Anda di halaman 1dari 8

Diskusi Kasus

Nama Peserta: dr. M Rizki Darmawan M


Nama Wahana: RSUD Sultan Imanuddin Pangkalan Bun
Topik: Erupsi Obat Alergi tipe makulopapuler
Tanggal (kasus): 23
Juli
2015
Nama
Pasien: Ny.

Nama Pendamping: dr. Juliana

Rumi
Tanggal Presentasi:
12 September 2015

Nama Pembimbing: dr. Milana, SpKK

Tempat Presentasi: RSUD Sultan Imanuddin Pangkalan Bun


Obyektif Presentasi:
Keilmuan

Keterampilan

Diagnostik

Penyegaran

Manajemen

Masalah
Lansia

Neonatus Bayi

Anak

Tinjauan Pustaka
Istimewa
Bumil

Remaj Dewas

Deskripsi: Perempuan, 35 tahun, kulit bentol-bentol kemerahan di seluruh tubuh.


Tujuan: mengurangi keluhan, mencari penyebab dan menanganinya, mencegah komplikasi.

Bahan
bahasan:

Tinjauan
Pustaka

Cara
membahas: Diskusi
Data
pasien:

Audit

Riset Ka
sus
Presentasi

Ny. R, 38 th

Email

Pos

Nomor Registrasi: 169536

Nama RS: RSUD


Telp:
Terdaftar sejak:
Sultan Imanuddin
Data utama untuk bahan diskusi:
1. Diagnosis/ Gambaran Klinis:

2. Riwayat Pengobatan:

3.

Riwayat kesehatan/Penyakit:
-

Pasien menderita penyakit Otitis Eksterna

4. Riwayat keluarga:
Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit serupa, tidak ada yang memiliki riwayat alergi obat dan makanan, tidak
ada riwayat asma, hipertensi dan diabetes.
5. Riwayat pekerjaan:
Ibu rumah tangga

6. Kondisi lingkungan sosial dan fisik (RUMAH, LINGKUNGAN, PEKERJAAN):


Tidak ada yang berhubungan.
7. Lain-lain:
Penegakkan diagnosis dilakukan berdasarkan anamnesis, klinis pasien dan pemeriksaan penunjang.
Daftar Pustaka:
1. Budi
Iman.
Erupsi
Obat
Alergik.
2008
(cited
2013
July
18).
Available
from
:
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3400/1/08E00602.pdf .
2. Blume JE, Elston DM. Drug Eruption. New York : Emedicine (Updated 2013 April 8; cited 2013 July 19).
3. Drug provocation testing in the diagnosis of drug hypersensitivity reaction : general consideration. 2003. p58: 854-863
4. Hamzah M. Erupsi Obat Alergi. Dalam : Djuanda A, Hamzah M, Aishah S, editor. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi ke-5.
Cetakan ketiga. Jakarta : FK UI ; 2008. h 154-8.
5. Lee A, Thomson J. Drug-induced skin. In: Adverse Drug Reactions, 2nd ed. Pharmaceutical Press. 2006 (cited 2013 July 19)
Available from : http://drugsafety.adisonline.com/pt/re/drs/pdf .
6. National Institute for Health & Care Excellence (NICE) : Drug allergy; diagnosis and management of drug allergy in adult,
chiildren & young people.2014
7. Partogi
D.
Fixed
Drug
Eruption.
2009
(cited
2013
July
19).
Available
from
:
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3411/1/08E00858.pdf
8. Purwanto SL. Alergi Obat. Dalam : Cermin Dunia Kedokteran. Volume 6. 1976. (cited 2013 19 July). Available from: wwwportalkalbe-files-cdk-files-07AlergiObat006_pdf-07AlergiObat006.mht
9. Riedl MA, Casillas AM. Adverse Drug Reactions: Types and Treatment Options. Am Fam Physician. 2003 (cited 2013 July 18).
Available from : http://www.aafp.org/afp/2003/1101/p1781.html.
10.Shear NH, Knowles SR, Shapiro L. Cutaneous Reactions to Drugs. Dalam : Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller
AS, Leffell, editor. Fitzpatricks Dermatology in General Medicine. Edisi ke-7. New York : McGrawHill ; 2008. p 355-62.
11.Siregar RS. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit. Edisi 2. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC ; 2005.
12.Sumber: Mansjoer A, Suprohaita, Wardhani WI, Setiowulan W. Erupsi Alergi Obat. In: Kapita Selekta Kedokteran. Volume 2. 3rd
edition. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Media Aesculapius. Jakarta. 2002. p:133-139
13.The American Academy of Allergy, Asthma and Immunology (AAAAI) and the American College of Allergy, Asthma and
3

