Anda di halaman 1dari 65

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
MDGs (Milennium Development Goals) atau sering disebut
Tujuan Pembagunan Milenium mempunyai delapan tujuan umum
seperti : kemiskinan, kesehatan, perbaikan kesetaran gender, angka
kematian bayi, kesehatan ibu, beberapa penyakit menular utama,
lingkungan serta permasalahan global terkait perdagangan, bantuan
dan utang. MDGs bukan hanya soal ukuran dan angka-angka, namun
lebih mendorong untuk tindakan nyata. Mencegah angka kematian ibu
lebih penting dari pada hanya sekedar menghitung berapa banyak
perempuan

meninggal

sewaktu

melahirkan.

Dan

tidak

hanya

menghitung berapa anak indonesia yang kekurangan gizi, namun juga


memastikan bahwa semua anak mendapatkan asupan yang cukup.
Salah satu manfaat MDGs adalah berbagai persoalan yang diusung
menjadi pusat perhatian berbagai pihak, termasuk masyarakat secara
luas (WHO,2004).
Dari data BPS Susenas (berbagai tahun) antara tahun 1970
sampai dengan 2005, usia harapan hidup di negeri ini rata-rata
meningkat sekitar 15 tahun. Pada tahun 2007 angka kematian bayi

maupun anak usia dibawah lima tahun adalah sekitar 44 per 1000
kelahiran hidup, sedangkan menurut SKDI (berbagai tahun) setiap
tahun sekitar 20.000 perempuan meninggal akibat komplikasi dalam
persalinan.
Menurut Lawn (2005) penyebab dari angka kematian anak atau
bayi salah satunya adalah prilaku yang tidak tepat dan kurangnya
pengetahuan berkontribusi terhadap kematian anak salah satu
diantaranya adalah : para ibu tidak menyadari pentingnya pemberian
ASI. SDKI 2007 menunjukkan bahwa kurang dari satu dari tiga bayi di
bawah usia enam bulan diberi ASI eksklusif. Oleh karena itu, sebagian
besar bayi di Indonesia tidak mendapatkan manfaat ASI terkait
dengan gizi dan perlindungan terhadap penyakit, sedangkan menurut
SKDI penyebab dari angka kematian perempuan atau ibu adalah
perdarahan dan kelahiran yang sulit serta anemia pada ibu hamil.
Upaya yang dilakukan sesuai pada pencapaian Tujuan
Pembagunan Milenium (MDGs) ke empat adalah menurunkan angka
kematian anak hingga 2/3 harus difoskuskan pada kelompok bayi.
Praktek pemberian ASI secara optimal adalah kunci dalam upaya
menurunkan angka kematian bayi. Hasil studi ilmiah diberbagai
negara menunjukkan bahwa Inisiasi Menyusui Dini dapat menurunkan
kematian bayi baru lahir hingga 22% dan pemberian ASI secara
ekslusif sejak lahir hingga 6 bulan dapat menurunkan angka kematian

balita hingga 13%. Sayangnya praktek pemberian ASI diindonesia


menurun, angka cakupan ASI ekslusif sampai 6 bulan di indonesia
menurun dari 40% (SDKI 2002/2003) ke 32% (SDKI 2007),
sedangkan pemberian susu formula meningkat dari 17% (SDKI
2002/2003) ke 28%

(SDKI 2007). Lebih

lanjut, SDKI 2007

menunjukkan bahwa bayi-bayi yang lahir di fasilitas kesehatan


cenderung untuk tidak mendapatkan ASI secara ekslusif.
Asi adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, lactose
dan garam-garam organic yang disekresi oleh kedua belah kelenjar
payudara ibu, sebagai makanan utama bagi bayi (Kristiyanasari,
2009). Kandungan-kandungan yang terdapat pada ASI yaitu : protein,
karbohidrat, lemak, mineral, air, vitamin, sedangkan unsur-unsur yang
terkandung didalam ASi meliputi : laktokrom, keratin, kreatinin, urea,
xanthin, amonia dan asam sitrat.
Produksi dan keluarnya ASI terjadi setelah bayi dilahirkan, yang
disusul dengan peristiwa pengeluaran kadar hormon estrogen yang
mendorong naiknya kadar prolaktin untuk produksi ASI. Maka dengan
naiknya kadar prolaktin tersebut, mulailah produksi ASI berlangsung
(Suherni,2009).
Kondisi psikis dan juga makanan yang dikonsumsi oleh ibu juga
dapat mempengaruhi produksi ASI. Tetapi, menciptakan pemberian

ASI sejak dini tidak selalu mudah karena banyak wanita mengalami
masalah dalam melakukannya. Keadaan yang sering terjadi pada saat
pertama kali menyusui yaitu sulitnya ASI keluar (Verney,2007).
Kesulitan ibu menyusui tersebut menyebabkan ibu merasa
cemas dan khawatir. Ibu menjadi pesimis dengan jumlah ASI yang
diperoleh dan menghambat produksi ASI. Apalagi bila gizi ibu kurang,
bisa menyebabkan kualitas ASI menjadi menurun. Dengan produksi
asi yang kurang tersebut ibu mencari alternatif lain dengan
memberikan bayinya susu formula yang menyebabkan intensitas
isapan bayi menjadi berkurang karena bergantian dengan susu
formula

yang

membuat

asi

menjadi

lebih

sedikit

keluar

(Budiasih,2008)
Sekalipun pada hari pertama ASI yang keluar hanya sedikit ibu
harus tetap menyusui. Setelah 30 menit bayi dilahirkan, bayi harus
disusukan kepada ibunya, tindakan ini bukan dimaksudkan untuk
memberikan

nutrisi,

tetapi

agar

bayi

belajar

menyusui

dan

membiasakan menghisap puting payudara ibu, serta mendukung


produksi ASI. Dengan isapan bayi yang lebih kuat maka produksi ASI
yang dihasilkan akan semakin banyak. Untuk hasil yang optimal maka
perlu ditunjang dengan makanan yang seimbang, sesuai dengan

kebutuhan ibu menyusui dan juga berfikir positif bahwa ibu mampu
memberikan ASI (Budiasih,2008).
Ada beberapa faktor-faktor yang memnyebabkan produksi ASI
yaitu : psikis, makanan atau nutrisi dan isapan bayi. Adapun faktor
lainnya adalah rawat gabung (rooming-in).
Rawat gabung (rooming-in) adalah suatu cara perawatan
dimana ibu dan bayi yang baru dilahirkan tidak dipisahkan , melainkan
ditempatkan dalam sebuah ruangan kamar atau tempat bersamasama selama 24 jam penuh dalam seharinya (rukiyah,2010). Dan
manfaat dari dilakukannya rawat gabung (rooming-in) sangat banyak
baik dari segi fisik, fisiologis, psikologis, edukatif, ekonomi dan medis
(Vivian,2010).
Menurut Mappiwali (2008) tujuan dari dilakukannya rawat
gabung (rooming-in) adalah agar ibu dapat menyusui bayinya sedini
mungkin kapan saja dibutuhkan, ibu dapat melihat dan memahai cara
perawatan bayi yang benar seperti yang dilakukan oleh petugas,
rawat gabung (rooming-in) juga memungkinkan suami dan keluarga
dapat terlibat secara aktif untuk mendukung dan membantu ibu dalam
menyusui dan merawat bayinya secara baik dan benar, selain itu ibu
mendapatkan kehangatan emosional karena ibu selalu dapat kontak

dengan buah hati yang sangat dicintainya, demikian sebaliknya bayi


dengan ibunya. Dan menurut Winabyo (2010) ada beberapa tujuan
dilakukannya rawat gabung (rooming-in) yaitu :bantuan emosional,
penggunaan ASI, pencegahan infeksi, dan pendidikan kesehatan.
Pemberian ASI juga harus dipengaruhi oleh pengetahuan ibu
tentang produksi ASI dan rawat gabung (rooming-in) karena produksi
asi dan rawat gabung (rooming-in) saling berhubungan, apabila
pengetahuan ibu kurang maka pada saat ibu dan bayinya dirawat
bersama atau rawat gabung (rooming-in) kemungkinan ibu juga tidak
mengetahui apa manfaat dari dilaksanakannya rawat gabung
sehingga dapat mempengaruhi produksi ASI pada ibu.
Menurut Notoatmodjo (2012) pengetahuan adalah hasil dari
tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap
suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia,
yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.
Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan
telinga. Ada dua faktor yang mempengaruhi pengetahuan yaitu : faktor
internal : pendidikan, pekerjaan, dan umur, sedangkan faktor
eksternalnya adalah : lingkungan dan sosila budaya (Nursalam,2003).

