Anda di halaman 1dari 16

Schleiermacher : The Art of Understanding

And The Hermeneutical Circle


Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah :
Hermeneutika

Dosen Pengampu : Dr. Ilyas Supena, M.Ag

Oleh : Abdul Fatah


NIM : 1500039017

PROGRAM DOKTOR STUDI ISLAM


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
TAHUN
2016

Pendahuluan
Hermeneutika adalah kata yang sering menjadi perbincangan didunia
akademis baik dalam kajian teologis, filsafat dan bahkan sastra. Dalam
perkembangannya

hermeneutika

menjadi

tool

interpretasi

baru

dalam

menafsirkan al-Quran. meskipun demikian masih terjadi perbedaan pendapat


(kontroversi) antara pemikir muslim karena ada juga yang beranggapan bahwa
kehadiran hermeneutika akan merusak sakralitas al-Quran sebagai wahyu yang
dipercaya validitasnya. Namun disisi lain pihak yang sepekat dengan adanya
hermeneutika

berpandangan

bahwa

keberadaan

hermeneutika

akan

memberikan variasi pemahaman baru terhadap kandungan al-Quran yang


kontekstual dengan realitas kehidupan modern.
Terlepas dari kontroversi pengaplikasiannya dalam al-Quran hermenutika
adalah sebuah tawaran baru dalam dunia penafsiran yang kemunculannya
dilatarbelakangi oleh dua aliran linguistic yaitu strukturalisme dibawah tokoh
Ferdinand de Saussure dan hermeneutika dibawah tokoh Schleiermacher,
Dilthey, Gadamer, Jurgen Hebermas dan lain lain. Hermeneutika sebagai sebuah
epistemologi menurut Supena (2012) sebenranya tidak muncul sebagai sebuah
tradisi berfikir yang berdiri sendiri. Kelahirannya sebagai reaksi terhdap beberapa
aliran pemikiran khusunya positivisme. Positivism merupaan aliran pemikiran
yang menekakan validitas data secara empiric-verifikatif dan implikasinya
pengetahuan indrawi dijadikan sebagai satu-satunya norma dalam aktifitas dinia
akademik ilmiah.1
Hermeneutika pada dasarnya adalah sebuah metode yang menafsirkan
symbol berupa teks atau sesuatu yang diperlakukan sebagai teks untuk dicari arti
dan maknanya, dimana metode hermeneutika ini mensyaratkan adanya
kemampuan untuk menafsirkan masa lalu kemudian dibawa kemasa sekarang.
Dalam fase perkembangannya hermeneutika menjadi primadona yang sering
dipakai oleh teolog, kritikus sastra, sejarahwan, filosof dan lain sebagainya untuk

Ilyas Supena, 2012, Bersahabat dengan makna melalui hermeneutika, PPS IAIN
Walisongno Semarang. Lih hal. 1-3

menelaah teks secara komperhensif dan mencari makna tersembunyi (hidden


meaning) yang ada didalamnya.2
Pertanyaan-pertanyaan yang menjadi menu hermeneutika secara umum
adalah sebagai berikut : bagaimana orang memahami teks atau sesuatu yang
dianggap teks? Bagaimana orang yang berbeda dalam memahami teks, apakah
berbeda pula pemahamannya? Bagaiamanakah orang yang sama dalam kondisi
berbeda dalam mehamai teks, apakah berbeda pula dalam memahami teks?3
Pertayaan-pertanyaan

tersebut

adalah

pertanyaan

dasar

dalam

dunia

hermeneutik yang menjadi dasar sebelum melakukan kajian lebih lanjut dan
mendalam.
Hermeneutika pada awalnya adalah gerakan exegesis dikalangan greja
dan kemudian berkembang menjadi filsafat penafsiran dan tokoh yang
dianggap menjadi The Father of modern Hermeneutic adalah

F.D.E.

Schleiermacher karena dialah yang membangkitkan kembali hermeneutika dan


menjadikannya sebagai metode umum interpretasi yang tidak hanya terbatas
pada kitab suci dan sastra. Kemudian oleh Dilthey dikembangkan menjadi
fondasi ilmu-ilmu kemanusiaan dan Gadanmer mengembangkan menjadi metode
filsafat dan lebih jauh lagi direkonstruksi oleh filosof lain semisal Ricour,
hebrmas, Derida dan lain sebagainya. 4
Rumusan masalah
Dalam makalah ini akan difokuskan pada pembahasan berikut :
1. Pengertian hermeneutika dan signifikansinya;
2. Biografi singkat F.D.E. Schleiermacher;
3. Lingkaran Hermeneutis F.D.E. Schleiermacher.
4. Hermenutika F.D.E. Schleiermacher;

