Disusun oleh :
Dwiana Ardianti
Amirul Zakiya B
Anisa Rahmatia
Sausan Hana M
Sri Retnowati
G99142004
G99151053
G99151043
G99151054
G99151045
Pembimbing :
dr. Nutria Widya Purna A., Sp.OG., M.Kes
KEPANITERAAN KLINIK OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNS / RSUD DR. MOEWARDI
SURAKARTA
2016
ABSTRAK
Latar Belakang: Hipertensi diperkirakan menjadi komplikasi sekitar 7% sampai
10% dari seluruh kehamilan. Besarnya masalah ini bukan hanya karena
berdampak pada ibu saat hamil, melahirkan, hingga pascapersalinan, namun juga
pada bayi, seperti berat badan lahir rendah serta turut menyumbangkan besarnya
angka morbiditas dan mortalitas perinatal (POGI, 2011). Ketuban Pecah Dini
(KPD) merupakan salah satu penyebab terjadinya infeksi pada kehamilan
(Caughey et al., 2008). KPD terjadi pada sekitar 10% kehamilan (Jazayeri, 2015).
Risiko infeksi pada KPD meningkat seiring dengan lamanya kejadian KPD.
Risiko terjadinya korioamnitis pada KPD <24 jam adalah <10%, dan meningkat
hingga 40% jika KPD terjadi >24 jam (Seaward et al., 1997)
Metode: Observasi analitik pada Seorang G2P1A0 usia 37 tahun usia kehamilan 37
minggu 4 hari, riwayat obstetri dan fertilitas baik, pemeriksaan tanda vital
didapatkan hipertensi 180/100. Dari pemeriksaan fisik abdomen teraba janin
tunggal IU, memanjang, puki, preskep, kepala masuk pangul > 1/3 bagian, his (-),
DJJ (+) 142 reguler, TFU 32 cm ~ TBJ 2945 gr. Dari pemeriksaan fisik genital
portio lunak mendatar, OUE tertutup, eff= 20 %, KK (-) , penunjuk UUK belum
dapat dinilai, AK (+) jernih. Hasil pemeriksaan penunjang tidak ditemukan
proteinuri pada urinalisis.
Hasil: Tatalaksana awal diusulkan untuk dilakukan tindakan terminasi kehamilan
dengan cara Sectio Caesarea. Tindakan Sectio Caesarea dilakukan karena umur
kehamilan telah cukup bulan, keadaan pasien baik, belum ada tanda-tanda persalinan,
tekanan darah tinggi (180/100 mmHg), ketuban pecah dini 10 jam, dan riwayat
Sectio Caesarea 5 tahun yang lalu. Manajemen ini dilakukan untuk melahirkan bayi
dan keselamatan pasien.
Kesimpulan: Seorang wanita 37 tahun G2P1A0 dengan hipertensi gestasional,
ketuban pecah dini 10 jam pada sekundigravida hamil aterm, belum dalam
persalinan dengan riwayat Sectio Caesaria 5 tahun yang lalu.
Kata kunci: hipertensi gestasional, ketuban pecah dini
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. HIPERTENSI GESTASIONAL
1. Definisi
Hipertensi gestasional atau hipertensi akibat kehamilan adalah
peningkatan tekanan darah tanpa proteinuria dan tidak ada patologi yang
berhubungan dengan kehamilan. Kejadian hipertensi akibat kehamilan
terjadi sekitar tiga kali lebih sering dari pada pre eklamsia.
Tekanan darah diastolik merupakan indikator dalam penanganan
hipertensi dalam kehamilan, oleh karena tekanan diastolik mengukur
tahanan perifer dan tidak tergantung pada keadaan emosional pasien.
Diagnosis hipertensi gestasional dibuat jika tekanan diastolik 140/90
mmHg (pertama kali selama kehamilan dan akan normal kembali < 12
minggu postpartum), tidak ada proteinuria. (Depkes RI, 2007).
