DISUSUN OLEH :
Agung Putrawan
Deky Candrawan
Yuri Andrian
Dody Edwin Andara
Thaib Affandri S
Nuraliah
Asnilawati
Patiya
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan arunia-Nya, sehingga kelompok dapat menyelesaikan laporan hasil dari
Keperawatan Gerontik di Panti Sosial Tresna Werdha Warga Tama Inderalaya Ogan
Ilir 2008. penyelesaian laporan ini dapat selesai karena adanya dukungan dari
berbagai pihak sehingga dalam kesempatan ini kelompok ingin mengucapkan terima
kasih kepada:
1. Bapak Drs. Muzakir M. Selaku kepala panti sosial tresna werdha warga tama
inderalaya.
2. Ibu Dra. Mardiyah, Selaku Kepala Subbag Tata Usaha yang telah memberikan
bimbingan dan saran selama proses praktikum
3. Ibu Masmini, selaku Kasi penyantunan yang telah memberikan bimbingan
dan saran selama proses praktikum
4. Bapak Ansori, S.Sos, selaku Kasi Pembinaan Penyaluran Kerohanian dan
Keterampilan yang telah memberikan bimbingan dan saran selama proses
praktikum
5. Ibu Titi Sundari, AmK, selaku Petugas Poliklinik yang telah memberikan
bimbingan dan saran selama proses praktikum.
6. Ns. Ilit Puspita, S.Kep, selaku pembimbing akademik yang telah memberikan
bimbingan dan saran
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................................
KATA PENGANTAR ..............................................................................................
DAFTAR ISI.............................................................................................................
i
ii
iv
BAB 1
PENDAHULUAN....................................................................................
1.1
Latar Belakang.............................................................................
1.2
Tujuan .........................................................................................
1.2.1 Tujuan Umum ..............................................................
1.2.2 Tujuan Khusus .............................................................
1.3
Tempat dan Waktu ......................................................................
1.4
Manfaat .......................................................................................
1.4.1 Bagi Peneliti ............................................................
1.4.2 Bagi Institusi Pendidikan..........................................
1.4.3 Bagi Mahasiswa ......................................................
1.5
Metoda Penulisan ........................................................................
1
1
4
4
4
5
5
5
5
5
5
BAB II
7
7
7
8
53
53
62
66
71
75
BAB V
84
PEMBAHASAN ....................................................................................
90
90
91
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar belakang
Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah penyelenggaraan upaya
kesehatan oleh bangsa Indonesia untuk mencapai kemampuan hidup sehat bagi setiap
penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal,
sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum dari Tujuan Nasional. Pengertian sehat
yaitu keadaan yang meliputi kesehatan jasmani, rohani dan sosial dan bukan hanya
keadaan yang bebas dari penyakit, cacat dan kelemahan saja (UU Pokok Kesehatan
RI 1990).
Upaya kesehatan yang semula berupa upaya penyembuhan penderita, secara
berangsur-angsur berkembang ke arah kesatuan upaya kesehatan untuk seluruh
masyarakat dengan peran serta masyarakat yang mencakup upaya peningkatan
(promotif),
pencegahan
(preventif),
penyembuhan
(kuratif)
dan
pemulihan
akan terjadi pada Negara berkembang, terutama pada wilayah Asia Pasifik (Siswono,
2001).
Menurut American Heart Association (AHA), hampir 700.000 orang Amerika
menderita stroke setiap tahunnya. Sekitar 25 persen mengalami stroke fatal. Hampir
setiap 45 detik terjadi serangan stroke dan hampir setiap 3,1 menit seseorang
meninggal karena stroke. Stroke telah menghabiskan sekitar 40 juta dollar Amerika
untuk biaya kesehatan dan hilangnya produktifitas tiap tahunnya. Di Amerika Serikat
stroke menduduki rangking ke 3 dalam menyebabkan kematian dan penyebab cacat
(Majalah Kedokteran Atmajaya Vol. 1 no. 2, 2002 : 95).
Salah satu masalah kesehatan masyarakat yang utama di Indonesia, yaitu
masalah penyakit stroke. Hal tersebut ditunjukkan dengan tingginya angka kesakitan
dan angka kematian yang disebabkan oleh stroke. Stroke adalah penyakit gangguan
fungsional otak vokal maupun global dengan gejala dan tanda sesuai bagian otak
yang terkena, sebelumnya tanpa peringatan, dapat sembuh sempurna, sembuh dengan
cacat atau kematian akibat gangguan aliran darah ke otak karena perdarahan dan non
perdarahan (Junaidi, 2004) dalam Meldayani 2006).
Menurut Yayasan Stroke Indonesia terdapat kecenderungan meningkatnya
jumlah penyandang stroke di Indonesia dalam dasawarsa terakhir. Kecenderungannya
menyerang generasi muda yang masih produktif. Hal ini akan berdampak terhadap
menurunnya tingkat produktifitas serta dapat mengakibatkan terganggunya sosial
ekonomi keluarga. Di Indonesia stroke merupakan penyakit nomor tiga yang
mematikan setelah penyakit jantung dan kanker. Bahkan menurut survey tahun 2004
kekakuan
(kontraktur)
dan
kemunduran
pemecahan
kekakuan
terhadap
pasien
stroke
harus
dimulai
sedini
mungkin.
dapat
pasien stroke tidak di dapat oleh masyarakat kalangan menengah ke bawah. Keluarga
belum mengenal gejala stroke akut yakni kelemahan otot wajah, gerakan tangan dan
gangguan bicara merupakan tiga hal yang harus diperhatikan sebelum sampai ke
rumah sakit kurang dari tiga jam.
.
1.2
Tujuan
Tujuan Umum
Mahasiswa mampu meningkatkan kemampuan
Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada asuhan keperawatan
stroke pada lansia.
2. Mahasiswa mampu memberikan perencanaan pada asuhan keperawatan
stroke pada lansia.