Fakhruddin Faiz, 2002, Hermeneutika Qurani,


kontekstualisasi, Qalam, Yogyakarta. lih .hal. 9
3
Ibid., hlm 10
4
Ibid., hlm.10

antara

teks,

konteks,

dan

Diskusi dan Pembahasan


Pengertian hermeneutik dan signifikansinya
Kata hermeneutika berasal dari istilah yunani yaitu hermeneuein (kata
kerja) yang berarti menafsirkan dan hermeneia (kata benda) yang memiliki arti
interpretasi

Menurut Supena (2005) istilah hermeneuein adalah simbol yang

diasosiasikan dewa Hermes dimana dalam mitologi yunani ia bertugas


menyampaikan pesan Tuhan kepada manusia. Hermes dituntut untuk mampu
mentransformasikan apa yang semula berada diluar wilayah pemahaman
manusia kedapa format pesan yang bisa dimengerti manusia6. Sedangkan
menurut Gerhard Ebeling, sebagaimana yang dikutip oleh Nassarudin Ummar
(2006)

Hermes7 itu merupakan kiasan untuk tiga tugas utama hermeneutika

modern. Pertama, mengungkapkan sesuatu yang tadinya masih berada dalam


pikiran melalui kata kata (utterance, speaking) sebagai medium penyampaian.
Kedua, menjelaskan secara ra-sional (interpretation, explanation) sesuatu yang
sebelumnya masih samar samar sehingga maksud atau maknanya dapat
dimengerti. Ketiga, menerjemahkan (translating) suatu bahasa yang asing ke
dalam bahasa lain yang lebih dikuasai.8
Sedangkan Menurut F budi Hardiman (2014) Hermes bertugas
menafsirkan kehendak dewata (orakel) dengan bantuan kata-kata manusia.
Pengertian dari mitologi ini kerap dapat menjelaskan pengertian hermeneutika
teks-teks
terkandung

kitab
di

suci,
dalam

yaitu

menafsirkan

ayat-ayat

kehendak

kitab-kitab

suci.

Tuhan
Dalam

sebagaimana
pemakaiannya,

hermeneutika di masa lampau memiliki arti yang luas, yaitu sebagai sejumlah
pedoman untuk pemahaman teks-teks yang bersifat otoritatif, seperti dogma dan
kitab suci. Teknik pemahaman ini lebih merupakan sebuah seni pemahaman
daripada suatu teori atau science tentang pemahaman. Baru dewasa ini ada
5

Ricrad E.Palmer, 1969, Hermeneutics, interpretation theory in schleirmacher, Dilthey,


Heidegger and Gadamer, Northwestern University press, Evenston. Diterjemah oleh
Masnur Hery dan Damanhuri, 2005 Hermeneutika Teori Baru Mengenal Interpretasi,
Pustaka Pelajar, Yogyakarta. Lih hlm.14
6
Ilyas Supena, ibid.,hlm.19
7
Dalam literatur Islam klasik, Hermes tidak lain adalah Nabi Idris yang sering disebut
penemu tulisan dan memiliki kemampuan teknologi, kedokteran, astrologi, sihir, dan lain
lain. Sementara dalam mitos Mesir kuno, kaum Yahudi mengenalnya sebagai Dewa Toth,
atau Nabi Musa
8
Nasaruddin Umar, 2006, Menimbang Hermeneutika Sebagai Manhaj Tafsir, dalam
Jurnal Study al-Quran Vol.1 No.1 Januari 2006. UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta. hlm.
43

usaha memberi wujud metodologis dan teoretis atas teknik-teknik penafsiran


menjadi sebuah ilmu pengetahun hermeneutika.9
Kemudian Palmer (1967) juga mendefenisikan lebih variatif. Menurutnya
pada masa modern bidang kajian hermeneutika didefinisikan dalam enam bentuk
yang berbeda yaitu : 1.Teori eksegesis bible, 2. Metodologi filologi secara umum,
3.Ilmu pemahaman linguistic, 4.Fondasi metodologis geistewwesenhaften
(disiplin yang memfokuskan pada pemahaman seni, aksi dan tulisan manusia) 5.
Fenomenologi eksistensi dan pemahaman eksistensial dan 6. Sistem interpretasi
yang digunakan manusia untuk meraih makna dibalik mitos dan simbol.10
Dari pengertian yang telah disampaikan diatas bisa dilihat begitu banyak
pendefenisian dari hermeneutika namun secara umum bisa disederhanakan
bahwa hermeneutika adalah metode untuk mengungkapkan makna dari suatu
teks agar meraih pemahaman yang utuh. Dalam prakteknya terkadang akan ada
kesulitan untuk menerpkan teori hermeneutika dalam tataran aplikatif empirik.
Mungkin jika pengarang (author) dari teks itu masih hidup begitu mudah
untuk mengkonfirmasi istilah-istilah atau bentuk bahasa yang tidak dimengerti
namun menjadi problem besar Manakala pembacaan sebuah teks yang datang
dari dari zaman tempo dulu karena hubungan dengan pengarangnya terputus
oleh dimensi ruang dan waktu yang panjang maka berpotensi menimbulkan bias
pemahaman terhadap kata-kata, kalimat-kalimat dan terminologi-terminologi
yang khusus dalam teks itu.

