Anda di halaman 1dari 11

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................

DAFTAR ISI................................................................................................................... ii
BAB I

PENDAHULUAN.................................................................................. 1
A. Latar Belakang............................................................... 1
B. Maksud dan Tujuan ....................................................... 1
C. Sistem Penulisan............................................................ 1

BAB II

PEMBAHASAN...................................................................................... 2
A. Nama Protozoa .............................................................. 2
B. Sejarah ..........................................................................

C. Ekologi dan Gejala Klinik ............................................. 3


D. Efek dan Penularan ........................................................ 3
E. Diagnosis ...................................................................... 4
F. Pencegahan dan Pengobatan .......................................... 5
G. Aspek Keperwatan ........................................................ 7
BAB III

PENUTUP................................................................................................. 8
A. Kesimpulan ................................................................... 8
B. Saran............................................................................. 8

DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN
A.

Latar Belakang
Protozoa merupakan organisme uniseluler atau organisme bersel satu
yang mana seluruh fungsi kehidupannya dilakukan oleh satu sel tersebut.
Protozoa ada yang hidup secara bebas, komensalisme/mutualisme dan ada
pula yang hidup secara parasit. Organisme parasit merupakan organisme
yang hidupnya selalu merugikan organisme yang ditempatinya. Protozoa
parasit jaringan merupakan protozoa parasit yang hidup berparasit di dalam
jaringan hospesnya. Protozoa parasit ini merupakan penyebab penyakit bagi
manusia dan hewan khususnya dan berperan penting dalam dunia kesehatan
pada umumnya. Protozoa yang bersifat parasit pada jaringan hospes ini
meliputi 2 kelas yaitu kelas Flagellata dan Sporozoa. Pada kelas Flagellata
berupa genus Leishmania sedangkan pada kelas Sporozoa berupa genus
Toxoplasma. Dari genus Leishmania ini hanya terdapat 3 spesies penting
terutama bagi kesehatan dan salah satunya adalah Leishmania donovani
yang merupakan penyebab leishmaniasis visceral (penyakit kala-azar).

B. Maksud dan Tujuan


Maksud dan tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk menambah
pengetahuan mahasiswa dan pembaca tentang penyakit yang disebabkan
oleh protozoa dan untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Dasar
Keperawatan I.
C. Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Maksud dan Tujuan
C. Sistem Penulisan
BAB II PEMBAHASAN
A. Nama Protozoa
B. Sejarah
C. Ekologi dan Gejala Klinik
D. Efek dan Penularan
E. Diagnosis
F. Pencegahan dan Pengobatan
G. Aspek Keperwatan
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan

B. Saran
BAB II
PEMBAHASAN
A. Nama Protozoa
Leishmania donovani adalah salah satu dari ketiga spesies penting
terutama bagi kesehatan manusia dari genus Leishmania. Leishmania
donovani merupakan protozoa penyebab Leishmaniasis visceral (kala-azar).
Parasit protozoa Leishmania donovani ditularkan ke manusia oleh lalat
pengisap darah, Phlebotomus argentipes.
Klasifikasi
Filum
: Protozoa
Kelas
: Flagellata
Ordo
: Leishmaniae
Family : Trypanosomatidae
Genus
: Leishmania
Spesies : Leishmania Donovani
B.

Sejarah
Deskripsi dari lesi mencolok mirip dengan leishmaniasis telah ditemukan
pada tablet dari King Ashurbanipal dari abad ke-7 SM, beberapa di
antaranya mungkin telah diturunkan dari teks bahkan sebelumnya 15002500 SM. Dokter Muslim termasuk Avicenna di abad ke-10 memberikan
deskripsi rinci dari apa yang disebut Balkh sakit. Pada 1756, Alexander
Russell, setelah memeriksa pasien di Turki, memberikan salah satu deskripsi
klinis yang paling rinci dari penyakit. Dokter menggambarkan sebagai Kalaazar (dilafalkan'' Kala Azar'', Urdu, Hindi dan Hindustani frase untuk
demam hitam, kala yang berarti hitam dan azar berarti demam atau
penyakit). Di era baru, bukti berupa kulit dari penyakit ini ditemukan di
Ekuador dan Peru di keramik pra-Inca yang menggambarkan lesi kulit dan
wajah cacat. Teks abad ke-15 dan ke-16 dari periode Inca dan dari kolonial
Spanyol menyebutkan lembah sakit, Penyakit Andes atau lepra putih
yang mungkin leishmaniasis. Peter Borovsky, seorang ahli bedah militer
Rusia bekerja di Tashkent, dilakukan penelitian etiologi oriental sakit, yang
dikenal sebagai Sart sakit, dan pada tahun 1898 menerbitkan deskripsi
akurat pertama dari agen penyebab, dijelaskan hubungan parasit untuk
menjadi pengendali jaringan dan yang dimaksud adalah Protozoa. Namun,
karena hasilnya diterbitkan dalam bahasa Rusia dalam jurnal dengan
sirkulasi rendah, prioritasnya tidak diakui secara internasional. Pada tahun
1901, Leishman diidentifikasi organisme tertentu dalam pap diambil dari
limpa seorang pasien yang meninggal dunia akibat Dum dum demam

