Anda di halaman 1dari 4

Nama : Reizita Hariani

NIM

: 1303410047

Kelas : D-IV Gizi Tk. III


1. Sebagai seorang calon ahli madya Gizi/ Ahli Gizi, kenapa anda perlu mempelajari
etika?
Jawaban :
Calon ahli gizi perlu mempelajari etika karena pada saat sudah menjadi ahli gizi
selayaknya mempunyai etika karena ketika mereka terjun ke dalam masyarakat atau
saat menjalankan tugas-tugasnya, ahli gizi sangat memerlukan sebuah etika. Seorang
ahli gizi senantiasa harus bisa bersikap santun, berbudi luhur, berkata halus, dan
senantiasa lebih mendahulukan kepentingan orang banyak dalam melaksanakan
kegiatan profesi dibandingkan dengan kegiatan pribadi. Seorang ahli gizi profesional
seharusnya juga mampu berfikir dan berperilaku secara etis.
Ahli gizi dalam menjalankan profesinya harus senantiasa bertaqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, menunjukkan sikap dan perbuatan terpuji yang dilandasi oleh
falsafah dan nilai-nilai Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945 serta Anggaran Dasar
dan Anggaran Rumah Tangga Persatuan Ahli Gizi Indonesia serta etik profesinya.
Dalam menerapkan kode etik, ahli gizi wajib melakukannya sesuai kewajiban
yang meliputi, kewajiban umum, kewajiban terhadap klien, kewajiban terhadap
masyarakat, kewajiban terhadap teman seprofesi dan mitra kerja, kewajiban terhadap
profesi dan diri sendiri. Kode etik ahli gizi ini dibuat atas prinsip bahwa organisasi
profesi bertanggung jawab terhadap kiprah anggotanya dalam menjalankan praktek
profesinya. Kode etik ini berlaku setelah hari dari disahkannya kode etik ini oleh
sidang tertinggi profesi sesuai dengan ketentuan yang tertuang dalam anggaran dasar
dan anggaran rumah tangga profesi gizi. Berikut kewajiban umum yang harus
dilakukan oleh seorang ahli gizi:
1. Ahli gizi berperan meningkatkan keadaan gizi dan kesehatan serta berperan dalam
meningkatkan. Kecerdasan dan kesejahteraan rakyat
2. Ahli gizi berkewajiban menjunjung tinggi nama baik profesi gizi dengan
menunjukkan sikap, perilaku, dan budi luhur serta tidak mementingkan diri sendiri
3. Ahli gizi berkewajiban senantiasa menjalankan profesinya menurut standar profesi
yang telah ditetapkan.
4. Ahli gizi berkewajiban senantiasa menjalankan profesinya bersikap jujur, tulus
dan adil.

5. Ahli gizi berkewajiban menjalankan profesinya berdasarkan prinsip keilmuan,


informasi terkini, dan dalam menginterpretasikan informasi hendaknya objektif
tanpa membedakan individu dan dapat menunjukkan sumber rujukan yang benar.
6. Ahli gizi berkewajiban senantiasa mengenal dan memahami keterbatasannya
sehingga dapat bekerjasama dengan fihak lain atau membuat rujukan bila
diperlukan.
7. Ahli gizi dalam melakukan profesinya mengutamakan kepentingan masyarakat
dan berkewajiban senantiasa berusaha menjadi pendidik dan pengabdi masyarakat
yang sebenarnya.
8. Ahli gizi dalam berkerjasama dengan para nsureional lain di bidang kesehatan
maupun lainnya berkewajiban senantiasa memelihara pengertian yang sebaikbaiknya.
9. Ahli gizi berkewajiban membantu pemerintah dalam melaksanakan upaya-upaya
perbaikan gizi masyarakat. Gizi merupakan salah satu nsure kesehatan artinya
orang yang kekurangan atau kelebihan gizi akan mengganggu kesehatan yang
merupakan salah satu ukuran dari kesejahteraan.
2. Etika khusus apa saja yang sudah anda pelajari sepanjang hidup sampai saat ini?
Jelaskan!
Jawaban:
1. Etika Individual
Sebagai individu yang menjaga kesehatan dirinya sendiri seperti mandi dua kali
sehari, menggosok gigi dan makan makanan yang membari energi serta menyehatkan.
2. Etika Sosial
Etika sosial menyangkut hubungan manusia dengan manusia baik secara
langsung maupun secara kelembagaan (keluarga, masyarakat, negara), sikap kritis
terhadpa pandangan-pandangan dunia dan idiologi-idiologi maupun tanggung jawab
umat manusia terhadap lingkungan hidup. Contohnya: etika dalam berorganisasi
seperti bagaimana melakukan kerja sama dalam organisasi, bagaimana cara
melakukan diskusi dan menyampaikan pendapat dengan baik dalam suatu forum.
Etika individual dan etika sosial tidak dapat dipisahkan satu sama lain,
karena kewajiban manusia terhadap diri sendiri dan sebagai anggota umat manusia

