Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1

LATAR BELAKANG
Istilah infeksi Nifas mencakup semua peradangan
yang di sebabkan oleh masuknya kuman-kuman kedalam
alat-alat genital pada waktu persalinan dan nifas. Dahulu
infeksi ini merupakan sebab kematian meternal yang
penting. Dinegara sedang berkembang, dengan pelayanan
kebidanan yang masih jauhdari sempurna, peranan infeksi
nifas masih besar.
Dalam tahun 1849 semmelweis untuk pertama kali,
berdasarkan pengalamannya pada wiener gebaranstalt
menyatakan

bahwa

penyakit

dalam

nifas

ini,

yang

meminta korban demikian banyak, disebabkan oleh infeksi


pada luka-luka di jalan lahir, yang untuk sebagian besar
datang dari luar.
Pada keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa
peradangan termasuk masalah yang masih perlu dibahas.
Banyak

contoh-contoh

yang

termasuk

peradangan

sehingga mengakibatkan infeksi salah satunya peritonitis.


Untuk itu masih perlu dikaji apa yang di maksud dengan
peritonitis, gambaran klinis dan diagnosis serta tinjauan
kasus yang berhubungan dengan peritonitis.

1.2

TUJUAN
1.2.3 Tujuan umum

1. Untuk mengetahui peritonitis


2. Untuk melatih membuat kasus bayangan dan membuat
asuhan kebidanan tentang ibu dengan peritonitis
1.2.3 Tujuan khusus
1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Askeb IV

BAB II
PEMBAHASAN

2.1

Definisi peritonitis
Peritonitis dapat berasal dari penyebaran melalui
pembuluh limfe uterus; parametritis yang meluas ke
peritoneum; salpingo-ooforitis meluas ke peritoneum atau
langsung sewaktu tindakan perabdominal.
Peritonitis yang terlokalisir hanya dalam rongga
pelvis disebut pelvioperitonitis, bila meluas keseluruh
rongga peritoneum disebut peritonitis umum, dan ini
sangat berbahaya yang menyebabkan kematian 33% dari
seluruh

kematian

pembuluh

limfe

karena
didalam

infeksi
uterus

menyebar
langsung

melalui

mencapai

peritoneum dan menyebabkan peritonitis atau melalui


jaringan diantara kedua lembar ligamentum latum yang
menyebabkan parametritis.
Peritonitis

dapat

pula

terjadi

melalui

salpingo

oofaritis. Peritonitis mungkn terbatas pada rongga pelvis


saja atau menjadi peritonitis umum. Peritonitis umum
merupakan komplikasi yang berbahaya dan merupakan
sepertiga dari sebab kematan kasus infeksi.
Peritonitis merupakan penyulit yang kadang-kadang
terjadi

pada

penderita

paska

seksio

sesarea

yang

mengalami metritis disertai nekrosis dan dehisensi incisi


uterus.pada keadaan yang lebih jarang didapatkan paa

penderita yang sebelumnya mengalami seksio sesarea


kemudian dilakukan persalinan pervaginam.abses pada
parametrium atau adneksa dapat pecah dan menimbulkan
peritonitis

generalisata.(Ilmu

kebidanan

sarwono

prawiharjo 2008).

2.2

Penyebab
Infeksi asenden, umumnya setelah menstruasi atau
abortus, gonore, jarang abses tuba ovarium yang pecah.

2.3

Penanganan Umum Demam Pasca Persalinan


1.
2.
3.
4.

2.4

Istirahat baring
Rehidrasi peroral atau infuse
Kompres untuk menurunkan suhu
Jika ada syok, segera beri pengobatan.

Gambran klinis dan Diagnosis


a. Pelvioperitonitis: demam, nyeri perut bawah, nyeri pada
periksa dalam, kavum douglasi menonjol karena adanya
abses.
b. Peritonitis umum adalah berbahaya bila disebabkan oleh
kuman yang pathogen. Perut kembung, meteorismus,
dan dapat terjadi paralitik ileus. Suhu badan tinggi, nadi
cepat dan kecil, perut nyeri tekan, pucat, muka cekung,
kulit

dingin,

mata

hipokrates.Diagnosa
laboratorium.

cekung
di

bantu

yang

di

dengan

sebut

muka

pemeriksaan

2.5

Gejala dan Tanda


1. Gejala dan tanda selalu ada
a. Demam tidak tinggi
b. Nyeri perut bawah
c. Bising usus lemah/(-)
2. Gejala dan tanda kadang-kadang ada
a.
b.
c.
d.
e.

