Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN MINGGUAN KKM IKK/IKP

PUSKESMAS MENGWI I
PROGRAM GIZI
Nama Mahasiswa

Dosen Pembimbing :

Ni Wayan Widhidewi

(0702005120)

Katrin

(0702005170)

Dr. dr. GN Indraguna Pinatih, M.Sc


dr. Ni Made Tariani, M.Kes

Nama Program

: Gizi

Hari / Tanggal

: Rabu, 13 Juni 2012

Jam

: 09.00 10.00 WITA

Lokasi Kegiatan

: Puskesmas Mengwi I

Pemegang Program Gizi : Nyoman Putri Astuti


================================================================
Tujuan Program
Tujuan Umum :
Meningkatkan status gizi masyarakat secara optimal melalui usaha pemantauan status gizi
kelompok-kelompok masyarakat yang mempunyai resiko tinggi, pemberian makanan
tambahan, baik yang bersifat penyuluhan maupun pemulihan.
Tujuan khusus :
1. Meningkatkan kemandirian keluarga dalam upaya perbaikan status gizi
2. Meningkatkan pelayanan gizi untuk mencapai keadaan gizi yang baik
3. Meningkatkan penganekaragaman konsumsi pangan bermutu untuk memantapkan
ketahanan pangan tingkat rumah tangga
Sasaran Program
Masyarakat di wilayah Puskesmas Mengwi I semenjak janin dalam kandungan, lahir,
balita, remaja, ibu hamil, ibu menyusui dan wanita pranikah. Untuk menentukan penduduk
sasaran data diambil dari data yang terdapat di posyandu di tiap banjar.
Poin-poin pembahasan program Gizi
(1) Masalah kurang gizi yang terjadi di masyarakat dapat dibagi menjadi 2 menurut
komponen gizi yang mengalami kekurangan/ defisiensi, yaitu:
1

a.Kurang Gizi Mikro : Anemia, Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY),


Defisiensi Vitamin A
b.Kurang Gizi Makro : Kurang Energi Protein (KEP) pada balita, Kurang Energi
Kronis (KEK) pada ibu hamil.
Atau dapat juga digolongkan menjadi:
a. Kurang Gizi (Gizi kurang) :
Untuk anak usia 6 59 bulan dengan berat menurut tinggi badan {BB/TB} dibawah
2 SD, Gizi buruk : untuk anak usia 6 59 bulan dengan berat menurut tinggi badan
{BB/TB} dibawah 3 SD.
b. Kekurangan vitamin A:
Kelainan yang bisa diakibatkan adalah xeroptalmia.
c. Gondok endemik:
Selain dapat menyebabkan gondok, kurangnya asupan yodium juga dapat
berpengaruh pada fungsi kecerdasan terutama pada anak.
d. Anemia gizi:
Jenis anemia yang paling banyak ditemukan di masyarakat adalah anemia akibat
kekurangan zat besi. Selain itu juga bisa oleh kekurangan asam folat dan vit B 12.
(2) Faktor- faktor yang berkaitan dengan masalah kurang gizi di masyarakat:
a. Status kesehatan
Status kesehatan masyarakat Indonesia masih lebih rendah bila dibandingkan dengan
status kesehatan di negara-negara ASEAN seperti Thailand, Malaysia, dan Filipina,
dan masih jauh dari sasaran Millenium Development Goals (MDGs). Kondisi status
kesehatan dan keberhasilan pencapaian sasaran pembangunan tersebut, dipengaruhi
antara lain oleh faktor lingkungan fisik, biologik maupun sosial ekonomi, perilaku
masyarakat untuk hidup bersih dan sehat serta kondisi pelayanan kesehatan.
b. Status ekonomi
Status ekonomi masyarakat yang masih rendah dimana sebagian penduduknya masih
bekerja sebagai petani, sehingga pemenuhan kebutuhan gizi masih menjadi prioritas
kedua bagi mereka
c. Ketersediaan pangan
Walaupun dikatakan bahwa Indonesia sudah mencapai swasembada pangan, tapi
pada kenyataannya, pemenuhan pangan untuk masyarakat terutama masyarakat
2

