jati diri yang
berjiwa Pancasilais yang kokoh. Akibatnya banyak pemimpin bangsa dan negara
memiliki moral dan ahlak yang buruk atau busuk.
Keempat, persaingan dan perseteruan kekuasaan (power) telah kehilangan
dasar-dasar moral dan akhlak, sehingga dalam kehidupan politik muncul etika
materialisme dan vulger yaitu menghalalkan segala cara atau jalan untuk
mencapai tujuan (kemenangan). Bahkan kondisi tersebut telah memperluas iklim
KKN dan praktik money politics, yang dapat merugikan semua pihak termasuk
bangsa dan negara.
Kelima, masyarakat, bangsa dan negara Indonesia cenderung kehilangan
semangat kemandirian dan harga dirinya sebagai dampak ketergantungan dengan
bangsa dan negara asing, yang pada akhirnya melahirkan imperialisme gaya baru.
Keenam, masyarakat, bangsa dan negara Indonesia cenderung terjebak ke
dalam pertarungan luas antara budaya modern-materialistik yang datang dari luar
(Barat) dengan budaya tradisional dan konservatif yang hidup di masyarakat
Indonesia, sehingga melahirkan kehidupan bangsa dan negara yang paradoks dan
permisif terhadap gaya hidup materialistik, individualistik, liberalistik, hedonistik,
dan vulgeristik

Ketujuh, masyarakat, bangsa dan negara Indonesia cenderung tidak


bersikap tegas, lugas, dan tidak memiliki komitmen kuat dalam penegakan
hukum, sehingga telah terjadi kerusakan lingkungan hidup dan kondisi SDA, serta
munculnya kerugian-kerugian lain yang lebih parah.
Kedelapan, masyarakat, bangsa dan negara Indonesia belum siap
melakukan transformasi sosial sehingga belum mampu membangun masyarakat
Indonesia modern yang lebih rasional, terbuka, dan menghargai nilai Ipteks, yang
pada akhirnya sulit untuk melaksanakan rule of law.
Kesembilan, masyarakat, bangsa dan negara Indonesia dapat dinyatakan
belum memiliki komitmen yang kuat untuk membangun kehidupan berdemokrasi
yang berkualitas melalui pemilu. Dan, belum memiliki komitmen dalam
membangun pola-pola kehidupan masyarakat sipil (civil society) yang
berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, sehingga pembangunan demokrasi masih
diwarnai dengan tindak kekerasan dan konflik sosial yang berkepanjangan
Kesepuluh, masyarakat, bangsa dan negara Indonesia dapat dinyatakan
belum memiliki tanggung jawab bersama yang kuat dalam menciptakan ketertiban
dan keamanan nasional, regional dan lokal, sehingga tindak kekerasan dan bahkan
tindak kriminalitas menjadi fenomena yang luas dan signifikan
Kesebelas, masyarakat, bangsa dan negara Indonesia dapat dinyatakan
mengalami krisis jatidiri yang cukup parah, sehingga menimbulkan krisis moral
dan akhlak yang sangat luas, sehingga memberi peluang berkembangnya perilaku
KKN yang tercela. KKN tidak akan dapat diberantas bilamana kualitas moral dan
akhlak itu rendah.
Dari uraian kasus dan fakta diatas, dapat kita ambil kesimpulan bahwa Jati
Diri Bangsa Indonesia saat ini sedang mengelami krisis. Hal itu dapat kita lihat
dari Ideologi Pancasila sebagai salah satu ciri khas bangsa Indonesia yang
merupakan lndasan dalam bertindak dan berperilaku sebagai masyarakat
Indonesia, sudah tidak dilaksanakan dengan baik oleh masyarakat Indonesia
sebagai kepribadiannya.

G. Cara Mengembalikan Jati Diri Bangsa Indonesia


Menurut Habib (2011:01) cara efektif yang bisa digunakan untuk
membangun dan mengembalikan jati diri bangsa Indonesia serta menekan
pengaruh buruk pihak lain baik yang berasal dari luar maupun dari dalam yang
mengikis jati diri bangsa Indonesia yaitu yang pertama dimulai dari diri kita
sendiri. Hal itu dapat dilakukan dengan membiasakan diri dari sekarang untuk
bersikap sesuai dengan nilai-nilai yang terkandung di dalam pancasila sebagai jati
diri kita. Seperti harus bertakwa kepada Tuhan YME, maksutnya kita harus selalu

menjalankan perintah Tuhan dan menjauhi laranganNya. Dari sila pertama ini saja
sebanarnya jika diterapkan dengan baik bangsa Indonesia ini pasti akan menjadi
bangsa yang damai, tentram, aman, adil, dan sejahtera. Sebab masyarakat
Indonesia akan takut terhadap dosa dan akan berhati-hati dalam bertindak dan
berperilaku. Dalam kaitannya dengan sila pertama ada nilai-nilai yang harus kita
kembangkan pada diri kita yaitu:

