Anda di halaman 1dari 6

MANAJEMEN PENDAPATAN DAERAH

Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keuangan dan Manajemen Sektor Publik yang Diampu
oleh Bapak Dr. Rosidi SE., MM., Ak.

DisusunOleh:
Maya Aulia

145020301111021

Iin Mutmainnah

145020301111023

Nanda Dwi Firdausi

145020301111030

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2016

A. Siklus Manajemen Pendapatan Daerah


I.
Identifikasi sumber pendapatan
Pada tahap identifikasi, kegiatan yang dilakukan berupa pendapatan sumber sumber
pendapatan termasuk menghitung potensi pendapatan. Identifikasi pendapatan
pemerintah meliputi:
Pendataan objek pajak, subjek pajak, dan wajib pajak
Pendataan objek retribusi, subjek retribusi dan wajib retribusi
Pendataan sumber penerimaan bukan pajak
Pendataan lain-lain yang sah
Pendataan potensi pendapatan untuk masing-masing jenis pendapatan.
II.

Administrasi pendapatan
Administrasi pendapatan sangant penting dalam siklus manajemen pendapatan sebab
tahap ini akan menjadi dasar untuk melakukan koleksi pendapatan. Pada tahap
administrasi pendapatan, kegiatan yang dilakukan meliputi:
Penetapan wajib pajak dan retribusi.
Penentuan jumlah pajak dan retribusi.
Penetapan Nomor Pokok Wajib Pajak dan Nomor Pokok Wajib Retribusi.
Penertiban Surat Keterangan Pajak Daerah dan Surat Ketetapan Retribusi.

III.

Koleksi pendapatan
Tahap koleksi pendapatan meliputi penarikan, pemungutan, penagihan dan
pengumpulan pendapatan baik yang berasal dari wajib pajak dan retribusi daerah. khusus
untuk pemungutan pajak daerah dan retribusi daerah dapat digunakan beberapa sistem,
antara lain:
Self assessment system, adalah sistem pemungutan pajak daerah yang dihitung,

IV.

dilaporkan, dan dibayarkan sendiri oleh wajib pajak daerah.


Official assessment system, adalah sistem pemungutan pajak yang nilai pajak nya

ditetapkan oleh pemerintah daerah.


Joint collection adalah sistem pemungutan pajak daerah yang dipungut oleh

pemungut pajak yang ditunjuk pemerintah daerah.


Pencatatan (akuntansi) pendapatan
Setiap penerimaan pendapatan harus segera disetor ke rekening kas umum daerah
pada hari itu juga/ paling lambat sehari setelah diterimanya pendapatan tersebut. Untuk
menampung seluruh sumber pendapatan perlu dibuat satu rekening tunggal (treasury
single account), dalam hal ini rekening kas umum daerah.
Tujuan pembuatan satu pintu untuk pemasukan pendapatan adalah untuk
memudahkan pengendalian dan pengawasan pendapatan. Penerimaan pendapatan

tersebut dibukukan dalam buku akuntansi, berupa jurnal kas, buku pembantu, buku besar
penerimaan per rincian objek pendapatan. Kemudian buku catatan akuntansi tersebut
akan diringkas dan dilaporkan dalam laporan keuangan pemerintah daerah, yaitu Laporan
Realisasi Anggaran, Neraca, dan Laporan Arus Kas.
V.

Alokasi pendapatan
Tahap terakhir siklus manajemen pendapatan adalah alokasi pendapatan, yaitu
pengambilan keputusan untuk menggunakan dana yang ada untuk membiayai
pengeluaran daerah yang dulakukan. Pengeluaran daerah meliputi pengeluaran belanja,
yaitu belanaja operasi dan belanja modal, maupun untuk pembiayaan pengeluaran yang
meliputi pembentukan dana cadangan, penyertaan modal daerah, pembayaran uang dan
pemberian pinjaman daerah.

B. Mengenali Sumber-sumber Pendapatan Daerah


I.
Sumber pendapatan daerah menurut ketentuan perundangan
Sumber pendapatan pemerintah daerah relative terprediksi dan lebih stabil sebab
pendapat tersebut diatur oleh undang- undang dan peraturan daerah yang bersifat
mengikat dan dapat dipaksakan. Pemerintah daerah dengan paying hokum peraturan
perundangan berhak memungut pajak daerah dan retribusi daerah. Pemerintah dapat
memaksa wajib pajak untuk membayar pajak dan memberikan sanksi apabila tidak patuh
pajak. Dengan demikian pendapatan di pemerintah daerah relative stabil.

