TINJAUAN PUSTAKA
A. Kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA)
1. Pengertian ISPA
ISPA merupakan singkatan dari Infeksi Saluran Pernapasan Akut,
istilah ini diadaptasi dari istilah dalam bahasa Inggris Acute Respiratory
Infection (ARI). Penyakit infeksi akut yang menyerang salah satu bagian dan
atau lebih dari saluran napas mulai dari hidung (saluran pernapasan atas)
sampai alveoli (saluran pernapasan bawah) termasuk jaringan adneksanya
seperti sinus rongga telinga tengah dan pleura (Depkes, 2001).
Infeksi saluran pernafasan akut
b. ISPA sedang
ISPA sedang apabila timbul gejala gejala sesak napas, suhu tubuh lebih
dari 390C dan bila bernapas mengeluarkan suara seperti mengorok.
c. ISPA berat
Gejala meliputi : kesadaran menurun, nadi cepat atau tidak teraba, nafsu
makan menurun, bibir dan ujung nadi membiru (sianosis) dan gelisah.
3. Penyebab ISPA
ISPA disebabkan oleh bakteri atau virus yang masuk ke saluran
nafas. Penyebab lain adalah faktor lingkungan rumah, seperti halnya
pencemaran udara dalam rumah, ventilasi rumah dan kepadatan hunian
rumah. Pencemaran udara dalam rumah yang sangat berpengaruh terhadap
kejadian ISPA adalah asap pembakaran yang digunakan untuk memasak.
Dalam hal ini misalnya bahan bakar kayu. Selain itu, asap rokok yang
ditimbulkan dari salah satu atau lebih anggota yang mempunyai kebiasaan
merokok juga menimbulkan resiko terhadap terjadinya ISPA (Depkes RI,
2002).
Menurut Notoatmodjo (2007), ventilasi rumah dibedakan menjadi
dua yaitu ventilasi alamiah dan ventilasi buatan. Ventilasi alamiah yaitu
dimana aliran udara di dalam ruangan tersebut terjadi secara alamiah melalui
jendela, pintu, lubang angin, dan lubang-lubang pada dinding. Ventilasi
alamiah tidak menguntungkan, karena juga merupakan jalan masuknya
nyamuk dan serangga lainnya ke dalam rumah. Ventilasi buatan yaitu dengan
menggunakan alat-alat khusus untuk mengalirkan udara misalnya kipas angin
dan mesin penghisap udara. Namun alat ini tidak cocok dengan kondisi rumah
di pedesaan.
Ventilasi rumah yang kurang akan lebih memungkinkan timbulnya ISPA
pada bayi dan anak balita karena mereka lebih lama berada di rumah sehingga
dosis pencemaran tentunya akan lebih tinggi.
10
respon),
mekanisme (mechanisme),
dan
adopsi
(adoption)
(Notoatmodjo, 2003). Perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang
terhadap stimulus atau rangsangan dari luar. Dilihat dari bentuk respon
terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :
1) Perilaku tertutup (covert behavior)
Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau
tertutup (covert). Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih
11
(dalam Notoatmodjo,
2003) juga
12
13
berikut :
1) Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah
orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.
Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia yaitu penglihatan,
pendengaran,
peraba, pembau,
dan
perasa. Sebagian
besar
14
(ontology), bagaimana
lingkungan
yang
membimbing tingkah laku orang tersebut. Secara definitif sikap berarti suatu
keadaan
jiwa
dan
keadaan
berfikir
yang
disiapkan
untuk
merupakan
merupakan
jawaban
apabila
ditanya
mengerjakan
dan
15
16
c. Kebudayaan
Kebudayaan dimana kita hidup akan mempengaruhi pembentukan
sikap seseorang.
d. Media Massa
Sebagai sarana komunikasi, berbagai media massa seperti televisi,
radio, surat kabar, mempunyai pengaruh yang cukup besar
terhadap pembentukan opini dan kepercayaan seseorang. Dalam
membawa pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarah
pada opini yang kemudian dapat mengakibatkan adanya landasan
kognisi sehingga mampu membentuk sikap.
e. Lembaga Pendidikan dan Lembaga Agama
Lembaga pendidikan serta lembaga agama suatu sistem
mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap, dikarenakan
keduanya meletakkan dasar dan pengertian dan konsep moral
dalam diri individu. Pemahaman akan baik dan buruk antara
sesuatu yang boleh dan tidak boleh dilakukan, diperoleh dari
pendidikan dan pusat keagamaan serta ajaran-ajarannya.
f. Faktor Emosional
Tidak semua bentuk sikap ditentukan oleh situasi lingkungan dan
pengalaman pribadi seseorang. Kadang-kadang suatu bentuk sikap
merupakan
17
18
19
Puskesmas Bangetayu Semarang terdapat 4.512 kasus penyakit ISPA. Angka ini
merupakan
angka tertinggi
20
4) Program KIA yang menangani kesehatan ibu dan bayi berat badan
lahir rendah.
