BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Derajat kesehatan merupakan salah satu unsure penting dalam upaya
peningkatan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) bangsa Indonesia. Sementara itu,
derajat kesehatan tidak hanya ditentukan oleh pelayanan kesehatan, tetapi yang
lebih dominan justru adalah kondisi lingkungan dan perilaku masyarakat yang juga
dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan masyarakat.1,2
Berdasarkan Teori H.L.Blum, derajat kesehatan masyarakat dengan
indikatornya angka kematian (mortalitas) dan angka kesakitan (morbiditas) sangat
dipengaruhi oleh empat faktor yaitu factor lingkungan, factor perilaku, factor
pelayanan kesehatan dan faktor kependudukan. Oleh karena itu upaya yang harus
dilakukan
adalah
mengedepankan
upaya
promotif
dan
preventif
tanpa
Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas maka dalam laporan ini kami kelompok
kepaniteraan klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Semarang menyimpulkan suatu rumusan masalah sebagai berikut:
tingginya jumlah kejadian penyakit hipertensi di RW VII yaitu RT 1, RT 2, RT 3,
RT 4 Kelurahan Mijendan diduga ada hubungan dengan faktor risiko yang berupa
keturunan, perilaku, lingkungan dan pelayanan kesehatan.
C.
Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Meningkatkan kesadaran dan masyarakat dapat mengenal penyakit hipertensi
dan bersepakat untuk menanggulanginya di RW VII yaitu RT 1, RT 2, RT 3, RT
4 di Kelurahan Mijen.
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi, mengumpulkan, dan menganalisis data masalah
kesehatan komunitas di RW VII yaitu RT 1, RT 2, RT 3, RT 4 Kelurahan
b.
c.
d.
Mijen.
Menetapkan prioritas masalah kesehatan masyarakat.
Menetapkan alternative pemecahan masalah kesehatan masyarakat.
Melakukan intervensi kegiatan yang dapat memotivasi masyarakat untuk
meningkatkan
derajat
kesehatannya
(promotif,
preventif,
kuratif,
e.
f.
dengan
masyarakat.
Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Menambah pengetahuan
mahasiswa
mengenai
Ilmu
Kesehatan
faktor risikonya.
Manfaat Praktis
a. Mahasiswa mampu mengelola masalah kesehatan pada individu sebagai
bagian dari masalah kesehatan masyarakat secara komprehensif, holistik,
berkesinambungan, koordinatif, dan kolaboratif dalam konteks pelayanan
kesehatan tingkat primer.
b. Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang kesehatan sehingga tercapai
derajat kesehatan masyarakat yang optimal.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Hipertensi
1. Definisi
Hipertensi merupakan silent killer (pembunuh diam-diam) yang secara
luas dikenal sebagai penyakit kardiovaskular yang sangat umum. Dengan
meningkatnya tekanan darah dan gaya hidup yang tidak seimbang dapat
meningkatkan faktor risiko munculnya berbagai penyakit seperti arteri koroner,
gagal jantung, stroke, dan gagal ginjal.Salah satu studi menyatakan pasien yang
menghentikan terapi anti hipertensi maka lima kali lebih besar kemungkinannya
terkena stroke.7
Hipertensi dianggap sebagai faktor risiko utama stroke, dimana stroke
merupakan penyakit yang sulit disembuhkan dan mempunyai dampak yang sangat
luas terhadap kelangsungan hidup penderita dan keluarganya.Hipertensi sistolik
dan distolik terbukti berpengaruh pada stroke. Dikemukakan bahwa penderita
dengan tekanan diastolik di atas 95 mmHg mempunyai risiko dua kali lebih besar
untuk terjadinya infark otak dibanding dengan tekanan diastolik kurang dari 80
mmHg, sedangkan kenaikan sistolik lebih dari 180 mmHg mempunyai risiko tiga
kali terserang stroke iskemik dibandingkan dengan dengan tekanan darah kurang
140 mmHg. Akan tetapi pada penderita usia lebih 65 tahun risiko stroke hanya 1,5
kali daripada normotensi.8,9
Sasaran pengobatan hipertensi untuk menurunkan morbiditas dan
mortalitas kardiovaskuler dan ginjal.Dengan menurunkan tekanan darah kurang
dari 140/90 mmHg, diharapkan komplikasi akibat hipertensi berkurang.
Klasifikasi prehipertensi bukan suatu penyakit, tetapi hanya dimaksudkan akan
risiko terjadinya hipertensi. Terapi non farmakologi antara lain mengurangi
asupan garam, olah raga, menghentikan rokok dan mengurangi berat badan, dapat
dimulai sebelum atau bersama-sama obat farmakologi.9
2. Etiologi
Hipertensi merupakan suatu penyakit dengan kondisi medis yang
beragam.Pada kebanyakan pasien etiologi patofisiologi-nya tidak diketahui
5
(essensial atau hipertensi primer).Hipertensi primer ini tidak dapat disembuhkan
tetapi dapat di kontrol. Kelompok lain dari populasi dengan persentase rendah
mempunyai penyebab yang khusus, dikenal sebagai hipertensi sekunder. Banyak
penyebab hipertensi sekunder; endogen maupun eksogen. Bila penyebab
hipertensi sekunder dapat diidentifikasi, hipertensi pada pasien pasien ini dapat
disembuhkan secara potensial.10
a) Hipertensi primer (essensial)
Lebih dari 90% pasien dengan hipertensi merupakan hipertensi
essensial (hipertensi primer).Literatur lain mengatakan, hipertensi essensial
merupakan 95% dari seluruh kasus hipertensi. Beberapa mekanisme yang
mungkin berkontribusi untuk terjadinya hipertensi ini telah diidentifikasi,
namun belum satupun teori yang tegas menyatakan patogenesis hipertensi
primer tersebut.Hipertensi sering turun temurun dalam suatu keluarga, hal ini
setidaknya menunjukkan bahwa faktor genetik memegang peranan penting
pada patogenesis hipertensi primer.Menurut data, bila ditemukan gambaran
bentuk disregulasi tekanan darah yang monogenik dan poligenik mempunyai
kecenderungan timbulnya hipertensi essensial. Banyak karakteristik genetik
dari gen gen ini yang mempengaruhi keseimbangan natrium, tetapi juga di
dokumentasikan adanya mutasi mutasi genetik yang merubah ekskresi
kallikrein urine, pelepasan nitric oxide, ekskresi aldosteron, steroid adrenal,
dan angiotensinogen.7
b) Hipertensi sekunder
Kurang dari 10% penderita hipertensi merupakan sekunder dari
penyakit komorbid atau obat obat tertentu yang dapat meningkatkan tekanan
darah (lihat tabel 2.1). Pada kebanyakan kasus, disfungsi renal akibat penyakit
ginjal kronis atau penyakit renovaskular adalah penyebab sekunder yang paling
sering.7 Obat-obat tertentu, baik secara langsung ataupun tidak, dapat
menyebabkan hipertensi atau memperberat hipertensi dengan menaikkan
tekanan darah. Obat-obat ini dapat dilihat pada tabel 2.1. Apabila penyebab
sekunder dapat diidentifikasi, maka dengan menghentikan obat yang
bersangkutan atau mengobati / mengoreksi
kondisi komorbid
yang
Penyakit
Penyakit ginjal kronis
Hiperaldosteronisme primer
Penyakit renovaskular
Sindroma cushing
Pheochromocytoma
Koarktasi aorta
Penyakit tiroid atau paratiroid
ACTH
NSAID
KB
:Adrenocorticotropic Hormone
: Non Steroid Anti Inflammatory Drugs
: Keluarga Berencana
3. Klasifikasi Hipertensi
hormon. Tetapi bila perubahan tersebut disertai faktor-faktor lain maka bisa
memicu terjadinya hipertensi.9
2) Jenis Kelamin
Bila ditinjau perbandingan antara wanita dan pria, ternyata terdapat
angka yang cukup bervariasi. Dari laporan Sugiri di Jawa Tengah
didapatkan angka prevalensi 6,0% untuk pria dan 11,6% untuk wanita.