Berdasarkan data yang diambil pada Desember 2012 terdapat


97 orang ibu-ibu post patum yang dirawat diruang Mawar RSUD Abdul
Wahab Sjahranie Samarinda dan lebih dari 75% telah melakukan
rawat gabung. Akan tetapi, dari 10 ibu yang ditanya tentang rawat
gabung (rooming-in), 9 ibu diantaranya tidak mengetahui tentang
rawat gabung (rooming-in).
Melihat data yang terdapat diatas maka dipandang dapat
melakukan suatu penelitian yang ingin mengetahui hubungan antara
pengetahuan tentang rawat gabung (rooming-in) dengan produksi ASI
pada ibu pasca partus di RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda,
dengan harapan pada pelaksanaan asuhan keperawatan dapat
dilakukan dengan efektif dan efesien
B. Rumusan Masalah
Dari permasalahan diatas didapat pertanyaan yaitu :
Apakah terdapat hubungan antara pengetahuan tentang rooming in
dengan produksi ASI pada ibu pasca partus di Ruang Nifas RSUD
Abdul Wahab Sjahranie Samarinda ?
C. Tujuan penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui hubungan

pengetahuan

tentang

rawat

gabung

(rooming-in) dengan produksi ASI pada ibu pasca partus di Ruang


Nifas RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda.
2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi karakteristik ibu pasca partus yang melakukan


rawat gabung (rooming-in)
b. Mengidentifikasi pengetahuan tentang rawat gabung (rooming-in)
dengan produksi ASI
c. Mengidentifikasi kelancaran produksi ASI pada ibu pasca partus
d. Mengidentifikasi hubungan pengetahuan tentang rawat gabung
(rooming-in) dengan produksi ASI pada ibu pasca partus
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Profesi Keperawatan
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai tambahan ilmu
pengetahuan bagi profesi keperawatan dalam melakukan asuhan
keperawatan pada ibu pasca partus yang melakukan konsep rawat
gabung (rooming-in)
2. Bagi Rumah Sakit
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai pedoman bagi rumah
sakit agar tetap mempertahankan dan menjelaskan tentang
konsep diberlakukannya rawat gabung (rooming-in).
3. Bagi Responden
Hasil penelitian ini diharapkan mejadi sumbangan

ilmu

pengetahuan yang bermanfaat tentang produksi ASI dan rawat


gabung (rooming-in)
4. Bagi Penelitian Selanjutnya
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan perbandingan
bagi peneliti selanjutnya terutama mengenai rawat gabung
(rooming- in)

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Telaah Pustaka
1. Pengetahuan
a. Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi
setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek
tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia,
yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan
raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh
melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2012 ).
b. Tingkat Pengetahuan
Pengetahuan

yang

cukup

didalam

domain

kognitif

mempunyai 6 tingkatan, yaitu (Notoadmojo, 2012) :


1) Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat sesuatu materi
yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam
pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall)

10

sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari


atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu
ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.
Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa
yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan,
mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya.
2) Memahami (Coprehention)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk
menjelaskan secara benar tentang objek yang di ketahui
dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara
benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau
materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh,
menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap
objek yang dipelajari.
3) Aplikasi (Application)
Aplikasi

diartikan

sebagai

kemampuan

untuk

menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi


atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi disini dapat
diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-

11

hukum, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks


atau situasi yang lain
4) Analisis (Analysis)
Analisis

adalah

kemampuan

untuk

menjabarkan

materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen,


tetapi masih di dalam satu struktur organisasi dan masih
ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini
dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat
menggambarkan

(membuat

bagan),

membedakan,

memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.


5) Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjukkan pada suatu kemampuan untuk
meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam
suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain
sintesis adalah suatu kemampuan menyusun formulasi
baru dari formulasi-formulasi yang ada.
6) Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk
melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi
atau objek. Penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatu

12

kriteria yang

ditentukan sendiri atau menggunakan

kriteria-kriteria yang telah ada.


c. Cara memperoleh pengetahuan
Dari berbagai macam cara yang telah digunakan untuk
memperoleh kebenaran pengetahuan sepanjang sejarah
dapat dikelompokkan menjadi dua, yakni :
1) Cara memperoleh kebenaran non ilmiah
a) Cara coba salah (Trial and Eror)
Cara memperoleh kebenaran non ilmiah, yang
pernah digunakan oleh manusia dalam memperoleh
pengetahuan adalah melalui cara coba-coba atau
dengan kata yang lebih dikenal trial and eror.
Metode ini telah digunakan oleh orang dalam waktu
yang cukup lama untuk memecahkan berbagai
masalah. Bahkan sampai sekarang pun metode ini
masih sering digunakan, terutama oleh mereka yang
belum atau tidak mengetahui suatu cara tertentu
dalam memecahkan suatu masalah yang dihadapi.
Metode ini telah banyak jasanya, terutama dalam
meletakkan

dasar-dasar

menemukan

dalam berbagai cabang ilmu pengetahuan.

teori-teori

13

b) Secara kebetulan
Penemuan kebenaran secara kebetulan terjadi
karena tidak sengaja oleh orang yang bersangkutan.
Salah satu contoh adalah penemuan enzim urease
oleh Summers pada tahun 1926.
c) Cara kekuasaan atau otoriter
Dalam kehidupan manusia sehari-hari, banyak
sekali kebiasaan-kebiasaan dan tradisi-tradisi yang
dilakukan oleh orang, tanpa melalui penalaran
apakah yang dilakukan baik atau tidak. Kebiasaan
seperti ini tidak hanya terjadi pada masyarkat
tradisional

saja,

melainkan

juga

terjadi

pada

masyarakat modern. Para pemegang otoritas, baik


pemimpin pemerintah, tokoh agama maupun ahli ilmu
pengetahuan
mekanisme

pada
yang

sama

prinsipnya
di

pengetahuan.
d) Berdasarkan pengalaman pribadi

dalam

mempunyai
penemuan

14

Pengalaman adalah guru yang baik demikian


menurut pepatah. Pepatah ini mengandung maksud
bahwa

pengalaman

itu

merupakan

sumber

pengetahuan atau pengalaman itu merupakan suatu


cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan.
Oleh karena itu, pengalaman pribadi pun dapat
digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan.
Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali
pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan
permasalahan yang dihadapi pada masa lalu.
e) Cara akal sehat
Akal sehat atau common sense kadang-kadang
dapat menemukan teori atau kebenaran. Sebelum
ilmu pendidikan ini berkembang, para orang tua
zaman dahulu agar anaknya mau menuruti nasihat
orang tuanya atau agar anak disiplin, orang tua
menggunakan cara hukuman fisik bila anaknya
berbuat salah, misalnya dijewer telinganya atau di
cubit. Ternyata cara menghukum anak ini sekarang
berkembang menjadi teori atau kebenaran, bahwa

15

hukuman adalah merupakan metode (meskipun


bukan yang paling baik) bagi pendidikan anak.
Pemberian

hadiah

dan

hukuman

(reward

and

punishment) merupakan cara yang masih dianut oleh


banyak orang untuk mendisiplinkan anak dalam
konteks pendidikan.
f) Kebenaran melalui wahyu
Ajaran

dan

dogma

agama

adalah

suatu

kebenaran yang diwahyukan dari Tuhan melalui para


Nabi. Kebenaran ini harus diterima dan diyakini oleh
pengikut-pengikut

agama

yang

bersangkutan,

terlepas dari apakah kebenaran tersebut rasional atau


tidak.
g) Kebenaran secara intuitif
Kebenaran secara intuitif diperoleh manusia
cepat sekali melalui proses diluar kesadaran dan
tanpa

melalui

proses

penalaran

atu

berpikir.

Kebenaran yang diperoleh melalui intuitif sukar


dipercaya karena kebenaran ini tidak menggunakan
cara-cara yang rasional dan sistematis. Kebenaran ini

16

diperoleh seseorang hanya berdasarkan intuisi atau


suara hati atau bisikan hati saja.
h) Melalui jalan pikiran
Sejalan dengan perkembangan kebudayaan umat
manusia, cara berfikir umat manusia pun ikut
berkembang.
menggunakan

Dari

sini

manusia

penalarannya

pengetahuannya.

Dengan

telah

dalam
kata

mampu

memperoleh
lain,

dalam

memperoleh kebenaran pengetahuan manusia telah


menggunakan jalan pikirannya, baik melalui induksi
maupun deduksi.
i) Induksi
Induksi adalah proses penarikan kesimpulan yang
dimulai

dari

pernyataan-pernyataan

pernyataan yang

khusus

ke

bersifat umum. Proses berpikir

induksi berasal dari hasil pengamatan indra atau halhal yang nyata, maka dapat dikatakan bahwa induksi
beranjak dari hal-hal yang konkret kepada hal-hal
yang abstrak.
j) Deduksi

17

Deduksi adalah pembuatan kesimpulan dari


pernyataan-pernyataan

yang

umum

ke

khusus.

Aristoteles (384-322 SM) mengembangkan cara


berpikir deduksi ini ke dalam suatu cara yang disebut
silogisme.