3. Mahasiswa mampu melakukan pelaksanaan pada asuhan keperawatan
stroke.
4. Mahasiswa mampu melakukan evauasi pada asuhan keperawatan stroke
pada lansia.
1.3
Waktu
1.4
1.4.1
Manfaat Penelitian
Bagi Panti
Dalam rangka mengidentifikasi keadaan para lansia dan memberikan
pelayanan secara komprehensif baik fisik, mental, dan spiritual
BAB II
TINJAUAN PANTI
Esl. III. a
Esl. IV.a
c. Kasie Penyantun
Esl. IV. a
Esl. IV. a
e. Kelompok Fungsional
Pengungkapan masalah
BAB III
KONSEPTUAL TEORI
3.1.2 Etiologi
Berdasarkan sifat gangguan darah, stroke dibagi atas stroke non hemoragi dan
stroke hemoragi. Stroke non hemoragi terjadi akibat penyumbatan pembuluh darah ke
otak.
Penyakit
vaskuler
utama
yang
menimbulkan
penyumbatan
adalah
Trombosis cerebral
Adalah arterosklerosis cerebral dan perlambatan sirkulasi cerebral adalah
penyebab utama trombosis cerebral adalah penyebab paling umum dari stroke,
gejalanya bervariasi: sakit kepala, pusing dan kejang.
b.
Emboli cerebral
Adalah abnormalitas patologi pada jantung kiri, seperti: endokarditis, infektif,
c.
Iskemia cerebral
Adalah insuvisiensi suplai darah ke otak terutama karena konstriksi pada
Hemoragi cerebral
Adalah hemoragi dapat terjadi hemoragi subdural atau epidural (Brunner &
Sudarth, 2002).
Otak memerlukan oksigen yang diangkut oleh darah. Penyakit stroke terjadi
jika ada gangguan aliran darah ke bagian otak. Gangguan ini terbagi menjadi 2 bagian
yaitu:
a.
Stroke iskemia: gangguan fungsi otak secara tiba-tiba yang disebabkan oleh
penurunan aliran oksigen yang dapat mematikan sel-sel saraf.
b.
Stroke hemoragi: terjadi pendarahan otak yang menurunkan aliran oksigen dan
sel-sel saraf akan mati, area yang terkena akan terganggu.
b.
seperti hipertensi yang dapat merusak arteri, diikuti oleh penyempitan dan akhirnya
terjadi penyumbatan.
b.
Penyakit arteri
Proses penuaan, tekanan darah tinggi, diabetes melitus, penyakit jantung,
seperti angina (nyeri) atau serangan jantung apalagi mengalami stroke ringan yang
dikenal sebagai iskemia mungkin pasokan darah ke kaki tidak lancar.
c.
Gaya hidup
Penyakit jantung ditemukan 2-3 kali lebih sering pada pasien yang pernah
mengalami stroke dibandingkan dengan yang tidak. Oleh karena itu tidaklah
mengejutkan bahwa perubahan gaya hidup yang dianjurkan bagi orang yang beresiko
mendapat serangan jantung.
d.
Bekuan darah
Ada resiko yang tinggi pada stroke embolisme yaitu stroke yang disebabkan
oleh terlepasnya gumpalan darah dari daerah jantung atau daerah lainnya di otak dan
penyumbatan pembuluh darah arteri di otak yang terus-menerus.
e.
Hemoragi otak
Dapat disebabkan oleh tekanan darah yang sangat tinggi, berbagai macam
penyakit dan arteri yang lemah serta rusak atau kurangnya pembekuan darah yang
disebabkan oleh leukemia atau pengobatan untuk mencegah pembekuan darah.
Menurut Soeharto, (2002) faktor resiko stroke terhalangnya aliran darah di
dalam pembuluh arteri yang disebabkan oleh timbunan arterosklerosis atau plak.
Seperti telah berulang kali disebutkan plak di arteri koroner dapat menyebabkan
penyakit jantung koroner, bahkan serangan jantung. Dari segala faktor yang
berlangsung maupun tidak berlangsung mendorong tertutupnya plak yang merupakan
faktor resiko penyakit jantung koroner berarti juga menjadi faktor resiko stroke
seperti kolesterol dan lemak yang abnormal, hipertensi, terbentuk diabetes melitus,
kegemukan.
3.1.3
Patofisiologi
Stroke disebabkan oleh 2 jenis gangguan sirkulasi, yaitu: iskemia dan
hemoragi. Pada stroke iskemia yang disebut juga aliran darah ke sebagian otak
berkurang atau berhenti. dapat disebabkan oleh sumbatan atau kelainan pada jantung
yang mengakibatkan curah jantung berkurang atau oleh tekanan perfusi yang
menurun. Hemoragi dapat meningkatkan tekanan intracranial dan menyebabkan
systemia didaerah yang mengalami iskemia dapat menyebabkan pendarahan.
oklusi trombotik dari arteri pada tempat terjadinya arterosklerosis atau oleh oklusi
emboli pada pembuluh darah yang lebih kecil.
3.1.4
c. Diplopia
Penglihatan ganda
2. Defisit Motorik
a. Hemiparesis / Hemiplegia
Kelemahan wajah, lengan dan kaki pada sisi yang sama (karena lesi pada
hemisfer yang berlawanan)
b. Ataksia
c. Disatria
Kesulitan dalam membentuk kata
d. Disfagia
Kesulitan dalam menelan
3. Defisit Sensori
-
4. Defisit Verbal
a. Apasia Ekspresif : Tidak mampu membentuk kaat yang dipahami
b. Apasia Reseptif : Tidak mampu memahami kata yang dibicarakan
c. Apasia Global : Kombinasi apasia ekspresif dan reseptif.