Ideologi Pancasila merupakan dasar negara yang mengakui dan


mengagungkan keberadaan agama dalam pemerintahan. Sehingga kita
sebagai warga negara Indonesia tidak perlu meragukan konsistensi atas
Ideologi Pancasila terhadap agama. Tidak perlu berusaha mengganti
ideologi Pancasila dengan ideologi berbasis agama dengan alasan bahwa
ideologi Pancasila bukan ideologi beragama. Sebab Ideologi Pancasila
adalah ideologi beragama.
Sesama umat beragama seharusnya kita saling tolong menolong. Tidak
perlu melakukan permusuhan ataupun diskriminasi terhadap umat yang
berbeda agama, berbeda keyakinan maupun berbeda adat istiadat.
Hanya karena merasa berasal dari agama mayoritas tidak seharusnya kita
merendahkan umat yang berbeda agama ataupun membuat aturan yang
secara langsung dan tidak langsung memaksakan aturan agama yang
dianut atau standar agama tertentu kepada pemeluk agama lainya dengan
dalih moralitas.
Hendaknya kita tidak menggunakan standar sebuah agama tertentu untuk
dijadikan tolak ukur nilai moralitas bangsa Indonesia. Sesungguhnya tidak
ada agama yang salah dan mengajarkan permusuhan.
Agama yang diakui di Indonesia ada 5, yaitu Islam, Kristen, Katolik,
Budha dan Hindu.
Sebuah kesalahan fatal bila menjadikan salah satu agama sebagai standar
tolak ukur benar salah dan moralitas bangsa. Karena akan terjadi chaos
dan timbul gesekan antar agama. kalaupun penggunaan dasar agama
haruslah mengakomodir standar dari Islam, Kristen, Katolik, Budha dan
Hindu bukan berdasarkan salah satu agama entah agama mayoritas
ataupun minoritas.

Selain itu kita harus bersikap adil dan menjunjung tinggi nilai kemanusiaan.
Maksutnya kita harus memenusiakan orang lain tanpa pandang bulu dan bersikap
adil kepada siapa saja yaitu kita tidak boleh sewenang-wenang memperlakukan
orang yang lemah kemudian tunduk patuh terhadap orang yang mempunyai
kekuasaan tinggi dan mempunyai uang banyak. Sebab apabila hal ini terjadi dapat
menjadiakn keadilan bangsa kita ini menjadi lemah, karena hukum hanya bersifat
tajam bagi masyarakat yang kedudukannya rendah sementara bagi kalangan atas
hukum sangat tumpul dan bahkan bisa dibeli dengan uang. Sehingga nilai
keadilan sosial harus dikembangkan dan ditegakkan di semua kalangan terutama
pada kehidupan kita sehari-hari.