Silogisme

merupakan

suatu

bentuk

deduksi berlaku bahwa sesuatu yang dianggap benar


secara umum pada kelas tertentu, berlaku juga
kebenarannya pada semua peristiwa yang terjadi
pada setiap yang termasuk dalam kelas itu.
2) Cara ilmiah dalam memperoleh pengetahuan
Cara

baru

dan

modern

dalam

memperoleh

pengetahuan pada dewasa ini lebih sistematis, logis dan


ilmiah. Cara ini disebut metode penelitian ilmiah atau
lebih populer disebut metodologi penelitian (research
methodology). Cara ini mula-mula dikembangakan oleh
Bacon (1561-1626). Ia mengatakan bahwa dalam
memperoleh kesimpulan dilakukan dengan mengadakan
observasi

langsung,

membuat

pencatatan-pencatan

terhadap semua fakta yang berhubungan dengan objek

18

yang diamati. Pencatatan ini mencakup tiga hal pokok,


yakni :
a) Segala sesuatu yang positif, yakni gejala tertentu
yang muncul pada saat dilakukan pengamatan.
b) Segala sesuatu yang negatif, yakni gejala tertentu
yang tidak muncul pada saat dilakukan pengamatan.
c) Gejala-gejala yang muncul secara bervariasi, yaitu
gejala-gejala

yang

berubah-ubah

pada

kondisi

tertentu.
d. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan
1) Faktor Internal
a) Pendidikan
Pendidikan
informasi.

diperlukan

Misalnya

hal-hal

untuk
yang

mendapatkan
menunjang

kesehatan sehingga dapat meningkatkan kualitas


hidup. Menurut Mantra yang dikutip Notoatmodjo
(2003), pendidikan dapat mempengaruhi seseorang
termasuk juga perilaku seseorang akan pola hidup
terutama dalam memotivasi untuk berperan serta
dalam pembangunan. Pada umumnya makin tinggi
pendidikan seseorang makin mudah mendapatkan
informasi.
b) Pekerjaan

19

Menurut Thomas yang dikutip Nursalam (2003),


pekerjaan adalah kebutuahan yang harus dilakukan
terutama

untuk

menunjang

kehidupannya

dan

kehidupan keluarganya.
c) Umur
Menurut Elisabeth yang dikutip Nursalam (2003),
usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat
dilahirkan sampai berulang tahun.
2) Faktor eksternal
a) Lingkungan
Menurut Marinner yang dikutip Nursalam (2003),
lingkungan merupakan suatu kondisi yang ada
disekitar

manusia

yang

dapat

mempengaruhi

perkembangan dan perilaku orang atau kelompok.


b) Sosial Budaya
Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat
dapat mempengaruhi dari sikap dalam menerima
informasi
2. Rawat Gabung (rooming-in)
a. Pengertian Rawat Gabung (rooming-in)

20

Rawat

gabung

(rooming-in)

adalah

suatu

cara

perawatan dimana ibu dan bayi yang baru dilahirkan tidak


dipisahkan, melainkan ditempatkan dalam sebuah ruangan
kamar atau tempat bersama-sama selama 24 jam penuh
dalam seharinya (Rukyiah,2010).
Menurut (Winabyo,2010) rawat gabung (rooming-in)
adalah suatu sistem perawatan dimana bayi serta ibu dirawat
dalam satu unit. Dalam pelaksanaannya bayi harus selalu
berada di samping ibu sejak setelah di lahirkan sampai
pulang.
Rawat gabung (rooming-in) dapat bersifat Kontinu
(dengan bayi tetap berada disamping ibunya terus menerus)
atau bersifat intermiten (dimana bayi sewaktu-waktu ingin
menyusui, atau atas permintaan ibunya dapat dibawa kepada
ibunya).
b. Tujuan Rawat Gabung (rooming-in)
Tujuan rawat gabung (rooming-in) adalah agar ibu
dapat

menyusui

bayinya

sedini

mungkin

kapan

saja

dibutuhkan, ibu dapat melihat dan memahai cara perawatan


bayi yang benar seperti yang dilakukan oleh petugas, ibu
mempunyai pengalaman dalam merawat bayinya sendiri
selagi ibu masih dirumah sakit dan ibu memperoleh bekal
keterampilan merawat bayi serta menjalankannya setelah

21

pulang dari rumah sakit. Rawat gabung (rooming-in) juga


memungkinkan suami dan keluarga dapat terlibat secara aktif
untuk mendukung dan membantu ibu dalam menyusui dan
merawat bayinya secara baik dan benar, selain itu ibu
mendapatkan kehangantan emosional karena ibu selalu dapat
kontak dengan buah hati yang sangat dicintainya, demikina
sebaliknya bayi dengan ibunya (Mappiwali,2008)
Menurut (Winabyo,2010).ada beberapa tujuan dari
rawat gabung (rooming-in) diantarnya :
1) Bantuan emosional
Setelah menunggu selama sembilan bulan dan setelah
lelah dalam proses persalinan si ibu akan sangat senang
dan bahagia bila dekat dengan bayinya. Ibu dapat
membelai

dan

mendengar

tangisan

dari

bayinya.

Hubungan ibu dan bayi ini sangat penting ditumbuhkan


pada

saat-saat

awal

dan

bayi

akan

memperoleh

kehangatan tubuh ibu, kelembutan dan kasih sayangnya


(bonding effect).
2) Penggunaan ASI
Dari segala sudut pertimbangan maka ASI adalah
makanan terbaik bagi bayi. Produksi ASI akan semakin

22

cepat dan banyak bila menyusui dilakukan sesegera dan


sesering mungkin.
3) Pencegahan infeksi
Pada

perawatan bayi yang terpisah maka kejadian

infeksi silang akan sulit dicegah. Dengan melakukan rawat


gabung (rooming-in) maka infeksi silang dapat dihindari.
4) Pendidikan kesehatan
Pada saat melaksanakan rawat gabung (rooming-in)
dapat

dimanfaatkan

untuk

memberikan

pendidikan

kesehatan kepada ibu, terutama primipara. Bagaimana


teknik menyusui, memandikan bayi, perawatan tali pusat,
perawatan payudara dan nasihat makanan yang baik,
merupakan bahan-bahan yang diperlukan si ibu. Keinginan
untuk bangun dari tempat tidur, menggendong bayi dan
merawat diri akan mempercepat mobilisaasi, sehingga si
ibu akan lebih cepat pulih dari persalinan
c. Manfaat Rawat Gabung (rooming-in)

23

Menurut (Vivian,2010) manfaat yang bisa didapatkan


dalam melakukan rawat gabung (rooming-in) adalah sebagai
berikut :
1) Fisik
Bila ibu dekat bayinya, maka ibu akan mudah untuk
melakukan perawatan sendiri. Dengan perawatan sendiri
dan

pemberian

ASI

sedini

mungkin,

maka

akan

mengurangi kemungkinan terjadinya infeksi silang dari


pasien lain atau petugas kesehatan.
2) Fisiologis
Bila ibu dekat dengan bayinya, maka bayi akan segera
disusui

dan

frekuensinya

lebih

sering.

Proses

ini

merupakan proses fisiologis yang alami, dimana bayi


mendapat nutrisi alami yang paling sesuai dan baik.
3) Psikologis
Dari segi psikologis akan terjalin proses lekat akibat
sentuhan badan antara ibu dan bayi. Hal tersebut akan
berpengaruh besar terhadap pertumbuhan psikologis bayi.
Selain itu, kehangatan tubuh ibu merupakan stimulasi
mental yang mutlak dibutuhkan oleh bayi.
4) Edukatif

24

Ibu akan mempunnyai pengalaman yang berguna


sehingga mampu menyusui serta merawat bayinya bila
pulang dari rumah sakit. Selama di RS akan melihat,
belajar,

dan

mendapat

bimbingan

mengenai

cara

menyusui secara benar, cara merawat payudara, tali


pusat, memandikan bayi, dan sebagainya. Keterampilan ini
diharapakan dapat menjadi modal bagi ibu untuk merawat
bayi dan dirinya sendiri setelah pulang dari rumah sakit,
5) Ekonomi
Pemberian ASI dapat dilakukan sedini mungkin. Bagi
rumah sakit, terutama pada RS pemerintah, hal tersebut
merupakan

suatu

penghematan

terhadap

anggaran

pengeluaran untuk pembelian susu formula, botol susu,


dot, serta peralatan lainnya yang dibutuhkan. Beban
perawat menjadi lebih ringan karena ibu berperan besar
dalam merawat bayinya sendiri sehingga waktu luang
dapat dimanfaatkan untuk kegiatan lain.
6) Medis
Secara

medis,

pelaksanaan

rawat

gabung

dapat

menurunkan terjadinya infeksi nosokomial pada bayi, serta

25

menurunkan angka morbiditas dan mortalitas ibu mau pun


bayinya.
d. Syarat dilakukannya rawat gabung (rooming-in) bagi ibu
dan bayinya
Bayi dan ibunya yang dapat dirawat gabung harus
memenuhi syarat atau kriteria antara lain : usia kehamilan >34
minggu dan berat lahir >1800 gram (berarti refleks menelan
dan menghisapnya sudah membaik), nilai APGAR pada lima
menit pertama minimal 7, tidak ada kelainan kongenital yang
memerlukan perawatan khusus, tidak ada trauma lahir atau
morbiditas lain yang berat, dan bayi yang lahir dengan sectio
caesarea yang menggunakan pembiusan setelah operasi
selesai. Apabila pembiusan secara spinal, bayi dapat segera
disusui. Apabila ibu masih mendapatkan terapi infus, bayi
tetap dapat disusui dengan bantuan petugas, dan ibu dalam
keadaan sehat (Prawiroharjo,2008).
e. Kontraindikasi rawat gabung (rooming-in)
Kegiatan rawat gabung dimulai sejak ibu bersalin
dikamar bersalin dan diruang perawatan pasca persalinan.
Akan tetapi tidak semua bayi atau ibu dapat segera dirawat
gabung. Ibu yang tidak dapat melaksanakan rawat gabung

26

adalah ibu dengan kelainan jantung yang ditakutkan menjadi


gagal jantung, ibu dengan preklamsia dan eklamsia berat, ibu
dengan penyakit akut yang berat, ibu dengan karsinoma
payudara, dan ibu dengan psikosis. Sedangkan bayi yang
tidak dapat melaksanakan rawat gabung adalah bayi dengan
berat lahir sangat rendah, bayi dengan kelainan kongenital
yang berat, bayi yang memerlukan observasi atau terapi
khusus (bayi kejang, sakit berat) (Prawiroharjo,2008).
f. Keuntungan dan dari pelaksanaan rawat gabung
(rooming-in).
Menurut Ida Bagus (2007) dalam pelaksanaan rawat
gabung (rooming-in) ada beberapa keuntungan yang didapat
oleh ibu dan bayinya rawat antara lain :