miskin yang tinggal jauh di tempat terpencil masih belum tercapai dengan baik, hal
ini mungkin disebabkan pemerataan yang masih kurang dan disrtibusi yang belum
mencapai daerah-daerah tersebut.
d. Pendidikan (pola asuh)
Pendidikan masyarakat yang masih kurang tentang gizi,membuat mereka memilih
makanan tidak berdasarkan kebutuhan gizi, akibatnya walaupun dari segi ekonomi
suatu kelompok masyarakat berkecukupan, namun karena masalah pengetahuan
tentang gizi yang masih kurang, defisiensi gizi masih dapat terjadi.
e. Sosial budaya
Beberapa budaya dan tradisi di masyarakat melarang anggotanya untuk makan
makanan tertentu, padahal makanan tersebut mungkin memiliki nilai gizi yang tinggi
dan dibutuhkan oleh masyarakat tersebut. Contohnya penganut vegetarian yang
memilih untuk tidak mengonsumsi daging sama sekali. Dari beberapa penelitian
diketahui bahwa sebagian penduduk tersebut mengalami anemia defisiensi karena
kekurangan vitamin B 12.
(3) Ukuran besaran masalah:
a. Prevalensi gizi kurang
= Anak usia 6 -59 bulan dengan BB/TB < - 2 SD x 100%
Populasi acuan WHO NCHS
b. Prevalensi gizi buruk
= Anak usia 6 -59 bulan dengan BB/TB < - 3 SD x 100%
Populasi acuan WHO NCHS
c. Indikator penimbangan program gizi balia Balita yang N/D
N = Jumlah balita yang berat badannya naik dari bulan sebelumnya
D = D (O + B)
D = Jumlah balita yang datang ke penimbangan
O = Balita yang bulan ini datang ke penimbangan tapi tidak datang bulan sebelumnya
B = Jumlah balita yang baru datang pertama kali ke penimbangan
d. Prevalensi anemia ibu hamil
= Jumlah ibu hamil dengan Hb < 11 g/dl
Jumlah sasaran ibu hamil

(4) Penduduk sasaran dan cara menentukan penduduk sasaran:

Sasaran program Gizi makro (UPGK)


Masyarakat perkotaan dan pedesaan terutama kelompok masyarakat pada setiap
tahapan kehidupan yaitu semenjak janin dalam kehidupan, lahir, balita, remaja dan
dewasa terutama ibu hamil, ibu menyusui dan wanita pranikah

Sasaran Penanggulangan gizi mikro


a. GAKY : Distribusi kapsul dipiroritaskan pada populasi yang beresiko (WUS, ibu
hamil, ibu menyusui, dan anak SD (kelas 16). Distribusi garam beryodium
dilakukan pada seluruh daerah dan semua penduduk
b. Anemia defisiensi besi : Diprioritaskan pada kelompok rawan yaitu ibu hamil,
balita, anak usia sekolah, wanita usia subur termasuk remaja putri dan pekerja
wanita. Selama ini upaya penanggulangan anemia gizi difokuskan kepada sasaran
ibu hamil dengan suplementasi tablet besi-folat (200mg FeSO4 dan 0,25mg asam
folat) dengan memberikan setiap hari 1 tablet selama minimal 90 hari berturutturut.
c. Kekurangan Vitamin A : Kapsul vitamin A dosis tinggi diberikan pada anak
balita. Distribusi kapsul vitamin A diintegrasikan melalui program Posyandu dan
petugas Gizi Puskesmas serta petugas Pustu.

Jumlah sasaran ibu hamil dalam 1 tahun dihitung berdasarkan jumlah perkiraan ibu
hamil dalam satu wilayah tertentu.
Rumus: Ibu hamil (BUMIL) = 1,1 x target bayi
Target bayi : Rata-rata imunisasi BCG 3 tahun terakhir
Jumlah sasaran ibu bersalin dalam 1 tahun dihitung berdasarkan jumlah perkiraan
ibu bersalin dalam satu wilayah tertentu.
Rumus : Ibu bersalin (BULIN) Bulin = 1,05 x target bayi
Jumlah sasaran BALITA dalam 1 tahun dihitung berdasarkan data jumlah penduduk
dalam satu wilayah tertentu.
Rumus : BALITA = 13,1% x jml. penduduk
(6) Komponen kegiatan yang berkaitan dengan konsep pencegahan di Puskesmas Mengwi
I (seharusnya dengan kenyataan), penyebab perbedaan tersebut, dan bagaimana jalan
keluar/ solusinya :