Hasil Pembelajaran:
1 Penegakan diagnosis erupsi obat alergi tipe
makulopapuler / morbiliformis
2 Klasifi kasi erupsi obat alergi
Rangkuman Hasil Pembelajaran Portofolio
1. SUBYEKTIF:
Keluhan Utama
Keluhan Tambahan

: kulit bentol-bentol kemerahan di seluruh tubuh


: kulit gatal, bibir bengkak

Pada tanggal 23 Juli 2015, pasien datang ke RSSI atas rujukan dokter spesialis kulit dengan keluhan kulit bentol-bentol
kemerahan disertai rasa gatal pada seluruh tubuh. Keluhan tersebut muncul sejak 2 hari yang lalu. Awalnya pasien merasakan gatal
kemudian selang beberapa menit kemudian mulai muncul bentol-bentol kemerahan pada bagian wajah pasien. Bentol-bentol
tersebut kemudian menyebar pada bagian leher, dada, perut, punggung, tangan dan kaki pasien yang dirasa sangat gatal. Pasien
menyatakan baru pertama kali mengalami keluhan seperti ini.
Lima hari SMRS, pasien menyatakan baru saja berobat ke dokter THT untuk mengobati penyakit telinga yang dialaminya dan
diberikan pengobatan oral. Pasien mengaku meminum obat secara teratur sesuai aturan yang diberikan dokter. Beberapa hari
setelah mengkonsumsi obat yang diberikan dokter THT pasien menyatakan keluhan gatal dan bentol-bentol kemerahan muncul.
Pasien menyatakan sebelumnya pernah meminum obat yang sama namun belum pernah mengalami keluhan seperti ini Pasien lupa
obat jenis apa yang dikonsumsi pasien, lalu pasien berobat ke bidan setempat namun tidak ada perbaikan.
Dua hari kemudian memutuskan untuk berobat ke Pangkalan Bun karena merasa keluhannya tidak membaik dan semakin
parah. Di Pangkalan Bun pasien berobat ke dokter spesialis kulit dan dirujuk ke RSSI untuk rawat inap. Pasien menyangkal adanya
alergi terhadap obat dan makanan sebelumnya. Pasien juga tidak ada riwayat demam dan sesak nafas sebelumnya. Riwayat
kencing manis, hipertensi, asma disangkal oleh pasien. Riwayat penyakit pada keluarga yang pernah mengalami keluhan serupa
juga disangkal oleh pasien.

2. OBJEKTIF :
Status Generalis
Keadaan Umum
Kesadaran
Tanda-Tanda Vital
Tekanan Darah
Nadi
Suhu
RR
Kepala
Mata
THT
Leher
Cor
Pulmo
Mammae
Abdomen
Ekstremitas

: Tampak sakit ringan


: Compos Mentis
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:

120/80 mmHg
100x/menit
36,7 oC
24 x/mnt
Normochepali, rambut hitam tipis, sukar dicabut.
CA -/-, SI -/- edema palpebra (-/-)
Faring Hiperemis (-), Tonsil T1 T1
KGB tidak teraba membesar, kelenjar tiroid tidak membesar.
S1-S2 reguler, murmur (-), gallop (-)
Suara nafas vesikuler, Rh-/-, Wh-/Simetris, hiperpigmentasi pada areola, benjolan (-), retraksi puting (-).
Supel, nyeri tekan (-), H/L tidak teraba, BU (+)
Akral hangat, Edema -/-

Status Dermatologis
Distribusi generalisata pada hampir seluruh bagian tubuh
Terdapat makula, plak eritematosa, plak eritem, disertai skuama halus berwarna putih pada permukaan, multipel, ukuran
tidak dapat diukur, bentuk difus tidak beraturan, tepi ireguler, berbatas tegas.
Pemeriksaan Laboratorium
HASIL
HEMATOLOGI
WBC
16.5

NILAI
RUJUKAN
4.00 11.0

UNIT
[103/Ul]
5

RBC
HGB
HCT
PLT
LED

14.7
44.6
350
15

4.000 6.0
12.0 16.0
37.0 48.0
150 400
P 0-10 ; W 015

[106/Ul]
[g/dL]
[%]
[103/uL]
Mm

Diff Count
Basofil
Eosinofil
Stab
Segmen
Limfosit
Monosit
Ureum
Kreatinin
SGOT
SGPT
GDS