1) Bagi ibu
a) Aspek emosi dan psikologis
Dapat melampiaskan kasih sayang lansung pada
bayi dan dapat membangun hubungan emosi dan
psikologis.
b) Memberikan Asi On Demand
Sesuai dengan keinginan bayi dan merupan
haknya, memberikan ASI dan mempercepat involusi
uterus dan organ lainnya, mengurangi kemungkinan
karsinoma mamae, ASI telah disiapkan untuk dapat

27

diberikan antara 6-24 bulan, at biologis dalam ASI


dapat mengurangi infeksi.
c) Pendidikan kesehatan
Ibu primipara akan mendapat pendidikan untuk
memelihara bayinya dengan benar, hal praktis
diantaranya : memandikan bayi, menyusui bayi,
menggantikan popoknya, membersihkan tinja,
menggendong bayi dan lain-lain.
2) Bagi bayi
Rawat gabung (rooming-in) bagi bayi sangat
menguntungkan diantaranya : Tidak terlalu banyak
kehilangan panas tubuhnya, mendapatkan ASI on demand
dan ekslusif.
3. Air Susu Ibu (ASI)
a. Pengertian ASI
Air Susu Ibu (ASI) adala cairan putih yang merupakan
emulsi lemak dan larutan protein, laktosa dan garam-garam
organik yang dikeluarkan oleh kelenjar mamae pada manusia.
ASI merupakan makanan satu-satunya yang alami dan
berasal dari tubuh yang hidup, disediakan bagi bayi sejak lahit
hingga berusia sua tahun atau lebih (Siregar,2006).
ASI adalah salah satu makan yang mencukupi seluruh
unsur kebutuhan bayi baik fisik, psikologis, sosial, maupun
spiritual. ASI mengandung nutrisi, hormon, unsur kekebalan

28

pertumbuhan, anti alergi serta anti inflamasi. Nutrisi dalam ASI


mencakup hampir 200 unsur zat makanan (Hubertin,2007)
b. Komposisi ASI
ASI yang pertama kali keluar disebut fore milk dan
selanjutnya disebut hind milk. Fore milk merupakan ASI awal
yang banyak mengandung air, sedangkan hind milk lebih
banyak mengandung karbohidrat dan lemak (Roesli,2002).
Pernyataan ini juga didukung oleh Suraatmaja (1997) bahwa
komposisi ASI tidak konstan dan tidak sma dari waktu ke
waktu karena komposisi dipengaruhi oleh stadium laktasi, ras,
diit ibu, dan keadaan gizi.
Ada berbagai macam kandungan yang terdapat di dalam
ASI, kandungan-kandungan tersebut adalah : :
1) Kolostrum
Kolostrum adalah ASI yang keluar pada hari pertama
dan kedua setelah melahirkan, berwarna kekuningkuningan dan lebih kental, lebih banyak mengandung
protein dan vitamin berfungsi untuk melindungi bayi dan
penyakit infeksi.
2) Karbohidrat
Laktosa adalah

karbohidrat

utama

dalam

ASI

berfungsi sebagai salah satu sumber untuk otak.


Jumlahnya meningkat terutama pada ASI transisi (7-14
hari setelah melahirkan) (Badriul.2008).
3) Protein

29

Protein berguna untuk pembentukan sel pada bayi


yang baru lahir. Kandungan protein dalam ASI cukup
tinggi dan komposisinya berbeda dengan protein yang
berada pada susu formula. Protein dalam ASI lebih bisa
diserap oleh usus bayi dibandingkan dengan susu
formula (Badriul,2008).
4) Taurin
Taurin adalah suatu bentuk zat putih telur yang hanya
terdapat pada ASI. Taurin berfungsi sebagai neuro
transmitter dan berperan penting pada proses maturasi
sel otak
5) Lemak
Lemak berfungsi untuk pertumbuhan otak bayi.
Kandungan lemak dalam ASI adalah sekitar 70-78%.
6) Mineral
Zat besi dan kalsium dalam ASI merupakan mineral
dan jumlahnya tidak terlalu banyak pada ASI. Mineral ini
berfungsi sebagai pembentukan dan pembuatan darah
serta pembentukan tulang (Soetjiningsih,1997).
7) Vitamin
a) Vitamin K dibutuhkan sebagai salah satu zat gizi
yang berfungsi sebagai faktor pembekuan.
b) Vitamin D berfungsi untuk pemebntukan tulang bayi
baru lahir. Vitamin D juga berasal dari
matahari.

sinar

30

c) Vitamin E berfungsi untuk ketahanan dinding sel


darah merah.
d) Vitamin A berfungsi untuk kesehatan mata, selain itu
untuk mendukung pembelahan sel, kekebalan tubuh
dan pertumbuhan.
e) Vitamin B, asam folat, Vitamin C adalah vitamin yang
larut

dalam

air

dan

terdapat

dalam

ASI

(Badriul,2002).
8) Zat kekebalan
Zat kekebalan terhadap beragam mikro-organisme
yang diperoleh bayi baru lahir dari ibunya melalui
plasenta, yang membantu melindungi bayi dari serangan
penyakit.
c. Fisisologi Laktasi
Laktasi atau menyusui merupakan proses yang cukup
kompleks. Laktasi atau menyusui mempunyai dua pengertian
yaitu produksi (pembuatan dan pengeluaran ASI (Ariani,2010).
1) Produksi (pembuatan) ASI
Produksi ASI adalah hasil dari perangsangan payudara
oleh hormon prolaktin. Hormon ini dihasilkan oleh kelenjar
hipofise anterior yang ada dan berada didasar otak. Bila
bayi menghisap ASI maka ASI akan dikeluarkan dari
gudang

ASI

yang

disebut

sinus

laktiferus.

Proses

pengisapan akan merangsang ujung saraf disekitar


payudara untuk membawa pesan kekelenjar hipofise

31

anterior untuk memproduksi hormon prolaktin. Prolaktin


kemudian akan dialirkan ke payudara untuk merangsang
pembuatan ASI. Refleks ini disebut refleks pembentukan
ASI atau refleks prolaktin (Novak & Broom,1999).
2) Pengeluaran ASI
Pengeluaran air susu dari payudara adalah faktor
penting dalam kelanjutan produksinya, terdapat bahan
kimia dalam ASI yang dirancang untuk menghentikan
produksi ASI jika tidak digunakan, jika ASI yang sudah
diproduksi tidak diisap atau dikuarkan dari payudara dalam
waktu yang lama, bahan kimia(penghambat) atau inhibitor
autokrin ini akan menghentikan sel-sel pembuat ASI
membuat ASI.
Bayi yang sudah berusia lebih dari 6 bulan dan akan
diberikan makanan tambahan, refleks prolktin akan
berhenti, sekresi ASI pun akan berhenti. Alveoli akan
meluruh, kemudian seiring siklus menstruasi alveoli akan
terbentuk kembali. Mekanisme ini mencegah penuhnya
payudara yang diperlukan ketika bayi berhenti menyusu
atau tidak menyusu sama sekali.
d. Hormon dan Refleks Menyusui
ASI diproduksi atas hasil kerja gabungan antara hormon
dan refleks. Selama kehamilan, perubahan pada hormon

32

berfungsi mempersiapkan jaringan kelenjar susu untuk


memproduksi ASI. Segera setelah melahirkan, bahkan mulai
pada usia kehamilan 6 bulan akan terjadi perubahan pada
hormon yang menyebabkan payudara mulai memproduksi
ASI. Pada waktu bayi mulai menghisap ASI, akan terjadi daua
refleks pada ibu yang akan menyebabkan ASI keluar pada
saat yang tepat dan jumlah yang tepat pula (Bobak,2005), dua
refleks tersebut adalah :
1) Refleks prolaktin
Refleks pembentukan atau produksi ASI. Rangsangan
isapan bayi melalui serabut syaraf akan memacu hipofise
anterior untuk mengeluarkan hormon prolaktin kedalam
aliran darah. Prolaktin memacu sel kelenjar untuk sekresi
ASI. Makin sering bayi menghisap makin banyak prolaktin
dilepas oleh hipofise, makin banyak pula ASI yang
diproduksi oleh sel kelenjar sehingga makin sering isapan
bayi, makin banyak produksi ASI , sebaliknya berkurang
isapan bayi, menyebankan produksi ASI berkurang.
Mekanisme ini disebut mekanisme supply

and

demand. Efek lain dari prolaktin yang juga penting adalah


menekan fungsi indung telur (ovarium). Efek penekanan ini
pada

ibu

yang

menyusui

secara

ekslusif

adalah

33

memperlambat kembalinya fungsi kesuburan dan haid.


Dengan kata lain, memberikan ASI ekslusif pada bayi
dapat menunda kehamilan.
2) Refleks oksitosin
Refleks pengaliran atau pelepasn ASI (let down reflex)
setelah diproduksi oleh sumber pembuat susu, ASI akan
dikeluarkan dari sumber pembuat susu dan dialirkan
kesaluran susu. Pengeluaran susu ini terjadi karena sel
otot halus di sekitar kelenjar payudara mengerut sehingga
memeras ASI

untuk keluar. Penyebab otot-otot itu

mengerut adalah suatu hormon yang dikatakan oksitosin.


Rangasangan isapan bayi melalui serabut syaraf
memacu hipofise anterior untuk melepas hormon oksitosin
dalam darah. Oksitosin memacu sel-sel myoephitel yang
mengelilingi alveoli dan dukstus untuk berkontraksi ,
sehinggga menghasilkan ASI dari alveoli ke duktus menuju
sinus dan puting. Dengan demikian sering menyusui
penting untuk pengosongan payudara agar tidak terjadi
engorgement (payudara bengkak), tetapi justru malah
memperlancar pengaliran ASI.
Selain itu oksitosin juga berperan umtuk memacu
kontraksi otot rahim, sehingga mempercepat keluarnya
plasenta dan mengurangi perdarahan setelah persalinan.