5. Defisit Kognitif
a. Kehilangan memori jangka pendek dan panjang
b. Penurunan lapang perhatian
c. Kerusakan kemampuan untuk berkonsentrasi
d. Perubahan penilaian
6. Defisit Emosional
a. Kehilangan kontrol diri
b. Labilitas emosional
c. Penurunan toleransi pad situasi yang menimbulkan stress
d. Depresi
e. Menarik diri
f. Rasa takut, bermusuhan dan marah
g. Perasaan isolasi
3.1.5
Penatalaksanaan
3.1.5.1 Pencegahan
Pencegahan stroke dilakukan dengan mengendalikan faktor resiko yang dapat
memicu terjadinya serangan hipertensi meningkat sampai 4 atau 5 kali lebih besar
dari orang yang memiliki tekanan darah normal. Pasien yang pernah terkena serangan
stroke sebelumnya memiliki resiko besar untuk mendapatkan serangan kembali
terutama tahun-tahun pertama serangan, modifikasi gaya hidup dengan mengontrol
berat badan, olahraga, diet, tidak merokok dan mengkonsumsi obat-obat yang
diperlukan untuk mencegah terjadinya penyakit yang dapat memicu serangan
merupakan rangkaian tindakan pencegahan timbulnya stroke (Menurut Harsono,
1996).
Menurut lumban tobing, (2001) Pencegahannya adalah penderita harus
berhenti merokok, olahraga dan agar stroke tidak kambuh diberikan obat-obat anti
agregasi trombosit misalnya: asetosal dan tiklopidin, tujuannya bermanfaat mencegah
serangan stroke. Dosis aspirin 40-1300 mg/hari dan dosis tiklopidin 2x 250mg/hari.
Menurut Rahmawati, (2005) Pencegahannya adalah menerapkan pola hidup
sehat, dengan mengkonsumsi makanan dengan gizi seimbang, rajin berolahraga,
menghindari stres dan memeriksakan kesehatan secara teratur.
Posisi Baring
1) Ranjang tempat pasien berbaring seluruhnya harus datar.
2) Kepala ditinggikan 30 derajat dengan posisi yang nyaman.
3) Posisi tidur diusahakan dilakukan secara dinamis, artinya pasien jangan tidur/
berbaring pada satu sisi yang terlalu lama, posisi pasien harus diubah-ubah
tiap beberapa waktu.
b.
Duduk
Pasien diusahakan untuk dapat duduk secepat mungkin, apabila belum mampu
berubah posisi dari baring ke posisi duduk, maka perawat atau anggota keluarga
dapat membantu. Keadaan ranjang pada bagian kepala diusahakan selurus mungkin
sehingga pasien dapat duduk dengan lurus dan bila perlu bawah punggung pasien
dapat di ganjal dengan bantal untuk membantunya.
c.
Terapi Bicara
Pasien dianjurkan untuk secepatnya memulai mengadakan dan memulihkan
kemampuan bicaranya dengan jalan mengemukakan segala hal yang ia ingin katakan
dengan ucapannya yang terdengar, walaupun timbul berbagai kesulitan dalam
mengemukakan kepada orang lain.
d.
Fisioterapi
Segera setelah mobilisasi dini dan pasien telah mampu duduk dengan baik,
maka sekarang pasien diusahakan untuk segera duduk di kursi dengan melakukan
sendiri maupun melalui bantuan orang lain.
e.
Psikoterapi
Ada beberapa hal yang dirasakan oleh pasien yang selamat dari stroke
pergerakan secara mandiri (Tarwoto & Wartona, 2004 dalam Aisyah, 2005)
mobilisasi yang dilakukan terhadap pasien pasca stroke meliputi perubahan posisi,
menggerakkan tangan dan kaki. Pasien harus dibesarkan harapannya agar mau aktif
a.
Fase akut
Pada fase akut (biasanya 48-72 jam pertama setelah serangan stroke) keadaan
pasien belum stabil, sehingga pasien harus berbaring di tempat tidur.Tetapi sikap dan
posisi pasien harus diperhatikan, terutama pada anggota badan yang lumpuh. Selain
untuk mencegah terjadinya kecacatan, juga untuk memberikan rasa nyaman kepada
pasien. Selain memperhatikan sikap dan posisi pasien, kita juga harus memberikan
latihan-latihan pasif anggota gerak atas dan bawah yang berguna untuk mencegah
terjadinya kekakuan otot dan sendi.
1. Posisi Pasien
Posisi pasien harus diubah setiap 2-3 jam berupa terlentang, miring ke sisi
yang sehat dan miring ke sisi yang sakit. Pada waktu miring ke sisi yang sakit,
usahakan tidak lebih dari 20 menit.
BERBARING TERLENTANG:
-
Bahu
yang
lumpuh
harus
menghadap
2.
a)
menekuk
dan
meluruskan
pergelangan tangan:
Pegang lengan bawah dengan tangan satu,
tangan lainnya memegang pergelangan tangan
pasien.
Tekuk
pergelangan
tangan
kebawah.
keatas
dan
Latihan III :
- angkat tangan yang lemah
menggunakan
Latihan IV :
- tekuk siku yang lumpuh menggunakan tangan
yang sehat.
- luruskan siku kemudian angkat ke atas.
- letakkan kembali tangan yang lumpuh
di tempat tidur.
Latihan V:
- pegang pergelangan tangan yangl lumpuh
menggunakan tangan yang sehat, angkat ke
atas dada.
- putar pergelangan tangan ke arah dalam dan
ke arah luar.
Latihan VI :
Latihan VII :
- letakkan kaki yang sehat dibawah lutut yang
lumpuh.
- turunkan kaki yang sehat, sehingga punggung
kaki yang sehat berada dibawah pergelangan
kaki yang lumpuh.
- angkat kedua kaki ke atas dengan bantuan kaki
yang sehat, kemudian turun kan pelan-pelan.
Latihan VIII :
- angkat kaki lumpuh menggunakan kaki yang
3 cm.
- ayunkan kedua kaki sejauh mungkin ke arah
satu sisi,kemudian ke sisi sebelahnya (sisi
satunya).