Prevalensi di Sumatera Barat 18,6% pria dan 17,4% perempuan, sedangkan
daerah perkotaan di Jakarta (Petukangan) didapatkan 14,6% pria dan 13,7%
wanita.10
3) Riwayat Keluarga
Menurut Nurkhalida, orang-orang dengan sejarah keluarga yang
mempunyai hipertensi lebih sering menderita hipertensi. Riwayat keluarga
dekat yang menderita hipertensi (faktor keturunan) juga mempertinggi
risiko terkena hipertensi terutama pada hipertensi primer.Keluarga yang
memiliki hipertensi dan penyakit jantung meningkatkan risiko hipertensi 2-5
kali lipat. Jika kedua orang tua kita mempunyai hipertensi, kemungkunan
kita mendapatkan penyakit tersebut 60%.11
4) Genetik
Peran faktor genetik terhadap timbulnya hipertensi terbukti dengan
ditemukannya kejadian bahwa hipertensi lebih banyak pada kembar
monozigot (satu sel telur) daripada heterozigot (berbeda sel telur). Seorang
penderita yang mempunyai sifat genetik hipertensi primer (esensial) apabila
dibiarkan secara alamiah tanpa intervensi terapi, bersama lingkungannya
akan menyebabkan hipertensinya berkembang dan dalam waktu sekitar 3050 tahun akan timbul tanda dan gejala.12
b) Faktor yang dapat dimodifikasi
1) Kebiasaan Merokok
Rokok juga dihubungkan dengan hipertensi.Hubungan antara rokok
dengan peningkatan risiko kardiovaskuler telah banyak dibuktikan.Selain
dari lamanya, risiko merokok terbesar tergantung pada jumlah rokok yang
dihisap perhari. Seseorang lebih dari satu pak rokok sehari menjadi 2 kali
lebih rentan hipertensi dari pada mereka yang tidak merokok.4
Zat-zat kimia beracun, seperti nikotin dan karbon monoksida yang
diisap melalui rokok, yang masuk kedalam aliran darah dapat merusak
lapisan endotel pembuluh darah arteri dan mengakibatkan proses
aterosklerosis dan hipertensi.11
2) Konsumsi Garam
Garam merupakan faktor yang sangat penting dalam patogenesis
hipertensi.Hipertensi hampir tidak pernah ditemukan pada suku bangsa
dengan asupan garam yang minimal. Asupan garam kurang dari 3 gram tiap
hari menyebabkan prevalensi hipertensi yang rendah, sedangkan jika asupan
garam antara 5-15 gram perhari prevalensi hipertensi meningkat menjadi
15-20 %. Pengaruh asupan terhadap timbulnya hipertensi terjadi melalui
peningkatan volume plasma, curah jantung dan tekanan darah.13
Garam menyebabkan penumpukan cairan dalam tubuh, karena
menarik cairan diluar sel agar tidak keluar, sehingga akan meningkatkan
volume dan tekanan darah. Pada manusia yang mengkonsumsi garam 3
gram atau kurang ditemukan tekanan darah rata-rata rendah, sedangkan
asupan garam sekitar 7-8 gram tekanan darahnya rata-rata lebih tinggi.
Konsumsi garam yang dianjurkan tidak lebih dari 6 gram/hari setara dengan
110 mmol natrium atau 2400 mg/hari.11
Menurut Alison Hull, penelitian menunjukkan adanya kaitan antara
asupan natrium dengan hipertensi pada beberapa individu. Asupan natrium
akan meningkat menyebabkan tubuh meretensi cairan yang meningkatkan
volume darah.11
3) Konsumsi Lemak Jenuh
Kebiasaan konsumsi lemak jenuh erat kaitannya dengan peningkatan
berat badan yang berisiko terjadinya hipertensi.Konsumsi lemak jenuh juga
meningkatkan risiko aterosklerosis yang berkaitan dengan kenaikan tekanan
darah. Penurunan konsumsi lemak jenuh, terutama lemak dalam makanan
yang bersumber dari hewan dan peningkatan konsumsi lemak tidak jenuh
secukupnya yang berasal dari minyak sayuran, biji-bijian dan makanan lain
yang bersumber dari tanaman dapat menurunkan tekanan darah.11
4) Penggunaan Jelantah
Jelantah adalah minyak goreng yang sudah lebih dari satu kali
dipakai untuk menggoreng, dan minyak goreng ini merupakan minyak yang
telah rusak.Bahan dasar minyak goreng bisa bermacam-macam seperti
kelapa, sawit, kedelai, jagung dan lain-lain.Meskipun beragam, secara kimia
isi kendungannya sebetulnya tidak jauh berbeda, yakni terdiri dari beraneka
Asam Lemak Jenuh (ALJ) dan Asam Lemak Tidak Jenuh (ALTJ).Dalam
jumlah kecil terdapat lesitin, cephalin, fosfatida, sterol, asam lemak bebas,
10
lilin, pigmen larut lemak, karbohidrat dan protein. Hal yang menyebabkan
berbeda adalah komposisinya, minyak sawit mengandung sekitar 45,5%
Asam Lemak Jenuh yang didominasi oleh lemak palmitat dan 54,1% Asam
Lemak Tidak Jenuhyang didominasi asam lemak oleat sering juga disebut
omega-9. minyak kelapa mengadung 80% Asam Lemak Jenuh dan 20%
Asam Lemak Tidak Jenuh, sementara minyak zaitun dan minyak biji bunga
matahari hampir 90% komposisinya adalah Asam Lemak Tidak Jenuh.10
5) Kebiasaan Konsumsi Minum Minuman Beralkohol
Alkohol juga dihubungkan dengan hipertensi.Peminum alkohol berat
cenderung hipertensi meskipun mekanisme timbulnya hipertensi belum
diketahui secara pasti. Orang-orang yang minum alkohol terlalu sering atau
yang terlalu banyak memiliki tekanan yang lebih tinggi dari pada individu
yang tidak minum atau minum sedikit.11
Menurut Ali Khomsan konsumsi alkohol harus diwaspadai karena
survei menunjukkan bahwa 10 % kasus hipertensi berkaitan dengan
konsumsi alkohol.Mekanisme peningkatan tekanan darah akibat alkohol
masih belum jelas. Namun diduga, peningkatan kadar kortisol dan
peningkatan volume sel darah merah serta kekentalan darah merah berperan
dalam menaikkan tekanan darah.11
6) Obesitas