Untuk menangkap makna sebagaimana

dimaksudkan oleh pengarangnya tentu menjadi rintangan yang besar karena


perbedaan zaman dan budaya yang cukup jauh. Dan ini adalah problem
otentisitas makna teks. Dan di sinilah tantangan hermeneutika bagaimana
menafsirkan teks itu. Problem ini dihadapi dalam berbagai bidang sejauh
menyangkut penafsiran, misalnya bidang kesusastraan, tradisi-tradisi religius
(kitab-kitab suci, doktrin-doktrin, hukum-hukum), bidang hukum, ilmu sejarah
(prasasti, dokumen-dokumen kuna dan seterusnya), musikologi, politikologi dan
sebagainya. Oleh karena itu, memahami apa itu hermeneutika teks akan sangat
bermanfaat untuk menambah wawasan atau cara pandang kita terhadap produk-

F. Budi Hardirman, 2014, Seni Memahami: Hermeneutika dari Schleiermacher sampai


Gadamer, makalah sekolahfilsafat disampaiakan di Serambi Salihara, Jakarta. lih.hlm. 2
10
Ricrad E.Palmer ibid.,hlm. 38

produk budaya masa lalu atau tradisi serta ilmu-ilmu yang berkenaan
dengannya.11
Biografi singkat F.D.E. Schleiermacher
Nama lengkap filosof dan juga teolog Jerman ini adalah Friedrich Ernst
Daniel schleiermacher, dilahirkan di Breslau, Silesia, Prusia, Jerman pada
tanggal 21 november 1768. Dia berasal dari keluarga yang sangat taat dalam
agama Protestan. Pada tahun 1783 dia mengikuti pendidikan menengah di
sekolah Moravian di Niesky. Alasan memasuki sekolah Moravian, selain
mengikuti tradisi keluarganya, adalah terutama karena motivasi yang sangat kuat
untuk mencari pengalaman iman yang mendalam dalam hidup Kristen. Di
sekolah Moravian itu, pelajaran bahasa Latin dan Yunani dijadikan sebagai dasar
pendidikan humanistik, disamping pelajaran Matematika, Botani dan Bahasa
Inggris.12
Kemudian

Orangtuanya

mengirimkannya

ke

sebuah

seminari

di

Barby/Elbe. Di sana Schleiermacher berkenalan dengan kepustakaan ilmiah dan


filosofis serta roman-roman non-religius, antara lain yang ditulis oleh Goethe,
sehingga ia mulai bimbang untuk menjadi pengkotbah atau ilmuwan.Dia pun
memutuskan untuk belajar filsafat, teologi dan filologi di Universitas Halle, dan di
situ dia untuk pertama kalinya membaca filsafat kritis Kant. Di Berlin
Schleiermacher berkenalan dengan kalangan cendekiawan dan sastrawan
Romantik, seperti keluarga von Humboldt, Rahel Varnhagen, Dorothea Veit dan
khususnya filsuf Friedrich Schlegel yang mendorongnya untuk menerjemahkan
dialog-dialog Plato. Pengaruh Romantisme13 inilah yang membawa minatnya
pada hermeneutika.14
11

F. Budi Hardirman, ibid., lih.hlm. 01


Syafieh, F.D.E. Schleiermacher Dan Hermeneutika Romantisme, makalah disampaikan
pada kuliah umum hermeneutika program S3 Pascasarjana UIN Sumatra Utara Medan.
Lih.hlm.2
13
Romantisme adalah gerakan yang kritis terhadap Pencerahan abad ke-18. Para
pemikirnya melihat kemajuan-kemajuan peradaban kapitalis industrial Eropa saat itu
sebagai bahaya dan kemerosotan bagi manusia, maka alih-alih gandrung dengan
industri, sains dan teknologi, mereka mencoba menggali kembali kebijaksanaan kuna
dalam tradisi, agama, mitos untuk menemukan maknanya bagi masa kini, dan terutama
menemukan perasaan-perasaan sebagai kekuatan manusiawi yang amat penting.
Schleiermacher secara mendalam dipengaruhi Romantisme. Pandangannya yang sangat
diperhitungkan dalam filsafat agama dapat dikembalikan kepada pengaruh aliran ini.
14
F. Budi Hardirman, ibid., lih.hlm.4
12