(Dum Dum merupakan daerah dekat Calcutta) dan pada tahun 1903 Kapten
Charles Donovan (1863-1951) menggambarkan mereka sebagai organisme
baru. Akhirnya Ronald Ross mengungkapkan sebuah penyakitdan nama
organisme penyebabnya, Leishmania donovani. Penyakit ini merupakan
masalah utama bagi Tentara Sekutu yang berperang di Sisilia selama Perang
Dunia Kedua, kemudian penelitian dilanjutkan oleh Leonard Goodwin
menunjukkan bahwa Pentostam adalah pengobatan yang efektif.
C. Ekologi dan Gejala Klinik
1. Ekologi
Leishmania donovani, organisme penyebab kala-azar menyebar dari
tempat inokulasi untuk berbiak dalam sel-sel retikulumendotel,
khususnya makrofag dalam limpa, hati, kelenjar getah bening, dan
sumsum tulang. Hal ini diikuti oleh hiperplasia pada limfa yang nyata.
2. Gejala Klinik
Oleh karena banyak sel RE yang rusak, maka tubuh berusaha membentuk
sel-sel baru, sehingga terjadi hiperplasi dan hipertrofi RE. Akibatnya
terjadi paembesaran limpa (splenomegali), pembesaran hati
(hepatomegali), pembesaran kelenjar limfe (limfadenopati) dan anemia
oleh karena pembentukan sel darah terdesak. Masa tunas penyakit ini
belum pasti, biasanya berkisar 2-4 bulan. Setelah masa tunas, timbul
demam yang berlangsung selama 2-6 minggu; mula-mula tidak teratur
kemudian intermiten. Kadang-kadang demam menunujukan dua puncak
seharai (double rise). Demam lalu hilang, tetapi dapat kambuh lagi.
Lambat laun timbul spenomegali dan hepatomegali. Kelenjar limfe di
usus dapat diserang parasit ini, pada infeksi berat di usus dapat terjadi
diare dan disentri. Anemia dan leukopenia terjadi sebagai akibat
diserangnya sum-sum tulang. Kemudian timbul anoreksia (tidak nafsu
makan) dan terjadi kakeksia (kurus kering), sehingga penderita menjadi
lemah sekali. Daya tahan tubuh menurun, sehingga mudah terjadi infeksi
sekunder. Sebagai penyulit dapat terjadi kankrum oris dan noma.
Penyakit kala-azar biasanya bersifat menahun. Sesudah gejala kala-azar
surut dapat timbul Leismanoid dermal, yaitu kelaianan kulit yang disebut
juga leismaniasis pasca kala-azar.
D. Efek dan Penularan
1. Efek
Efek yang ditimbulkan akibat adanya penyakit Kala-azar adalah:
Pembesaran limfa (splenomegali)
Pembesaran hati (limfadenopati)
Anemia dan leukopenia