- kembali ke posisi semula dan ulangi lagi.
Latihan IX :
- anjurkan pasien untuk menekuk lututnya,
bantu pegang pada lutut yang lumpuh dengan
tangan satu.
- dengan tangan lainnya penolong memegang
pinggul pasien.
- anjurkan pasien untuk mengangkat bokongnya.
- kembali ke posisi semula dan ulangi lagi.
2. LATIHAN KESEIMBANGAN
Bila keadaan umum pasien telah stabil yang dinyatakan oleh tim
medis,mulailah melatih keseimbangan duduk, berdiri dan berjalan.
a). Melatih keseimbangan duduk.
- penolong berdiri di sebelah sisi yang lumpuh,
penolong lainnya berdiri di sisi yang sehat
(bila diperlukan).
- letakkan lengan anda yang dekat dengan
kepala pasien dibelakang punggung pasien,
demikian pula tangan penolong satunya.
- tarik bersama-sama pasien kearah
duduk tegak.
- bila pasien telah mampu menjaga
di
bawah
lengan
yang
lumpuh
(perhatikan gambar).
menjaga keseimbangan
4. LATIHAN MOBILISASI
Sebelum latihan berjalan, pastikan bahwa pasien telah mampu berdiri dan
menjaga keseimbangannya dengan baik. Posisi penolong pengasuh) harus selalu
berada di sisi yang lemah dan membantu pasien dari arah tersebut.
a).
b).
5. LATIHAN BERKOMUNIKASI
Selain konsul ke terapi bicara dan melakukan kegiatan seperti yang telah
dibicarakan di muka, biasanya terapi okupasi memberikan latihan-latihan sebagai
berikut:
Latihan menulis.
Latihan membaca.
Latihan mengucapkan
huruf
A, I, U, E, O.
kaset
berisi
suara
anggota
keluarga.
3.2
Konsep Lansia
Penuaan adalah konsekuensi yang tidak dapat dihindari. Walaupun
proses penuaan benar adanya dan merupakan sesuatu yang normal, akan tetapi
pada kenyataannya, proses ini lebih menjadi beban bagi orang lain
dibandingkan proses lain yang terjadi. Beberapa factor yang menyebabkan
adanya perbedaan penyakit yang dihadapi individu sepanjang hidupnya, antara
lain perbedaan dalam pekerjaan yang dilakukan, perbedaan keadaan social dan
ekonomi yang rendah. Proses tersebut mempunyai konsekuensi terhadap aspek
social, biologis, dan psikologis. Perawat yang akan merawat lansia harus
mengerti sesuatu tentang aspek penuaan yang normal dan tidak normal.
Penuaan biologis terjadi secara perlahan-lahan; banyak mempengaruhi
beberapa system tubuh dari pada system yang lain dan mempercepat tahun
kehidupan. Hal ini memberikan beberapa pengertian terhadap proses penuaan
biologis dan menunjukkan bahwa pembelahan sel lebih lanjut mungkin terjadi
untuk pertumbuhan dan perbaikan jaringan, sesuai dengan berkurangnya umur.
Pada beberapa system, seperti system saraf , system musculoskeletal
dan jantung, sel pada jaringan dan organ dalam system itu tidak dapat diganti
jika sel tersebut dibuang karena rusak atau mati. Oleh akrena itu, system
tersebut beresiko mengalami proses penuaan dan mempunyai kemampuan
yang sedikit atau tidak sama sekali untuk tumbuh dan memperbaiki diri,
dengan konsekuensi yang buruk karena system sel tidak dapat diganti.
b. Perubahan Kardiopulmonal
Sistem kardiovaskuler mengalami perubahan seperti arteri yang
kehilangan elastisitasnya. Hal ini dapat menyebabkan peningkatan nadi dan
tekanan sistolik. Perubahan tekanan darah yang fisiologis mungkin benarbenar merupakan tanda penuaan yang normal. Di dalam sistem pernafasan,
terjadi pendistribusian ulang kalsium pada tulang iga yang kehilangan banyak
kalsium dan sebaliknya, tulang rawan kosta berlimpah kalsium. Hal ini
berhubungan dengan perubahan postural yang menyebabkan penurunan
efisiensi ventilasi paru. Berdasarkan alasan ini lansia mengalami salah satu hal
terburuk yang dapat ia lakukan yaitu istirahat di tempat tidur dalam waktu
yang lama. Perubahan dalam sistem pernafasan membuat lansia lebih rentan
terhadap komplikasi pernafasan akibat istirahat total, seperti infeksi pernafasan
akibat penurunan ventilasi paru.
d. Sistem Perkemihan
Pada sistem perkemihan terjadi perubahan yang signifikan banyak
fungsi yang mengalami kenunduran contoh laju filtrasi, ekskresi, dan
reabsorbsi oleh ginjal. Hal ini akan memberikan efek pada lansia. Pola
perkemihan yang tidak normal seperti banyaknya berkemih dimalam hari
menunjukkan bahwa inkontinensia urin meningkat.
dianggap ini merupakan kurang didukung tiang kuat. Perubahan seperti reaksi
dan reflek yang lambat terjadi sesuai dengan perubahan dalam kemampun
untuk mempertahankan postur tubuh. Mereka banyak beradaptasi dengan
keadaan tersebut, namun mengarah pada frekuensi kecelakaan. Ini akibat dari
kemunduran pendengaran dan penglihatan mereka. Yang pasti suara harus jelas
dan terarah untuk memastikan mereka mengerti yang kita katakan.
Kemunduran fungsi endokrin tidak berarti aktivitas seksual mereka berhenti.
Aspek yang penting adalah penurunan kemampuan untuk melawan infeksi.
3.3
Konsep Keperawatan
a.