Pada tahun 1803 Schleiermacher mulai mengajar etika dan teologi


pastoral di Universitas Wurzburg. Kemudia dia masuk dalam kelompok dosen
Lutheran di Universitas Halle dan menjadi pengkhotbah universitas itu. Dengan
hadirnya Schleiermacher di Universitas Halle, perkembangan intelektual cukup
menonjol di sana. Sebagai dosen muda, Schleiermacher sangat aktif dan dalam
kuliahkuliahnya
Protestanisme.

dia

banyak

Menurutnya,

memberikan
hermeneutika

evaluasi
adalah

terhadap

sebuah

teori

dogman
tentang

penjabaran dan interpretasi teks-teks mengenai konsep-konsep tradisional kitab


suci dan dogma. Schleiermacher menerapkan metode-metode filologi untuk
membahas tulisa-tulisan biblis (tentang kitab suci Bible) dan menerapkan metode
hermeneutik teologis untuk teks-teks yang tidak berhubungan dengan injil (Bible).
Penerapan metode filologi tersebut dimaksudkan, oleh Schleiermacher, untuk
mencapai pemahaman yang tepat atas makna teks. Pada hari Rabu tanggal 12
Februari 1834 pada umur 65 tahun teolog dan juga filosof ternama jerman
Schleiermacher akhirnya meninggal karena karena radang paru-paru.15
Hermenutika F.D.E. Schleiermacher
Seni Memahami (the art of understanding)
Hermeneutika sebagai seni pemahaman menurut Schleiermacher belum
menjadi sebuah disipli umum, hanya menjadi pluralitas dari hermeneutika
tertentu. Seni pemahaman yang dikehendakinya sebenarnya sama baik teks itu
berupa teks agama, hukum, karya sastra ataupun jenis teks yang lain. Meskipun
secara model dan tujuan ada perbedaan antara teks tersebut sehingga muncul
seperangkat teoritis yang spesifik pada kekhasan masing-masing teks tersebut.
ditengah perbedaan-perbedaan itu ada kekhasan yang sama dan mendasar.
Menurutnya

teks

sesungguhnya

ada

dalam

bahasa

oleh

karena

itu

grammatikanya digunakan untuk memperoleh makna sebuah kalimat, gagasan


umum berinteraksi dengan struktur gramatis dalam membentuk makna dan
pemahaman ini berlaku untuk semua jenis teks. Jika prinsip ini diformulasikan
maka akan membentuk hermeneutika umum. Model hermeneutika ini-lah yang
dapat digunakan sebagai fondasi inti semua hermeneutika khusus16

15
16

Opcit., lih.hlm.3-4
Richard E.Palmer, Ibid., hlm.95

Lebih lanjut ia menjadikan pijakan umum hermeneutika dari pertanyaan


umum berikut : bagaimana seluruh atau sebagian ucapan apakah itu berupa
pembicaraan atau tulisan dapat dipahami? situasi pemahaman adalah salah
satu relasi dialogis. Dalam setiap relasi ada pembicara yang mengkonstruk
kalimat untuk mengekspresikan maknanya. Proses kemisteriusan ini menurutnya
adalah proses hermeneutis. dan menjadi lokus nyata hermeneutika. 17
Menurut Schleiermacher, hermeneutika adalah kecakapan atau seni
memahami (the art of understanding ). Schleiermacher menyakini bahwa pada
zamannya seni memahami ini tidak ada lagi yang berupa hermeneutika umum,
melainkan hanya ada sebagai hermeneutika-hermeneutika khusus. Jadi apa pun
macam, ciri-corak dan objek hermeneutika itu, semua hermeneutika adalah seni
memahami pikiran atau maksud orang lain dalam bentuk lisan atau tulisan.
Dengan demikian, Hermeneutika mencari intensi-intensi spesifik yang individual
di dalam konteks ucapan (bahasa).18
Hermeneutika dapat disebut sebagai sebuah seni, karena dua hal:
pertama, karena bertolak dari situasi tanpa pemahaman bersama atau bahkan
kesalahpahaman umum, sehingga pemahaman memerlukan upaya atau proses
dan tidak dapat secara spontan saja; kedua, untuk mengatasi kesalahpahaman
umum itu dilakukan menurut kaidah-kaidah tertentu. Kata seni di sini dimengerti
sebagai kepiawaian seperti yang dapat kita temukan pada seniman yang
menghasilkan fine art.
Menurut Schleiermacher ada tiga macam seni yaitu seni bicara (retorika),
menulis dan memahami. Namun dia hanya membatasi tugas hermeneutika pada
seni memahami saja. Hal itu perlu dilakukan karena masih ada hal lain yang
kerap dianggap sama dengannya, yaitu dua seni yang lain (berbicara dan
menulis). Kedua hal terakhir ini adalah presentasi atas apa yang telah
dikatakan sementara hermeneutika memusatkan diri pada kesenjangan antara
apa yang dikatakan dan apa yang dipikirkan. Seni berbicara dan seni menulis
bersangkutan dengan sisi luar pemikiran, yaitu ungkapannya dalam bahasa.
Dalam berbicara terjadi gerakan dari dalam pikiran ke luar, yakni ke
dalam ungkapannya, tetapi dalam memahami terjadi gerak sebaliknya, yaitu
gerak dari luar, yakni ungkapannya dalam bahasa, menuju ke pemikiran. Yang
17
18