Diare
Disentri
Anoreksia (tidak nafsu makan)
Kakeksia (kurus kering)
Daya tahan tubuh menurun
Leismanoid dermal (kelainan pada kulit yang disebut juga
leismaniasis pasca kala-azar)
2. Penularan
Penularan penyakit Visceral Leishmaniasis (penderita dengan bagian
jantung yang membesar dan limfa yang kecil) adalah sebagai berikut:
Penularannya dapat melalui gigitan lalat pasir, dengan cara:
Lalat pasir menggigit kulit manusia dan menginfeksikan fase
promastigot pada protozoa ke dalam inang
Makrofag akan memfagositosit promastigot
Di dalam makrofag promastogot akan berkembang menjadi amastigot
Kemudian amastigot memperbanyak diri di dalam sel hingga
makrofag pecah dan terjadi penyebaran pada makrofag lain.
Fase pada lalat pasir: lalat pasir menggigit manusia yang terinfeksi,
tahap amastigot pada manusia
Berkembang biak dan bertambah banyak di dalam usus lalat pasir
Amastigot, kemudian akan berkembang pada tahap selanjutnya yaitu
tahap promastigot di dalam usus.
Dari usus akan masuk menuju kelenjar ludah lalat pasir.
Selain itu dapat melalui gigitan tikus agouti. Dapat juga ditularkan
melalui transfusi darah, tetapi sangat jarang. Transmisi vertikal
leishmaniasis adalah pada kasus wanita hamil dengan kala-azar.
Amfoterisin B sangat dianjurkan sebagai obat pilihan pertama karena
lebih sedikit efek sampingnya pada ibu-janin.
E. Diagnosis
Diagnosis dibuat berdasarkan gejala klinis, yang kemudian ditegakkan
dengan cara:
Menemukan parasit dalam darah langsung, biopsi hati, limpa, kelenjar
limfe dan fungsi sumsum tulang penderita;
Pembiakan dalam medium NNN;
Inokulasi bahan pada binatang percobaan;
Reaksi imunologi, yaitu:
Uji aglutinasi langsung (Direct Aglutination Test)
ELISA untuk mendeteksi zat anti, untuk mengidentifikasi parasit

F.

secara cepat dikembangkan zat anti monolonal yang spesifik, yang


dapat digunakan untuk mendeteksi antigen guna keperluan
diagnostik.
Western blot untuk mendeteksi antigen yang timbul selama infeksi.
Polymerase chain reaction untuk mendiagnosis leismaniasis di
lapangan dan leismaniasis pada penderita dengan infeksi HIV karena
serologi untuk mendeteksi zat anti tidak berguna banyak pada kasus
ini.

Pencegahan dan Pengobatan


1. Pencegahan
Cara-cara Pencegahan:
Upaya pencegahan berbeda dari satu tempat ke tempat lain, tergantung
kepada kebiasaan dari hospes mamalia dan bionomic vector phlebotomine.
Begitu kebiasaan hospes ini diketahui, maka langkah pencegahan yang
tepat dapat dilakukan yang meliputi:
- Lakukan deteksi kasus secara sistematis dan obati penderita yang
ditemukan secara dini untuk semua bentuk leishmaniasis dan
merupakan salah satu cara penanggulangan terpenting untuk mencegah
lesi selaput lender memburuk, di belahan Bumi bagian Barat dan
mencegah bentuk recidivans di belahan Bumi bagian Timur, pada
situasi dimana reservoir penyakit terutama atau hanya manusia.
- Gunakan insektisida yang mempunyai dampak residual secara rutin.
Lalat pasir phlebotomine mempunyai jarak terbang yang relative
pendek dan sangat rentan untuk ditanggulangi dengan penyemprotan
secara sistematis menggunakan insektisida yang bersifat residual.
Penyemprotan harus meliputi bagian dalam dan bagian luar pintu dan
lubang angina lainnya jika penularan terjadi di pemukiman. Tempattempat lain di Belahan Bumi bagian Timur yang mungkin menjadi
tempat 301 berkembangbiaknya lalat pasir seperti dinding/tembok batu,
kandang hewan dan tumpukan sampah harus juga disemprot.
Menghalangi (menapis) vector dengan menggunakan kelambu dengan
10-12 lubang tiap cm2 atau 25-30 lubang per inci persegi, dengan
ukuran lubang tidak lebih dari 0,89 mm atau 0,035 inci. Saat ini sedang
dilakukan uji coba kelambu yang direndam dengan insektisida.
- Bersihkan timbunan sampah dan sarang lain untuk phlebotomines di
Belahan Bumi bagian Timur.
- Musnahkan bintang sejenis tikus dan hancurkan lubang serta sarang
mereka dengan cara menggalinya dalam-dalam. Didaerah tertentu perlu
dilakukan pengawasan terhadap anjing.
- Di Belahan Bumi bagian Barat, orang agar menghindari dating ke
daerah yang dihuni oleh lalat pasir seperti daerah yang berhutan,
terutama pada waktu sore hari. Jika harus dating ke tempat tersebut