Nyeri lepas
Perut kembung
Anoreksia
Mual muntah
syok

2.6 Penanganan
a. Lakukan nasogastric suction
b. Berikan infus (NaCl atau Ringer Laktat)
c. Berikan antibiotik sehingga bebas panas

selama

24

jam:Ampisilin 2 g IV, kemudian 1 g setiap 6 jam, ditambah


gentamisin 5 mg/kg berat badan IV dosis tunggal/hari dan
metronidazol 500 mg IV setiap 8 jam.
d. Laparatomi
diperlukan
untuk
pembersihan
(peritoneal lavage)

perut

BAB III
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU DENGAN PERITONITIS

Pengkajian:
Tanggal

: 11 Juni 2012

Jam

: 16.00 WIB

Tempat

: BPS Ny.Sismiyati, Amd.Keb

A.

DATA SUBJEKTIF

1.

Biodata

Nama ibu

: Ny. S

Nama Suami

: Tn. A

Umur

: 23 th

Umur

: 28 th

Agama

: Islam

Agama

: Islam

Suku/bangsa

jawa/Indonesia

Suku/bangsa

jawa/indo
Pendidikan
Pekerjaan

: SMA
:

Ibu

Pendidikan
rumah

tangga

: SMA

Pekerjaan

Wiraswasta
Alamat

: Kedungbanjar 2/3

Alamat

kd.banjar 2/3
Taman pemalang

2.

Tamanpml

Alasan Datang

Ibu menyatakan ingin memeriksakan keadaannya. Ibu mengeluh


nyeri perut bagian bawah.
3.

Keluhan tambahan

Ibu menyatakan sering merasa mual, dan demam tinggi.

4.

Riwayat perjalanan penyakit

ibu menyatakan 6 minggu yang lalu mengalami abortus pada


usia kehamilan 3 bulan, karena ibu jatuh dikamar mandi dan ibu
mengalami perdarahan dengan mengeluarkan prongkolan darah
sehingga ibu harus dilakukan tindakan curetase di Rumah
Sakit. Ibu dirawat di rumah sakit selama 3 hari, kemudian
dibolehkan pulang oleh dokter obgyn. Setelah 6 minggu post
curetase, ibu mengalami nyeri hebat pada perut bagian bawah
dan ibu merasa mual-mual.

5.

Riwayat menstruasi

Menarche

:13 tahun

Siklus

: 28 hari

Lama

: 6 hari

Jumlah perdarahan

: 2x ganti pembalut

HPHT

Keluhan

: 11 februari 2012
:-

6. Riwayat kesehatan
a.

Riwayat kesehatan sekarang


Ibu menyatakan saat ini merasa tidak nafsu makan

sehingga badannya terasa lemas

Ibu menyatakan saat ini sering merasakan mual

Ibu menyatakan saat ini perutnya terasa sangat nyeri

b.

Riwayat kesehatan yang lalu


Ibu

menyatakan

tidak

pernah

menderita

penyakit

menyatakan

tidak

pernah

menderita

penyakit

hipertensi.

Ibu

keturunan seperti asma dan DM.

Ibu menyatakan tidak pernah menderita penyakit menular

hepatitis, TBC, dan PMS.


c.

Riwayat kesehatan keluarga


Ibu menyatakan dari pihak keluarga ada yang menderita

penyakit hipertensi.

Ibu menyatakan dari pihak keluarga suami maupun istri

tidak ada yang menderita penyakit keturunan seperti asma dan


DM.

Ibu menyatakan dari pihak keluarga suami maupun istri

tidak ada yang menderita penyakit menular hepatitis, TBC, dan


PMS.

7. Riwayat sosial ekonomi


a.

Status perkawinan

o Frekuensi menikah

: 1x

o Usia saat menikah

: 22 tahun

o Lama menikah

: 1 tahun

o Status perkawinan

: syah

b.

Respon ibu dan keluarga

Ibu menyatakan suami dan keluarganya mendukung dengan


keadaannya.
c.

Dukungan keluarga

o Secara emosional
Ibu menyatakan suami bersedia menemani untuk memeriksakan
keadaannya.
o Pengambilan keputusan
Keputusan pertama

: suami

Keputusan kedua

: istri

8. Pola kehidupan sehari-hari

a. Pola nutrisi
Sebelum abortus
Makan
Frekuensi : 3x sehari
Jenis

: nasi, lauk, sayur

Porsi

: 1 piring

Keluhan

:-

Minum
Frekuensi : 6 gelas/hari
Jenis

: air putih, teh

Keluhan

:-

Setelah abortus
Makan
Frekuensi : 2x sehari
Jenis

: nasi, lauk, sayur

Porsi

: piring

Keluhan

: tidak nafsu makan

Minum
Frekuensi : 6 gelas/hari
Jenis

: air putih, teh

Keluhan

:-

b. Pola eliminasi
Sebelum abortus

BAB

Frekuensi

: 1x / hari

Konsistensi

: lembek

Warna

: kuning

Keluhan

:-

BAK

Frekuensi

: 5x / hari

Warna

: kuning

jernih
Keluhan

:-

Setelah abortus

BAB

Frekuensi

: 1x / hari

Konsistensi

: keras

Warna

: kuning

Keluhan

: nyeri saat BAB

BAK

Frekuensi

: 4x /hari

Warna

: kuning jernih

Keluhan

:-

c. Pola aktivitas
Sebelum abortus
rumah tangga sendiri.