Sumber pendapatan daerah dapat dibedakan menjadi 2, yaitu :


1. Sumber pendapatan yang saat ini ada dan sudah ditetapkan dengan peraturan
perundangan. Meskipun pemerintah daerah telah diberi otonomi secara luas dan
desentralisasi fiscal, namun pelaksanaan otonomi tersebut harus tetap berada dalam
koridor hokum Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dalam hal sumber penerimaan
yang menjadi hak pemerintah daerah, Undang-undang No. 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintah Daerah; dan Undang-undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah telah menetapkan sumber-sumber
penerimaan daerah, sbb:
a. Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Pajak Daerah
Retribusi Daerah

Bagian Laba Pengelolaan Aset Daerah yang Dipisahkan


Lain-lain PAD yang sah
b. Transfer Pemerintah Pusat
Bagi Hasil Pajak
Bagi Hasil Sumber Daya Alam
Dana Alokasi Khusus
Dana Alokasi Ummum
Dana Otonomi Khusus
Dana Penyesuaian
c. Transfer Pemerintah Provinsi
Bagi Hasil Pajak
Bagi Hasil Sumber Daya Alam
Bagi Hasil Lainnya
d. Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah

2. Sumber pendapatan di masa datang yang masih potensial/ tersembunyi dan baru akan
diperoleh apabila sudah dilakukan upaya-upaya tertentu. Pemerintah juga perlu
menciptakan sumber-sumber pendapatan baru, sumber pendapatan baru ini bias
diperoleh misalnya melalui inovasi program ekonomi daerah, program kemitraan
pemerintah daerah dengan pihak swasta dan sebagainya.
II.

Prinsip Dasar Manajemen Penerimaan Daerah


Pada dasarnya terdapat beberapa prinsip dasar yang perlu diperhatikan pemerintah
daerah dalam membangun sistem manajemen penerimaan daerah yaitu:
1. Perluasan basis penerimaan
Untuk memperluas basis penerimaan, pemerintah daerah dapat melakukan dengan
cara berikut:
Mengidentifikasi

pembayaran

pajak/retribusi

dan

menjaring

wajib

pajak/retribusi baru
Mengevaluasi tarif pajak/retribusi
Meningkatkan basis data objekpajak/retribusi
Melakukan penilaian kembaliatas objek pajak/retribusi

2. Pengendalian atas kebocoran pendapatan


Untuk mengurangi kebocoran pendapatan beberapa langkah yang dapat dilakukan
antara lain:
Melakukan audit, baik rutin maupun incidental
Memperbaiki sistem akuntansi penerimaan daerah
Memberikan penghargaan yang memedai bagi masyarakat yang taat pajak dan
hukuman (sanksi) yang berat bagi yang tidak mematuhinya.

Meningkatkan disiplin dan moralitas pegawai yang terlibat dalam pemungutan


pendapatan.

3. Peningkatan efisiensi administrasi pajak


Terdapat beberaa cara yang dapat dilakukan pemerintah daerah untuk meningkatkan
efisiensi administrasi pajak yaitu sebagai berikut:
Memperbaiki procedure administrasi pajak sehingga lebih mudah dan

sederhana
Mengurangi biaya pemungutan pendapatan
Menjalin kerjasama dengan berbagai pihak untuk memberikan kemudahan dan
kenyamana dalam membayar pajak.

4. Transparansi dan akutabilitas


Untuk melaksanakan prinsip

transparansi

dan

akuntabilitas

ini

memang

membutuhkan beberapa persyaratan:


Adanya dukungan Teknologi Informasi (TI) untuk membangun sistem

informasi manajemen pendapatan daerah


Adanya staf yang memiliki kompetensi dan keahlian yang memadai
Tidak adanya korupsi sistematik dilingkungan entitas pengelola pendapatan
daerah

C. Manajemen Pendapatan Asli Daerah (PAD)


Peningkatan kemandirian daerah sangat erat kaitannya dengan kemampuan daerah dalam
mengelola Pendapatan Asli Daerah (PAD). Semakin tinggi kemampuan daerah dalam
menghasilkan PAD, maka semakin besar pula diskresi daerah untuk menggunakan PAD
tersebut sesuai dengan aspirasi, kebutuhan dan prioritas pembangunan daerah.
I.

Manajemen pajak daerah


Peraturan perundangan mengenai pajak daerah mengalami beberapa kali perubahan.
Peraturan perundangan dibidang pajak daerah antara lain UU No. 11 Drt Tahun 1957
tentang peraturan umum pajak daerah, UU No 18 Tahun 1997 tentang pajak daerah dan
retribusi daerah. kemudian pada tahun 2009 pemerintah pusat mengeluarkan UU No 28
Tahun 2009 tentang pajak dan retribusi daerah menggantikan UU No 34 tahun 2000.

II.

Prinsip pajak daerah


1. Prinsip elastisitas
Pajak daerah harus memberikan pendapatan yang cukup dan elastis, artinya
mudah naik turun mengikuti naik/turunnya tingkat pendapatan masyarakat.

2. Prinsip keadilan
Pajak daerah harus memberikan keadilan, baik adil secara vertical dalam arti
sesuai dengan tingkatan sosial kelompok masyarakat maupun adil secara
horizontal dalam arti berlaku bagi setiap anggota kelompok masyarakat.
3. Prinsip kemudahan administrasi
Administrasi pajak daerah harus fleksibel, sederhana, mudah dihitung, dan
memberikan pelayanan yang memuaskan bagi wajib pajak.
4. Prinsip keberterimaan politis
Pajak daerah harus dapat diterima secara politis oleh masyarakat, sehingga
masyarakat sadar untuk membayar pajak.
5. Prinsip nondistorsi terhadap perekonomian
Pajak daerah tidak boleh menimbulkan dampak negative terhadap perekonomian.

Anda mungkin juga menyukai