34

Hal penting bahwa bayi tidak akan mendapat ASI cukup


bila hanya mengandalkan refleks pembentukan ASI atau
refleks prolaktin saja. Ia harus dibantu oleh refleks
oksitosin. Bila refleks ini tidak bekerja, maka bayi tidak
akan mendapatkan ASI yang memadai, walaupun produksi
ASI cukup.
Refleks oksitosin lebih rumit dibanding refleks prolaktin.
Perasaan, pikiran dan sensasi seorang ibu akan sangat
mempengaruhi
meningkatkan

refleks
dan

juga

ini.

Perasaan

menghambat

ibu

dapat

pengeluaran

oksitosin. Hormon ini akan menyebabkan sel-sel otot yang


mengelilingi

saluran

pembuat

susu

mengerut

atau

berkontraksi sehingga ASI terdorong keluar dari saluran


produksi ASI dan mengalir siap untuk dihisap oleh bayi.
Selain hormon pada ibu dalam proses laktasi, pada bayi
pun ada 3 macam refleks pada proses tersebut, yaitu :
1) Rooting refleks, yaitu refleks mencari puting bila pipi
bayi disentuh, ia akan menoleh ke arah sentuhan. Bila
bibir bayi disentuh ia akan membuka mulut dan
berusaha untuk mencari puting untuk menyusu. Lidah
akan keluar dan melengkung menangkap areola dan
puting.

35

2) Suckling refleks, yaitu refleks menghisap, refleks ini


terjadi karena rangsanga puting pada palatum durum
bayi bila areola masuk kedalam mulut bayi. Areola dan
puting akan tertekan gusi, lidah dan langit-langit,
sehingga menekan sinus laktiferus yang berada di
bawah areola, selanjutnya terjadi pergerakan peristaltik
yang mengalirkan ASI kekuar atau kemulut bayi.
3) Swallowing reflek, yaitu refleks menelan ASI dalam
mulut bayi menyebabkan gerakan otot menelan. Pada
bulan-bulan terakhir kehamilan sering ada sekresi
kolostrum pada payudara ibu hamil. Setelah persalinan
apabila

bayi

mulai

menghisap

payudara,

maka

produksi ASI akan bertambah secara cepat.


e. Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ASI
Faktor yang mempengaruhi produksi ASI dibagi menjadi
dua faktor yaitu fatror ibu da faktor bayi :
1) Faktor bayi
a) Faktor fisik dan kesehatan bayi
Faktor fisik dan kesehatan

bayi

yang

mempengaruhi produksi ASI adalah kurangnya usia


gestasi bayi saat dilahirkan, sehingga mempengaruhi
refleks isap bayi. Selain itu kondisi kesehatan bayi
seperti kurangnya kemampuan bayi untuk menghisap

36

ASI secara efektif antara lain : akibat dari struktur mulut


dan

rahang

yang

kurang

baik,

bibir

sumbing,

metabolisme atau pencernaan bayi, sehingga tidak


dapat mencerna ASI, dan
menyusui

dapat

semakin sering bayi

memperlancar

produksi

ASI

(Biancuzzo,2000).
b) Tingkah laku bayi
Tingkah laku pada bayi dapat mempengaruhi
produksi ASI pada ibu. Bayi yang terpapar oleh obat
anastesia dari ibu melalui plasenta akan tertidur, bayi
yang tertidur tidak akan menyusu pada ibunya
sehingga tidak terjadi isapan pada payudara yag
merangsang hormon prolaktin dan oksitoksin untuk
menstimulus produksi ASI (Hockenberry,2009).
2) Faktor ibu
Faktor ibu yang mempengaruhi prodksi asi dibagi
menjadi 3 yaitu : faktor fisik ibu, faktor psikologis dan sosial
budaya.
a) Faktor fisik ibu
Faktor fisik ibu yang mempengaruhi produksi ASI
adalah adanya kelainan endokrin pada ibu, dan
jaringan

payudara

hipoplastik.

Faktor

lain

yang

37

mempengaruhi produksi ASI adalah usia ibu, ibu-ibu


yang usianya lebih muda atau kurang dari 35 tahun
lebih banyak memproduksi ASI dibandingkan ibu yang
lebih tua (Biancuzzo,2000).
produksi ASI juga dipengaruhi oleh nutrisi ibu dan
asupan cairan ibu. Ibu yang menyusui membutuhkan
300-500 kalori tambahan selama masa menyusui
(Lowdermilk,2006). asupan yang kurang dari 1500
kalori perhari dapat mempengaruhi produksi ASI
(king.2003). asupan cairan yang cukup adalah 2000
ml/cc perhari atau kurang lebih 8 gelas perhari dapat
menjaga produksi ASI ibu (Pilitteri,2003).
b) Faktor psikologis
Faktor psiskologis yang mempengaruhi produksi
ASI adalah ibu yang berada dalam keadaan stres,
kacau ,marah dan sedih, kurangnya perhatian dan
dukungan

keluarga

serta

pasangan

kepada

ibu

(Lawrence.2004). selain itu ibu juga khawatir bahwa


ASInya tidak mencukupi untuk kebutuhan bayinya serta
adanya perubahan pada maternal attainment, terutama
pada ibu-ibu yang baru pertama kali mempunyai bayi
aau primipara (Mercer.2004). ibu-ibu dengan depresi

38

postpartum juga dapat mempengaruhi produksi ASI


(ILLCA,2008).
c) Faktor sosial budaya
Adanya mitos

serta

persepsi

yang

salah

mengenai ASI dan media yang memasarkan susu


formula,

serta

kurangnya

dukungan

masyarakan

menjadi hal-hal yang dapat mempengaruhi produksi


ASI (Afiyanti,2006)
f. Faktor lain yang mempengaruhi produksi ASI
a) Inisiasi menyusui dini (IMD)
Inisiasi menyusui dini (IMD) adalah proses alami pada
bayi

untuk

menyusu,

yaitu

dengan

memberikan

kesempatan pada bayi untuk mencari dan menghisap ASI


sendiri dalam satu hingga dua jam pertama masa
kehidupan (Pilitteri,2003).
b) Ferkuensi menyusui
Kebiasaan menyusui setiap dua hingga tiga jam
menjaga produksi ASI tetap tinggi. Hal ini juga didukung
jika ibu melakukan pendekatan yang benar, sehingga
pengeluaran ASI menjadi efektif (Gartner,2005). rata-rata
bayi baru lahir menyusui adalah 10-12 kali menyusui
setiap

24

jam,

atau

(Lawrence,2004)
c) Lamanya menyususi

kadang

lebih

dari

18

jam

39

Bayi yang sehat dapa mengosongkan satu payudara


sekitar 5 7 menit dan ASI dalam lambung bayi akan
kosong dalam waktu 2 jam (Suradi,2004).
g. Penilaian produksi ASI
Produksi ASI merujuk pada volume ASI yag dikeluarkan
oleh payudara. ASI yang di produksi di simpan di gudang ASI.
Selanjutnya ASI dikeluarkan dari payudara kemudian dialirkan
ke bayi, banyaknya ASI yang dikeluarkan oleh payudara dan
diminum oleh bayi, diasumsikan sama dengan produksi ASI
(Lawrence,2004).
Penilaian terhadap produksi ASI dapat menggunakan
beberapa kriteria sebagai acuan untuk mengetahui keluarnya
ASI dan jumlahnya mencukupi bagi bayi pada 2 - 3 hari
pertama kelahiran, diantaranya adalah sebelum disusui
payudara ibu terasa tegang, ASI yang bayak dapat keluar dari
puting dengan sendirinya, ASI yang kurang dapat dilihat saat
stimulasi pengeluaran ASI, ASI hanya sedikit yang keluar, bayi
baru lahir yang cukup mendapatkan ASI maka BAK-nya
selama 24 jam sebanyak 6-8 kali, warna urine kuning jernih,
ibu dapat mendengar suara menelan yang kecil sewaktu bayi
menelan ASI, ibu dapat merasakan rasa geli karena aliran
ASI setiap bayi mulai menyusu, jika ASI cukup selama

40

menyusu maka bayi akan tertidur atau tenang sebanyak 2-3


jam, paling sedikit bayi menyusu 8-10 kali dalam 24jam, dan
sebaliknya. (Bobak , Perry & Lowdermilk,2005).
Indikator lain untuk melihat bahwa produksi ASI
mencukupi bagi bayi adalah karakteristik dari BAB bayi. Pada
24 jam pertama bayi mengeluarkan BAB berwarna hijau
pekat,

kental

dan

lengket,

yang

dinamakan

dengan

mekonium. BAB ini berasal dari saluran pencernaan bayi,


serta cairan amnion (ketuban) (Hockenberry,2009).
Pola eliminasi bayi tergantung pada intake yang bayi
dapatkan, bayi yang meminum ASI umumnya BAK-nya 2-5
kali perhari. BAB yang dihasilkan adalah warna kuning
keemasan, tidak terlalu encer dan tidak terlalu pekat ,
sedangkan bayi yang mendapatkan susu formula , umumnya
pola BAK-nya hanya 1 kali perhari , dan BAB-nya berwarna
putih pucat (Matteson,2001)

4. Pasca Partus (pasca salin)


1) Pengertian Pasca Partus
Pasca partus sering disebut masa nifas (puerperium)
adalah masa pulih kembali seperti sebelum hamil, mulai dari
persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti
semula atau sebelum hamil dan lama masa nifas yaitu 6-8

41

minggu(Mochtar,1998)., (Bobak,2004) menyatakan bahwa


periode pasca partus adalah enam minggu sejak bayi baru
lahir sampai organ-organ reproduksi kembali ke keadaan
sebelum hamil.
2) Adaptasi Fisiologis Pasca Partus
Perubahan fisiologis yang

terjadi

sangat

jelas,

walaupun dianggap normal. Dimana proses-proses pada


kehamilan berjalan terbalik. Perubahan-perubahan fisiologis
yang terjadi antara lain (Bobak,2004) :
a) Sistem Reproduksi
Uterus akan mengalami suatu proses kembali ke
keaadaan sebelum hamil setelaj melahirkan yang disebut
involusi. Proses ini dimulai segera seteah plasenta keluar
akibat kontraksi otot-otot polos. Uterus yang pada waktu
hamil penuh beratnya 11 kali sebelum hamil, berinvolusi
kira-kira menjadi 500 gram dalam satu minggu setelah
melahirkan dan berada didalam panggul sejati lagi.
Serviks

menjadi

lunak

segera

setelah

ibu

melahirkan (18 jam pasca partus), serviks memendek dan


konsistensinya menjadi lebih padat dan kembali kebentuk
semula.