Obesitas erat kaitannya dengan kegemaran mengkonsumsi makanan
yang mengandung tinggi lemak.Obesitas meningkatkan risiko terjadinya
hipertensi karena beberapa sebab. Makin besar massa tubuh, makin banyak
darah yang dibutuhkan untuk memasok oksigen dan makanan ke jaringan
tubuh. Ini berarti volume darah yang beredar melalui pembuluh darah
menjadi meningkat sehingga memberi tekanan lebih besar pada dinding
arteri. Kelebihan berat badan juga meningkatkan frekuensi denyut jantung
dan kadar insulin dalam darah. Peningkatan insulin menyebabkan tubuh
menahan natrium dan air.10
Berat badan dan Indeks Massa Tubuh (IMT) berkorelasi langsung
dengan tekanan darah, terutama tekanan darah sistolik.Risiko relatif untuk
menderita hipertensi pada orang obes 5 kali lebih tinggi dibandingkan
dengan seorang yang berat badannya normal. Pada penderita hipertensi
ditemukan sekitar 20-30 % memiliki berat badan lebih.11
7) Olahraga
11
12
13
Exces
sodium
intake
Reduce
nephrone
number
Renal
sodium
retention
Fluid
volume
Decreased
Filtration
surface
stress
Sympathetic
nervous
overactivity
Genetic
alteration
Renin angiotensin
excess
Endotelium
derived
factors
obesity
Cell
membrane
alteration
Hyper
insulinemia
Venous
constiction
Preload
Contractability
Functional
constriction
X
And/or
Structural
hypertrophy
PERIPHERAL RESISTANCE
Increased PR
Autoregulation
Sumber : Soegondo S. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi 4 Jilid 2.Jakarta: Perhimpunan Spesialis
Penyakit Dalam Indonesia, 2005.
14
raksa
yang
harus
ditanggungnya.
Tingginya
dinyatakan
dalam
millimeter.Tekanan darah arteri yang normal adalah 110 120 (sistolik) dan 65
80
mm
(diastolik).Alat
untuk
mengukur
tekanan
darah
disebut
15
dengan sebuah manometer yang mengandung air raksa sehingga tekanan udara
didalamnya dapat dibaca sesuai skala yang ada.13
Untuk mengukur tekanan darah, manset karet difiksasi melingkari lengan
dan denyut pada pergelangan tangan diraba dengan satu tangan, sementara tangan
yang lain digunakan untuk mengembangkan manset sampai suatu tekanan, dimana
denyut arteri radialis tidak lagi teraba. Sebuah stetoskop diletakkan diatas denyut
arteri brakialis pada fosa kubiti dan tekanan pada manset karet diturunkan
perlahan dengan melonggarkan katupnya.Ketika tekanan diturunkan, mula-mula
tidak terdengar suara, namun ketika mencapai tekanan darah sistolik terdengar
suara ketukan (tapping sound) pada stetoskop (Korotkoff fase I).Pada saat itu
tinggi air raksa didalam namometer harus dicatat.Ketika tekanan didalam manset
diturunkan, suara semakin keras sampai saat tekanan darah diastolik tercapai,
karakter bunyi tersebut berubah dan meredup (Korotkoff fase IV). Penurunan
tekanan manset lebih lanjut akan menyebabkan bunyi menghilang sama sekali
(Korotkoff fase V). Tekanan diastolik dicatat pada saat menghilangnya karakter
bunyi tersebut.13
Menurut Lany Gunawan, dalam pengukuran tekanan darah ada beberapa
hal yang perlu diperhatikan, yaitu:13
a) Pengukuran tekanan darah boleh dilaksanakan pada posisi duduk ataupun
berbaring. Namun yang penting, lengan tangan harus dapat diletakkan dengan
santai.
b) Pengukuran tekanan darah dalam posisi duduk, akan memberikan angka yang
agak lebih tinggi dibandingkan dengan posisi berbaring meskipun selisihnya
relatif kecil.
c) Tekanan darah juga dipengaruhi kondisi saat pengukuran. Pada orang yang
bangun tidur, akan didapatkan tekanan darah paling rendah. Tekanan darah
yang diukur setelah berjalan kaki atau aktifitas fisik lain akan memberi angka
yang lebih tinggi. Di samping itu, juga tidak boleh merokok atau minum kopi
karena merokok atau minum kopi akan menyebabkan tekanan darah sedikit
naik.
d) Pada pemeriksaan kesehatan, sebaiknya tekanan darah diukur 2 atau 3 kali
berturut-turut, dan pada detakan yang terdengar tegas pertama kali mulai
dihitung. Jika hasilnya berbeda maka nilai yang dipakai adalah nilai yang
terendah.
16
e) Ukuran manset harus sesuai dengan lingkar lengan, bagian yang mengembang
harus melingkari 80 % lengan dan mencakup dua pertiga dari panjang lengan
atas.
Standard Operational Procedure ( SOP) Pengukuran Tekanan Darah
Pemeriksaan tekanan darah diperoleh dari pengkuran pada sirkulasi
arteri.Aliran darah akibat pemompaan jantung menimbulkan gelombang yaitu
gelombang tinggi yang disebut tekanan sistolik dan gelombang pada titik terendah
yang disebut tekanan diastolik. Satuan tekanan darah dinyatakan dalam millimeter
air raksa (mm hg).Persiapan alat :Sphygmomanometer aneroid / air raksa,
stetoskop, APD (Alat Pelindung Diri), buku catatan., alat tulis12
Prosedur :12
1.
Mintalah pasien untuk membuka bagian lengan atas yang akan diperiksa,
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
17
18
serta
perubahan
aktifitas
listrik
jantung
penyesuaian (pengurangan).11
3) Perubahan pola makan
Mengurangi asupan garam
19
hipertensi.Nasihat
pengurangan
asupan
garam
harus
20
Ant)
Beta Blocker (BB)
Calcium Channel Blocker atau Calcium Antagonist (CCB)
Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor (ACEI)
Angiotensin II Receptor Blocker atau AT1 Angiotensint Receptor Blocker
(ARB).
Tabel 2.3
Indikasi
dan
Kontraindikasi
Kelas-kelas
utama Obat
Antihipertensi.