gunakan pakaian pelindung yang memadai serta gunakan repelan agar


terhindar dari gigitan lalat pasir.
- Lakukan manajemen lingkungan dengan baik dan bersihkan hutan
secara berkala.
Pengawasan Penderita, Kontak dan Lingkungan Sekitar:
- Laporan kepada instansi kesehatan setempat: Laporan resmi biasanya
tidak dilakukan, Kelas 5 (lihat tentang Laporan tentang Penyakit
Menular).
- Isolasi: Tidak ada.
- Desinfeksi serentak: Tidak ada.
- Karantina: Tidak ada.
- Imunisasi terhadap orang-orang yang kontak: Tidak ada.
- Investigasi terhadap orang-orang yang kontak dan sumber infeksi:
Identifikasikan rantai penularan setempat dan lakukan pemutusan
dengan cara yang paling mudah.
- Pengobatan spesifik.
Penanggulangan Wabah:
Di daerah-daerah dimana insidens penyakit tinggi, lakukan upaya intensif
untukmenanggulangi penyakit dengan menyediakan diagnosa dan tindakan
pengawasan yang tepat untuk membasmi lalat phlebotomine dan mamalia
yang berperan sebagai hospes reservoir.
Implikasi bencana: Tidak ada.
Tindakan Internasional: Manfaatkan Pusat-pusat Kerja sama WHO (WHO
CC).
2. Pengobatan
Pengobatan pada leishmaniasis kulit tergantung pada penyebaran
penyakit dan kemungkinan penyebaran menuju selaput lendir. Obatobatan antimony seringkali digunakan, terutama sekali jika penyebaran
menuju selaput lendir terjadi. Obat-obatan lain digunakan termasuk
fluconazole atau itraconazole, biasanya digunakan melalui mulut, dan
salep paromomycin. Penyebarluasan luka sulit untuk diobati. Operasi
rekonstruksi kemungkinan diperlukan jika hidung atau wajah rusak,
tetapi operasi harus ditunda 6 sampai 12 bulan setelah pengobatan,
ketika resiko kambuh seminimal mungkin. Sebagian besar berupa
pentavalent antimonial. Baik sebagai sodium stibogluconate
(Pentostam) yang ada di Amerika Serikat di CDC Atlanta maupun
sebagai meglumine animonate (Glucantime), yang digunakan di
Amerika Selatan dan di beberapa tempat lain. Pentamidine digunakan
sebagai pengobatan lini kedua untuk leishmaniasis kulit. Imidazoles,
ketoconazole dan itraconazole, mempunyai efek moderat sebagai
antileishmania untuk pengobatan terhadap spesies leishmania tertentu.
Amphotericin B (Fungizone) bermanfaat untuk penyakit leishmaniasis
selaput lendir di Amerika Selatan bila tidak berekasi terhadap

pengobatan antimonal. Sementara untuk penyakit kulit ringan dapat


sembuh dengan sendirinya. Infeksi yang terjadi di daerah dimana
penyakit leishmaniasis selaput lendir dilaporkan, harus diobati
secepatnya.
G.

Aspek Keperawatan
Fluconazole Sebagai Salah Satu Terapi Leishmaniasis
Para peneliti dari Brasil melaporkan bahwa dosis tinggi terapi oral
fluconazole dapat ditoleransi baik dan mempunyai rate tingkat pengobatan
tinggi pada pasien dengan kasus leishmaniasis kulit. Adapun studi ini telah
dipublikasi dalam jurnal Clinical Infectious Disease edisi November 2011.
Menurut peneliti Dr. Anastcio Q. Sousa dari universitas Federal Cear ,
Brazil, disampaikan bahwa beliau dan rekannya telah beberapa tahun
berkecimpung dan meneliti leishmaniasis kulit dan sering menggunakan
antimoni pentavalen dalam pengobatan bagi kasus-kasus tersebut, namun
antimoni mempunyai beberapa efek samping dan harus diberikan secara
intramuscular (IM) atau intravena (IV). Saat ini berdasarkan hasil studi yang
ditelitinya bahwa Fluconazole dapat menjadi salah satu alternatif yang
sangat baik untuk pengobatan
leishmaniasis kulit. Sebagaimana
disampaikan bahwa penggunaan dosis 5 mg/kg BB perhari , didapatkan
75% pasien dapat disembuhkan , sedangkan pada dosis 8 mg/kg BB
perhari, rate kesembuhan adalah 100%. Sejak Agustus 2007 sampai April
2010, Dr. Sousa dan rekan melakukan assessment dengan menggunakan
dosis tinggi fluconazole secara oral diantara 28 pasien dengan median usia
37, 5 tahun (60% wanita) yang dikonfirmasi mengalami leishmaniasis kulit.
Pasien yang diobati dengan dosis yang dimulai dari 5 mg/kg BB perhari
sampai 8 mg/kg BB perhari dan kemudian dievaluasi sesudah 4 minggu
pengobatan. Diantara yang merespon pengobatan dengan baik, evaluasi
dilakukan setiap 2 minggu, dan fluconazole dilanjutkan sampai lesi kulit
sembuh dengan sempurna. Dua puluh lima pasien diobati antara 4 sampai
12 minggu (median 6 minggu); 3 pasien tidak beresponsif dengan
pengobatan. Dalam perbandingan 75% pasien yang sembuh dengan dosis 5
mg/kg BB perhari dan lesi sembuh dalam kurun waktu 7,5 minggu, dan
100% pasien sembuh dengan dosis 8 mg/kg BB perhari sedangkan lesi
sembuh dalam kurun waktu 4 minggu. Apabila membandingkan biaya
pengobatan, antara fluconazole dengan antimoni, maka biaya penggunaan
Fluconazole 12 x lebih rendah dan ini menjadikan fluconazole sebagai
alternatif yang lebih ekonomis.
Sebagai kesimpulan bahwa dari data menunjukkan bahwa pemberian
fluconazole pada dosis 8 mg/kg BB perhari
dalam pengobatan
leishmaniasis kulit yang disebabkan oleh L. braziliensis adalah efektif,
relatif aman dan secara ekonomis menjadi salah satu opsi. Studi tambahan