42

Estrogen pasca partus yang menurun berperan


dalam penipisan mukosa vagina. Vagina yang semula
sangat terenggan akan kembali secara bertahap ke
ukuran sebelum kamil, 6-8 minggu setelah bayi lahir.
Apabila wanita memilih tidak menyusui dan tidak
menggunakan obat antilaktogenik. kadar prolaktin akan
turun dengan cepat. Sekresi dan eksresi colostrum
menetap selama beberapa hari pertama setelah wanita
melahirkan.
Ibu yang menyusui ketika laktasi terbentuk, teraba
suatu massa atau benjolan tetapi kantong susu yang
terisi berubah posisi dari hari ke hari. Sebelum laktasi
dimulai, payudara teraba lunak dan sesuatu cairan
kekuningan, yakni coclostrum dikeluarkan dari payudara.
3) Adaptasi Psikologis Pasca Partus
Periode pasca salin menggambarkan suatu waktu stres
emosional bagi baru dan menjadi lebih sulit dengan
perubahan fisiologis besar yang terjadi. Adaptasi psikologis
setelah melahirkan menurut (Maryuni,2009) mengatakan
bahwa ibu akan melelui fase-fase sebagai berukut :
a) Fase Taking-In

43

Fase ini merupakan periode ketergantungan dimana


ibu mengharapkan segala kebutuhannya dipenuhi oleh
orang lain. Fase ini berlangsung 1-2 hari setelah
melahirkan. Ibu biasanya lebih mudah tersinggung dan
cenderung

bersifat

pasih

terhadap

lingkungannya

disebabkan faktor kelelahan : energi difokuskan pada


perhatian

tubunya.

Ibu

sering

mengulang

kembali

pengalaman persalinan dan melahirkan.


b) Fase Taking-Hold
Fase ini berlangsung 3-10 hari setelah melahirkan
ibu menaruh perhatian kepada kemampuannya untuk
menjadi

orang

tua

yang

berhasil

dan

menerima

peningkatan tanggung jawab terhadap bayinya.


Ibu berfokus pada pengembalian kontrol terhadap
fungsi tubuhnya, fungsi usus, perubahan berkemih,
kekuatan dan daya tahan. Ibu juga berusaha untuk
terampil dalam perawatan bayi baru lahir

(misalnya :

memeluk, menyusui ASI atau dengan botol, memendikan


atau menggati popok).
c) Fase Letting-Go
Fase ini umumnya terjadi setelah ibu baru kembali
kerumah, ibu sudah menerima tanggung jawabnya unruk

44

merawat

bayinya

dan

ibu

sudah

harus

mampu

beradaptasi terhadap kebutuhan ketergantungan bayinya


dan

beradaptasi

terhadap

penurunan

anatomi,

kemandirian, dan interaksi sosial.

5. Kerangka teori penelitian


Faktor yang
mempengaruhi
pengetahuan
(internal) :
-

Faktor yang
mempengaruhi produksi
ASI (faktor bayi) :

Pendidikan
Pekerjaan
Umur

Pengetahuan ibu
tentang rawat gabung
(rooming-in)

Faktor yang
mempengaruhi
pengetahuan
(eksternal) :
-

Lingkungan
Sosial budaya

Faktor yang
mempengaruhi produksi
ASI (faktor ibu) :
Bagan 2.1
Kerangka teori penelitian -

6. Kerangka konsep penelitian


-

Fisik dan
kesehatan bayi
Tingkah laku
bayi
PRODUKSI ASI

Fisik ibu
Psikologis ibu
Sosial budaya

45

Kerangka konsep ini menggambarkan hubungan antara


rawat gabung (rooming in) dengan produksi ASI dimana, rawat
gabung (rooming in) adalah variabel independent, sedangkan
produksi Asi adalah variabel dependent
Variabel independent

Variabel dependen

Pengetahuan
tentang rawat
gabung (rooming
in ) :
7.

Baik
Bagan 2.2
Kurang Baik
Kerangka konsep penelitian

Hipotesis penelitian
Hipotesis merupakan proporsi keilmuan yang dilandasi
oleh kerangka konseptual penelitian dengan penalaran deduktif
dan merupakan jawaban sementara secara teoritis terhadap
permasalahan yang dihadapi, yang dapat di uji kebenarannya
berdasarkan fakta empiris. Hipotesis penelitian adalah sesuatu
yang biasanya menunjukkan pada hubungan antara dua atau
lebih variabel (Arinkunto.2005).
Berdasarkan bentuk rumusnya hipotesa digolongkan
menjadi dua yaitu, hipotesa kerja (hipotesa alternatif) yang
menyatakan ada hubungan antara variabel A dan B, dan hipotesa
nol (hipotesa statistik) yang meyatakan tidak ada hubungan

46

antara variabel A dan B. Dari kerangka konsep penelitian diatas


maka dapat dirumuskan hipotesa dalam penetitian ini adalah :
1. Ho : Tidak ada hubungan antara pengetahuan tentang
rawat gabung (rooming in) dengan produksi ASI pada
ibu pasca partus.
2. H : Ada hubungan antara pengtahuan tentang rawat
gabung (rooming in) dengan produksi ASI pada ibu
pasca partus

BAB III
METODE PENELITIAN
Metode penelitian adalah sebagai suatu cara untuk memperoleh
kebenaran ilmu pengetahuan atau pemecahan masalah, pada dasarnya
mengunakan metode ailmiah (Notoadmojo,2010).
A. Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian adalah sesuatu yang sangat penting
dalam penelitian memungkinkan pengontrolan maksimal beberapa
faktor yang dapat mempengaruhi akurasi suatu hasil. Dapat digunakan
peneliti sebagai petunjuk dalam perencanaan dan pelaksanaan
penelitian untuk mencapai suatu tujuan penelitian atau menjawab

47

suatupertanyaan penelitian dan merupakan hasil akhir dari suatu tahap


keputusan yang dibuat suatu peneliti berhubungan dengan bagaimana
suatu peneliti bisa diterapkan (Nursalam,2008).
Desain penelitian yang baik dan sesuai sangat membantu untuk
memudahkan

kita

melakukan

suatu

penelitian.

Penelitian

ini

menggunakan desain penelitian Deskriptif Korelasi untuk mengetahui


sejauh mana hubungan variabel yang diteliti. Jenis penelitian ini
menggunakan rancangan cross sectional yaitu penelitian dimana
variabel yang masuk faktor resiko dan variabel efek yang diobservasi
pada waktu yang sama (Notoatmodjo,2005).
Penelitian ini menggambarkan secara sistematis fakta atau
karakteristik populasi atau bidang tertentu, secara faktual dan cermat
untuk mengetahui hubungan pengetahuan tentang rooming-in dengan
produksi ASI pada ibu pasca partus di tuang nifas RSUD.Abdul Wahab
Sjahranie Samarinda.
B. Populasi dan Sampel penelitian
1. Populasi
Menurut Arikunto (2010) populasi adalah keseluruhan subjek
penelitian. Apabila orang ingin meneliti semua elemen yang ada
dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian

48

populasi. Studi penelitian juga disebut studi populasi atau studi


sensus.
Populasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pasien
ibu pasca partus yang rawat gabung (rooming-in) dan dirawat
diruang nifas RSUD. Abdul Wahab Sjahranie pada Desember 2012
sejumlah 97 orang

2. Sampel
Menurut Arikunto (2010) sampel adalah sebagian atau wakil
populasi yang diteliti. Dinamakan penelitian sampel apabila kita
bermaksud untuk menggeneralisasikan hasil penelitian sampel.
Pada penelitian ini teknik sampling yang digunakan adalah
dengan non random sampling dengan metode purposive sampling
yaitu pengambilan sampel dengan cara memilih sampel diantara
populasi yang sesuai dengan yang dikehendaki oleh peneliti,
karena peneliti ingin mengambil sampel dari semua ibu pasca
partus yang rawat gabung (rooming-in) dan dirawat di Ruang Nifas
RSUD. Abdul Wahab Sjahranie sesuai dengan kriteria inklusi dan

49

ekslusi yang telah ditetapkan penelit. Kriteria sampel dapat


dibedakan menjadi dua yaitu :
a. Kriteria Inklusi
Adalah karakteristik umum subjek penelitian dari suatu
proposal

target

yang

terjangkau

yang

akan

diteliti

(Riyanto.2011). Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah :


1) Ibu pasca partus yang bersedia menjadi responden
2) Ibu pasca partus yang rawat gabung (rooming-in) dan
dirawat di Ruang Nifas RSUD. AWS Samarinda
b. Kriteria Ekslusi
1) Ibu pasca partus yang tidak ingin menjadi dan menolak
menjadi responden
2) Ibu pasca partus yang tidak rawat gabung (rooming-in) dan
dirawat di Ruang Nifas RSUD. AWS Samarinda
Adapun

penentuan

besar

sampel

ditentukan

mengemukakan rumus Slovin sebagai berikut :

n=

N
2
1+ N ( d )

Keterangan :
n

: Jumlah sampel

dengan

50

: Jumlah populasi

: Tingkat kepercayaan/ketepatan yang diinginkan


d = (0,10).

