TINJAUAN PUSTAKA
2.1
2.1.1
HIV / AIDS
Definisi HIV / AIDS
HIV merupakan singkatan dari human immunodeficiency virus. HIV
sebanyak 103.759 kasus. Jumlah kasus HIV tertinggi yaitu di DKI Jakarta
sebanyak 23.792 kasus diikuti Jawa Timur sebanyak 13.599 kasus, Papua
sebanyak 10.881 kasus, Jawa Barat sebanyak 7.621 kasus dan Bali sebanyak
6.819 kasus.6
Sampai dengan tahun 2004 jumlah kasus AIDS yang dilaporkan sebanyak
2.682 kasus, tahun 2005 sebanyak 2.639 kasus, tahun 2006 sebanyak 2.873 kasus,
tahun 2007 sebanyak 2.947 kasus, tahun 2008 sebanyak 4.969 kasus, tahun 2009
sebanyak 3.863 kasus, tahun 2010 sebanyak 5.744 kasus, tahun 2011 sebanyak
4.162 kasus dan tahun 2012 sebanyak 5686 kasus. Januari-Maret 2013 sebanyak
460 kasus. Jumlah kumulatif kasus AIDS dari tahun 1987 sampai dengan Maret
2013 sebanyak 43.347 kasus. 6
Berdasarkan jumlah kumulatif kasus AIDS, kasus tertinggi terdapat pada
kelompok umur 20-29 tahun (30,7%), kemudian diikuti kelompok umur 30-39
tahun (21,8%), 40-49 tahun (10%), 15-19 tahun (3,3%), dan 50-59 tahun (3%).
Sedangkan dari jenis kelamin, kasus AIDS pada laki-laki sebanyak 55,4% dan
perempuan 28,9%. Sementara 15,8% tidak melaporkan jenis kelamin.6
Jumlah kasus AIDS tertinggi adalah pada wiraswasta sebanyak 3.841
kasus, diikuti ibu rumah tangga sebanyak 2.982 kasus, tenaga non profesional
(karyawan) sebanyak 2.882 kasus, petani/peternak/nelayan sebanyak 1.051 kasus,
buruh kasar sebanyak 1.002 kasus, anak sekolah/mahasiswa sebanayak 885 kasus
dan penjaja seks sebanyak 702 kasus.6
Jumlah kasus AIDS terbanyak dilaporkan dari Papua sebanyak 7.795
kasus, Jawa Timur sebanyak 6.900 kasus, DKI Jakarta sebanyak 6.299 kasus,
Jawa Barat sebanyak 4.131 kasus, Bali sebanyak 3.344 kasus, Jawa Tengah
sebanyak 2.990 kasus, Kalimantan Barat sebanyak 1.699 kasus, Sulawesi Selatan
sebanyak 1.467 kasus, Banten sebanyak 885 kasus, dan Riau sebanyak 859 kasus.6
2.1.3
bayi yang dilahirkan oleh ibu HIV positif pastilah akan juga terinfeksi HIV karena
darah bayi menyatu dengan darah ibu di dalam kandungan. Ternyata, sirkulasi
darah janin dan ibu dipisahkan di plasenta oleh beberapa lapisan sel. Oksigen,
makanan, antibodi dan obat-obatan memang dapat menembus plasenta, tetapi HIV
biasanya tidak dapat menembusnya. Plasenta justru melindungi janin dari infeksi
HIV. Namun, jika plasenta meradang, terinfeksi, ataupun rusak, maka bisa jadi
virus HIV akan lebih mudah menembus plasenta, sehingga terjadi resiko
penularan HIV ke bayi.2
Penularan HIV umumnya terjadi pada saat persalinan ketika kemungkinan
terjadi percampuran darah ibu dan lendir ibu dengan bayi. Tetapi sebagian besar
bayi dari ibu HIV positif tidak tertular HIV. 2
Jika tidak dilakukan intervensi terhadap ibu hamil HIV positif, resiko
penularan HIV dari ibu ke bayi berkisar antara 25-45%. Ada 2 faktor utama yang
menjelaskan faktor resiko penularan HIV dari ibu ke bayi. 2
1. Faktor ibu dan bayi
2. Faktor cara penularan
lebih besar, terlebih jika jumlah sel CD4 kurang dari 200. Ada hubungan langsung
antara CD4 dan kadar HIV karena semakin tinggi kadar HIV semakin rendah CD4
di tubuh ODHA.