Pengkajian
1. Aktivitas / Istirahat
Gejala : - Merasa mudah lelah
- Merasa sulit melakukan aktivitas karena kelemahan / paralis
Tanda : - Gangguan Tonus otot, paralitik
- Gangguan penglihatan
-
2. Sirkulasi
Gejala : Adanya penyakit jantung, riwayat hipertensi postural
Tanda : -
3. Integritas EGO
Gejala : Perasaan tidak berdaya (putus asa)
Tanda : -
4. Eliminasi
Gejala : Perubahan pola berkemih seperti inkontinensia urine
Tanda : Distensi kandung kemih, berlebih, bising usus (-)
6. Neurosensori
Gejala : -
Sinkope / pusing
Penglihatan menurun, buta total, perubahan hilang sebagian
8. Pernafasan
Gejala : -
9. Keamanan
Gejala : -
Tanda :
- Kesulitan
dalam
menelan,
tidak
mampu
memenuhi
kebutuhan sendiri
-
b. Diagnosa Keperawatan
1. Penurunan perfusi serebral b.d. adanya perdarahan, edema atau oklusi
pembuluh darah serebral
2. Gangguan mobilitas fisik b.d. kerusakan neuromuskuler, kelemahan,
hemiparese
3. Gangguan komunikasi verbal b.d. kerusakan neuromuscular, kerusakan sentral
bicara
4. Risiko gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d. intake nutrisi tidak
adekuat
5. Kurang kemampuan merawat diri b.d. kelemahan, gangguan neuromuscular,
kekuatan otot menurun, penurunan koordinasi otot, depresi, nyeri, kerusakan
persepsi
6. Risiko cedera b.d. gerakan yang tidak terkontrol selama penurunan kesadaran
7. Kurang pengetahuan (klien dan keluarga) tentang penyakit dan perawatan b.d.
kurang informasi, keterbatasan kognitif, tidak mengenal sumber
c. Intervensi
DP 1 : Penurunan perfusi serebral b.d. adanya perdarahan, edema atau
oklusi pembuluh darah serebral
Intervensi
Rasionalisasi
1. Pantau
adanya
tanda-tanda 1. Mengetahui kecenderungan tingkat
penurunan perfusi serebral: GCS,
kesadaran dan potensial peningkatan
memori, bahasa, respon, pupil dll.
TIK dan mengetahui lokasi, luas,
dan kemajuan/resolusi kerusakan
SSP.
2. Observasi tanda-tanda vital (tiap 2. Memberikan
gambaran
lebih
jam sesuai kondisi pasien)
lengkap tentang keterlibatan / bidang
masalah vaskular.
3. Pertahankan posisi tirah baring 3. Aktivitas/ stimulus yang kontinu
pada posisi anatomis atau posisi
dapat meningkatkan TIK istirahat
kepala tempat tidur 15-30 derajat.
total dan ketenangan mungkin
diperlukan
untuk
pencegahan
terhadap perdarahan dalam kasus
stroke
hemoragik/
perdarahan
lainnya.
4. Hindari valsava manuever seperti 4. Manuever
valsava
dapat
batuk, mengejan dan sebagainya.
meningkatkan
TIK
dan
memperbesar
resiko
terjadinya
perdarahan
5. Pertahankan
lingkungan
yang 5. Lingkungan yang nyaman dan
nyaman.
tenang diperlukan untuk mengurangi
peningkatan TIK.
6. Hindari
fleksi
leher
untuk 6. Mencegah peningkatan tekanan
mengurangi resiko jugular.
arteri dengan meningkatkan drainase
dan meningkatkan sirkulasi / perfusi
serebral.
7. Kolaborasi :
7. Kolaborasi :
Beri Oksigen sesuai indikasi
Menurunkan hipoksia yang dapat
menyebabkan vasodilatasi serebral
dan
tekanan
meningkatkan/
terbentuknya edema.
5.
6.
7.
Rasionalisasi
1. Mengetahui tipe kerusakannya dan
dapat memilih terapi yang tepat.
2. Pasien
mungkin
kehilangan
kemampuan untuk memantau ucapan
yang keluar.
3. Melakuakn penilaian terhadap adanya
kerusakan sensorik (afasia sensorik)
dan kerusakan motorik (afasia
motorik).
Berdiri di dalam lapang pandang 4. Pasien dengan lapang pandang focus
pasien pada saat berbicara.
terhadap perawat dapat memudahkan
komunikasi dan pasien mampu
menerima yang disampaikan perawat.
Latih otot bicara secara optimal.
5. Mengidentifikasi adanya disartria
sesuai dengan komponen motorik dari
berbicara (seperti lidah, gerakan bibir,
control
napas)
yang
dapat
mempengaruhi artikulasi dan mungkin
juga tidak disertai afasia motorik.
Libatkan keluarga dalam melatih 6. mengurangi isolasi sosial pasien dan
komunikasi verbal pada pasien.
meningkatkan penciptaan komunikasi
yang efektif.
Kolaborasi dengan ahli terapi wicara. 7. pengkajian
secara
individual
kemampuan bicara dan sensorik,
motorik dan kognitif berfungsi untuk
mengidentifikasi.
DP 4 : Resiko gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d. intake nutrisi tidak
adekuat.
Intervensi
Rasionalisasi
1. Kaji
faktor
penyebab
yang 1. Faktor ini mempengaruhi dalam
mempengaruhi
kemampuan
menentukan pilihan terhadap jenis
menerima makan/minum.
makanan sehingga pasien harus
terlindung dari aspirasi.
2. Hitung kebutuhan nutrisi.
2. Untuk mengetahui berapa intake
makanan
dan
minuman
yang
dibutuhkan pasien.
3. Catat intake makanan.
3. Meningkatkan proses pencernaan dan
toleransi pasien terhadap nutrisi yang
diberikan dan dapat meningkatkan
kerjasama pasien saat makan.
4. Beri latihan menelan.
4. Mengevaluasi
keefektifan
atau
kebutuhan
mengubah
pemberian
nutrisi.