Sehingga melalui rumus diatas dapat dihitung :


n=

n=

97
2
1+97 ( 0,1 )

97
1+0,97

97
=49,23
1,97

Jadi besar sampel dalam penelitian ini adalah sebesar


49,23 atau apabila dibulatkan n = 49, sehingga didapatkan
jumlah sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini
adalah sebanyak 49 responden.
C. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan selama kurang lebih 1 bulan terhitung
pada bulan April 2014 di Ruang Nifas RSUD. Abdul Wahab Sjahranie,

51

karena didapatkan banyak kasus tentang apa yang akan diteliti oleh
peneliti.
D. Definisi Operasional
Menurut Notoatmodjo (2010) definisi operasional adalah uraian
tentang batasan variabel yang dimaksud , atau tentang apa yang
diukur oleh variabel yang bersangkutan.
Tabel 3.1. Definisi Operasional
variabel

Definisi Operasional

Pengetah

Dan Parameter
Hasil dari tahu ibu pasca

uan

partus tentang rawat

tentang

gabung (rooming-in)

1. Baik mean
2. Kurang baik

rawat
gabung

Parameter :

rooming-

1. Pengetahuan tentang

in

rooming-in
2. Pengertian rooming-in
3. Manfaat dilakukannya
rooming-in
4. Tujuan rooming-in
5. Syarat dilakukannya
rooming-in
6. Keuntungan dari
rooming-in
7. Kontraindikasi
dilakukannya roomingin

Cara
Ukur
kuesioner

Hasil Ukur

Skala

Distribusi normal

Ukur
Ordinal

mean
Distribusi tidak
normal :
1. Baik
median
2. Kurang baik
median

52

ASI dan

Perangsangan payudara

Produksi

oleh hormon prolaktin

ASI

Kuesioner

Distribusi normal

Ordinal

:
1. Banyak

Parameter :
1. Pengertian ASI
2. Kandungan ASI
3. Faktor yang
mempengaruhi produksi
ASI
4. Keluarnya ASI tanpa
disadari
5. Payudara terasa tegang
sebelum menyusui
6. BAK bayi 6-8 kali per 24

mean
2. Sedikit
mean
Distribusi tidak
normal :
1. Banyak
median
2. Sedikit
median

jam
7. BAB bayi 3-4 kali per 24
jam
8. Wana feses bayi
kehijauan
9. Warna urine bayi kuning
jernih
10. Bayi akan tidur 3-4 jam
setelah menyusu
11. Bayi menyusu 8-10 kali
per 24 jam
12. Ibu mendengar suara
menelai saat bayi
menyusu
13. Ibu dapat merasakan
geli kita bayi mulai
menyusu

E. Instrumen Penelitian
Menurut Nutoatmodjo (2010) instrumen penelitian adalah alatalat yang digunakan untuk pengumpulan data. Instrumen penelitian ini

53

dapat berupa kuesioner, formulir observasi, formulir-formulir lain yang


berkaitan

dengan

pencatatan

data

sebagainya.

Peneliti

mengumpulkan data dengan cara memberikan kuesioner yang


langsung diisi oleh responden, peneliti terlebih dahulu memberikan
penjelasan kepada responden sebelum mengisi kuesioner yang
diberikan oleh peneliti.
Kuesioner dibuat sendiri oleh peneliti yang diambil dari teori
dan referensi terkait. Kuesioner dibagi menjadi 3 bagian, yaitu :
1. Bagian A
Bagian A berisi tentang karaktersitik responden yang terdiri dari
3 pertanyaan antar lain seperti umur responden, pendidikan
responden,

pekerjaan

responden,

bayi

yang

disusui

anak

keberapa responden.
2. Bagian B
Bagian B berisi tentang pertanyaan pengetahuan tentang rawat
gabung (rooming-in) yang menggunakan skala Guttman, yang
terdiri dari 7 pertanyaan dengan item jawaban ya dan tidak.
3. Bagian C

54

Bagian C berisi tentang pertanyaan tentang ASI dan produksi


ASI yang menggunakan skala Guttman, yang terdiri dari 13
pertanyaan dengan item jawaban
Pengukuran pengetahuan dilakukan dengan memberikan
seperangkat alat tes / kuesioner tentang objek pengetahuan yang mau
diukur , selanjutnya dilakukan penilaian dimana disetiap jawaban
benar dari masing-masing pertanyaan diberi nilai 1 dan jika salah
diberi nilai 0 atau biasa disebut pertanyaan yang bernilai positif
(favourable) , begitu juga sebaliknya dimana setiap jawaban yang
salah deberi nilai 1 dan jika benar diberi nilai 0 yang biasa disebut
pertanyaan negatif (unfavourable) (Notoatmodjo,2003). Kuesioner
terdiri dari 15 pertanyaan , 10 pertanyaan favourable (positif) dan 5
pertanyaan unfavourable (negatif).
F. Uji Validitas dan Reliabilitas
Setelah kuesioner menjadi alat ukur atau alat pengumpulan
data selesai disusun maka dilakukan uji validitas dan reabilitas
direncanakan akan dilakukan pada awal bulan Maret hingga akhir
Maret 2014 di Rumah Sakit Ibu dan Anak Aisyiyah Samarinda dengan
jumlah responden 20 pasien ibu pasca partus normal.
1. Uji valiaditas
Uji Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur
itu benar-benar mengukur apa yang diukur (Notoatmodjo,2010).

55

Perhitungan untuk kuesioner dengan uji validitas dengan rumus


Koefisien korelasi biseral dimana R hitung dikatakan valid apabila
nilai konstanta 0,6 lebih tinggi dari pada R tabel, sebaliknya R
hitung dikatakan tidak valid apabila nilai konstanta 0,6 lebih rendah
dari pada R tabel (Riyanto,2011). Rumus koefisien korelasi biseral
adalah sebagai berikut :
rbis=

( XiXt ) Pi

St
Qi

( )

Keterangan :
R bis (i)
: Koefeisien korelasi biseralantara skor
butir soal i dengan skor total
Xi

: Rata-rata skor total responden yang


menjawab benar butir soal nomor i

Xt
: Rata-rata skor total semua responden
St
: Standar deviasi skor total semua responden
Pi
: Proporsi jawaban benar untuk butir soal nomor i
Qi
: Proporsi jawaban salah untuk butir soal nomor i
2. Uji Reabilitas
Reabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu
alat pengukuran dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hal ini
berarti menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran itu tetap
konsisten atau tetap asas bila dilakukan pengukuran dua kali atau
lebih terhadap gejala yang sama dengan menggunakan alat ukur

56

yang

sama

penelitian

ini

(Notoatmodjo,2010).
menggunakan

Pengujan

rumus

KR

reliabilitas
20

(Kuder

pada
dan

Richhardson) (Arikunto,2006).
k Vt PQ
r 11 =
1
Vt

( )(

Keterangan :
r11
: Reliabilitas Instrumen
k
: Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya
soal
Vt
: Variasi total
p
: Proporsi subjek yang menjawab betul pada
sesuatu butir (proporsi subjek yang mendapat
skor 1)
p
: Banyaknya subjek yang skornya 1
q

n
: Banyaknya subjek yang skornya 1

(q=1p)

G. Teknik Pengumpulan Data


Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada
subjek dan proses pengumpulan karakteristik subjrk yang diperlukan
dalam suatu penelitian (Nursalam,2003). Metode pengumpulan data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah mengumpulkan data
berupa kuesioner. Adapun tahap prosedur penelitian adalah sebagai
berikut :

57

1. Menyampaikan surat permohonan izin kepada Kepala Rumah


Sakit Umum Daerah Abdul Wahab Sjahranie Samarinda dan
Kepala Ruang Mawar untuk melakukan penelitian di Ruang
Mawar RSUD. Abdul Wahan Sjahranie Samarinda.
2. Menemui ibu pasca partus sesuai dengan jumlah sampel yang
dibutuhkan lalu , peneliti meminta izin kepada ibu pasca partus
yang akan menjadi resposnden
3. Menjelaskan kepada ibu calon responden dan bila bersedian
menjadi responden dipersilahkan menandatangani

informed

consent.
4. Responden diminta untuk mengikuti semua arahan yang diberikan
oleh peneliti.
5. Membagikan lembar kuesioner dan menjelaskan tata cara
pengisiannya
6. Setelah selesai peneliti mengumpulkan kuesioner
7. Peneliti melakukan pengumpulan data dengan menggunakan
lembar kuesioner.
H. Teknik Analisis Data
Setelah data terkumpul kemudian dilakukan pengolahan data
dan analisis data dengan tahap-tahap :
1. Pengolahan Data
Data yang terkumpul ddiolah atau dilakukan alanisis setelah
kuesioner diisi lengkap. Analisa data bertujuan mengubah data
menjadi informasi. Kegiatan dalam pengolahan data dilakukan
dengan langkah-langkah sebagai berikut :
a. Editing

58

Editing data adalah penelitian kembali data yang telah


dikumpulkan

dengan

menilai

apakah

data

yang

telah

dikumpulkan tersebut cukup baik atau relevan untuk diproses


atau diolah lebih lanjut (Tika.2005)
b. Coding
Coding adalah usaha pengklasifikasian jawaban dari
para responden menurut macamnya. Dalam melakukan coding
jawaban responden diklasifikasikan dengan menggunakan
kode

tertentu

berupa

angka

(Tika.2005).