Jika ibu memiliki berat badan rendah selama kehamilan serta kekurangan
vitamin dan mineral maka risiko terkena berbagai penyakit infeksi juga
meningkat. Biasanya, jika ibu menderita Infeksi Menular Seksual (IMS) atau
infeksi reproduksi lainnya maka kadar HIV akan meningkat, sehingga
meningkatkan risiko penularan HIV ke bayi. Malaria juga bisa meningkatkan
risiko penularan, karena parasit malaria merusak plasenta sehingga memudahkan
HIV menembus plasenta untuk menginfeksi bayi. Malaria juga meningkatkan
risiko bayi lahir prematur yang dapat memperbesar risiko penularan HIV dari ibu
ke bayi.
Semakin rendah jumlah sel CD4 akan semakin besar risiko penularan HIV
dari ibu ke bayi melalui pemberian
menunjukkan bahwa ibu dengan CD4 kurang dari 200 memiliki risiko untuk
menularkan HIV ke bayinya jauh lebih besar dibandingkan ibu engan CD4 diatas
500. Risiko penularan HIV melalui pemberian ASI akan bertambah jika terdapat
adanya masalah pada payudara ibu, seperti mastitis, abses, luka di puting
payudara. Sebagian besar masalah payudara dapat dicegah dengan teknik
menyusui yang baik. Konseling kepada ibu tentang cara menyusui yang baik
dengan demikian dapat mengurangi risiko masalah-masalah dan risiko penularan
HIV.
Risiko penularan HIV pasca persalinan akan menjadi berlipat (sekitar
30%) jika ibu terinfeksi HIV ketika sedang masa menyusui bayinya karena kadar
HIV meningkat pesat pada saat tersebut (infeksi primer) yang bisa memperbesar
risiko penularan HIV ke bayi. Dengan demikian, berbagai upaya harus dilakukan
untuk mencegah terjadinya penularan HIV pada ibu yang sedang hamil dan
menyusui, serta menjaga kondisi kesehaatn dan nutrisinya selama menyusui.
Faktor Bayi
Bayi yang lahir prematur dan memiliki berat badan lahir rendah diduga
lebih rentan untuk tertular HIVdikarenakan sistem organtubuh bayi tersebut belum
berkembang baik, seperti sistem kulit dan mukosa, dan lain-lain.
Seorang bayi dari ibu HIV positif bisa jadi tetap HIV negatif selama masa
kehamilan dan proses persalinan, tetaopi mungkin akan terinfeksi HIV melalui
pemberian ASI. HIV terdapat di dalam ASI, meskipun konsentrasinya jauh lebih
kecil dibandingkan HIV di dalam darah. Antara 10-20% bayi yang dilahirkan oleh
ibu HIV positif akan terinfeksi HIV melalui pemberian asi (hingga 18 bulan atau
lebih).
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa terdapat beberapa faktor yang
mempengaruhi tingkat risiko penularan HIV melalui pemberian ASI, yaitu
Umur Bayi
Risiko penularan melalui ASI akan lebih besar pada bayi yang baru lahir.
Antara 50-70% dari semua penularan HIV melalui ASI terjadi pada usia
enam bulan pertama bayi. Setelah tahun kedua umur bayi, risiko penularan
menjadi lebih rendah.
ada gejala yang tampak segera setelah terjadi infeksi awal. Beberapa orang
mengalami gangguan kelenjar yang menimbulkan efek seperti demam (disertai
panas tinggi, gatal-gatal, nyeri sendi, dan pembengkakan pada limpa), yang dapat
terjadi pada saat seroconversion. Seroconversion adalah pembentukan antibodi
akibat HIV yang biasanya terjadi antara 6 minggu dan 3 bulan setelah terjadinya
infeksi.5 Kendatipun infeksi HIV tidak disertai gejala awal, seseorang yang
terinfeksi HIV sangat mudah menularkan virus tersebut kepada orang lain. Satusatunya cara untuk menentukan apakah HIV ada di dalam tubuh seseorang adalah
melalui tes HIV. 5
Infeksi HIV menyebabkan penurunan dan melemahnya sistem kekebalan
tubuh. Hal ini menyebabkan tubuh rentan terhadap infeksi penyakit dan dapat
menyebabkan berkembangnya AIDS.