Kelas obat
Indikasi
Mutlak
Diuretika
(Thiazide)
Gagal
jantung
kongestif, usia lanjut,
isolated
systolic
hypertension,
ras
afrika
Gout
Kontraindikasi
Tidak mutlak
Kehamilan
21
Diuretika (loop)
Insufisiensi
gagal
kongestif
ginjal,
jantung
Gagal
ginjal,
hiperkalemia
Diuretika
aldosteron)
penyekat
(anti
Gagal
jantung
kongestif,
pasca
infark miokardium
Angina
pectoris,
pasca
infark
myocardium
gagal
jantung
kongestif,
kehamilan, takiaritmia
Asma,
penyakit
paru
obstruktif
menahun,
A-V
block
Calcium Antagonist
(dihydropiridine)
Calcium Antagonist
(verapamil,
diltiazem)
Penghambat ACE
(Angiotensin
Converting Enzyme)
Angiotensi
II
reseptor antagonist
(AT1-blocker)
-Blocker
Benigna
Prostat
Hyperplasia (BPH),
hiperlipidemia
Penyakit
pembuluh
darah
perifer,
intoleransi
glukosa,
atlit atau pasien yang
aktif secara fisik
Takiaritmia,
gagal
jantung kongestif
Kehamilan,
hiperkalemia,
stenosis
arteri
renalis bilateral
Hipotensi ortostatis
Gagal
kongestif
jantung
Sumber : Soegondo S. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi 4.Jakarta: Pusat Penerbitan
Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006.
22
TDS
(mmH
g)
< 120
TDD
(mmHg)
Prehipertensi
120139
atau
80-89
Hipertensi
derajat 1
140159
Atau
90-99
Dan <80
Perbaik
an Pola
Hidup
Dianjur
kan
ya
Dengan indikasi
yang memaksa
Obat-obatan
untuk
indikasi
yang memaksa
Obat-obatan
untuk
indikasi
yang memaksa
Obat
antihipertensi lain
(diuretika, ACEI,
ARB, BB, CCB)
sesuai kebutuhan
ya
Diuretic jenis
Thiazide untuk
sebagian besar
kasus, dapat
dipertimbangkan
ACEI, ARB, BB,
CCB, atau
kombinasi
Hipertensi
160
Atau
ya
Kombinasi 2 obat
derajat 2
100
untuk sebagian
besar kasus
umumnya diuretika
jenis Thiazide dan
ACEI atau ARB
atau BB atau CCB
Sumber : Soegondo S. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi 4.Jakarta: Pusat Penerbitan
Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006.
TDS
TDD
ACEI
ARB
BB
CCB
penyakit lain
g. Bukti ilmiah kemampuan obat antihipertensi yang akan digunakan dalam
menurunkan resiko kardiovaskular.
Berdasarkan uji klinis, hampir seluruh pedoman penanganan hipertensi
menyatakan bahwa keuntungan pengobatan antihipertensi adalah penurunan
23
tekanan darah itu sendiri, terlepas dari jenis atau kelas obat antihipertensi yang
digunakan.Tetapi terdapat pula bukti-bukti yang menyatakan bahwa kelas obat
antihipertensi
tertentu
memiliki
kelebihan
untuk
kelompok
pasien
Gagal jantung
Pasca infark miokardium
Resiko penyakit pembuluh darah koroner tinggi
Diabetes mellitus
Penyakit ginjal kronis
Pencegahan strok berulang.
Populasi minoritas
Obesitas dan sindrom metabolic
Hipertrofi ventrikel kanan
Penyakit arteri perifer
Hipertensi pada usia lanjut
Hipotensi postural
Demensia
Hipertensi pada perempuan
Hipertensi pada anak dan dewasa muda
Hipertensi urgensi dan emergensi.
Untuk sebagian besar pasien hipertensi, terapi dimulai secara bertahap,
dan target tekanan darah dicapai secara progresif dalam beberapa minggu.
Dianjurkan untuk menggunakan obat antihipertensi dengan masa kerja panjang
atau yang memberikan efikasi 24 jam dengan pemberian sekali sehari. Pilihan
apakah memulai terapi dengan satu jenis obat antihipertensi atau dengan
kombinasi
tergantung
pada
tekanan
darah
awal
dan
ada
tidaknya
komplikasi.Jika terapi dimulai dengan satu jenis obat dan dalam dosis rendah,
dan kemudian darah belum mencapai target, maka langkah selanjutnya adalah
meningkatnya dosis obat tertentu, atau berpindah ke antihipertensi lain dengan
rendah. Efek samping umumnya bisa dihindari dengan menggunakan dosis
rendah, baik tunggal maupun kombinasi. Sebagian besar pasien memerlukan
kombinasi obat antihipertensi untuk mencapai target tekanan darah, tetapi
24
25
Diuretika
Bloker
ARB
Bloker
CCB
ACEI
Sumber : Soegondo S. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi 4 Jilid 2.Jakarta: Perhimpunan
Spesialis Penyakit Dalam Indonesia, 2005.
10. Komplikasi
a) Stroke
Dapat terjadi hipertensi kronik apabila arteri-arteri yang memperdarahi
otak mengalami hipertropi dan menebal, sehingga aliran darah ke daerahdaerah yang perdarahannya berkurang.Arteri-arteri otak yang mengalami
arterisklerosis dapat melemah sehingga meningkatkan kemungkinan
terbentuknya aneurisma. Gejala strok adalah sakit kepala secara tiba-tiba,
sperti orang bingung, limbung atau bertingkah laku seperti orang mabuk,
salah satu bagian tubuh terasa lemah atau sulit di gerakkan (misalnya wajah,
mulut atau lengan terasa kaku, tidak dapat berbicara secara jelas) serta tidak
sadarkan diri secara mendadak.5
b) Infark Miokard
Dapat terjadi bila arteri koroner yang arterosklerosis tidak dapat
menyuplai cukup oksigen ke miokardium atau terdapat thrombus yang
menghambat aliran darah melalui pembuluh darah melalui pembuluh darah
tersebut.Karena hiperteni kronik dan hipertensi ventrikel, maka kebutuhan
oksigen miokardium mungkin tidak dapat terpenuhi dan dapat terjadi
iskemia jantung yang menyebabkan infark.5
26
c) Gagal Ginjal
Dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan tinggi pada
kapiler-kapiler ginjal,glomerulus. Dengan rusaknya glomerulus, darah akan
mengalir ke unit-unit fungsional ginjal, nefron akan terganggu dan dapat
berlanjut menjadi hipoksia dan kematian. Dengan rusaknya membrane
glomerulus, protein akan keluar melalui urin sehingga tekanan osmotic
koloid plasma berkurang, menyebabkan edema yang sering di jumpai pada
hipertensi kronik. 5
d) Gagal Jantung
Ketidakmampuan jantung dalam memompa darah yang kembalinya ke
jantung dengan cepat mengakibatkan cairan terkumpulnya di paru-paru,kaki
dan jaringan lain. Cairan di dalam paru-paru menyebabkan sesak nafas,
timbunan cairan di tungkai menyebabkan kaki bengkak atau oedema.5
e) Ensefalopati
Tekanan yang tinggi mengakibatkan peningkatan tekanan kapiler dan
mendorong
27
Dengan demikian konsep paradigma sehat H.L. Blum memandang pola hidup
sehat seseorang secara holistik dan komprehensif. Masyarakat yang sehat tidak
dilihat dari sudut pandang tindakan penyembuhan penyakit melainkan upaya yang
berkesinambungan dalam menjaga dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.3
Dalam konsep Blum ada 4 faktor determinan yang dikaji, masing-masing faktor
saling keterkaitan berikut penjelasannya :
1. Perilaku masyarakat
Perilaku merupakan faktor kedua yang mempengaruhi derajat kesehatan
masyarakat karena sehat atau tidak sehatnya lingkungan kesehatan individu,
keluarga dan masyarakat sangat tergantung pada perilaku manusia itu sendiri. Di
samping itu, juga dipengaruhi oleh kebiasaan, adat istiadat, kebiasaan,
kepercayaan, pendidikan sosial ekonomi, dan perilaku-perilaku lain yang
2.
