PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Diare masih merupakan salah satu penyebab utama morbiditas dan
mortalitas anak-anak di berbagai negara berkembang. Setiap tahun diperkirakan
lebih dari 1 milyar kasus di dunia dengan 3,3 juta kasus kematian sebagai
akibatnya. Diare masih merupakan penyebab kematian penting pada anak-anak di
negara berkembang. Kombinasi paparan lingkungan yang patogenik, diet yang
tidak memadai, malnutrisi menunjang timbulnya kesakitan dan kematian karena
diare. Hal itu terjadi lebih dari 1 milyar episode setiap tahun, dengan 2-3 % jatuh
kedalam keadaan dehidrasi1.
Menurut laporan Depkes RI, di Indonesia setiap anak mengalami diare
1,6-2 kali setahun. Sekitar 80 % kematian yang berhubungan dengan diare yang
terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan. Penyebab kematian adalah karena
dehidrasi sebagai akibat dari kehilangan cairan dan elektrolit melalui tinja2.
Diare masih juga merupakan penyebab penting kekurangan gizi pada bayi
dan balita. Hal ini disebabkan karena adanya anoreksia sehingga makan lebih
sedikit dan biasanya kemampuan menyerap sari makanan juga berkurang. Padahal
kebutuhan sari makanan meningkat dengan adanya infeksi serta kebiasaan yang
salah dari orang tua yang menghentikan semua jenis makanan unutk
mengistirahatkan usus sehingga diare akan berkurang2.
Oleh karena masih tingginya angka kematian dan kesakitan pada anak
karena penyakit diare ini, pencegahan harus dilakukan dengan cara hidup sehat
dan penanganan yang cepat dan tepat dalam mengatasi diare ini juga sangat
penting untuk menurunkan angka kematian akibat penyakit ini2.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Diare didefinisikan sebagai keluarnya tinja yang lunak atau cair tiga
kali atau lebih dalam satu hari.1 Di Bagian Ilmu Kesehatan Anak
FKUI/RSCM, diare diartikan sebagai buang air besar yang tidak normal atau
bentuk tinja yang encer dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya.
Neonatus dinyatakan diare bila frekuensi buang air besar sudah lebih dari 4
kali, sedangkan untuk bayi berumur lebih dari 1 bulan dan anak bila
frekuensinya lebih dari 3 kali. Klasifikasi diare ke dalam jenis akut dan kronis
bersifat mutlak, tetapi diare harus berlangsung paling sedikit 14 hari untuk
dapat dikatakan diare kronis, jadi diare akut adalah diare yang terjadi secara
mendadak dan berlangsung kurang dari 14 hari ( bahkan kebanyakan kurang
dari 7 hari ) dengan pengeluaran tinja yang lunak atau cair yang sering tanpa
darah.2
2.2 Epidemiologi
Di Negara berkembang, termasuk Indonesia, diare akut maupun kronis
masih merupakan masalah kesehatan utama. Di dunia, diare menyebabkan
kematian sebanyak 5 juta setahun, 75% diantaranya disebabkan oleh diare
akut. Di Indonesia, kematian karena diare sekitar 200.000-250.000 setahun,
80% diantaranya disebabkan oleh diare akut.1,2
Kebanyakan episode diare terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan.
Insuden paling tinggi terdapat pada golongan umur 6-11 bulan, pada masa
diberikan makanan pendamping.1
2.3 Klasifikasi
Secara klinik dibedakan 3 macam diare :1
1.Diare akut, yaitu buang air besar dengan konsistensi lebih encer dari
biasanya, 3x/hari, yang timbul secara mendadak, berlangsung kurang
dari 14 hari, dan tanpa darah.
2.Diare persisten, yaitu diare yang mula-mula bersifat akut namun
berlangsung lebih dari 14 hari.
2
3.Diare kronik, yaitu diare yang intermitten atau yang berlangsung lama
dengan penyebab non infeksi seperti penyakit sensitif terhadap gluten
atau gangguan metabolisme yang menurun.
2.4 Etiologi
Etiologi diare dapat dibagi dalam beberapa faktor :1,2,3,4
1. Infeksi
Infeksi enteral yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan
penyebab utama diare. Infeksi enteral ini disebabkan oleh berbagai
mikroba diantaranya :
o Virus : Enterovirus, rotavirus, adenovirus.
o Bakteri : Shigella, Salmonella, E.coli, Vibrio cholera,
Campilobacter jejuni.
o Parasit : protozoa ( Entamoeba histolytica, Giardia
lamblia, Balantidium coli ), cacing ( Ascaris, Trichuris,
Strongiloides ) dan jamur ( Candida ).