Kemudian kia juga harus selalu bersatu sebagai negara kesauan republik
Indonesia, walaupun sebenarnya kita mempunyai kebudayaan, agama, ras, dsb
yang beranekaraga, namun dari keberanekaragaman tersebut sebenarnya kalau
disatukan dalam satu wadah besar (NKRI) bisa menjadi kekayaan besar yang
saling melengkapi dan memajukan bangsa Indonesia. Sehingga kita tidak perlu
mempersoalkan kebinekaan tersebut apalagi terlalu fanatik dan ingin
menghancurkan satu sama lain, hal inilah yang dapat melemahkan persatuan
Indonesia dan memudahkan bangsa Indonesia untuk dihancurkan. Sehingga kita
harus mengikis sikap primordialisme yang berlebihan terhadap budaya lokal agar
kasus-kasus pertikaian antar suku, agama, dsb dapat ditekan bahkan dihilangkan
dari NKRI. Selanjutnya kita juga harus ikut menjaga dan melestarikan keutuhan
NKRI dan jangan berusaha melepaskan diri dari wilayah NKRI yang terbentang
luas dari Sabang sampai Merauke.
Lalu kita juga harus menanamkan sikap demokrasi yang tingi, yaitu apabila
kita menjadi seorang pemimpin di negara Indonesia ini kita harus sadar bahwa
kita ini sebenarnya sebagai wakil rakyat untuk mengatur dan mengambil
kebijakan dalam rangka memajukan dan mensejahterakan bengsa Indonesia.
Bukan sebaliknya, sebagai pemimpin hanya untuk mencari harta sebanyakbanyaknya untuk kepentingan pribadi. Ingat negara Indonesia sebagai negara
demokrasi dengan pemerintahan tertinggi dipegang oleh rakyat, jadi sebagai
seorang pemimpin sebanarnya merupakan pelayan dan wakil untuk rakyat.
Banyak kasus-kasus korupsi di negara ini karena mensalahartikan kekuasaannya
sebagai ajang untuk mencari uang sebanyak-banyaknya. Hal inilah yang membuat
perekonomian negara Indonesia ini semakin mempuruk. Kemudian dalam
pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin kita juga harus
memusyawarahkannya dengan demokratis dan tidak mengambil keputusan secara
sepihak yang menguntungkan kelompok tertentu. Dan yang tidak kalah
pentingnya dalam pemilihan waklil rakyat sikap adil dan demokratis harus benarbenar kita junjung tinggi. Kita harus menghindari kasus suap-menyuap, agar
negara kita ini benar-benar menjadi negara yang demokratis sesuai dengan nilai
yang terkandung dalam panca sila sebagai kepribadian yang harus kita miliki.
Selanjutnya kita juga harus menjunjung tinggi nilai keadilan tanpa pandang
bulu dan di segala sektor bagi seluruh warga negara Indonesia. Jika ke-5 sila
tersebut sudah tertanam kuat pada diri sendiri selanjutnya kita harus mengajak
orang-orang yang ada di sekitar kita. Semisal dengan mengajar nilai-nilai
Pancasila di sekolah melalui mata pelajaran PPKN kepada peserta didik kita, agar
mereka menanamkan nilai pancasila dalam kepribadiannya, Sebagai orang tua kita
mendidik dan menanamkan nilai pancasila pada anak kita agar nilai Pancasila
menjadi kepribadian yang melekat baik pada anak kita. Mengajak teman-teman
disekitar kita agar berperilaku sesuai dengan nilai-nilai yang terkandung dalam
pancasila, dan menasetinya/menegur apabila teman-teman kita berperilaku
bertentangan dengan Pancasila.

Agar masyarakat Indonesia mampu menjalankan nilai-nilai pancasila


dengan baik, cara efektif yang dapat dilakukan yaitu dengan meningkatkan
ketakwaan kepada Tuhan YME. Karena dengan ketakwaan dan keyakinan yang
tingi, masyarakat akan mempunyai rasa takut terhadap dosa sehingga mereka akan
enggan berbuat salah. Kasus-kasus seperti: korupsi, kolusi, penipuan, pencurian,
pembunuhan, pelecehan seksual, dsb. Pasti tidak akan terjadi. Namun jika
primordialisme terhadap agama yang dianut terlalu tinggi maka akan
mengakibatkan perpecahan. Hal ini dapat diatasi dengan menenemkan sikap
toleransi melalui pendidikan di sekolah umum. Maka dari itu, sebaikya
pemerintah mewajibkan para generasi penerus bangsa untuk mendapatkan
program wajib belajar selain sekolah umum juga sekolah keagamaam seperti
madrasah/pondok pesantren bagi yang muslim. Sehingga untuk meningkatkan
ketakwaan agar tidak perprilaku menyimpang yaitu melalui program pendidikan
Agama. Selanjutnya untuk mendapatkan pendidikan mengenai cara hidup
berkemajemukan (bertoleransi) serta untuk meningkatkan keahlian/ketrampilan
khusus, melalui sekolah umum.
Secara otomatis apabila kita telah menanamkan kuat jati diri bangsa
Indonesia pada diri kita melalui cara-cara diatas, kita akan mempunyai filter
dengan sendirinya untuk memilih dan memilah pengaruh kebudayaan lain yang
masuk ke negara kita. Yang baik kita pakai dan yang buruk atau tidak sesuai
dengan jati diri bangsa Indonesia, kita tinggalkan. Kemudian pengaruh
kebudayaan lokal juga dapat kita saring melalui pendidikan kewarganegaraan di
sekolah umum serta kita juga harus berusaha mengikis primordialisme yang
berlebihan pada diri kita

Anda mungkin juga menyukai