5) Program Penyehatan Lingkungan Pemukiman (PLP) yang menangani
masalah polusi di dalam maupun di luar rumah.
b. Pencegahan Tingkat Kedua (Secondary Prevention)
Upaya penanggulangan ISPA dilakukan dengan upaya pengobatan sedini
mungkin. Upaya pengobatan yang dilakukan dibedakan atas klasifikasi
ISPA yaitu :
1) Untuk kelompok umur < 2 bulan, pengobatannya meliputi :
a) Pneumonia Berat: rawat dirumah sakit, beri oksigen (jika anak
mengalami sianosi sentral, tidak dapat minum, terdapat penarikan
dinding dada yang hebat), terapi antibiotik dengan memberikan
benzilpenisilin dan gentamisin atau kanamisin.
b) Bukan Pneumonia: terapi antibiotik sebaiknya tidak diberikan,
nasihati ibu untuk menjaga agar bayi tetap hangat, memberi ASI
secara sering, dan bersihkan sumbatan pada hidung jika sumbatan
itu menggangu saat memberi makan.
2) Untuk kelompok umur 2 bulan - <5 tahun, pengobatannya meliputi :
a) Pneumonia Sangat Berat: rawat di rumah sakit, berikan oksigen,
terapi antibiotik dengan memberikan kloramfenikol secara
intramuskular setiap 6 jam. Apabila pada anak terjadi perbaikan
(biasanya setelah 3-5 hari), pemberiannya diubah menjadi
kloramfenikol oral, obati demam, obati mengi, perawatan suportif,
hati-hati dengan pemberian terapi cairan, nilai ulang dua kali
sehari.
b) Pneumonia Berat: rawat di rumah sakit, berikan oksigen, terapi
antibiotic
dengan
memberikan
benzilpenesilin
secara
21
(untuk
22
terjadi setelah orang melalui panca indra manusia, yakni : indra penglihatan,
pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia
diperolah melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2003). Sebelum seseorang
mengadopsi perilaku baru, ia harus tahu terlebih dahulu apa arti atau manfaat
perilaku bagi dirinya atau keluarganya.
Usaha untuk tahu ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan
terhadap suatu objek tertentu. Pengideraan ini terjadi melalui panca indra
manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba.
Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting bagi
terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior). Perilaku yang didasari oleh
pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh
pengetahuan (Notoatmodjo, 2007).
23
2. Tingkatan-tingkatan pengetahuan
Tingkatan pengetahuan di dalam domain kognitif mempunyai
tingkatan, yaitu :
a. Tahu (know)
Tahu merupakan tingkatan pengetahuan paling rendah. Tahu artinya
dapat mengingat atau mengingat kembali suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Ukuran bahwa seseorang itu tahu, adalah ia dapat
menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, dan menyatakan.
b. Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan
secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan
materi tersebut secara benar.
c. Penerapan (application)
Penerapan artinya suatu kemampuan untuk menggunakan materi yang
telah dipelajari pada situasi atau kondisi nyata (sebenarnya), dengan
menggunakan hokum-hukum, rumus, metode, dan sebagainya dalam
situasi yang lain.
d. Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau
suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu
struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Ukuran
kemampuan adalah ia dapat menggambarkan, membuat bagan,
membedakan, memisahkan, mengelompokkan.
e. Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang
baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu bentuk kemampuan untuk
menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.
24
f. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi yaitu suatu kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap
suatu objek. Evaluasi dapat menggunakan kriteria yang telah ada atau
disusun sendiri.
3. Faktor yang mempengaruhi pengetahuan
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan menurut Notoatmodjo
(2007), yaitu :
a. Tingkat Pendidikan
Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka dia akan lebih mudah
dalam menerima hal-hal baru sehingga akan lebih mudah pula untuk
menyelesaikan hal-hal baru tersebut.
b. Informasi
Seseorang yang mempunyai sumber informasi yang lebih banyak akan
memberikan pengetahuan yang jelas.
c. Budaya
Budaya sangat berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan seseorang,
karena informasi-informasi baru akan di saring kira-kira sesuai dengan
kebudayaan yang ada dan agama yang dianut.
d. Pengalaman
Pengalaman disini berkaitan dengan umur dan pendidikan individu,
maksudnya pendidikan yang tinggi pengalaman akan luas sedang umur
semakin banyak (bertambah tua).
e. Sosial Ekonomi
Tingkatan seseorang untuk memenuhi kebutuhan hidup disesuaikan
dengan penghasilan yang ada, sehingga menuntut pengetahuan yang di
miliki harus dipergunakan semaksimal mungkin. begitupun dalam mencari
bantuan ke sarana kesehatan yang ada, mereka sesuaikan dengan
pendapatan keluarga.
25
26
Kejadian
ISPA
Pengetahuan
Ibu tentang
ISPA
Perilaku
kesehatan
27
D. Kerangka Konsep
Pengetahuan Ibu
tentang ISPA
Kejadian ISPA