2. Etiologi
Banyak teori telah dikemukakan tentang hipertensi dalam
kehamilan, tetapi tidak ada satu punteori tersebut yang dianggap mutlak
benar. Teori-teori yang sekarang banyak dianut adalah sebagai berikut:
a. Teori kelainan vaskularisasi plasenta
Tidak terjadinya invasi trofoblas pada arteri spiralis dan jaringan
matriks di sekitarnya sehingga lumen arteri spiralis tidak mengalami
distensi dan vasodilatasi sehingga terjadi kegagalan remodeling arteri
spiralis. Hal ini menyebabkan aliran darah uteroplasenta menurun dan
terjadilah hipoksia dan iskemia plasenta.
b. Teori iskemia plasenta, radikal bebas, dan disfungsi endotel
Iskemia plasenta akan menyebabkan terbentuknya radikal bebas
atau oksidan yang beredar dalam sirkulasi sehingga disebut toxaemia.
Radikal bebas akan mengikat asam lemak tak jenuh menjadi peroksida
lemak yang akan merusak endotel pembuluh darah.
c.
kehamilan normal.
tekanan darah > 140 untuk pertama kali pada waktu hamil.
ii.
iii.
b. Preeklampsia ringan
Kriteria diagnostik :
i.
Tekanan darah 140/90 mmHg yang diukur pada posisi
terlentang; atau kenaikan sistolik 30 mmHg; atau kenaikan
ii.
iii.
iv.
i.
ii.
iii.
iv.
v.
vi.
vii.
viii.
ix.
x.
xi.
5. Penanganan
Prinsip penatalaksanaan preeklampsia adalah mencegah timbulnya
kejang, mengendalikan hipertensi guna mencegah perdarahan intrakranial
serta kerusakan dari organ-organ vital dan melahirkan bayi dengan selamat.
a. Perawatan aktif, yang berarti kehamilan segera diakhiri setelah
mendapat terapi medikamentosa untuk stabilisasi ibu.
Indikasi :
Bila didapatkan satu atau lebih dari keadaan berikut ini
1). Ibu :
a). Kegagalan terapi pada perawatan konservatif :
- Setelah 6 jam sejak dimulai pengobatan medikamentosa,
-
Konservatif,
yang
berarti
kehamilan
tetap
Setelah ketuban pecah dini aterm, 90% kasus memulai persalinan dalam
24 jam, dan 95% dalam 72 jam. (Jazayeri, 2015).
3. Etiologi
Penyebab KPD menurut Manuaba (2009) meliputi :
a) Serviks inkopeten
Inkompetensia serviks adalah istilah untuk menyebut kelainan pada
otot-otot leher atau leher rahim (serviks) yang terlalu lunak dan lemah,
sehingga sedikit membuka ditengah-tengah kehamilan karena tidak
mampu menahan desakan janin yang semakin besar.
b) Faktor keturunan (ion Cu serum rendah, vitamin C rendah, dan
c)
d)
e)
f)
kelainan genetik)
Pengaruh dari luar yang melemahkan ketuban
Infeksi genitalia dan meningkatnya enzim proteolitik.
Multipara, grandemultipara, pada kehamilan yang terlalu sering
Overdistensi uterus pada hidramnion, kehamilan ganda,
dan
sevalopelvik disproporsi.
g) Kelainan letak yaitu letak lintang.
h) Penduluran abdomen (perut gantung)
4. Patogenesis
KPD terjadi karena meningkatnya apoptosis dari komponen sel
dari membran fetal dan juga peningkatan dari enzim protease tertentu.
Kekuatan membran fetal adalah dari matriks ekstraselular amnion.
Kolagen interstitial terutama tipe I dan tipe III yang dihasilan dari sel
mesenkim juga penting dalam mempertahankan kekuatan membran fetal.
Matriks metalloprotease (MMP) adalah kumpulan proteinase yang
terlibat dalam remodeling tissue dan degenerasi kolagen. MMP 2, MMP
3, dan MMP 9 ditemukan dengan konsentrasi tinggi pada kehamilan
dengan ketuban pecah dini. Aktivasi protease ini diregulasi oleh tissue
inhibitor of matrix metalloprotease (TIMPs). TIMPs ini pula rendah
dalam cairan amnion pada wanita dengan ketuban pecah dini.
Peningkatan enzim protease dan penurunan inhibitor mendukung bahwa
enzim ini mempengaruhi kekuatan membran fetal (Memede, 2012).
10
ferning
stretococcus
group
(Gahwangi, 2015).