hlm. 97
Syafieh ibid., lih.hlm.10

dicari adalah pemikiran di belakang sebuah ungkapan. Hermeneutika adalah


sebuah bagian dari seni berpikir, dan karena itu bersifat filosofis Kesenjangan
antara kata dan pikiran diatasi dengan upaya rasional yang disebut interpretasi.
Dalam arti ini hermeneutika harus lebih dimengerti sebagai seni mendengarkan
daripada seni berbicara, seni membaca dari pada seni menulis.19

Lingkaran Hermeneutis F.D.E. Schleiermacher


Suatu pemahaman apapun objeknya selalu mengausmsikan munculmya
daya kreatif dan imajinatif dari subjek agar tidak mudah diberdayakan oleh teks
yang dibaca. Daya imajinasi dan kreasi ini bekerja dalam akal dengan mengikuti
kaidah dan tahapan penalaran yang runtut dan benar. Pandangan dari
Schleiermacher didasarkan pada teori kant yaitu the possibility of human
understanding.20 Daya kreatif dan imajinatif inilah nampaknya yang kemudian
dikembangkan Schleiermacher menjadi pemahaman intuitif dalam kajian
hermeneutika.
Pemahaman sebenaranya adalah tindakan referensial. Apa yang
dipahami membentuk dirinya sendiri kedalam satuan sistemik atau lingkaranlingakarn

itu

membentuk

bagian-bagian.

Lingkaran

secara

keseluruhan

mendefinisikan bagian-bagian individu, dan bagian-bagian tersebut bersamasama membentuk lingkaran itu. Semisal satu kalimat utuh adalah satu kesatuan.
Kalimat (whole) tersebut bisa dimengerti dilihat dari bagian kalimat tersebut yaitu
kata (part) sebagai acuan atau pijakan begitu juga sebaliknya keutuhan makna
dari kalimat bisa dimengerti bergantung pada makna kata itu. Adanya interaksi
yang dialektis tersebutlah kemudian disebut oleh Schleiermacher sebagai
lingkaran hermeneutis21
Sedangkan menurut kajian dari F Budi Hardiman(2014)22 dalam
memahami lingkaran hermeneutis Schleiermacher yang harus dipahami adalah
pertanyaan berikut : Manakah yang lebih utama: kalimat-kalimat yang dinyatakan
oleh

pengarang

atau

isi

pikiran

pengarang?

Sekilas

tampak

bahwa

Schleiermacher mengandaikan dualitas bahasa dan pemakainya, sehingga


19

F Budi Hardiman, ibid.,lih.hlm.6


Komaruddin hidayat, 1996, Memahami Bahasa Agama, Sebuah kajian hermeneutik,
Paramadina, Jakarta. lih.hlm.150
21
Richard E.Palmer, ibid.,hlm.98
22
F. budi Hardiman, ibid.,Lih.hlm. 9
20

bahasa tidak lain daripada wahana bagi pikiran pemakainya. Akan tetapi jika
membaca karyanya secara teliti, akan ditemukan sesuatu yang berbeda dari
kesan itu.
Pilihan prioritas antara bahasa dan pemakainya akan menghasilkan
konsekuensi berbeda. Jika isi pikiran lebih utama daripada bahasa yang dipakai
untuk menyampaikannya, interpretasi psikologis tentu akan mendapat prioritas
atas interpretasi gramatis, karena orang menganggap bahasa secara khusus
sebagai sarana orang mengomunikasikan pikiran-pikirannya. Begitu juga
pendapat yang sebaliknya, yaitu mengutamakan interpretasi gramatis, jika
menganggap orang dan tuturannya secara khusus sebagai kesempatan bagi
bahasa untuk menyatakan dirinya. Jika demikian baik interpretasi gramatis
maupun psikologis harus diperlakukan seolah-olah keduanya dapat saling
dipertukarkan terkait interpretasi gramatis dan psikologis akan dibahas pada bab
berikutnya.
Kedudukan setara antara interpretasi gramatis dan psikologis dalam
memahami makna teks itulah yang kemudian dikenal dengan istilah lingkaran
hermeneutis, yang intinya adalah bahwa setiap bagian dapat dipahami hanya
dari keseluruhan yang mencakupnya, dan sebaliknya
Interpretasi Gramatis dan Interpretasi Psikologis
Schleiermacher memandang bahwa sebuah interpretasi membutuhkan
pemahaman intuitif tentang teks tujuannnya adalah untuk merekonstruksi secara
imajinatif situasi lingkungan dan kondisi batin pengarang sehingga teks tidak
terlalu asing dengan penafsir. Ada dua model yang digunakan untuk menuju itu
yaitu

rekonstruksi

objektif-historis

dan

rekonstruksi

subjektif-historis.