masih diperlukan untuk menguji efikasi dari dosis tinggi


menghadapi spesies Leishmania lainnya.

fluconazole

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Lesimaniasis merupakan penyakit yang disebabkan oleh
protozoa dan lalat pasir sebagai vektornya. Vektor lalat pasir
betina (sand fly), serangga penghisap darah yang hidup di
daerah tropis dan subtropis. Leismania ini dapat menginfeksi
kulit, ( mukokutan dan kutan ).
- Masa inkubasi : Paling cepat selama 1 minggu bahkan
sampai berbulan-bulan.
- Reservoir : Manusia, hewan pengerat, marsupial, dan
karnivora.
- Daerah penyebaran : Amerika Serikat, Brazilia, Eropa
Selatan, Afrika, dan Amerika Tengah.
Visceral Leishmaniasis: penderita dengan bagian jantung
yang membesar dan limfa yang kecil Lalat pasir menggigit
kulit manusia dan menginfeksikan fase promastigot pada
protozoa ke dalam inang. Makrofag akan memfagositosit
promastigot. Di dalam makrofag promastogot akan
berkembang menjadi amastigot. Kemudian amastigot
memperbanyak diri di dalam sel hingga makrofag pecah dan
terjadi penyebaran pada makrofag lain. (fase pada lalat
pasir) lalat pasir menggigit manusia yang terinfeksi, tahap
amastigot pada manusia. Berkembang biak dan bertambah
banyak di dalam usus lalat pasir. Amastigot, kemudian akan
berkembang
pada
tahap
selanjutnya
yaitu
tahap
promastigot di dalam usus. Dari usus akan masuk menuju
kelenjar ludah lalat pasir.
B. Saran
1.Untuk perawat
Perawat harus bisa memahami bagaimana cara menangani klien dengan
penyakit leishmaniasis, dan melakukan pengkajian.
2.Untuk instansi
Untuk pencapaian kualitas keperawatan secara optimal sebaiknya proses
keperawatan selalu dilaksanakan secara berkesinambungan.

3. Untuk klien dan keluarga


Perawatan tidak kalah pentingnya dibanding dengan pengobatan, sebab
bagaimanapun teraturnya pengobatan yang diberikan tanpa perawatan
yang sempurna maka penyembuhan yang diharapkan tidak akan tercapai.
oleh sebab itu perlu adanya penjelasan baik pada klien maupun
keluarganya mengenai manfaat serta pentingnya kesehatan.
4. Untuk mahasiswa
Mahasiswa harus bisa mengetahui konsep dasar penyakit leishmaniasis
dan asuhan keperawatan untuk menangani dan mencegah.
5. Masyarakat
Agar masyarakat bisa memahami gejala dan pencegahan pada penyakit
leishmaniasis.

DAFTAR PUSTAKA
http://www.yumizone.files.wordpress.com/buku-penyakitmenular
http://www.d5d.org
http://www.d-cocrocz.blogspot.com/2013/04/leishmaniasis.html
http://www.en.m.wikipedia.org/wiki/leishmaniasis
http://www.obatsakit.web.id/pengobatan-leishmaniasis.html
http://www.news.medical.net/health/what-is-leishmaniasis(Indonesian).aspx
http://www.id.m.wikipedia.org/wiki/halaman-utama

Anda mungkin juga menyukai