6. Penatalaksanaan
Menurut Bryant (2013) penatalaksanaan ketuban pecah dini sesuai
dengan umur kehamilannya, yaitu:
1. Usia Kehamilan 37 minggu dan Usia Kehamilan 34 36 minggu
Lebih disarankan untuk dilakukan terminasi kehamilan terutama jika
usia kehamilan sudah aterm. Bila Bishop skor < 5, lakukan
pematangan pelviks, kemudian induksi. Jika tidak berhasil dapat
dilakukan seksio sesarea. Bila skor pelviks > 5 lakukan induksi
persalinan Bila tanda tanda infeksi berikan antibiotik dosis tinggi
sebelum dilakukan terminasi persalinan.
2. Usia Kehamilan 24 -33 minggu
Lebih disarankan untuk dilakukan terapi konservatif kehamilan.
Antibiotik dapat diberikan ampisilin 4x500mg atau eritromisin bila
tidak tahan dengan ampisilin dan metronidazol 2 x 500mg selama 7
hari. Jika belum inpartu, tidak ada infeksi, tes busa negatif berikan
11
dapat
diberikan
dengan
pemberian
antibiotic,
2009).
Indikasi Seksio Sesarea
a. Indikasi Medis :
Ada 3 faktor penentu dalam proses persalinan yaitu :
1.
Power
Yang memungkinkan dilakukan operasi caesar, misalnya daya
mengejan lemah, ibu berpenyakit jantung atau penyakit menahun
lain yang mempengaruhi tenaga.
2.
Passanger
Diantaranya, anak terlalu besar, anak mahal dengan kelainan
letak lintang, primi gravida diatas 35 tahun dengan letak sungsang,
anak tertekan terlalu lama pada pintu atas panggul, dan anak
12
Passage
Kelainan ini merupakan panggul sempit, trauma persalinan serius
pada jalan lahir atau pada anak, adanya infeksi pada jalan lahir
yang diduga bisa menular ke anak, missal: herpes kelamin (herpes
genitalis), condyloma lota (kondiloma sifilitik yang lebar dan
pipih), condyloma acuminata (penyakit infeksi yang menimbulkan
massa mirip kembang kol di kulit luar kelamin wanita), hepatitis B
13
(Kronig, deLee)
Melahirkan bayi
Perbaikan uterus
Penutupan insisi abdomen (Hofmeyr, 2008)
15
BAB III
STATUS PASIEN
A.
ANAMNESIS
1. Identitas Penderita
Nama
: Ny. ES
Umur
: 37 tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
BB
: 52 kg
TB
: 162 cm
Alamat
: Pucang Sawit, Jebres, Surakarta
Status Perkawinan
: Kawin
Agama
: Islam
Tanggal Masuk
: 20 Maret 2016 pukul 08.30
No RM
: 01333393
2. Keluhan Utama
Sesak.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Seorang G2P1A0, 37 tahun, Usia kehamilan 37 minggu 4 hari
datang sendiri dengan keluhan sesak. Pasien merasa hamil 9 bulan. Gerak
janin masih dirasakan. Kenceng-kenceng teratur belum dirasakan. Air
kawah sudah dirasakan keluar sejak 10 jam SMRS. Lendir darah (-), mual
(-), muntah (-), nyeri ulu hati (-), nyeri kepala (-), pandangan kabur (-).