Rekonstruksi objektif-historis adalah menjelaskan sebuah pernyataan yang


beruhubungan dengan bahasa secara keseluruhan sedangkan rekonstruksi
subjektif-historis adalah membahas bagaimana asal mula sebuah pernyataan
masuk dalam pikiran pengarang. Pandangan Schleiermacher ini didasarkan pada
asumsi bahwa berbicara dan berfikir merupakan dua aktifitas yang berbeda.
Berfikir bersifat filisofis-internal, sedangkan berbicara bersifat aktual. Maka
kalimat yang terucap mempunyai dua pengertian yaitu artikulasi bahasa disatu
sisi dan konsep mental yang dipikirkan oleh pembicara disisi yang lain. Maka

10

untuk memahami teks harus melewati proses dialogis diantara dua sisi tersebut
secara simultan.23
Atas dasar pemahaman tersebut mempengaruhi Schleiermacher Dalam
memahami suatu teks dia menggunakan dua pendekatan yang kemudian ia
sebut sebagai dua tugas hermeneutika yaitu : Interpretasi gramatis dan
Interpretasi Psikologis. Interpretasi gramatis bekerja untuk memahami dimensi
bahasa yang digunakan oleh sebuah teks. Interpretasi secara gramatis ini
digunakan menurut aturan yang bersifat objektif dan umum. Aturan ini dibatasi
oleh kaidah-kaidah atau prinsip gramatika yang berlaku dalam suatu bahasa
tertentu yang digunakan dalam teks. 24
Dalam konsepsi Schleiermacher Persoalan dalam memahami teks dapat
disederhanakan menjadi berikut :
1. Memahami apa yang dikatakan dalam konteks bahasa yatu tulisan itu
sendiri
2. Dan memahami apa yang diakatakn itu sebagai sebuah fakta dalam
pemikiran penuturnya yaitu pikiran.
Semisal tulisan surat anda dibaca oleh teman atau anak anda Isinya
apakah merefkeksikan pikiran anda atau malah terjadi distorsi makna dari yg
dikehendaki. Inilah kesenjangan yang dicoba diungkap oleh Schleiermacher
dengan interpretasi gramatis dan psikologisnya.
Dalam konteks interpretasi gramatis diarahkan untuk memberikan
pemahaman yang utuh akan teks dari sisi bahasa teks yang digunakan.
Sehingga idealnya semakin baik pemahaman bahasa tersebut kecendrungannya
semakin baik pula hasil interpretsinya. Schleiermacher menjabarkan bahwa ada
tiga prinsip utama yang harus dipegang dalam analisa interpretasi gramatis yaitu:
Pertama, Everything in given utterance which requires a more precise
determination may only be determined from the language area which is common
to the author and his original audiences (segala hal yang ada dalam ungkapan
tertentu yang menuntut penentuan [makna] yang lebih tepat hanya dapat
ditetapkan melalui bidang bahasa yang telah diketahui oleh pengarang dan
audiens atau pendengar yang orisinal (asli)

23
24

Ilyas Supena, ibid.,lih.hlm.39-40


Ilyas Supena,Ibid.,lih.hlm.40

11

Kedua, the sense of every word in a given location must be determined


according to its being together with those that surround it (makna setiap kata
pada tempat tertentu harus ditentukan sesuai dengan kebersamaannya dengan
kata-kata lain yang berada disekitarnya.) Ketiga, the vocabulary and the history
of the area of an author relates as the whole from which his writings must be
understood as the part, and the whole must, in turn, be understood from the part .
( kosakata [bahasa] dan sejarah era pengarang dipandang sebagai keseluruhan
[whole] yang darinya tulisan-tulisannya harus dipahami sebagai bagian [part],
dan keseluruhan [whole] pada gilirannya harus dipahami dari bagian-bagiannya
[part].25
Dalam memahami prinsip-prinsip gramatis tersebut bisa dijabarkan
sebagai berikut : kaidah pertama menekankan pada pemahaman aspek
gramatikal bahasa yang digunakan oleh teks sehingga teks bisa dipahami
dengan baik jika peneliti mengerti aspek-aspek kaidah bahasa teks semisal
bagaimana struktur bahasa resmi (formal) dana struktur bahasa slank (non resmi
atau

bahasa

pasaran).