76
18
6
19
0.9
25
17
169

0-1
1-2
2-6
50-70
20-40
2-8
10-50
<1,3
<41
<38
140

%
%
%
%
%
%
Mg/dl
Mg/dl
u/L
u/L
Mg/dl

3. ASSESSMENT (Penalaran Klinis) :


Erupsi obat alergik (EOA) atau allergic drug eruption ialah reaksi alergik pada kulit atau daerah mukokutan yang terjadi
sebagai akibat pemberian obat yang biasanya sistemik. EOA merupakan bagian dari rekasi simpang obat (RSO). Reaksi
Simpang Obat didefinisikan oleh WHO sebagai respon terhadap obat yang berbahaya dan tidak diharapkan, serta terjadi pada
dosis normal pada penggunaan sebagai profilaksis, diagnosis atau terapi penyakit, atau untuk modifikasi fungsi fisiologis.
Reaksi simpang obat dapat terjadi melalui mekanisme imunologik atau non imunologik, yang dimaksud dengan erupsi obat
adalah alergi terhadap obat yang terjadi melalui mekanisme imunologik. Hal ini terjadi pada pemberian obat kepada pasien
yang sudah mempunyai hipersensitivitas terhadap obat tersebut. Reaksi Obat Alergik (ROA) Coombs dan Gell diklasifikasikan
menjadi empat reaksi hipersensitivitas yaitu Tipe I (Reaksi hipersensitivitas cepat/reaksi anafilaktik), tipe II (Reaksi sitotoksik),
6

tipe III (Reaksi komplek imun), dan tipe IV (Reaksi hipersensitivitas tipe lambat). Reaksi tipe I - III diperantarai oleh antibodi
spesifik obat, sementara reaksi tipe IV oleh limfosit T spesifik obat.
Gambaran klinik dari reaksi obat alergik beragam, bergantung pada jenis mekanisme imunologis yang mendasari. ROA
dapat mengenai setiap organ, seperti darah, pulmo, hepar, dan renal, tetapi yang tersering mengenai kulit (EOA). Manifestasi
EOA dapat ringan maupun berat. EOA yang ringan misalnya erupsi morbiliformis, urtikaria, fixed drug eruption, dermatitis
kontak alergik, purpura, reaksi fotoalergik, eritema multiformis dan eritema nodosum sedangkan yang berat adalah sindroma
Stevens Jhonson, nekrosis epidermal toksik, angioedema, dermatitis eksfoliative, dan vaskulitis.
Diagnosis EOA ditegakkan berdasarkan anamnesa adanya riwayat penggunaan obat sebelum timbulnya lesi dan
gambaran klinik yang ditemukan. Namun jika diperlukan dapat dilakukan pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan
jaringan kulit secara patologi anatomi dimana akan didapatkan gambaran mikroskopis berupa terdapatnya makrofagmakrofag dan adanya penumpukan pigmen melanin. Hasil anamnesa pada pasien ini didapatkan sedang menjalani
pengobatan infeksi pada telinga dan memiliki riwayat mengkonsumsi antibiotik lima hari sebelum munculnya lesi. Lesi
muncul pada seluruh tubuh berupa makula-plak eritematosa yang ditutupi skuama halus pada beberapa bagian tubuh dan
disertai edema pada bibir. Pasien juga menyatakan sebelumnya pernah meminum obat yang sama namun belum pernah
mengalami keluhan seperti ini, hal ini sesuai dengan patofisiologi EOA yang timbul setelah pemaparan ulang. Berdasarkan hal
tersebut maka dapat disimpulkan bahwa pasien mengalami reaksi alergi terhadap obat.
Prinsip penatalaksaan EOA adalah menghindari alergen penyebab mencegah supaya tidak menimbulkan reaksi alergi
kembali. Adapun pengobatan yang diberikan pada pasien EOA adalah pengobatan sistemik dan topikal untuk menekan reaksi
alergi yang muncul dan simtomatik. Kortikosteroid merupakan pengobatan yang lazim diberikan baik secara sitemik maupun
oral, sedangkan golongan antihistamin diberikan simtomatik untuk mengurangi keluhan gatal.
4. PLAN :
Diagnosis
Erupsi obat alergi tipe makulo papuler
Pengobatan
7

Diet tinggi protein, diet rendah garam, diet rendah kalori

Infus RL 16 tetes/menit
Metilprednisolon 62,5 mg/12 jam/IV
Ranitidin 50 mg/12 jam/IV
Loratadin 10 mg 1 x 1 tablet
Hidrocortison 2.5% cream (untuk wajah)
Betametason cream tiap 12 jam (untuk tangsan dan kaki)
Edukasi
Menjelaskan kepada pasien dan keluarganya bahwa eritroderma karena obat dapat disembuhkan apabila obat yang
menjadi penyebab dapat diketahui dan segera disingkirkan.
Meminta pasien mengonsumsi makanan tinggi protein dan banyak minum air putih.
Menghindari faktor-faktor yang dapat menimbulkan stress.
Konsultasi
Pasien ini harus kontrol dan konsultasi mengenai penyakitnya ke dokter spesialis kulit dan kelamin agar penyakitnya dapat
dicegah dan tidak terulang.

Pangkalan Bun, September 2015


Presenter

(dr. M. Rizki Darmawan M)

Pendamping

(dr. Juliana)

Pembimbing

(dr. Milana, SpKK)

Anda mungkin juga menyukai