Yang seharusnya
Kenyataan
Pencegahan primer
Pencegahan Primer
1. Penyuluhan gizi
1. Penyuluhan gizi
masyarakat
terutama pada balita
- Dilakukan
dilaksanakan di
berkelompok atau
posyandu sebulan
perorangan.
sekali dan saat
- Menggunakan poster,
berkunjung ke
leaflet, booklet, food
puskesmas.
model.
2. Hampir tidak
2. Penyuluhan
pernah dilakukan
pemberian ASI
penyuluhan ASI
eksklusif
ekslusif, hanya pada
saat konseling.
3. Pemantauan pemakaian
Proporsi pemberian
garam beryodium
ASI eksklusif masih
(gayo)
sangat rendah.
4. Pencegahan anemia.
3. Pemantauan dilakukan
Pada ibu hamil, diberi
setahun 2 kali dengan
cara mengunjungi
tablet tambah darah
salah satu SD, dimana
dengan dosis 1 tablet
para murid diminta
setiap hari selama
membawa garam yang
kehamilan dan 42
dipakai di rumahnya
hari setelah
melahirkan
4.Pemberian preparat Fe
untuk bumil berupa
5. Pencegahan
preparat 200mg
kekurangan vitamin
FeSO4 dan 0,25mg
A
asam folat dgan
- Anak balita diberikan
memberikan setiap
1 kapsul vitamin A
hari 1 tablet selama
200.000 IU
minimal 90 hari
berturut-turut.
Pemberian tablet Fe
pada ibu hamil saat
ANC baik di
puskesmas maupun
bidan praktek swasta
(data pemberian
dilaporkan ke
puskesmas)

Penyebab perbedaan
Solusi
Pencegahan Primer:
Pencegahan Primer
1.Penyuluhan
1.Penyuluhan lebih
dilaksanakan hanya
aktif dilakukan,
pada saat posyandu
misalnya bekerja
karena keterbatasan
sama dengan aparat
waktu dan tenaga serta
desa agar
kesulitan
penyuluhan ataupun
mengumpulkan warga
pemberian pesanpesan kesehatan
2. Keterbatasan
dapat dilakukan saat
dana dan tenaga,
adanya pertemuanserta sulitnya
pertemuan warga
untuk
baik di desa maupun
mengumpulkan
di banjar
ibu-ibu. Cakupan
jumlah ibu yang
2.Koordinasi dengan
memberikan ASI dinkes masalah biaya
Ekslusif masih
dan tenaga
sanghat rendah
karena pengaruh
promosi susu
3.Meningkatkan
formula yang
peran kader untuk
semakin gencar
mengingatkan para
dan terjangkau,
ibu tentang
banyaknya kaum pentingnya
ibu yang bekerja, penimbangan balita
kurangnya
tiap bulan, serta
kesadaran ibu-ibu penyuluhan dari
untuk
program gizi
memberikan ASI
Ekslusif selama 6
bulan, dan masih
kurangnya
pengetahuan
busui terutama
mengenai
perubahan
pengertian ASI
Eksklusif dari 4
bulan menjadi 6
bulan

Pencegahan Sekunder :
Pencegahan Sekunder:
Pencegahan Sekunder
1. kesadaran ibu tentang
1. Penimbangan berat badan 1.Tidak semua ibu
datang ke posyandu
pentingnya
balita tiap bulan di
secara
rutin
tiap
bulan.
penimbangan balita tiap
posyandu serta
Kalaupun balita datang bulan masih kurang,
pemberian makanan
bersama orang lain
banyak dari mereka
tambahan

Pencegahan Sekunder
1. Melakukan
penyuluhan (melalui
pencegahan
primer)lebih sering
dan berkala tentang

(selain ibunya;nenek)
maka pertumbuhan
balita tidak akan
terpantau dengan baik.

lebih sibuk bekerja


seperti bertani

2. Mencari penyebab balita


kurang gizi, kemudian
memberikan pengobatan
yang tepat sesuai dengan
kondisi medis yang
mendasari kondisi kurang
gizi tsb, dengan cara
bekerja sama dengan balai
pengobatan serta
laboratorium

2.Tidak semua balita


kurang gizi melakukan
pemeriksaan lab yang
tersedia di puskesmas
sehingga tidak diketahui
apakah memang murni
kurang asupan atau ada
penyakit yg mendasari

2.Petugas kurang aktif


untuk memotivasi
keluarga anak dengan
gizi buruk untuk datang
ke puskesmas melakukan
tes laboratorium