5. Berikan makan via NGT.
5. Makan melalui selang NGT mungkin
diperlukan pada awal pemberian, jika
pasien mampu menelan makanan
lunak atau makanan setengah cair
mungkin lebih mudah diberikan tanpa
menimbulkan aspirasi.
6. Timbang berat badan secara berkala.
6. Merupakan sumber yang efektif untuk
mengidentifikasi
kebutuhan
kalori/nutrisi
tergantung
pada
usia,berat badan, ukuran tubuh,
keadaan penyakit sekarang.
Jauhkan
barang-barang
yang tidak terlalu diperlukan
2. Anjurkan
klien
untuk
tetap 2. Tongkat yang digunakan dapat
menopang berat tubuh
menggunakan tongkat dengan hatihati
3. Anjurkan klien untuk menggunakan 3. Menghindari resiko untuk jatuh
bed yang rendah
Klien
mampu
Membuat
metode
komunikasi
dimana
kebutuhan
dapat
diekspresikan
4. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake yang tidak adekuat
BAB IV
TINJAUAN KASUS
: Tn S
Umur
: 70 tahun
: Islam
Alamat
: Baturaja
Pendidikan
Pekerjaam
: Petani
2. RIWAYAT KESEHATAN
Dikirim dari : Datang sendiri
Alasan datang ke Panti Wherda : Tidak ada yang mengurus dirumah, karena klien
menderita stroke.
Keluhan Saat ini : Kelemahan pada kaki dan tangan kanan.
Riwayat Penyakit Sekarang : Klien mengatakan ekstremitas atas dan bawah bagian
dextra belum dapat digerakkan secara aktif, dengan tonus otot menurun, kekuatan
otot lemah, sejak 8 tahun yang lalu.
Riwayat Medik yang lalu : -
3.
Keterangan
Merokok
Minuman keras
Keluhan
: Merasa gatal-gatal
2 Tangan, tongkat
2 Tangan, tongkat
5. POLA NUTRISI
Diet tertentu
: Tidak ada
Anjuran diet
: Tidak ada
Nafsu makan
: Tidak berubah
: Tidak utuh
Siang
Kebiasan tidur
: Tidak ada
Kesulitan tidur
: Tidak ada
Umur
: 70 tahun
TB
: 160 cm
BB
: 58 kg
Suhu
: 36 C
Nadi
: 80x/menit
TD
: 120/80 mmHg
RR
: 20x/menit
Batuk
: Tidak
Metabolik/ Integumen
Kulit
Warna
: Tidak sianosis
Temperatur
: Hangat
Turgor
: Mengalami penurunan
Oedema
: Tidak ada
Benjolan
: Tidak ada
Kemerahan
: Tidak ada
Gatal
: Tidak ada
Mulut
Gusi
Gigi
: Tidak ada
Rambut
: Bau
Keluhan
Nervus Olpaktorius (N I)
Penciuman
Anosmia
Hyposmia
Masalah Keperawatan
Nervus Optikus
Visus
Lapang pandang
: OD : lapang pandang
OS : lapang pandang
Keluhan
Masalah keperawatan
Kiri
Diplopia
: tidak ada
tidak ada
Cela mata
: tidak ada
tidak ada
Ptosis
: tidak ada
tidak ada
: Simetris
simetris
Strabismus
: tidak ada
tidak ada
Exophtalamus
: tidak ada
tidak ada
Pupil
- bentuk
Kanan
: bulat
Kiri
bulat
- Isokor/anisokor
: isokor
isokor
- midriais/miosis
: tidak ada
Tidak ada
- reflek cahaya
: Baik
Baik
- Langsung
: baik
baik
- tak langsung
: Baik
baik
- reflek pupil
: baik
Baik
Nervus Trigeminus (N V)
Motorik
- Mengunyah
: (+) Baik
(+) Baik
- Membuka mulut
: (+) baik
(+) Baik
- Mengigit
: (+) Baik
(+) Baik
- refleks Kornea
: (+) baik
(+) Baik
Sensorik/sensibilitas
- wajah
- dagu
: (+) baik
(+) Baik
- pipi
: (+) baik
(+) Baik
Kanan
Kiri
- Mengerutkan dahi
- Menutup mata
- Menunjukkan gigi
Baik
- Detik arloji
- Test weber
: Tidak diperiksa
Tidak diperiksa
- Test rinne
: Tidak diperiksa
Tidak diperiksa
: (-)
- Disatria
: (-)
- Disfagia
- Disfonia
- Reflek Muntah
- Batuk
Nervus Vagus ( N X )
- Posisi uvula
: Di tengah
- Suara bicara
: Bisa bicara
- Angkat bahu
- Masalah Keperawatan
: Bisa
- Disatria
: (-)
Masalah Keperawatan
III. Reflek
- Reflek tendon
: Kiri (+)
Kanan (-)
- Reflek brakhioradialis
: Kiri (+)
Kanan (-)
- Reflek trisep
: Kiri (+)
Kanan (-)
- Reflek lutut/patella
: Kiri (+)
Kanan (-)
Masalah keperawatan
IV. Kesimpulan
GCS
: 12 (E4M4V4)
Koordinasi
Status motorik
Kekuatan Otot
Ekstremitas
Nervus II
Nervus III
Nervus IV
Nervus V
Nervus VI
Nervus VII
Nervus VIII
Nervus IX
Nervus X
Nervus XI
Nervus XII
klien percaya bila berobat secara teratur penyakit yang dideritanya dapat hilang
dan sembuh.
XIII. KEADAAN LINGKUNGAN
Lantai wisma kotor dan basah dan dapat menimbulkan resiko jatuh, kamar mandi
kotor dengan lantai yang licin, sedangkan pegangan kamar mandi tidak ada,
penerangan cukup.
Masalah keperawatan : Resiko cidera
4.2
No
1..