2. Faktor malabsorpsi
Malabsorpsi karbohidrat, lemak dan protein.
3. Faktor makanan
Makanan besi, beracun, atau alergi terhadap makanan tertentu.
4. Imunodefisiensi
5. Faktor psikologis
Rasa takut dan cemas. Walaupun jarang dapat menimbulkan diare pada
anak yang lebih besar.
2.5 Patogenesis1,4
1.
Virus
Virus masuk ke dalam usus halus dan berkembang biak
dalam epitel vili usus halus, menyebabkan kerusakan sel epitel dan
pemendekan vili. Hilangnya sel-sel vili yang secara normal
mempunyai fungsi absorpsi dan penggantian sementara oleh sel
Bakteri
Penempelan di mukosa
Bakteri yang berkembang biak dalam usus halus untuk
mengindarkan diri dari penyapuan. Penempelan ini menyebabkan
pengurangan kapasitas penyerapan atau menyebabkan sekresi
cairan.
Invasi mukosa
Shigella dapat menyebabkan diare berdarah melalui invasi dan
perusakan sel epitel mukosa di sebagian besar kolon. Invasi ini
diikuti dengan pembentukan mikroabses dan ulkus superfisial yang
menyebabkan adanya sel darah merah dalam tinja. Toksin yang
dihasilkan kuman ini menyebabkan kerusakan jaringan dan juga
sekresi air dan elektrolit dari mukosa.
Infeksi
menyebabkan
virus
dan
terjadinya
bakteri
diare
tidak
karena
selamanya
tubuh
akan
mempunyai
2.6 Patofisiologi
1. Penyerapan cairan di usus halus
Dalam keadaan normal usus halus mampu menyerap cairan
sebanyak 7- 8 liter sehari. Penyerapan air ini ditentukan oleh
perbedaan tekanan osmotik di lumen usus dan di dalam sel, terutama
dipengaruhi oleh konsentrasi natrium.3,4,5
Penyerapan natrium ke dalam enterosit dapat melalui 3 cara, yaitu
berpasangan dengan ion klorida, atau bahan non elektrolit seperti
glukosa, asam amino, peptida, dll, pertukaran dengan ion H, pasif
melalui ruang interseluler ( tight junction). Sedangkan klorida diserap
melalui pertukaran dengan bikarbonat.3
2. Sekresi cairan di usus halus
Penyerapan pasangan NaCl akan meningkatkan Cl di dalam sl
kripta dan pada waktu yang bersamaan Na akan dikeluarkan dari sel
kripta dengan bantuan enzim Na-K-ATPase. Sekresi Cl di dalam sel
kripta dapat ditingkatkan dengan adanya intracellular messenger,
misalnya cAMP, dan cGMP yang dapat menyebabkan peninggian
permeabilitas sel kripta sehingga Cl mudah keluar ke lumen usus.
Dalam
keadaan
normal
usus
besar
dapat
meningkatkan
gangguan osmotik
Makanan yang tidak dapat diserap dengan baik akan menyebabkan
tekanan osmotik rongga usus meninggi, hal ini menyebabkan pergeseran
air dan elektrolit kedalam rongga usus.
Gangguan sekresi
Intake kurang
-
minum kurang
anoreksia
Pengeluaran meningkat
-
dapat
berubah
jadi
kehijau-hijauan
yang
disebabkan
Baik, sadar
Gelisah, rewel *
Mata
Normal
Cekung
Air mata
Ada
Tidak ada
Tidak ada
Basah
Kering
Sangat kering
Rasa haus
Minum
Periksa
bisa minum *
TANPA
DEHIDRASI
DEHIDRASI BERAT
DEHIDRASI
RINGAN/SEDANG
tidak haus
turgor Kembali cepat
kulit
Derajat dehidrasi
Rencana A
lain
Rencana B
Rencana C
2.10
Penatalaksanaan
Prinsip penatalaksanaan diare : 1,2,4
1. Mencegah dehidrasi
2. Rehidrasi
3. Meneruskan makan dan ASI
Tujuan
penatalaksanaan
diare
adalah
untuk
mengkoreksi
b.
Umur
< 1 tahun
1-5 tahun
> 5 tahun
Dewasa
Jumlah oralit
300 ml
600 ml
1200 ml
2400 ml
30 ml/kgBB
70 ml/kgBB
< 1 tahun
1 jam pertama
5 jam berikutnya
> 1 tahun
jam pertama
2 jam berikutnya
a.
b.
c.
