Kota Muntok merupakan salah satu kota pusaka di Indonesia dan sudah
mencanangkan diri sebagai kota wisata sejarah dan budaya, sehingga dengan
adanya museum ini diharapkan bisa bersinergi dengan upaya masyarakat dalam
membangun wisata daerah .
1. Museum Timah Indonesia
Museum Timah Indonesia adalah museum
teknologi pertimahan yang dikelola oleh PT.
Tambang Timah Tbk. Museum Timah di Muntok
sendiri merupakan Museum Timah kedua setelah
yang terletak di Kota Pangkal Pinang.
Pembangunan museum ini telah digagas
sejak tahun 2012 lalu dan baru diresmikan bulan Oktober 2013. Langkah awalnya
yakni, PT Timah melakukan konservasi gedung. Adapun
pertimbangan
pembangunan
museum
di
Muntok,
dikarenakan Kota Muntok tak lepas dari sejarah
pertimahan dan sejarah Indonesia. Gedung
Hoofdbureau-banka tin winning dulunya, dan kini
berubah nama dan berfungsi menjadi Museum
Timah merupakan tempat pengaturan pertimahan
di Bangka.
Berdasarkan
sejarah
panjang
gedung
tersebut, PT Timah Tbk melalui Museum Timah
Indonesia Muntok menyajikan elaborasi sejarah dari perkembangan teknologi
pertimahan hingga peleburan timah. Museum yang berlokasi di pusat Kota Muntok,
tepatnya di samping rumah dinas bupati itu diharapkan juga mampu menjadi
sarana informasi tentang perkembangan Melayu Bangka, Pengasingan Proklamator
RI dan sejarah Perang Dunia ke-dua.
Ketika berkunjung ke Museum ini kita akan menemukan beberapa ruangan
yaitu auditorium, perpustakaan, dan galeri-galeri. Galeri-galeri itu sendiri
menyajikan berbagai macam artefak-artefak yang menggambarkan tentang sejarah
kota Mentok hingga bagaimana teknologi penambangan timah itu sendiri.
2. Wisma Ranggam
Tahun 1949, Presiden RI Soekarno diasingkan ke Muntok, Pulau Bangka.
Belanda menempatkan Bung Karno di Pesanggrahan Muntok atau dikenal Wisma
Ranggam, tak jauh dari pelabuhan Muntok. Pelabuhan ini menjadi saksi sejarah
eksploitasi Belanda terhadap kekayaan dari perut bumi pulau itu.
Di sudut belakang wisma itu, Bung Karno menempati kamar berukuran 5,5 x
4 meter. Kamar Presiden lebih kecil dari kamar Menteri Luar Negeri Indonesia (kala
itu KH Agus Salim). Agus Salim menempati ruangan 6 x 4 meter yang bersebelahan
dengan kamar Bung Karno. Keduanya menempati ruangan di bangunan utama.
Dua tokoh lain yang juga diasingkan di Pesanggrahan Muntok, Ali Sastro
Amidjojo dan M Roem, menempati ruangan di sayap depan. Ukuran kamar mereka
tidak berbeda dengan kamar Bung Karno.