3.
28
4.
Kependudukan/Keturunan
Keturunan (genetik) merupakan faktor yang telah ada dalam diri manusia
yang dibawa sejak lahir, misalnya dari golongan penyakit keturunan seperti
diabetes melitus dan asma bronehial.
Nasib suatu bangsa ditentukan oleh kualitas generasi mudanya. Oleh
sebab itu kita harus terus meningkatkan kualitas generasi muda kita agar mereka
mampu berkompetisi dan memiliki kreatifitas tinggi dalam membangun
bangsanya.
Dalam hal ini kita harus memperhatikan status gizi balita sebab pada
masa inilah perkembangan otak anak yang menjadi asset kita dimasa mendatang.
Namunmasih banyak saja anakIndonesiayang status gizinya kurang bahkan
buruk. Padahal potensi alamIndonesiacukup mendukung. oleh sebab itulah
program penanggulangan kekurangan gizi dan peningkatan status gizi
masyarakat masih tetap diperlukan. Utamanya program Posyandu yang biasanya
dilaksanakan di tingkat RT/RW. Dengan berjalannya program ini maka akan
terdeteksi secara dini status gizi masyarakat dan cepat dapat tertangani.
Program pemberian makanan tambahan di posyandu masih perlu terus
dijalankan, terutamanya daeraha yang miskin dan tingkat pendidikan
masyarakatnya rendah. Pengukuran berat badan balita sesuai dengan kms harus
rutin dilakukan. Hal ini untuk mendeteksi secara dini status gizi balita. Bukan
saja pada gizi kurang kondisi obesitas juga perlu dihindari. Bagaimana kualitas
generasi mendatang sangat menentukan kualitas bangas Indonesia mendatang.
3
29
ini
adalahpengetahuan
hipertensi.Pengetahuan
sangatditentukan
denganpendidikan
yang
oleh
yang
dimiliki
oleh
pendidikan
baik,
maka
penderita
penderita
yang
penderita
tentang
hipertensi
dimiliki.Karena
hipertensi
dapat
kontrol.Pengetahuan
atau
kognitif
merupakan
perilaku
masyarakat
yang
kondusif
untuk
30
dan
cara-
cara
(berperilaku)
hidup
carasehat.
4) Kepercayaan
Kepercayaan sering atau diperoleh dari orang tua, kakekatau
nenek. Seseorang menerima kepercayaan itu berdasarkankeyakinan tanpa
adanya pembuktian terlebih dahulu3
b) Faktor Pemungkin (Enabling Factor)
1) Tingkat Ekonomi
Keluarga yang sosial ekonominya rendah akan mendapat
kesulitan untuk membantu seseorang mencapai kesehatan yang optimal.
Sebaliknya
dengan
ekonomi
keluarga
yang
meningkat,
maka
31
32
D. Kerangka Teori
Perilaku:
Olah raga
Merokok
Sikap
Keturunan:
Usia
Jenis Kelamin
HIPERTENSI
Pelayanan Kesehatan:
Fasilitas kesehatan
Sikap dan perilaku
petugas kesehatan
Jaminan kesehatan
Gambar 2.3 Kerangka Teori
Lingkungan:
Tingkat
Pendidikan
Tingkat Ekonomi
Pengetahuan
Dukungan sosial
33
E. Kerangka Konsep
Keturunan:
Usia
Perilaku:
Merokok
Lingkungan:
Pengetahuan
HIPERTENSI
Gambar 2.4 Kerangka Konsep
F. Hipotesis
Ada hubungan yang bermakna antara faktor risiko dengan kejadian hipertensi
di wilayah RW VII yaitu RT 1, RT 2, RT 3 dan RT 4 Kelurahan Mijen.
34
BAB III
METODE PENELITIAN
A.
Ruang
Keilmuan
Lingkup
: Ilmu kesehatan
masyarakat
2.
Ruang
waktu
lingkup
2
Desember 2013
3.
Ruang
Lingkup
Tempat
:
- Letak Geografis
RW VII terletak di wilayah Kelurahan Mijen, Kecamatan Mijen, Kota
Semarang, Propinsi Jawa Tengah. RW VII terletak 230 meter di atas
permukaan air laut. RW VII terdiri atas 12 RT, yaitu RT 1, RT 2, RT 3, RT 4,
RT 5, RT 6, RT 7, RT 8, RT 9, RT 10, RT 11 dan RT 12. Dimana tempat
penelitian difokuskan pada wilayah RT 1, RT 2, RT 3, dan RT 4.
B.
C.
35
Keterangan:
n: besar sampel minimal
N: jumlah populasi
Z: standar deviasi normal dengan CI 90% 1,645 (5%= 1,96)
CI 95% 1,96 (10%= 1,645)
d: derajat ketetapan 90% = 0,1
p: proporsi target populasi 50%= 0,5
q: populasi tanpa atribut 1-p = 0,5
36
Besar sampel minimal pada penelitian ini adalah 60 ibu rumah tangga.
Dengan pembagian masing-masing RT 1 sebesar 24 ibu rumah tangga, RT 2
sebesar 12 ibu rumah tangga, RT 3 sebesar 12 ibu rumah tangga dan RT 4
sebesar 12 ibu rumah tangga.
D.
E.
Definisi Operasional
Dalam penelitian ini, variabel yang diteliti didefinisikan sebagai berikut :
1. Hipertensi
Hipertensi adalah meningkatnya tekanan darah diatas nilai normal (tekanan
darah sistolik 140 mmhg dan tekanan darah diastolik 90 mmhg).5
2. Usia
Usia adalah usia penderita ketika penelitian dilaksanakan. Skala usia penderita
diukur secara numerik. 14
3. Pengetahuan
Pengetahuan adalah tingkat pengetahuan penderita tentang hipertensi, penyebab
hipertensi, komplikasi hipertensi. Skala pengetahuan tentang hipertensi diukur
secara ordinal.