Pencegahan Tersier
1. Pemberian PMT 3 bulan
berturut-turut

Pencegahan tersier :
1.Balita kurang gizi
diberikan PMT hanya
1 bulan saja

Pencegahan Tersier:
Keterbatasan dana,
tergantung jumlah dana
yang tersedia, apabila
mencukupi baru
diberikan 3 bulan
berturut-turut, kalau tidak
hanya diberikan selama 1
bulan

pentingnya
penimbangan balita
tiap bulan agar
informasi tersebar
merata di kalangan
ibu-ibu.
2.Meningkatkan
pengawasan dari
Kepala UPT maupun
Dinkes setempat agar
petugas lebih
termotivasi untuk
mendata balita kurang
gizi dengan lebih
lengkap dan mencari
penyebabnya

Pencegahan Tersier
Melaporkan ke
pemda tentang
kekurangan dana
untuk PMT

(7) Indikator kebersilan program gizi

Input :
1. Man : Pemegang program di Puskesmas Mengwi I adalah Putri Astuti, bekerjasama
dengan pemegang program KIA-KB. Sedangkan pelaksana program di lapangan
adalah bidan desa dan kader di masing-masing desa.
2. Money : Pembiayaan bersumber dari Dinas Kesehatan Kabupaten dan dari masingmasing desa.
3. Minute : Posyandu dilaksanakan minimal 1 kali sebulan untuk setiap desa untuk
melakukan penyuluhan tentang gizi masyarakat dan pemantauan status gizi
masyarakat
4. Material : Penyuluhan menggunakan alat peraga berupa flip chart, poster, dan food
model. Selain itu juga diperlukan formulir laporan, kapsul vit. A, suplemen gizi
mikro, timbangan, dan meteran.
5. Method : Penyuluhan dan konseling oleh petugas kesehatan outdoor dilakukan
bekerja sama dengan berbagai program lain

a. Penyuluhan dilakukan berkelompok atau perorangan, dapat dilakukan di dalam


gedung atau di luar gedung dengan menggunakan alat bantu penyuluhan
bekerja sama dengan program PHBS dan posyandu.
b. Pemantauan pola konsumsi masyarakat dilaksanakan setiap bulan saat
posyandu, baik untuk balita, ibu hamil, maupun lansia.
c. Pemberian vit. A dosis tinggi dan pemantauan BBLR, ASI eksklusif, anemia
pada ibu hamil dan bumil KEK bekerjasama dengan program KIA-KB.
6. Market : masyarakat di wilayah Puskesmas Mengwi I semenjak janin dalam
kandungan, lahir, balita, remaja, ibu hamil, ibu menyusui dan wanita pranikah

Proses :
1. Planning: Menyusun rencana kerja program gizi bulanan maupun tahunan untuk
masing-masing posyandu serta perencanaan target cakupan
2. Organizing: Melaksanakan pertemuan dan pembinaan dengan pelaksana program
di lapangan, koordinasi dengan kepala desa, pemegang wilayah dan pemegang
program lain (lintas program) yang berkaitan
3. Actuating: Pelaksanaan program dilakukan sesuai perencanaan dengan melibatkan
kepala desa, bidan desa, kader, dan lintas program
4. Controlling : memantau pelaksanaan kegiatan melalui pengolahan dan analisis data
dari pelaporan. Evaluasi dilakukan oleh pemegang program setiap bulannya dan
dilaporkan setiap tahunnya

Output : tercapainya target indikator-indikator program perbaikan gizi sesuai dengan


target yang ditetapkan.

Outcome : Angka kesakitan dan kematian oleh karena kurang zat gizi pada bayi,
balita, bumil & bufas menurun

Dampak : Derajat kesehatan masyarakat meningkat


Target dan Pencapaian dari program Gizi di Puskesmas Mengwi I tahun 2011
No

INDIKATOR

1.

Memantapkan SKPG
% Balita kurang gizi
Meningkatkan dan
mengembangkan gizi masyarakat
Balita yang N/D (indikator

TARGET
(%)

PENCAPAIAN
(%)

3,49

85

56,26
7

3.

pencapaian program)
Cakupan D/S (partisipasi balita)
Cakupan K/S (memiliki KMS)
Cakupan pemberian vitamin A
% GAKY/Garam beryodium
% Anemia Bumil
% KEK Bumil
% BBLR
PMT-ASI & UPG
ASI eksklusif

90
100
100
100
-

77,88
100
100
100
-

(9) Kegiatan-kegiatan tersebut dilaksanakan baik di Puskesmas induk, Puskesmas


Pembantu, Posyandu, rumah penduduk dengan gizi bermasalah, dan sekolah-sekolah

Anda mungkin juga menyukai