Setelah

data

terkumpul dilakukan pengolahan data /analisa data. Kuesioner


ini diberi coding berdasarkan skala Guttman dengan kriteria
jawaban :
1) 0 = Salah (favourabel)
2) 1 = Benar (favourabel)
3) 0 = Benar (unfavourabel)
4) 1 = Salah (unfavourabel)
c. Tabulating
Tabulating adalah proses pentusunan dan analisa data
dalam bentuk tabel. Dengan memasukkan data kedalam tabel,
akan

memudahkan

dalam

melakukan

analisis

dengan

menggunakan komputer. Pembuatan suatu tabel tergantung


pada tujuan penelitian dan hipotesis yang dibuat (Tika.2005).
d. Cleaning
Cleaning adalah pengecekan kembali data yang sudah
dimasukkan untuk menetukan ada atau tidaknya kesalahan
2. Analisa Data

59

Selanjutnya data yang terkumpul melalui kuesioner dianalisa


menggunakan analisa univariat dan bivariat.
e. Analisa Univariat
Analisa Univariat adalah yang

digunakan

untuk

menganalisis tiap variabel secara deskriptif (Hastono.2001).


tujuan dari analisa univariat adalah untuk menjelaskan dan
mendeskripsikan karakteristik masing-masing variabel yang
diteliti. Pengukuran rata-rata (mean) digunkan untuk mengukur
nilai sentral atau distribusi data berdasarkan nilai rata-rata yang
dihitung dengan cara membagi nilai hasil penjumlahan
sekelompok

data

dengan

jumlah

data

(Hastono,2008).
1) Rata-rata (mean)
fx 100
x=
n
Keterangan :
x
: Nilai rata-rata (mean)
fx
: Total nilai
n
: jumlah responden
2) Median

Me=

(n+1)
2

Keterangan :

yang

diteliti

60

Me

: Median

: Banyaknya pengamatan

Sedangkan

untuk

menghitung

presentase

frekuensi

menggunakan rumus sebagai berikut :

P=

F
100
N

Keterangan :
P

: Presentase

: Frekuensi

: Jumlah Responden

f. Analisa Bivariat
Analisa Bivariat adalah analisa yang dilakukan terhadap
dua variabel yang diduga berhubungan atau berkolerasi. Untuk
melakukan perhitungan digunakan program komputer untuk
mencapai hubungan pengetahuan tentang rooming-in dengan
produksi ASI. Menurut Hastono (2003). Analisa statistik yang
digunakan adalah statistik Chi Sguare (X2) dengan rumus
sebagai berikut :

61

X 2=

(OE)2
E

df = ( b 1 ) ( k 1 )
Keterangan :
X2

: Chi Square

: Nilai Observasi

: Nilai Ekspansi (harapan)

: Jumlah kolom

: jumlah baris

Aturan yang berlaku pada Chi Square sebagai berikut :


1)
2)
3)
4)
5)

Formulasin hipotesisnya (Ho dan H).


Masukkan frekuensi kenyantaan (f) dalam tabel silang.
Hitung frekuensi harapan (E) masing-masing sel
Hitung Chi Square
Hitung P value dengan membandingkan nilai X2 dengan

tabel kai kuadrat.


6) Keputusan, apabila p

value

(0,05) berarti perhitungan

statistik bermakna (signifikan) dan bila p

value

(0,05)

berarti perhitungan statistik tidak bermakna. Artinya p

value

62

(0,05) Ho ditolak dan H (Hipotesis penelitian) diterima,


yang berarti ada hubungan antara variabel tersebut
I. Etika Penelitian
Sebelum penelitian ini dilakukan, peneliti mengajukan surat
permohonan

untuk

mendapatkan

rekomendasi

dari

STIKES

Muhammadiyah Samarinda, permintaan izin kepada Kepala RSUD.


Abdul Wahab Sjahranie Samarinda, dan permintaan izin kepada
Ketua Ruang Mawar RSUD. Abdul Wahab Sjahranie Samarinda.
Setelah

mendapatkan

persetujuan

dengan

menekankan

pada

masalah etika , yaitu seperti :


1. Lembar persetujuan menjadi responden yang akan diteliti.
Peneliti menjelaskan maksud dari penelitian serta dampak yang
mungkin terjadi selama dan sesudah pengumpulan data, jika
responden bersedian, maka mereka harus menandatangani surat
persetujuan. Jika responden menolak untuk diteliti, maka peneliti
tidak akan memaksa dan tetap menghormati hak-haknya.
2. Anonimity (tanpa nama)
Untuk menjaga kerahasiaan dan menjaga privacy dari masingmasing subjek, dalam lembar pengumpulan data tidak akan
dicantumkan dan cukup memberi inisial atau nomor kode.
3. Confidentiality (kerahasiaan)
Kerahasiaan informasi yang diperoleh dari responden dijamin
oleh peneliti. Hanya sekelompok data tertentu saja yang akan
disajikan dan dilaporkan sebagai riset.

63

4. Autonomy
Sebagai subjek penelitian dalam penelitian ini responden
diwakili oleh keluarganya berhak menentukan keputusannya
sendiri tanpa ada unsur paksaan. Peneliti menghormati segala
keputusan responden untuk bersedia atau tidak menjadi bagian
dari penelitian dan sewaktu-waktu dapat berhenti dari proses
penelitian dan peneliti tidak akan menggugat dalam bentuk
apapun.
5. Nonmaleficience
Peneliti sebelumnya membuat kesepakatan dengan responden
dalam hal ini dapat dilakukan oleh responden atau keluarganya,
bahwa penelitian ini tidak menyebabkan kerugian atau cedera
bagi responden maupun keluarga responden apapun keputusan
yang diambil oleh responden.
6. Beneficience
Sebelum melakukan penelitian, peneliti menjelaskan kepada
responden dan wali responden, bahwa semua tindakan yang
dilakukan dalam penelitian ini akan dilakukan sebaik-baiknya oleh
penelitin. Bila terjadi kesalahan akibat tindakan yang dilakukan
maka akan dicari solusi yang terbaik sesuai kesepakatan bersama
untuk mengembalikan status kesehatan responden kembali
seperti semula.
7. Veracity

64

Peneliti menjelaskan kepada responden dan wali responden


proses penelitian ini dilakukan secara jujur dan benar. Peneliti
akan memberikan pertanyaan kepada responden dan walinya
mengenai mengenai perawatan yang diterima responden selama
perawatan. Peneliti tidak akan melakukan kebohongan dan
penipuan dalam melakukan semua tindakan selama penelitian.
8. Justise
Dalam melakukan penelitian ini peneliti akan bersikap adil pada
semua responden dalam mengumpulkan data tanpa membedabedakan unsur SARA serta dalam pengambilan keputusan yang
tidak meugikan semua pihak.
J. Jalannya Penelitian
Penelitian ini dilakukan kurang lebih memerlulan waktu selama
satu bulan yang terhitung pada awal bulan April hingga akhir bulan
April 2014 di ruang Mawar RSUD. Abdul Wahab Sjahranie Samarinda
setelah memperoleh persetujuan dari pihak terkait.
Adapun jalannya penelitian ini akan dilakukan mulai dengan urutan
sebagai berikut :
1) Penelitian ini dimulai setelah selesai dilakukannya ujian proposal
riset keperawatan dan ketika tim penguji menyatakan ini layak
untuk dilanjutkan maka peneliti akan melakukan penelitian.
2) Tahap persiapan pengumpulan data
Dalam tahap persiapan pengumpulan data dilakukian sesuai
dengan prosedur administrasi yang berlaku di RS. Ibu dan Anak

65

Aisyiyah Samarinda untuk pengujian validitas dan RSUD. Abdul


Wahab Sjahranie Samarinda untuk penelitian.
3) Tahap Pengumpulan Data
Sebelum penelitian dilakukan, peneliti harus melakukan uji
validitas dan reliabilitas terhadap instrumen dimana jika ada item
yang tidak valid dan reliabel akan dibuang dan tidak akan
digunakan dalam penelitian. Setelah uji validitas dan reliabilitas,
hal yang dilakukan peneliti segera mengumpulkan data. Peneliti
akan menemui calon responden, selanjutnya meberikan dan
menjelaskan informed consent (surat persetujuan menjadi objek
penelitian). Setiap ibu yang setuju dan menandatangani informed
consent akan diberikan kuesioner, kemudian diminta untuk
mengisi kuesioner dalam waktu kurang lebih 30 menit dan
kuesioner yang sudah diisi dikumpulkan kembali ke peneliti.
4) Data yang terkumpul selanjutnya dianalisa, setelah itu dilanjutkan
dengan pembahasan dan kemudian perumusan kesimpulan
5) Menyusun hasil laporan penelitian.

Anda mungkin juga menyukai