saling berkaitan. Dengan demikian etika sosial mempunyai lingkup yang luas,
sehingga etika sosial ini dibagi menjadi beberapa bidang, antara lain:
1. Moralitas adalah pedoman yang dimiliki individu atau kelompok mengenai apa itu
benar dan salah, atau baik dan jahat. Pedoman moral mencakup norma-norma
yang kita miliki mengenai jenis-jenis tindakan kita yakni benar atau salah secara
moral, dan nilai-nilai yang kita terapkan pada objek-objek yang kita yakini secara
moral baik atau buruk.
2. Norma khusus adalah norma yang mengatur tingkah laku dan tindakan manusia
dalam kelompok/bidang tertentu. Dimana aturan tersebut hanya berlaku untuk
bidang khusus dan tidak bisa mengatur semua bidang. Misal: aturan main catur
hanya bisa dipakai untuk permainan catur dan tidak bisa dipakai untuk mengatur
permainan bola.
3. Norma umum berkebalikan dengan norma khusus, karena norma umum bersifat
universal, yang artinya berlaku luas tanpa membedakan kondisi atau situasi,
kelompok orang tertentu. Secara umum norma umum dibagi menjadi tiga (3)
bagian, yaitu :
a. Norma Sopan Santun
Norma ini menyangkut aturan pola tingkah laku dan sikap lahiriah seperti tata
cara berpakaian, cara bertamu, cara duduk, dll. Norma ini lebih berkaitan
dengan tata cara lahiriah dalam pergaulan sehari-hari, penilaiannnya kurang
mendalam karena hanya dilihat secara subyektif.
b. Norma Hukum
Norma ini sangat tegas dituntut oleh masyarakat. Alasan ketegasan tuntutan ini
karena demi kepentingan bersama. Dengan adanya berbagai macam peraturan,
masyarakat berharap mendapatkan keselamatan dan kesejahteraan bersama.
Keberlakuan norma hukum dibandingkan dengan norma sopan santun lebih
tegas dan lebih pasti karena disertai dengan jaminan, yakni hukuman terhadap
orang yang melanggar norma ini.
c. Norma Moral

Norma ini mengenai sikap dan perilaku manusia sebagai manusia. Norma
moral menjadi tolak ukur untuk menilai tindakan seseorang itu baik atau
buruk, oleh karena ini bobot norma moral lebih tinggi dari norma sebelumnya.
Norma ini tidak menilai manusia dari satu segi saja, melainkan dari segi
manusia sebagai manusia. Dengan kata lain, norma moral melihat manusia
secara menyeluruh, dari seluruh kepribadiannya. Di sini terlihat secara jelas,
penilannya lebih mendasar karena menekankan sikap manusia dalam
menghadapi tugasnya, menghargai kehidupan manusia, dan menampilkan
dirinya sebgai manusia dalam profesi yang diembannya.

Anda mungkin juga menyukai