37
4. Perokok Pasif
Orang yang tidak merokok tetapi menghirup langsung asap rokok.
F.
Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan adalah kuesioner
(daftar
38
H.
39
I.
Analisis Data
Pengolahan data dilakukan secara manual dan
menggunakan komputer
melalui program Statistical Product and Service Solution (SPSS) for Windows versi
18.0.
1. Analisis Univariat
Analisis univariat dilakukan secara deskriptif dari masing-masing
variabel dengan tabel distribusi frekuensi disertai penjelasan.
2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan untuk melihat hubungan antara variabel
dependent dan independent. Karena rancangan penelitian ini adalah cross
sectional hubungan antara variabel independent dengan variabel dependen
digunakan uji statistik Odds Ratio (OR) memakai table 2x2, dengan tingkat
kepercayaan 90 % ( = 0,1). Berdasarkan hasil uji tersebut di atas ditarik
kesimpulan dengan kriteria sebagai berikut :14
a. Jika nilai p < maka Ho ditolak, berarti ada hubungan antara variabel
dependent dengan independent.
b. Jika nilai p maka Ho diterima, berarti tidak ada hubungan antara variabel
dependent dengan independent.
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Kependudukan (Demografi) :
1. Jumlah Sampel RW VII Kelurahan Mijen
Jumlah sampel RW VII, Kelurahan Mijen yang terdiri dari 4 RT yaitu RT 1,
RT 2, RT 3 dan RT 4 sebanyak 60 sampel. Distribusi sampel terdapat pada Tabel.
40
Jenis Penyakit
Jumlah
Persentase
1
2
3
4
RT 1
24
40 %
RT 2
12
20 %
RT 3
12
20 %
RT 4
12
20 %
Total
60
100 %
Sumber : Data primer hasil survei kesehatan masyarakat RT 1-4, RW VII
Kelurahan Mijen bulan Desember 2013
Pada Tabel di atas dapat dilihat bahwa sampel terbanyak yang diambil
pada RW VII, Kelurahan Mijen, Kota Semarang adalah sampel pada RT 1.
2. Distribusi kependudukan
Distribusi karakteristik kependudukan sampel di RT 1 - 4 di RW VII
terdapat pada tabel dibawah ini :
Tabel 4.2. Karakteristik kependudukan
No.
1
Karakteristik
Kategori Umur Responden
1. <40 tahun
2. 40 tahun
Total
Pendidikan
1. Rendah (<SLTP)
2. Tinggi (>SLTP)
Total
Pekerjaan
1. Non PNS
2. PNS
Total
Penghasilan rata-rata per bulan
1. <1.200.000
2. 1.200.000
Total
21
39
60
35%
65%
100%
1
59
60
1,7%
98,3%
100%
53
7
60
88,3%
11,7%
100%
0
60
60
0%
100%
100%
Pada Tabel di atas dapat dilihat bahwa penduduk RW VII paling banyak
adalah ibu dengan usia 40 tahun sejumlah 39 sampel (65 %), dengan
terbanyak memiliki Pendidikan tinggi sejumlah 59 sampel (98,3 %), pekerjaan
Non - PNS sejumlah 53 sampel (88,3%), penghasilan rata-rata perbulan
1.200.000 sejumlah 60 sampel (100%).
B. Status Kesehatan
1. Jumlah Kejadian Penyakit
41
Jenis Penyakit
Jumlah
Persentase
Tidak sakit
39
65 %
Hipertensi
13
21,7 %
ISPA
6,7 %
Diare
5%
Lainnya
1,7 %
TOTAL
60
100%
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa dari 60 sampel yang tidak
sakit sejumlah 39 sampel (65%). Di antara 21 jumlah kejadian penyakit,
penyakit terbanyak di RT 1 - 4, RW VII adalah hipertensi sejumlah 13 sampel
(21,7%).
42
Jumlah
Persentase
Tinggi
10
16,7 %
Rendah
Jumlah
50
60
83,3 %
100,00%
Jumlah
Persentase
Usia < 40
7,69 %
Usia 40
Jumlah
12
13
92,31 %
100,00 %
Nilai/frekuensi
Jumlah
keluarga
35
Persentase (%)
Tidak
25
41,7%
Jumlah
60
100 %
Ya
Paparan asap rokok
58,3 %
Sumber : Data primer hasil survei kesehatan masyarakat RT 1 - 4 di RW VII, Kelurahan Mijen
bulan Desember 2013
43
Kategori Penyakit
Hipertensi
Tidak
40 tahun
< 40 tahun
12 (30,8%)
1 (4,8%)
Total
Hipertensi
27 (69,2%)
20 (95,2%)
Total
39 (100,0%)
21 (100,0%)
0,023
13 (21,7%)
47(78,3%)
60 (100,0%)
Sumber : Data primer hasil survei kesehatan masyarakat RT 1 - 4 RW VII
Kelurahan Mijen bulan Desemberr 2013
Kategori Penyakit
Hipertensi
Tidak
Total
Hipertensi
13 (26%)
37(74%)
50 (100,0%)
0 (0%)
10 (100%)
10 (100,0%) 0,099
13 (21,7%)
47 (78,3%)
60 (100,0%)
Sumber : Data primer hasil survei kesehatan masyarakat RT 1-4 RW VII
Kelurahan Mijen bulan Desemberr 2013
44
Kategori Penyakit
Hipertensi
Tidak
Total
Hipertensi
6 (17,1%)
29 (82,9%)
35 (100,0%)
7 (28,0%)
18 (72,0%) 25 (100,0%) 0,355
13 (55,6%)
47(44,4%)
60 (100,0%)
Sumber : Data primer hasil survei kesehatan masyarakat RT 1-4 RW VII
Kelurahan Mijen bulan Desemberr 2013
45
Pembahasan hasil penelitian didasarkan pada hasil uji statistik, data dari
wawancara berdasarkan kuesioner dan dari tinjauan pustaka.Pembahasan dilakukan
untuk menemukan alasan-alasan yang mendukung hasil penelitian.
Hasil analisis hubungan faktor risiko usia dengan kejadian hipertensi
diperoleh nilai p = 0,023( p< 0.05) artinya ada hubungan yang bermakna antara usia
dengan kejadian hipertensi. Hipertensi erat kaitannya dengan usia, semakin tua
seseorang semakin besar risiko terserang hipertensi. Usia lebih dari 40 tahun
mempunyai risiko terkena hipertensi. Dengan bertambahnya usia, risiko terkena
hipertensi lebih besar sehingga prevalensi hipertensi dikalangan usia lanjut cukup
tinggi yaitu sekitar 40 % dengan kematian sekitar 50 % diatas usia 60 tahun. Arteri
kehilangan
elastisitasnya
atau
kelenturannya
dan
tekanan
darah
seiring
antara
pengetahuan
tentang
hipertensi
dengan
kejadian
46
BAB V
PEMECAHAN MASALAH DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN
A. IDENTIFIKASI MASALAH
Tabel 5.1.Jumlah kesakitandi RT 1, 2, 3, dan 4 RW VII Kelurahan Mijen
47
No.