Disamping

itu

pemaknaan

teks

itu

harus

mempertimbangkan kondisi pemahaman bahasa antara pengarang (author) dan


pendengan (audience) pada waktu itu. Semisal penggunaan kata asu (anjing
dalam bahasa Indonesia) bisa bermakna ganda dalam terminologi bahasa jawa.
asu dalam pengertian hewan [anjing] dan juga kiasan untuk mengekspresikan
kejengkelan atau kemarahan pada seseorang.
Prinsip kedua penekanan pada memahami asal makna kata tersebut
karena dalam pandangan hermeneutika penggunaan kata dalam bahasa dari
suatu zaman seringkali mengalami pergeseran makna. Maka makna asal dari
suatu kata atau kalimat dalam teks dimana teks itu muncul harus dicari tahu.
Semisal Kata Latin hostis, berarti orang asing, tetapi semula artinya adalah
musuh, karena dulu semua orang asing adalah musuh. Namun lambat laun
terjadi proses moderasi dari kata tersebut maka kata itu perlahan mengalami
perubahan arti yang lalu berbeda dari musuh.
Prinsip ketiga adalah pemahamaan menyeluruh pada pengerang teks dan
kemudian memahamisnya secara parsial (part) untuk mendapatakn pemahaman
menyeluruh (whole) maksutnya adalah kesinambungan dan interkoneksitas
25

Syafieh ibid., lih.hlm.13-14 lebih lengkap lihat Scheiermacher, Friedrich, Hermeneutics


and Criticism and Other Writings , terj. Andrew Bowie, 1998, Cambridge University Press

12

antara yang part dan whole adalah hubungan timbal balik sehingga dengan dua
titik yang saling bersinggungan tersebut akan memberikan pemahaman utuh
pada suatu teks. Semisal Untuk memahami kalimat (whole) kita harus lebih
dahulu memahami kata (part) yang terkadang dikembalikan ke kata tersebut
untuk memahami kalimat dengan hubungan timbal balik itu (feedback) akan
mengungkap suatu makna.

Interpretasi Psikologis
Interpretasi Psikologis adalah interpretasi untuk memahami wilayah
pemikiran pengarang atau penulis teks. Dan interpretasi ini bersifat subjektif dan
individual. Maksutnya adalah jika ingin memahami teks harus pula memahami
subjektifitas dan individualitas pengarang atau memahamai proses mental yang
menyertai pengarang ketika menuliskan gagasannya dalam bentuk teks.26
Karena seseorang tidak mungkin memahami sebuah teks hanya berdasarkan
dimensi bahasa saja, melainkan juga harus memperhatikan dimensi kejiwaan
pengarangnya.
Schleiermacher mengatakan bahwa dalam memahami teks penafsir
harus

re-living and re-thinking the thought and feeling of an author. Yaitu

penafsir harus berempati dan menempatkan diri pada posisi kehidupan,


pemikiran dan perasaan dari sang pengarang agar memperpendek jarak antara
the world of reader and the world of author.27
Berngakat dari pemahaman tersebut seorang penafsir teks harus
memahami dengan baik latar belakang pengarangnya. Untuk mengerti suatu teks
dari masa lampau, penafsir harus keluar dari zamannya, merekonstruksi zaman
pengarang dan menampilkan kembali keadaan dimana pengarang dahulu
berada pada saat ia menulis teksnya. Penafsir harus menyamakan diri dengan
pembaca yang asli, yang menjadi sasaran utama tulisan tersebut. Penafsir
merekonstruksi pemikiran, perasaan, dan maksud si pengarang, gaya bahasa
yang dipakainya, dan keunikannya. Dengan demikian, penafsir seolah-olah harus
pindah ke dalam hidup batin pengarang (self-transformation) 28.
26

Ilyas Supena, ibid.,hlm.41


Komaradduin hidayat, ibid. lih.hlm148
28
Syafieh, ibid.,hlm.14
27

13

Menurut Lawrence K. Schmidt sebagaimana yang dikutip oleh F Budi


Hardiman (2014) mencoba menskemakan interpretasi psikologis Schleiermacher
menjadi empat tahap: Pertama, menangkap keutuhan dan arah tulisan itu untuk
menemukan

ide

sentral

yang

menggerakkan

pengarang.

Kedua,

mengidentifikasi tulisan itu dalam konteks obyektif, yakni misalnya, termasuk


dalam genre mana. Ketiga, menemukan cara bagaimana si pengarang menata
isi

pikirannya.