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat keluhan serupa
: disangkal
Riwayat perdarahan saat hamil
: disangkal
Riwayat hipertensi
: disangkal
Riwayat diabetes mellitus
: disangkal
Riwayat sakit ginjal
: disangkal
Riwayat penyakit jantung
: disangkal
Riwayat asma
: disangkal
Riwayat alergi obat/ makanan
: disangkal
5. Riwayat Haid
Menarche
: 13 tahun
Lama menstruasi
: 5-7 hari
Siklus menstruasi
: 28 hari
6. Riwayat Obstetri
Hamil I
: , 5 tahun, 3200 gr, SC (presentasi bokong)
Hamil II
: saat ini
HPMT : 1 Juli 2015
HPL : 6 April 2016
UK
: 37 minggu 4 hari
7. Riwayat Perkawinan
16
PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
a. Keadaan Umum : Sedang, compos mentis, gizi kesan cukup
b. Tanda Vital
:
Tensi
: 180/100 mmHg
Nadi
: 84 x/menit
Respiratory Rate
: 32 x/menit
Suhu
: 36,80 C
c. Kepala
: mesocephal
d. Mata
: conjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
e. THT
: discharge (-/-)
f. Leher
: kelenjar getah bening tidak membesar
g. Thorax
:
1) Cor
Inspeksi
: ictus cordis tidak tampak
Palpasi
: ictus cordis tidak kuat angkat
Perkusi
: batas jantung kesan tidak melebar
Auskultasi
: BJ I-II intensitas normal, reguler, bising (-)
2) Pulmo
Inspeksi
: pengembangan dada kanan = kiri
Palpasi
: fremitus raba dada kanan = kiri
Perkusi
: sonor // sonor
Auskultasi
: suara dasar vesikuler (+/+), suara napas tambahan
(-/-), wheezing (-)
h. Abdomen
:
Inspeksi
: striae gravidarum (+)
Auskultasi
: bising usus (+) normal
Palpasi
: supel, nyeri tekan (-), teraba janin tunggal IU,
memanjang, puki, preskep, kepala masuk pangul >
1/3 bagian, his (-), DJJ (+) 142 reguler, TFU 32 cm
Perkusi
17
STLD (-),
j. Ekstremitas
oedema
-
C.
:
akral dingin
-
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. LABORATORIUM DARAH (20-3-2016 9:49 AM):
18
Hb
: 11,7 g/dL ()
Hct
: 32 %
AL
: 8,3 x103/uL
AT
: 213 x103/uL
AE
: 3,5 x106/uL ()
Kimia Klinik
GDS : 71 mg/dl
SGOT : 18 u/l
SGPT : 22 u/l
Creatinine : 0,8 mg/dl
Ureum : 18 mg/dl
Albumin
: 3,1 g/dl
Hemostasis
PT
: 15,7 detik
APTT : 13,5 detik
INR : 0,960
HbsAg non reaktif
URINALISIS
Protein Kualitatif : tidak ditemukan proteinuri
2. Ultrasonografi (USG) tanggal 20 Maret 2016
Tampak janin tunggal, intrauterin, memanjang, punggung di kanan,
presentasi kepala, DJJ (+), dengan biometri:
a. BPD
: 8,88 cm
b. FL
: 6,81 cm
c. AC
: 32,13 cm
d. EFBW :2700 gram +/- 409 gram
e. HC/AC: 0.97
f. Plasenta insersi di corpus grade II
g. Air ketuban kesan cukup
h. Tak tampak jelas kelainan kongenital mayor
Kesimpulan: saat ini janin dalam keadaan baik
3. Cardiotocography (CTG) tanggal 20 Maret 2016
a. Baseline
: 145
b. Variabilitas
:>5
c. Deselerasi
: (-)
d. Akselerasi
: (+)
e. Kontraksi
: (-)
f. Fetal Movement
: (+)
19
NST reaktif
D.
SIMPULAN
Seorang G2P1A0 usia 37 tahun usia kehamilan 37 minggu 4 hari, riwayat
obstetri dan fertilitas baik, pemeriksaan tanda vital didapatkan hipertensi 180/100.
Dari pemeriksaan fisik abdomen teraba janin tunggal IU, memanjang, puki,
preskep, kepala masuk pangul > 1/3 bagian, his (-), DJJ (+) 142 reguler, TFU 32
cm ~ TBJ 2945 gr. Dari pemeriksaan fisik genital portio lunak mendatar, OUE
tertutup, eff= 20 %, KK (-) , penunjuk UUK belum dapat dinilai, AK (+) jernih.
Hasil pemeriksaan penunjang USG, CTG dan pemeriksaan laboratorium
darah dalam batas normal, tidak ditemukan proteinuri pada urinalisis.
E. DIAGNOSIS AWAL
Hipertensi gestasional, ketuban pecah dini 10 jam pada sekundigravida hamil
aterm, belum dalam persalinan dengan riwayat Sectio Caesaria 5 tahun yang lalu.