Proporsi Penyakit
Jumlah (jiwa)
Persentase
a.
Tidak Sakit
39
65 %
b.
Hipertensi
13
21,7 %
c.
ISPA
6,7 %
d.
Diare
5,0%
e.
Lainya
1,7 %
60
100%
Jumlah
Hipertensi
Infeksi Saluran Pernapasan Akut
Diare
Lain-lain (Dismenorea)
B
A
C
C
C
D
A
B
C
0
2
2
0
1
1
2
1
3
0
0
0
Total Horizontal
2
1
1
0
B
A
C
A
C
D
A
B
C
Total Horizontal
3
1
1
0
48
Total Vertikal
Total Horizontal
TOTAL
0
3
3
0
1
1
1
1
2
0
0
0
B
A
C
A
C
D
A
B
C
0
3
3
0
1
1
1
1
2
0
0
0
Total Horizontal
3
1
1
0
JUMLAH
PRIORITAS
A
B
2
1
4
1
3
1
9
3
I
III
II
Hipertensi
Diare
ISPA
Lain-lain (Dismenorea)
51
52
MASALAH
Hipertensi
LING-KUNGAN
Ada sebagian
responden yang
menjadi perokok
pasif (terkena
paparan asap rokok
di dalam rumah)
41,7%
PERILAKU
PENYEBAB MASALAH
YANKES
KEPENDUDUKAN
-
FAKTOR PREDISPOSI
secara teratur
Masih ada responden yang pengetahuannya rendah mengenai
komplikasi pada penyakit hipertensi, seperti stroke, gangguan jantung
53
TUJUAN
Mengendalikan
angka kesakitan
hipertensi
SASARAN
Seluruh warga
masyarakat
RT 1, 2, 3, dan
4 RW VII
Kelurahan
Mijen
ALTERNATIF
Memberikan penyuluhan
penyakit hipertensi, definisi,
penyebab, factor resiko,
pengendalian, pengobatan dan
komplikasi.
Memberikan penyuluhan
tentang bahaya merokok
Pembagian leaflet tentang
faktor penyebab, gaya hidup
yang mendukung hipertensi dan
komplikasi hipertensi dan
pemeriksaan tekanan darah
gratis.
E. Pengambilan Keputusan
Dalam pengambilan keputusan kami menggunakan metode berdasarkan
kriteria mutlak dan kriteria keinginan, yang nanti akan diambil 1 (satu)
kegiatan yang akan dilaksanakan.
Tabel 5.8. Kriteria mutlak
Kegiatan
Man
Money
II
III
Input
Material
Output
Keterangan
Method
Marketing
Berkembang (40)
Berkelanjutan (20)
54
5x 60 =300
5x 40 = 200
6 x 20 = 120
620
II
5 x 60 = 300
5 x 40 = 200
5 x 20 = 100
500
III
6 x 60 =360
6x 40 = 240
6 x 20 = 120
720
Berdasarkan kriteria mutlak dan kriteria keingingan yang diambil dari suara
tujuh anggota kelompok kami sepakat dengan alternatif pemecahan masalah
yang akan diambil adalah Pembagian leaflet tentang faktor penyebab,
gejala, pengobatan, pencegahan, komplikasi, serta diet makanan yang
dianjurkan untuk penderita penyakit hipertensi dan pemeriksaan tekanan
darah gratis. yang kemudian akan disusun Plan of Action (POA).
55
F. Plan of Action
Tabel 5.10. Plan of Action
No
Kegiatan
Persiapan
(Perencanaan)
What
(Uraian)
1.
2.
3.
4.
Pelaksanaan
1.
Pengawasan
Pengendalian
Penilaian
Sasaran
Warga RT 1, 2,
3, dan 4 RW
VII Kelurahan
Mijen
Warga RT 1, 2,
3, dan 4 RW
VII Kelurahan
Mijen
Warga RT 1, 2,
3, dan 4 RW
VII Kelurahan
Mijen
Where
(Tempat)
How Much
(Biaya)
Indikator
Who
(Pelaksana)
When
(Waktu)
Mahasiswa
kepaniteraan
klinik Ilmu
Kesehatan
Masyarakat FK
Unimus
(pemegang
program).
Mahasiswa
kepaniteraan
klinik IKM FK
Unimus
(pemegang
program).
Mahasiswa
kepaniteraan
klinik IKM FK
Unimus
(pemegang
program).
SabtuMinggu ,
7-8
Desember
2013
Labkesmas
UNIMUS
Iuran mahasiswa :
leaflet @500 x 100
= Rp. 50.000
Persiapan dapat
diselesaikan tepat
waktu sebelum hari
pelaksanaan
Senin, 9
Desember
2013
Balai
pertemuan
RW VII
Iuran mahasiswa :
Transportasi
Rp 10.000,00
Terlaksananya
pembagian leaflet dan
pemeriksaan tekanan
darah gratis di acara
pertemuan RW VII
Senin, 9
Desember
2013
Balai
pertemuan
RW VII
Terlaksananya
pembagian leaflet dan
pemeriksaan tekanan
darah gratis di acara
pertemuan RW VII
56
BAB VI
INTERVENSI KEGIATAN DAN PEMBAHASAN
A. Pelaksanaan Intervensi Kegiatan
Intervensi dilakukan dalam bentuk pembagian leaflet tentang Hipertensi meliputi
penyebab, gejala, pengobatan, pencegahan, komplikasi, serta diet makanan yang
dianjurkan untuk penderita penyakit hipertensi dan pemeriksaan tekanan darah gratis
kepada ibu-ibu PKK RW VII di Balai Pertemuan warga RW VII Kelurahan Mijen, yang
dilakukan pada hari Senin, 9 Desember 2013 dari pukul 16.00 WIB. Kegiatan
selanjutnya dilakukan pada hari Rabu tanggal 11 Desember 2013 pukul 16.00 WIB
dengan membagikan leaflet ke warga RW VII terutama RT 1, 2, 3, dan 4 secara door to
door disertai penyuluhan singkat mengenai isi leaflet dan dilakukan pemeriksaan tekanan
darah gratis.
B. Hasil Intervensi Kegiatan
Intervensi pada tanggal 9 Desember 2013 dilaksanakan di
Balai Pertemuan
Warga RW VII Kelurahan Mijen yang diikuti oleh 12 RT. Intervensi kegiatan ini diikuti
oleh ibu-ibu PKK RW VII sebanyak 39 orang. Indikator dari kegiatan ini adalah
terlaksananya pembagian leaflet dan pemeriksaan tekanan darah gratis di acara
pertemuan ibu-ibu PKK RW VII.