Dietetik
Memuasakan penderita diare
memperbesar terjadinya hipoglikemia. Makanan yang diberikan sedikitsedikit tapi sering ( lebih kurang 6 kali sehari ), rendah serat, buah buahan
diberikan terutama pisang.1
Pengobatan medikamentosa
10
Antimikroba pilihan
Doksisiklin
Dewasa: 300 mg dosis tunggal
Anak-anak: 2 mg/kg BB( (tidak direkomendasikan)
Azitromisin
Dewasa : 1 gram, dosis tunggal
Anak-anak: 20 mg/kgBB dosis tunggal
Ciprofloxacin
Dewasa: 500 mg setiap 12 jam selama 3 hari atau 2
gram dosis tunggal
Anak-anak: 15 mg/kgBB setiap 12 jam selama 3
hari
Shigellosis
Ciprofloxacin
Dewasa: 500 mg 2x sehari selama 3 hari, atau 2
gram dosis tunggal
Pivmecillinam
Dewasa: 400 mg 3 - 4 kali/hari selama 5 hari
Anak-anak: 20 mg/kgBB 4x/hari selama 5 hari
Amebiasis
Giardiasis
Ceftriaxone
Dewasa: 2- 4 gram dosis tunggal
Anak-anak: 50100 mg/kgBB 1x/hari IM selama
25 hari
Metronidazol
Dewasa: 750 mg 3x/hari selama 5 hari (10 hari jika
berat)
Anak-anak: 10 mg/kgBB 3x/hari selama 5 hari (10
hari jika berat)
Metronidazol
Adults: 250 mg 3x/hari selama 5 hari
Anak-anak: 5 mg/kgBB 3x/hari selama 5 hari
Tinidazole
Dapat juga diberikan sebagai dosis tunggal50
11
Azitromisin
Dewasa: 500 mg 1x/hari selama 3 hari
Anak-anak: 30 mg/kgBB segera setelah onset
penyakit
Florokuinolon seperti ciprofloxacin
Dewasa: 500 mg 1x/hari selama 3 hari
Komplikasi
Akibat yang dapat ditimbulkan diare akut adalah :1,2,4,7
1. Dehidrasi
2. Asidosis metabolik
3. Gangguan elektrolit ( Hipoglikemia, hipokalemi )
4. Gangguan sirkulasi
2.12
Pencegahan
12
BAB III
LAPORAN KASUS
ANAMNESA
Identitas pasien
Nama
: an. A
Umur
: 4 tahun
Jenis kelamin
: Laki-laki
Suku
: Minang
ALLOANAMNESA
13
Seorang anak laki-laki umur 4 tahun masuk bangsal anak RSUD Solok
pada tanggal 11 Maret 2016 dengan :
Keluhan utama : Berak-berak encer sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit
Riwayat penyakit sekarang :
-
Berak-berak encer sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit, frekuensi 9-10
kali per hari, jumlahnya lebih kurang 1/2 gelas per kali, tak berdarah dan
tidak berlendir, warna kuning.
Demam sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit, tidak tinggi, hilang timbul,
tidak menggigil dan tidak berkeringat. Saat sampai di rumah sakit anak tidak
demam lagi.
Muntah sejak 1 hari ini, frekwensi 1 kali dengan jumlah kira kira 2 gelas,
berisi apa yang dimakan.
Nafsu makan anak menurun sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit dan
minum sedikit.
Riwayat penyakit dahulu
Tidak pernah menderita penyakit yang sama sebelumnya
.
Riwayat makanan dan minuman :
Anak : makanan utama 3 x sehari
Daging
: 3-4 x seminggu
Telur
: 1 x seminggu
Riwayat imunisasi :
BCG
DPT
Polio
Pemeriksaan fisik
Tanda vital :
-
Kesadaran : sadar
Suhu : 36,40C
BB : 19 kg sebelum sakit 21 kg
Tinggi badan : 99 cm
Pemeriksaan sistemik :
Kulit
: teraba hangat, sianosis (-), icterik (-), pucat (-), ptekie (-),
turgor lambat
Kepala
Rambut
15
Mata
ukuran 2 mm, reflek cahaya +/+, air mata ada, mata cekung.