F. PROGNOSIS
Dubia ad malam
G. TERAPI
1. Usul dilakukan re-sectio caesarea transperitoneal profunda (re-SCTP)
emergency
2. Inj.Cefazolin 2 gram
3. Informed consent
4. Konsul anestesi
H. OUTCOME
1.
20 Maret 2016
12.15
Lahir bayi secara SC, BBL 3000 gr, PB 49 cm, kelainan kongenital (-), anus
(+), APGAR score 5-7-8
Plasenta lahir per abdominal kesan lengkap ukuran 20 x 20 x 1,5 cm
15.00 (2 jam post OP)
P2A0, 37 tahun
Keluhan
:Keadaan Umum : baik, compos mentis
Vital Sign
: Tekanan darah: 140/90 mmHg
20
RR
: 20 x/menit
Mata
Thorax
Abdomen
Nadi
: 88 x/menit
Suhu : 36,80C
: Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
: Cor/ Pulmo dalam batas normal
: supel, nyeri tekan (-), TFU 2 jari bawah pusat, kontraksi (+),
BU (+) normal
: darah (-), lochia (+)
Genital
Diagnosis :
Post re-SCTPem a.i hipertensi gestasional, KPD 10 jam pada sekundipara hamil
aterm DPH 0.
Terapi
Inj. Ketorolac 50 mg/ 8 jam
Cefadroxil 500 mg/ 12 jam
Vit C 50 mg/ 8 jam
21
BAB IV
ANALISIS KASUS
Seorang G2P1A0 usia 37 tahun usia kehamilan 37 minggu 4 hari, riwayat
obstetri dan fertilitas baik, pemeriksaan tanda vital didapatkan hipertensi 180/100.
Dari pemeriksaan fisik abdomen teraba janin tunggal IU, memanjang, puki, preskep,
kepala masuk pangul > 1/3 bagian, his (-), DJJ (+) 142 reguler, TFU 32 cm ~ TBJ
2945 gr. Dari pemeriksaan fisik genital portio lunak mendatar, OUE tertutup, eff= 20
%, KK (-) , penunjuk UUK belum dapat dinilai, AK (+) jernih. Hasil pemeriksaan
penunjang USG, CTG dan pemeriksaan laboratorium darah dalam batas normal, tidak
ditemukan proteinuri pada urinalisis.
Kondisi-kondisi yang didapatkan dari pasien mulai dari anamnesis,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang mengarah pada hipertensi gestasional.
Hal ini sesuai dengan teori kriteria diagnosis hipertensi gestasional dimulai dari
didapatkannya tekanan darah sistole 140 mmHg (180/100 mmHg) yang dimulai
pada waktu hamil. Pada pemeriksaan penunjang tidak didapatkan temuan hasil
pemeriksaan laboratorium berupa proteinuria.
Diagnosis KPD pada pasien ini ditegakkan berdasarkan anamnesis pecahnya
ketuban 10 jam SMRS tanpa disertai adanya tanda-tanda persalinan, pemeriksaan
dalam didapatkan adanya cairan ketuban, serta nitrazine test (+).
Indikasi re-Sectio Caesarea Transperitoneal Profunda emergensi pada pasien
ini dari faktor ibu adalah kondisi hipertensi gestasional pada kehamilan aterm dan
riwayat SC pada kehamilan pertama. Pada hipertensi gestasional hamil aterm dengan
riwayat SC pasien disarankan untuk dilakukan terminasi kehamilan. Terminasi
dilakukan perabdominal dengan tindakan re-SCTP. Sedangkan indikasi dilakukannya
re-SCTP dari janin adalah pecahnya ketuban sejak 10 jam SMRS (ketuban pecah
dini) dan usia janin sudah aterm. Adapun indikasi dilakukan SCTP secara umum
antara lain: vacuum/forcep gagal, induksi/stimulasi gagal, vasa previa, tali pusat
menumbung janin hidup preskep, presbo, letak plasenta abnormal,
fetal
comprommised yang tidak membaik setelah dilakukan resusitasi, fetal distress (akibat
22
ibu febris sistemik, dry labour, KPD dengan infeksi, hipertoni/tetan pada
induksi/stimulasi, partus lama).
23
DAFTAR PUSTAKA
ACOG Committee. Premature rupture of membranes. Clinical management
guidelines for obstetrician-gynecologists. 2007;109(4):1007-19.
Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional. Report on the achievement of
millennium development goals Indonesia. Jakarta: Bappenas; 2007:51.
Bryant A. 2013. Management of Premature Rupture of Membranes. The American
College of Obstetricians and Gynecologists.Practice bulletin no. 139: Premature
rupture of membranes. http://www.jwatch.org/na32758/2013/11/14/managementpremature-rupture-membranes#sthash.NVlBDZcd.dpuf - diakses: 5 Februari
2016.
Budiono Wibowo. (1999). Preeklampsia dan Eklampsia dalam Ilmu Kebidanan.
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta
Caughey AB, Robinson JN, Norwitz ER. 2008. Contemporary diagnosis and
management of preterm premature rupture of membranes. Reviews in Obstetrics
and Gynecology, 1(1), 1122.
Cunningham, Leveno, Bloom, Hauth, Rouse, Spong. 2009. Obsetri William: Edisi
23. Jakarta: EGC.
Dewi Y, 2007. Operasi Caesar, Pengantar dari A sampai Z. Jakarta: EDSA Mahkota.
Eiland E, Nzerue C, Faulkner M. Preeclampsia 2012. Journal of Pregnancy. 2012.
Vol.7 p.10
Fransiska L, Patmini E, Wahab A (2015). Pendidikan /Pekerjaan Maternal dan
Faktor risiko Preeklampsia: Studi Epidemiologi Kota Ternata. Yogyakarta. UGM
Gahwagi MM, Busarira MO, Atia M. Premature Rupture of Membranes
Characteristics, Determinants, and Outcomes of in Benghazi, Libya. Open Journal
24
Res
Clin
Obstet
Gynaecol.
2013
Apr;27(2):251-67.
doi:
25
Luz Gibbons, Jos M. Belizn, Jeremy A Lauer, Ana P Betrn, Mario Merialdi and
Fernando Althabe. The Global Numbers and Costs of Additionally Needed and
Unnecessary Caesarean Sections Performed per Year: Overuse as a Barrier to
Universal Coverage. World Health Report (2010).
Mamede AC, Carvalho MJ, Abrantes AM, Laranjo M, Maia CJ, Motelho MF.
Amniotic membrane: from structure and functions to clinical application. Cell
Tissue Res. 2012; 349(2): 447-58.
Mansjoer A. Triyanti K. Savitri R. Ika W. Setiowulan W. 2001. Kapita selekta
kedokteran jilid 1. Fakultas Kedokteran UI:Media Aesculapius.
Manuaba I.B.G, Chandranita Manuaba I.A, Fajar Manuaba I.B.G.(eds) Pengantar
Kuliah Obstertri. Bab 6: Komplikasi Umum Pada Kehamilan. Ketuban Pecah
Dini. Cetakan Pertama. Jakarta. Penerbit EGC. 2009. Pp 456-60.
POGI.
2011.
PNPK
Preeklamsia.
https://onedrive.live.com/redir?
resid=4F71BD205FD40196%21260
Prawirohardjo S. 2006. Ilmu Kebidanan. Jakarta:Yayasan Bina Pustaka.
Saju Joy. 2010. Caesarian Delivery. Medscape. www.emedicine.medscape.com
diakses tanggal 25 maret 2016.
Sarwono Prawirohardjo dan Wiknjosastro. 2014.Ilmu kandungandankebidanan. FK
UI, Jakarta
Seaward PG, Hannah ME, Myhr TL, Farine D, Ohlsson A, Wang EE, et al. 1997.
International Multicentre Term Prelabor Rupture of Membranes Study: evaluation
of predictors of clinical chorioamnionitis and postpartum fever in patients with
prelabor rupture of membranes at term. Am J Obstet Gynecol. 1997 Nov.
177(5):1024 [Medline].
Soewarto S. 2009. Ketuban pecah dini. Dalam: Ilmu KebidananSarwono
Prawirohardjo. Jakarta: Bina Pustaka.
26
2011.
Antibiotics
for
preterm
rupture
of
membranes.
http://apps.who.int/rhl/pregnancy_childbirth/complications/prom/cd001058_colta
rtc_com/en/. Diakses 20 Maret 2016
27