Analisa Data
Nama Klien
: TN S
Umur
: 70 tahun
Data Senjang
DS :
-
Etiologi
Arterosklerosis
mobilitas
otak
dengan
bantuan tongkat
DO :
defisit neurologik
Kli
en tampak menggunakan
-
area frontal
Syaraf motorik kehilangan
tongkat
Ka
fungsi normal
digerakkan
-
TD
RR
: 110/80 mmhg
-
spastisitas
: 20 x/menit
-
Te
Ekstremitas menjadi kaku
mperatur 360 C
-
Na
Masalah
Kerusakan
fisik
di 80 x/menit
H
asil pemeriksaan
refleks
pergerakan
Derajat
sendi
pada
DS :
-
arterosklerosis
otak
menggunakan
tongkat
atau
berjalan
mengesot.
defisit neurologik
area frontal dan oksipital
DO :
-
Klien
dengan
tongkat
-
fungsi normal
Kerusakan saraf motorik,
digerakkan
-
Lantai
wisma
tampak
basah
-
Stroke
terjadi
pada
Hemiparesis
Resti cidera
hemisfer kiri.
Ekstremitas menurun, tidak
dapat menopang tubuh
Resti cidera
3.
DS :
-
Defisit
perawatan
diri
bergerak.
Defisit perawatan diri
DO
-
4.
DS
-
arterosklerosis
Klien mengatakan tidak
bisa baca tulis
Kurang
pengetahuan
DO
-
area frntal
Ekspresi
wajah
klien
Perubahan kemampuan
intelektual
tampak bingung.
Kurang pengetahuan
Aterosklerosis
DS
-
Ganggaun
sensori
penglihatan
kanan
bila
Gangguan sensori penglihatan
tidak
dapat
dimaksud
4.3
1.
Intervensi
Ajarkan
klien
untuk
1.
Rasionalisasi
Rentang
gerak
aktif
gerak aktif/fasif
2.
Anjurkan
klien
untuk
mengubah posisi
3.
2. Mencegah
kontraktur
fleksi
aktifitas
secara
.panggul
3. Peningkatan
bertahap
akan
menurunkan
keletihan
dan
menigkatkan
menjuntaikan tungkainya di
tahanan
samping
tempat
tidur
beberapa
menit
sebelum
berdiri
4.
Observasi
klien
dalam
melakukan pergerakan
5.
Anjurkan
mengambil
klien
posisi
4. Mengidentifikasi
kekuatan
/kelemahan otot
untuk
yang
5. Memberikan
kenyamanan
dan
mencegah cidera
Resti cidera (jatuh) berhubungan dengan defisit lapang pandang, persepsi dan
motorik, kondisi lantai basah.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan, dalam waktu 2x24 jam klien
dapat mencegah / meminimalkan terjadinya cidera dengan kriteria
hasil :
-
Intervensi
Rasionalisasi
1. Berikan lingkungan yang menunjang 1. Penerangan
dan penempatan
kegiatan klien .
barang-barang
yang
tidak
terlalu diperlukan
2. Anjurkan klien untuk tetap menggunakan 2. Tongkat yang digunakan dapat
tongkat dengan hati-hati
kemampuan
klien
untuk
beraktifitas
2. Berikan bantuan
2. Meningkatkan
kemandirian
klien
secara mandiri
3. Hindari melakukan sesuatu untuk klien
3. Mempertahankan
harga
diri
4. Pasien
akan
empati
tetapi
mengetahui
memerlukan
perlu
pemberi
untuk
asuhan
4.
Intervensi
Rasionalisasi
1. Diskusikan keadaan patologis yang 1. Membantu dalam membangun harapan
khusus dan kekuatan pada individu
yang
realitis
pemahaman
dan
meningkatkan
terhadap
keadaan
memberikan
datang
pemahaman,
harapan
pada
dan menimbulkan
masa
harapan
diperlukan
berdasarkan
pada
faktor-faktor
dan
kambuh
mungkin
menurunkan
resiko
INTERVENSI
1. Kaji kemampuan/
RASIONALISASI
keterbatasan 1. Untuk mengetahui
klien melihat
2. menciptakan
sejauhmana
penglihatan klien
lingkungan
yang
2. Menurunkan/membatasi
jumlah
membahayakan
dan tenang
dapat
membantu
proses
penyembuhan
4.4
No.
Dp
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Waktu
Implementasi
Respon
Paraf
24-11-08
08.30
1. Melakukan
gerak
latihan
aktif
&
rentang
pasif
pada
extremitas
08.40
2. Mengobservasi
klien
dalam
melakukan pergerakan
kirinya
menggerakkan
untuk
tangan
08.55
3. Menganjurkan
09.00
klien
untuk
klien
untuk
5. Membantu
perlahan
klien
dari
dengan
berbaring
ke
menjuntaikan
tungkai
24-11-08
09.10
1. Menciptakan
suasana
yang
lingkungan
nyaman
/
dan
bersih
09.15
09.10
2. Mendekatkan
barang-barang
1. Klien
merasa
senang CoNers
ruangannya dibersihkan
Bina
Husa
da
2. Klien telah meletakkan
barang-barang pribadinya
klien
3. Menganjurkan
menggunakan
3. Kien
sering
menggunakan tongkatnya
untuk
beraktivitas
(mandi,ke Toilet)
24-11-08 1. Memberikan motivasi kepada 1. Klien mau membersihkan CoNers
klien
untuk
membersihkan
tempat tidurnya. Klien
10.00
Bina
tempat tidur, mencukur kumis
mau mencukur kumis dan Husa
da
dan jenggot.
jenggotnya
10.10
2. Memberikan bantuan minimal 2. Klien
tidak
dapat
pada aktivitas yang tidak dapat
klien
minta
klien
dibantu
mengambilkan
makanannya.
10.15
klien
yang
dapat
dilakukannya sendiri
10.20
4. Mempertahankan
memotivasi
10.30
mungkin
yang
dapat dilakukannya
5. Memberikan umpan balik positif 5. klien merasa senang atas
terhadap usaha yang dilakukan
usaha
yang
dapat
ia
lakukan.
