Portofolio EOA Tipe Makulopapuler Dr. Mrizkidm
Portofolio EOA Tipe Makulopapuler Dr. Mrizkidm
Rumi
Tanggal Presentasi:
12 September 2015
Keterampilan
Diagnostik
Penyegaran
Manajemen
Masalah
Lansia
Neonatus Bayi
Anak
Tinjauan Pustaka
Istimewa
Bumil
Remaj Dewas
Bahan
bahasan:
Tinjauan
Pustaka
Cara
membahas: Diskusi
Data
pasien:
Audit
Riset Ka
sus
Presentasi
Ny. R, 38 th
Pos
2. Riwayat Pengobatan:
3.
Riwayat kesehatan/Penyakit:
-
4. Riwayat keluarga:
Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit serupa, tidak ada yang memiliki riwayat alergi obat dan makanan, tidak
ada riwayat asma, hipertensi dan diabetes.
5. Riwayat pekerjaan:
Ibu rumah tangga
Hasil Pembelajaran:
1 Penegakan diagnosis erupsi obat alergi tipe
makulopapuler / morbiliformis
2 Klasifi kasi erupsi obat alergi
Rangkuman Hasil Pembelajaran Portofolio
1. SUBYEKTIF:
Keluhan Utama
Keluhan Tambahan
Pada tanggal 23 Juli 2015, pasien datang ke RSSI atas rujukan dokter spesialis kulit dengan keluhan kulit bentol-bentol
kemerahan disertai rasa gatal pada seluruh tubuh. Keluhan tersebut muncul sejak 2 hari yang lalu. Awalnya pasien merasakan gatal
kemudian selang beberapa menit kemudian mulai muncul bentol-bentol kemerahan pada bagian wajah pasien. Bentol-bentol
tersebut kemudian menyebar pada bagian leher, dada, perut, punggung, tangan dan kaki pasien yang dirasa sangat gatal. Pasien
menyatakan baru pertama kali mengalami keluhan seperti ini.
Lima hari SMRS, pasien menyatakan baru saja berobat ke dokter THT untuk mengobati penyakit telinga yang dialaminya dan
diberikan pengobatan oral. Pasien mengaku meminum obat secara teratur sesuai aturan yang diberikan dokter. Beberapa hari
setelah mengkonsumsi obat yang diberikan dokter THT pasien menyatakan keluhan gatal dan bentol-bentol kemerahan muncul.
Pasien menyatakan sebelumnya pernah meminum obat yang sama namun belum pernah mengalami keluhan seperti ini Pasien lupa
obat jenis apa yang dikonsumsi pasien, lalu pasien berobat ke bidan setempat namun tidak ada perbaikan.
Dua hari kemudian memutuskan untuk berobat ke Pangkalan Bun karena merasa keluhannya tidak membaik dan semakin
parah. Di Pangkalan Bun pasien berobat ke dokter spesialis kulit dan dirujuk ke RSSI untuk rawat inap. Pasien menyangkal adanya
alergi terhadap obat dan makanan sebelumnya. Pasien juga tidak ada riwayat demam dan sesak nafas sebelumnya. Riwayat
kencing manis, hipertensi, asma disangkal oleh pasien. Riwayat penyakit pada keluarga yang pernah mengalami keluhan serupa
juga disangkal oleh pasien.
2. OBJEKTIF :
Status Generalis
Keadaan Umum
Kesadaran
Tanda-Tanda Vital
Tekanan Darah
Nadi
Suhu
RR
Kepala
Mata
THT
Leher
Cor
Pulmo
Mammae
Abdomen
Ekstremitas
120/80 mmHg
100x/menit
36,7 oC
24 x/mnt
Normochepali, rambut hitam tipis, sukar dicabut.
CA -/-, SI -/- edema palpebra (-/-)
Faring Hiperemis (-), Tonsil T1 T1
KGB tidak teraba membesar, kelenjar tiroid tidak membesar.
S1-S2 reguler, murmur (-), gallop (-)
Suara nafas vesikuler, Rh-/-, Wh-/Simetris, hiperpigmentasi pada areola, benjolan (-), retraksi puting (-).
Supel, nyeri tekan (-), H/L tidak teraba, BU (+)
Akral hangat, Edema -/-
Status Dermatologis
Distribusi generalisata pada hampir seluruh bagian tubuh
Terdapat makula, plak eritematosa, plak eritem, disertai skuama halus berwarna putih pada permukaan, multipel, ukuran
tidak dapat diukur, bentuk difus tidak beraturan, tepi ireguler, berbatas tegas.