Pembagian leaflet dan pemeriksaan tekanan darah gratis disertai dengan
penyuluhan singkat kepada ibu-ibu PKK mengenai isi dari leaflet. Ibu-ibu PKK yang
dikunjungi memberikan respon cukup baik dari permulaan kegiatan sampai akhirnya Ibuibu PKK yang hadir mengerti dan berusaha untuk melakukan seperti apa yang dijelaskan
selama proses acara. Respon ibu-ibu PKK diwujudkan dengan adanya pertanyaan seputar
masalah kesehatan. Dengan kegiatan ini diharapkan masyarakat mengerti cara mengatasi
permasalahan kesehatan yang ada, sehingga dapat mencegah dan mengendalikan
penyakit hipertensi.
Intervensi kegiatan tanggal 11 Desember 2013 dilaksanakan di wilayah RW VII
terutama Ibu rumah Tangga RT 1, 2, 3, dan 4 Kelurahan Mijen secara door to door
dengan leaflet yang tersisa dari kegiatan sebelumnya serta dilakukan pemeriksaan
tekanan darah secara gratis. Pembagian leaflet dan pemeriksaan tekanan darah gratis
kepada warga RT 1, 2, 3, dan 4 berjalan secara lancar dan baik.
C. Pembahasan
57
Intervensi kegiatan diselenggarakan setelah disetujui dalam Musyawarah
Masyarakat Desa (MMD) pada hari jumat 6 Desember 2013. Kegiatan intervensi
berdasarkan hasil survey dan penelitian berupa Pembagian
penyebab, gaya hidup yang mendukung hipertensi dan komplikasi hipertensi, dan
pemeriksaan tekanan darah gratis. telah terlaksana. Tujuan dari kegiatan tersebut adalah
untuk menambah pengetahuan masyarakat mengenai pencegahan hipertensi sehingga
diharapkan dapat mengendalikan dan menurunkan angka kesakitan hipertensi di RW VII
kelurahan Mijen. Kegiatan intervensi dilaksanakan pada hari Senin 9 Desember 2013 di
RW VII kelurahan Mijen. Metode yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan adalah
pembagian leaflet sekaligus pemeriksaan tekanan darah gratis dan leaflet yang tersisa
dibagikan pada warga door to door disertai penyuluhan singkat mengenai isi leaflet dan
dilakukan pemeriksaan tekanan darah gratis pada hari Rabu, 11 Desember 2013 pukul
16.00 WIB.
Media yang digunakan untuk kegiatan intervensi adalah leaflet yang berisi
tentang penyebab, gejala, pengobatan, pencegahan, komplikasi, serta diet makanan yang
dianjurkan untuk penderita penyakit hipertensi. Leaflet tersebut merupakan pesan yang
diharapkan dapat dipahami oleh warga dan akhirnya dapat menambah pengetahuan serta
merubah gaya hidup warga sehingga dapat mengendalikan, mengurangi dan mencegah
bertambahnya jumlah warga yang menderita hipertensi.
Pemilihan media menggunakan leaflet didasarkan karena tingkat pendidikan dari
responden rata-rata berpendidikan tinggi sebesar 98,3% ( > SLTP) dan dilakukan
pemeriksaan tekanan darah gratis karena disesuaikan dengan masalah yang ditemukan
pada RW VII yaitu hipertensi, sehingga kami melakukan kegiatan sederhana seperti
pemeriksaan tekanan darah gratis.
BAB VII
58
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Berdasarkan data hasil survei kesehatan di RW VII, Kelurahan Mijen, Kecamatan
Mijen, Kota Semarang, didapatkan masalah kesehatan antara lain : Hipertensi
(61,9%), Infeksi Saluran Pernafasan Akut (19,04%), Diare (14,28%) dan Lain-lain
(4,76%). Berdasarkan hasil survei kesehatan distribusi penduduk menurut umur RW
VII terbanyak pada usia 40 tahun sebanyak 65 %, rata-rata memiliki pendidikan
tinggi (>SLTP) sebanyak 98,3%, pekerjaan rata-rata adalah non PNS 88,3%,
penghasilan rata-rata perbulan diatas UMK 1.200.000 sebanyak 100%. Penderita
hipertensi terbanyak pada usia 40 tahun sejumlah 30,8%. Pengetahuan tentang
hipertensi pada warga RW VII disimpulkan bahwa ibu rumah tangga yang menderita
Hipertensi mempunyai pengetahuan yang kurang mengenai hipertensi sebanyak 26%.
Warga RW VII yang hipertensi dan terkena paparan asap rokok sebanyak 17,1%.
2. Hipertensi merupakan penyakit yang menduduki peringkat ketiga di Puskesmas
Mijen pada tahun 2013 sebanyak 804 kasus. Berdasarkan hasil survei kesehatan
masyarakat didapatkan bahwa hipertensi merupakan penyakit yang paling banyak
diderita oleh warga di RT 1, 2, 3 dan 4 di RW VII Kelurahan Mijen sebesar 61,9%.
Setelah konfirmasi dengan dosen pembimbing lapangan, maka kami memutuskan
untuk mengambil penyakit hipertensi sebagai prioritas masalah. Penyebab masalah
berdasarkan brain storming adalah Pengetahuan masyarakat tentang hipertensi masih
kurang.
3. Berdasarkan kriteria mutlak dan kriteria keingingan yang diambil dari suara enam
anggota kelompok kami sepakat dengan alternatif pemecahan masalah yang akan
diambil adalah Pembagian leaflet tentang faktor penyebab, gejala, pengobatan,
pencegahan, komplikasi, serta diet makanan yang dianjurkan untuk penderita
penyakit hipertensi dan pemeriksaan tekanan darah gratis. yang kemudian akan
disusun Plan of Action (POA).
4. Telah dilakukan intervensi dalam bentuk pembagian leaflet tentang faktor penyebab,
gejala, pengobatan, pencegahan, komplikasi, serta diet makanan yang dianjurkan
untuk penderita penyakit hipertensi dan pemeriksaan tekanan darah gratis. Pada
kegiatan intervensi ini target dapat tercapai, yaitu terlaksananya pembagian leaflet
dan pemeriksaan tekanan darah gratis di acara pertemuan ibu-ibu PKK RW VII dan
warga RW VII terutama RT 1, 2, 3, dan 4 Kelurahan Mijen.
59
B. SARAN
Bagi peneliti selanjutnya agar dapat mempersiapkan penelitian dengan
kuesioner yang lebih lengkap dan jumlah responden yang lebih banyak agar hasilnya
lebih baik. Perlu adanya upaya upaya peningkatan kesehatan dengan cara
meningkatkan pembangunan kesehatan masyarakat desa (PKMD) oleh pihak yang
terkait (kader kesehatan, Forum Kesehatan Desa, Tenaga Kesehatan) berkaitan dengan
Hipertensi dalam hal meningkatkan pengetahuan dan keterampilan serta memberikan
motivasi untuk hidup sehat kepada masyarakat RW VII Kelurahan Mijen, Kecamatan
Mijen Kota Semarang sehingga perilaku hidup sehat dapat diterapkan dan
meningkatkan derajat kesehatan.