4
mengetahui CoNers
patologi
penyakitnya
Bina
disebabkan oleh riwayat Husa
hipertensi
yang da
mengatakan
kesulitan
untuk
melakukan
aktivitas
tubuhnya
susah
untuk digerakkan
10.25
3. Mendiskusikan
10.30
rencana
untuk 3. Klien
latihan-latihanpergerakan
diri
Hipertensi)
24-11-08 1. Mengkaji
10.55
Bina
merasa
dengan
yang membehayakan
lingkungannya
NO
DP
mengikuti
11.00
4.5
mau
melakuakn
mau
senang Husa
keadan da
merasa
nyaman
dengan lingkungannya.
EVALUASI KEPERAWATAN
WAKTU
CATATAN PERKEMBANGAN
PARAF
26-11-2008
Co-Ners
Jam
latihan
08.30
Husada
O:
Kaki dan tangan kanan klien susah digerakkan.
TD 120/80 mmHg
Derajat pergerakan tangan klien mencapai 900
Derajat pergelangan kaki 50 C
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
I : Implementasi diteruskan
1. Melakukan rentang gerak aktif/pasif
2.
Mengobservasi
klien
dalam
melakukan
pergerakan.
3. Mengajurkan klien untuk mengambil posisi
yang nyaman pada waktu tidur/duduk.
4. Menganjurkan klien untuk merubah posisi
miring kanan/kiri.
5.
Membantu
klien
dengan
perlahan
dari
kakinya di samping
26 -11- 2008
Co-Ners
Jam
Bina
09.00
Klien
mengatakan
sering
berjalan Husada
26-11-2008
S:
Jam
09.30
Co-Ners
Husada
26-11-2008
S:
Jam
10.00
Co-Ners
Klien mengatakan dirinya tidak bisa baca tulis Bina
(tidak sekolah).
Husada
faktor-faktor
resiko
26-11-2008
Jam
10.30
Klien
mengatakan
mata
sebelah
kanan Bina
O:
- Klien tampak tenang
- Ekspresi wajah rileks
Co-Ners
Husada
2.
27-11-2008
Jam
melakukan Co-Ners
Husada
klien
dalam
melakukan
pergerakan.
3. Membantu klien dengan perlahan untuk
menggerakkan kakinya.
E : Klien sudah dapat melakukan rentang gerak
sendi secara mandiri namun dalam batas
pengawasan.
2.
27-11-2008
S:
Jam
09.00
Co-Ners
Husada
27-11-2008
P : Intervensi dihentikan
S : Klien mengatakan mengetahui tentang Co-Ners
Jam
09.10
penyakitnya.
Bina
Husada
27
P : Intervensi dihentikan
S : Klien mengatakan sudah mengetahui tentang Co-Ners
November
2008
penyakit stroke
Jam
09.30
A : Masalah teratasi
27
P : Intervensi dihentikan
S:
November
Klien
2008
Jam
09.40
Bina
mengatakan
Co-Ners
mata
sebelah
kanan Bina
Husada
28-11-2008
Jam
P : Intervensi dihentikan
S : Klien setiap pagi klien melakukan pergerakan Co-Ners
sendi secara mandiri secara aktif
Bina
08.30
O:
Husada
BAB V
PEMBAHASAN
5.1
gangguan mobilitas fisik karena alasan fisik dan psikologis. Alasan fisik adalah
fraktur, nyeri, paralis, kelelahan, tidak bisa jalan. Alasan psikologis yang dapat
menyebabkan gangguan mobilitas menjadi makin parah.
kehilangan fungsi syaraf otak, sehingga mengalami gangguan motorik fisik gangguan
mobilitas fisik.
Masalah keperawatan gangguan mobilitas fisik yang dialami Tn. M yang
disebabkan penurunan fungsi syaraf motorik. Untuk mengatasi masalah tersebut
mahasiswa memberikan tindakan keperawatan mengajarkan latihan rentang
pergerakan sendi, mengubah posisi dan selalu observasi dalam melakukan gerakan,
letakkan klien pada posisi yang nyaman. Setelah dilakukan tindakan keperawatan
masalah klien mengenai gangguan mobilitas fisik teratasi sebagian.
5.2
dan jenggot, memberikan bantuan minimal pada aktifitas dan yang tidak dapat
dilakukan oleh klien secara mandiri, mempertahankan dukungan sikap yang tegas dan
memberikan umpan balik positif untuk setiap tindakan yang dilakukan atas
keberhasilannya. Setelah dilakukan tindakan keperawatan masalah klien mengenai
deficit perawatan diri teratasi sebagian.
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Dari seluruh tindkan keperawnatan yang diberikan pada klien S tentang
penyakit neurologis STROKE yang menimbulkan masalah keperawatan dapat
disimpulkan:
6.1.1 Gangguan Mobilitas Fisik
Gangguan mobilitas fisik yang dialami oleh klien dapat teratasi sebagian setelah
diberikan tindakan keperawatan secara mandiri oleh mahasiswa praktikan ners.
6.1.2 Resiko Cidera
Resiko cidera yang dialami oleh klien dapat teratasi setelah diberikan tindakan
keperawatan secara mandiri oleh mahasiswa praktikan ners maupun secara kolaborasi
dengan petugas panti.
6.1.3 Defisit Perawatan Diri
Defisit perawatan diri yang dialami klien dapat teratasi setelah diberikan tindakan
keperawatan secara mandiri oleh mahasiswa praktikan ners maupun secara kolaborasi
dengan petugas panti.
6.1.4 Kurang Pengetahuan
Kurang pengetahuan yang dialami klien dapat teratasi setelah diberikan tindakan
keperawatan secara mandiri oleh mahasiswa praktikan ners.
6.2 Saran
1. Bagi Pihak Panti
DAFTAR PUSTAKA