Hidung
Mulut
Tenggorok
Leher
Dada :
Paru
-
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
sonor
Auskultrasi
Jantung :
-
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultrasi :
Abdomen :
-
Inspeksi
tidak membuncit
Palpasi
Perkusi
timpani
Auskultrasi
16
Diagnosa kerja :
-
Pemeriksaan Anjuran :
- Pemeriksaan miroskopis tinja
- Kultur feses dan parasitologi
- Periksa Eletrolit (Na, K)
Terapi:
Pemberian oralit 75 cc x berat badan anak bila muntah dan tidak bisa diberi
minum, maka diberi IVFD,
IVFD NaCl 0,9% 135 cc/kgBB/ Hari
Zink 1x20 mg selama 10 hari berturut-turut
FOLLOW UP :
Tanggal 12 maret 2016
S/ mencret (-), muntah ( - ) ,demam (-), minum dan makan mau, BAK biasa
O/ KU
kes
nafas
nadi
suhu
BB
Sedang
sadar
24x
92x
36.60
19,5 kg
Kepala
Mata
Mulut
17
Tonsil
: T1-T1 tidak hiperemis, detritus (-), kripti tak melebar, faring tidak
hiperemis,
Jantung : dalam batas normal
Paru
Terapi :
- istirahat
-
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Anak laki-laki, A umur 4 tahun dibawa ke rumah sakit umum Solok
dengan keluhan utama berak berak encer sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit.
Berak encer terjadi lebih kurang 9-10 kali sehari dengan jumlah kira-kira gelas
tiap berak encer. Berak encer tidak berlendir tidak berdarah. Muntah ada 1 kali
sebelum datang ke rumah sakit, sebanyak lebih kurang 2 gelas, berisi apa yang
18
dimakan. Demam ada sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit, demam tidak
tinggi, hilang timbul semenjak minum obat demam yang dibeli sendiri. Nafsu
makan menurun sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit. Pada pemeriksaan fisik
ditemukan keadaan umum tampak sakit sedang, pasien sadar, kurang aktif, telihat
lemas frekuensi nafas 40 kali per menit. Nadi 108 kali per menit, suhu 36,4 0C dan
berat badan menurun 2 kg dari sebelum sakit. Terlihat mata cekung, bibir kering,
mukosa mulut basah, turgor kulit menurun. Dari pemeriksaan ditegakan diagnosa
pasien mengalami diare akut dengan dehidrasi ringan-sedang. Pasien ditatalaksana
dengan pemberian IVFD NaCl 0.9% 135/kgBB/jam, pemberian Zinc 20mg
selama 10 hari berturut turut. Dan pemberian oralit 190cc tiap berak encer.
DAFTAR PUSTAKA
1. Irwanto, Rahim A, Sudarmo MS. Diare Akut pada Anak. Dalam : Soegeng
S eds. Ilmu Penyakit Anak, Diagnosis dan Penatalaksanaan. Jakarta,
Salemba Medika, 2002 :73 91
2. Staf Pengajar FK- Unpad. Diare Akut Dalam : Pedoman Diagnosis dan
terapi Bandung, bagian IKA FK- Unpad / RS Hasan Sadikin, 2000 : 237
44.
3. Markum AH. Saluran Cerna. Dalam Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak
FKUI, Jakarta, Balai Penerbit FKUI, 1991 : 448 56
19
4. Staf Pengajar FKUI. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak : diare pada bayi
dan anak. Jakarta : Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI ; 1985 : hal 283311
5. Departemen Kesehatan RI. Direktorat Jendral Pemberantasan Penyakit
Menular dan Penyehatan Lingkungan Pemukiman. Buku Ajar Diare.1999.
6. Depkes RI Ditjen Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan
Lingkungan Pemukiman. Buku ajar diare. Jakarta : Depkes RI Ditjen
PPM&PLP ; 1999
7. Bahram RF. Kliegman. Ilmu Kesehatan Anak Nelson. Vol 2. Ed 15. Jakarta
: EGC. 2000. hal 1354 1361
8. Garna H, Nataprawira HMD, Rahayuningsih, editor. Pedoman diagnosis
dan terapi ilmu kesehatan anak, Ed 3 : diare akut. Bandung : FK
Universitas Padjajaran, 2005 ; hal 271-278
9. Sudaryat S. Gastroementerologi Anak : Diere Akut, Jakarta : Sagung Seto,
2005 ; hal 1-24
10. H.P. Antonius, Hegar Badriul, dkk, Pedoman Pelayanan Medis IDAI :
Diare Akut, Jakarta : IDAI, 2009 ; hal 58-62
11. Departemen Kesehatan RI. Ditjen Pengendalian Penyakit Dan Penyehatan
Lingkungan. Lintas Diare. Jakarta : Depkes RI; 2011
20