Pemeriksaan Laboratorium
HASIL
HEMATOLOGI
WBC
16.5
NILAI
RUJUKAN
4.00 11.0
UNIT
[103/Ul]
5
RBC
HGB
HCT
PLT
LED
14.7
44.6
350
15
4.000 6.0
12.0 16.0
37.0 48.0
150 400
P 0-10 ; W 015
[106/Ul]
[g/dL]
[%]
[103/uL]
Mm
Diff Count
Basofil
Eosinofil
Stab
Segmen
Limfosit
Monosit
Ureum
Kreatinin
SGOT
SGPT
GDS
76
18
6
19
0.9
25
17
169
0-1
1-2
2-6
50-70
20-40
2-8
10-50
<1,3
<41
<38
140
%
%
%
%
%
%
Mg/dl
Mg/dl
u/L
u/L
Mg/dl
tipe III (Reaksi komplek imun), dan tipe IV (Reaksi hipersensitivitas tipe lambat). Reaksi tipe I - III diperantarai oleh antibodi
spesifik obat, sementara reaksi tipe IV oleh limfosit T spesifik obat.
Gambaran klinik dari reaksi obat alergik beragam, bergantung pada jenis mekanisme imunologis yang mendasari. ROA
dapat mengenai setiap organ, seperti darah, pulmo, hepar, dan renal, tetapi yang tersering mengenai kulit (EOA). Manifestasi
EOA dapat ringan maupun berat. EOA yang ringan misalnya erupsi morbiliformis, urtikaria, fixed drug eruption, dermatitis
kontak alergik, purpura, reaksi fotoalergik, eritema multiformis dan eritema nodosum sedangkan yang berat adalah sindroma
Stevens Jhonson, nekrosis epidermal toksik, angioedema, dermatitis eksfoliative, dan vaskulitis.
Diagnosis EOA ditegakkan berdasarkan anamnesa adanya riwayat penggunaan obat sebelum timbulnya lesi dan
gambaran klinik yang ditemukan. Namun jika diperlukan dapat dilakukan pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan
jaringan kulit secara patologi anatomi dimana akan didapatkan gambaran mikroskopis berupa terdapatnya makrofagmakrofag dan adanya penumpukan pigmen melanin. Hasil anamnesa pada pasien ini didapatkan sedang menjalani
pengobatan infeksi pada telinga dan memiliki riwayat mengkonsumsi antibiotik lima hari sebelum munculnya lesi. Lesi
muncul pada seluruh tubuh berupa makula-plak eritematosa yang ditutupi skuama halus pada beberapa bagian tubuh dan
disertai edema pada bibir. Pasien juga menyatakan sebelumnya pernah meminum obat yang sama namun belum pernah
mengalami keluhan seperti ini, hal ini sesuai dengan patofisiologi EOA yang timbul setelah pemaparan ulang. Berdasarkan hal
tersebut maka dapat disimpulkan bahwa pasien mengalami reaksi alergi terhadap obat.
Prinsip penatalaksaan EOA adalah menghindari alergen penyebab mencegah supaya tidak menimbulkan reaksi alergi
kembali. Adapun pengobatan yang diberikan pada pasien EOA adalah pengobatan sistemik dan topikal untuk menekan reaksi
alergi yang muncul dan simtomatik. Kortikosteroid merupakan pengobatan yang lazim diberikan baik secara sitemik maupun
oral, sedangkan golongan antihistamin diberikan simtomatik untuk mengurangi keluhan gatal.
4. PLAN :
Diagnosis
Erupsi obat alergi tipe makulo papuler
Pengobatan
7
Infus RL 16 tetes/menit
Metilprednisolon 62,5 mg/12 jam/IV
Ranitidin 50 mg/12 jam/IV
Loratadin 10 mg 1 x 1 tablet
Hidrocortison 2.5% cream (untuk wajah)
Betametason cream tiap 12 jam (untuk tangsan dan kaki)
Edukasi
Menjelaskan kepada pasien dan keluarganya bahwa eritroderma karena obat dapat disembuhkan apabila obat yang
menjadi penyebab dapat diketahui dan segera disingkirkan.
Meminta pasien mengonsumsi makanan tinggi protein dan banyak minum air putih.
Menghindari faktor-faktor yang dapat menimbulkan stress.
Konsultasi
Pasien ini harus kontrol dan konsultasi mengenai penyakitnya ke dokter spesialis kulit dan kelamin agar penyakitnya dapat
dicegah dan tidak terulang.
Pendamping
(dr. Juliana)
Pembimbing