Keempat,

menemukan

pikiran-pikiran

sekunder

yang

berkesinambungan dengan kehidupan pengarang. Keempat tahap ini dilakukan


untuk merekonstruksi genesis karya itu.
Dalam merekonstruksi genesis sebuah karya tulis tidak cukup dengan
memahami kalimat-kalimat yang tertulis di sana, melainkan juga dengan
mengambilalih posisi pengarang atau apa yang lalu disebut empati psikologis.
Untuk itu kita sebagai pembaca harus keluar dari teks itu untuk menemukan
konteks penciptaannya. Seluruh proses pengenalan konteks dan penciptaan
karya itu adalah sebuah keahlian atau apa yang disebut Schleiermacher seni,
dan keahlian menjalankan seni itulah yang membuat seorang penafsir
memungkinkan memahami karya itu lebih baik daripada penulisnya29.
Jadi target yang ingin didapat oleh Schleiermacher dengan menggunakan
interpretasi gramatis dan psikologis adalah re-experiencing mengalami kembali
apa yang pernah dialami oleh pengarah teks penafsir mencoba untuk
mentransformasikan dirinya menjadi pengarang. Dengan demikian tujuannya
adalah mendapatkan pemahaman yang utuh dari teks tersebut.

Penutup dan Kesimpulan


Dari pemaparan diatas bisa disimpulkan sebagai berikut:
1. Schleiermacher membagi tiga macam seni yaitu seni bicara (retorika),
menulis dan memahami. Namun dia hanya membatasi tugas
hermeneutika pada seni memahami saja karena hermeneutika
memusatkan diri pada kesenjangan antara apa yang dikatakan dan
apa yang dipikirkan. Kesenjangan antara kata dan pikiran diatasi
dengan upaya rasional yang disebut interpretasi. Dalam arti ini
hermeneutika harus lebih dimengerti sebagai seni mendengarkan
29

F Budi Hardiman,ibid, lih.hlm.12 lebih lengkapnya lihat Lawrence K. Schmidt,


2006,Understanding Hermeneutics Acumen, Durham.

14

daripada seni berbicara, seni membaca dari pada seni menulis.


Memahami kesenjangan dengan interpretasi inilah yang disebut
sebagai the art of understanding
2. Dalam memahami suatu teks Schleiermacher menggunakan dua
pendekatan yang kemudian ia sebut sebagai dua tugas hermeneutika
yaitu : Interpretasi gramatis dan Interpretasi Psikologis. Interpretasi
gramatis bekerja untuk memahami dimensi bahasa yang digunakan
oleh

sebuah

teks.

Sedangkan

interpretasi

Psikologis

adalah

interpretasi untuk memahami wilayah pemikiran pengarang atau


penulis teks. Dan interpretasi ini bersifat subjektif dan individual
3. Kedudukan setara antara interpretasi gramatis dan psikologis dalam
memahami makna teks itulah yang kemudian dikenal dengan istilah
lingkaran hermeneutis yang intinya adalah bahwa setiap bagian
dapat dipahami hanya dari keseluruhan yang mencakupnya, dan
sebaliknya

15

Daftar Pustaka
E.Palmer, Ricrad, 1969, Hermeneutics, interpretation theory in schleirmacher,
Dilthey, Heidegger and Gadamer, Northwestern University press,
Evenston. Diterjemah oleh Masnur Hery dan Damanhuri, 2005
Hermeneutika Teori Baru Mengenal Interpretasi, Pustaka Pelajar,
Yogyakarta.
Faiz, Fakhruddin, 2002, Hermeneutika Qurani, antara teks, konteks, dan
kontekstualisasi, Qalam, Yogyakarta.
Hardirman, F. Budi, 2014, Seni Memahami: Hermeneutika dari Schleiermacher
sampai Gadamer, makalah sekolahfilsafat disampaiakan di Serambi
Salihara, Jakarta.
Hidayat, Komaruddin, 1996, Memahami Bahasa Agama, Sebuah kajian
hermeneutik, Paramadina, Jakarta.
Scheiermacher, Friedrich, Hermeneutics and Criticism and Other Writings , terj.
Andrew Bowie, 1998, Cambridge University Press
Schmidt ,Lawrence K., 2006,Understanding Hermeneutics Acumen, Durham.
Supena, Ilyas, 2012, Bersahabat dengan makna melalui hermeneutika, PPS IAIN
Walisongno Semarang.
Syafieh, F.D.E. Schleiermacher Dan Hermeneutika Romantisme, makalah
disampaikan pada kuliah umum hermeneutika program S3
Pascasarjana UIN Sumatra Utara Medan.
Umar, Nasaruddin, 2006, Menimbang Hermeneutika Sebagai Manhaj Tafsir,
dalam Jurnal Study al-Quran Vol.1 No.1 Januari 2006. UIN Sunan
Kalijaga, Yogyakarta.

16

Anda mungkin juga menyukai