: ibu menyatakan melakukan pekerjaan

Setelah

abortus

ibu

menyatakan

aktivitas

ibu

terganggu sehingga pekerjaan rumah tangga di bantu oleh


anggota keluarga lain.
d. Pola istirahat
Sebelum abortus
Tidur malam

: 8 jam

Tidur siang

: 2 jam

Keluhan

:-

Setelah abortus
Tidur malam

: 5 jam

Tidur siang

: 1 jam

Keluhan

: kurang tidur

e. Pola personal hygiene


Sebelum abortus
Mandi

: 2x sehari

Gosok gigi

: 2x sehari

Keramas

: 3x seminggu

Ganti celana dalam

: 2x sehari

Setelah abortus
Mandi

: 2x sehari

Gosok gigi

: 2x sehari

Keramas

: 2x seminggu

Ganti celana dalam

: 2x sehari

f. Pola seksual

Sebelum abortus

: ibu menyatakan melakukan hubungan

seksual 3x seminggu
Setelah

minggu

post

abortus

ibu

menyatakan

melakukan hubungan seksual 1x seminggu

B.

DATA OBJEKTIF

1. Pemeriksaan umum
KU

: Lemah

Kesadaran

: CM

TD

: 110/70 mmHg

Suhu

: 38,7C

Nadi

: 88 x/mnt

Rr

: 20 x/mnt

2. Pemeriksaan fisik
Kepala

: bersih, tidak ada ketombe

Muka

: pucat (+), tidak oedem

Mata

: konjungtiva pucat (+), sklera tidak kuning

Hidung

: bersih, tidak ada secret

Telinga

: simetris, bersih, tidak ada serumen

Leher

: tidak ada pembesaran kelenjar typoid

dan parotis
Ketiak
limfe

: bersih, tidak ada pembesaran kelenjar

Payudara
Abdomen

: simetris, tidak ada masa

: di uterus tidak teraba benjolan, nyeri tekan

perut bagian bawah


Genetalia

: tidak oedem, tidak varises, ppv lokhea alba,

tidak bau busuk.


Ekstremitas

: tidak oedem, tidak varises

3. Pemeriksaan penunjang
HB

C.

: 9 gr%

ASSESMENT

P0A1 Ny.S 23 tahun post AB 6 minggu dengan suspek peritonitis


Dx.potensial : Syok neurogenik,peritonitis, anemia
Antisipasi : kolaborasi dokter obgyn

D.

PLANNING

1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa ibu mengalami


tanda gejala infeksi pada bagian perut yang di tandai dengan
nyeri tekan perut bagian bawah, mual, dan demam
Ev. Ibu mengerti penjelasan bidan dan merasa cemas
2. Memberikan suppot mental pada ibu dengan cara memotivasi
ibu untuk tetap tenang dan tidak merasa cemas
Ev. Ibu merasa sedikit tenang

3.

Menganjurkan

ibu

untuk

makan-makanan

bergizi

dan

memperbanyak sayuran hijau serta menganjurkan ibu untuk


istirahat cukup
Ev. Ibu mengerti dan bersedia mengikuti anjuran bidan
4. Menganjurkan ibu untuk melakukan pemeriksaan laboratorium
dan melakukan pemeriksaan radiologi ke RS
Ev. Ibu bersedia mengikuti anjuran bidan
5. Memberitahu ibu dan keluarga bahwa ibu harus dirujuk agar
dapat dilakukan pemeriksaan lebih lanjut
Ev. Ibu dan keluarga mengerti dan bersedia untuk di rujuk
6. Memberikan infom consent kepada ibu tentang persetujuan
rujukan
Ev. Ibu bersedia menandatangani surat persetujuan dirujuk
7. Melakukan persiapan rujukan dan mengantar ibu ke tempat
rujukan
Ev. Persiapan rujukan sudah siap dan pasien telah dirujuk.

BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Peritonitis

merupakan

penyulit

yang

kadang-kadang

terjadi pada penderita paska seksio sesarea yang mengalami


metritis

disertai

nekrosis

dan

dehisensi

incisi

uterus.pada

keadaan yang lebih jarang didapatkan paa penderita yang

sebelumnya mengalami seksio sesarea kemudian dilakukan


persalinan pervaginam.abses pada parametrium atau adneksa
dapat pecah dan menimbulkan peritonitis generalisata.
Penyebab peritonitis dalam kasus adalah infeksi post
abortus. Tanda gejalanya ibu merasa nyeri tekan perut bagian
bawah.

B. SARAN
Sebaiknya wanita post abortus tetap menjaga kebersihan
diri, menjaga pola makan dengan menu seimbang. Jika keluhan
bertambah parah segera ke tenaga kesehatan

Anda mungkin juga menyukai