Sebagian besar orang yang terkena HIV, bila tidak mendapat pengobatan,
akan menunjukkan tanda-tanda AIDS dalam waktu 8-10 tahun. AIDS
diidentifikasi berdasarkan beberapa infeksi tertentu, yang dikelompokkan oleh
Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization) sebagai berikut:5
1. Tahap I penyakit HIV tidak menunjukkan gejala apapun dan tidak
10
3. Tahap III (meliputi diare kronis yang tidak jelas penyebabnya yang
berlangsung lebih dari satu bulan, infeksi bakteri yang parah, dan TBC
paru-paru), atau
4. Tahap IV (meliputi toksoplasmosis pada otak, kandidiasis pada saluran
2.2.1
Definisi PMTCT
PMTCT (Prevention of Mother to Child HIV Transmission) adalah suatu
upaya untuk mencegah infeksi HIV pada perempuan, serta mencegah penularan
HIV dari ibu hamil ke bayinya. PMTCT terdiri dari:4
1.
2.
3.
4.
2.2.2
11
mortalitas terhadap Ibu dan Bayi. Epidemi HIV terutama terhadap Ibu dan
Bayi tesebut sangatlah penting dan perlu diperhatikan, dipikirkan dan
diantisipasi sejak dini untuk menghindari terjadinya dampak akhir tersebut.
2.2.3
2.2.4
12
infeksi
HIV1 dan
HTLV-I
13
IMS.
Menjelaskan manfaat dari konseling dan tes HIV
secara sukarela.
Mengadakan
penyuluhan
HIV/AIDS
secara
berkelompok.
- Mempelajari tentang pengurangan risiko penularan
akses
terhadap
informasi
tentang
HIV/AIDS.
- Melibatkan petugas lapangan (kader PKK, bidan,
dan
lainnya)
untuk
memberikan
informasi
14
membantu
klien
mendapatkan
akses
layanan
kesehatan.
yang
aman,
mempertimbangkan
jumlah
anak
yang
makanan bayi.
e. Persalinan yang aman
4. Memberikan dukungan psikologis, sosial dan perawatan kepada ibu
HIV positif, beserta bayi dan keluarganya.
Upaya PMTCT tidak terhenti setelah ibu melahirkan. Karena
ibu tersebut terus menjalani hidup dengan HIV di tubuhnya, maka
membutuhkan dukungan psikologis, sosial dan perawatan sepanjang
waktu. Jika bayi dari ibu tersebut tidak terinfeksi HIV, tetap perlu
dipikirkan tentang masa depannya, karena kemungkinan tidak lama
15
lagi akan menjadi yatim dan piatu. Sedangkan bila bayi terinfeksi
HIV, perlu mendapatkan pengobatan ARV seperti ODHA lainnya.
Dengan dukungan psikososial yang baik, ibu HIV positif akan
bersikap
optimis
dan
bersemangat
mengisi
kehidupannya.
16
Registrasi
Penyuluhan
Konseling
Tidak berisiko
Berisiko
Tes
Positif
Negatif
Pendampingan
17
Partisipasi Pria
IBU HAMIL
Mobilisasi Masyarakat
Bersedia dikonseling
Pra Tes
Pemeriksaan Laboratorium
Konseling untuk tetap HIV negatif dan evaluasi berkala
Bagan 2. Alur Proses Ibu Hamil Menjalani Kegiatan Prong 3 dalam Pencegahan
Penularan HIV dari Ibu ke Bayi 2,5
Konseling dan Pemberian Makanan Bayi
Dukungan Psikososial dan Perawatan bagi Ibu HIV positif dan bayinya