Pendahuluan
Hermeneutika adalah kata yang sering menjadi perbincangan didunia
akademis baik dalam kajian teologis, filsafat dan bahkan sastra. Dalam
perkembangannya
hermeneutika
menjadi
tool
interpretasi
baru
dalam
berpandangan
bahwa
keberadaan
hermeneutika
akan
Ilyas Supena, 2012, Bersahabat dengan makna melalui hermeneutika, PPS IAIN
Walisongno Semarang. Lih hal. 1-3
tersebut
adalah
pertanyaan
dasar
dalam
dunia
hermeneutik yang menjadi dasar sebelum melakukan kajian lebih lanjut dan
mendalam.
Hermeneutika pada awalnya adalah gerakan exegesis dikalangan greja
dan kemudian berkembang menjadi filsafat penafsiran dan tokoh yang
dianggap menjadi The Father of modern Hermeneutic adalah
F.D.E.
antara
teks,
konteks,
dan
kitab
di
suci,
dalam
yaitu
menafsirkan
ayat-ayat
kehendak
kitab-kitab
suci.
Tuhan
Dalam
sebagaimana
pemakaiannya,
hermeneutika di masa lampau memiliki arti yang luas, yaitu sebagai sejumlah
pedoman untuk pemahaman teks-teks yang bersifat otoritatif, seperti dogma dan
kitab suci. Teknik pemahaman ini lebih merupakan sebuah seni pemahaman
daripada suatu teori atau science tentang pemahaman. Baru dewasa ini ada
5
produk budaya masa lalu atau tradisi serta ilmu-ilmu yang berkenaan
dengannya.11
Biografi singkat F.D.E. Schleiermacher
Nama lengkap filosof dan juga teolog Jerman ini adalah Friedrich Ernst
Daniel schleiermacher, dilahirkan di Breslau, Silesia, Prusia, Jerman pada
tanggal 21 november 1768. Dia berasal dari keluarga yang sangat taat dalam
agama Protestan. Pada tahun 1783 dia mengikuti pendidikan menengah di
sekolah Moravian di Niesky. Alasan memasuki sekolah Moravian, selain
mengikuti tradisi keluarganya, adalah terutama karena motivasi yang sangat kuat
untuk mencari pengalaman iman yang mendalam dalam hidup Kristen. Di
sekolah Moravian itu, pelajaran bahasa Latin dan Yunani dijadikan sebagai dasar
pendidikan humanistik, disamping pelajaran Matematika, Botani dan Bahasa
Inggris.12
Kemudian
Orangtuanya
mengirimkannya
ke
sebuah
seminari
di
dia
banyak
Menurutnya,
memberikan
hermeneutika
evaluasi
adalah
terhadap
sebuah
teori
dogman
tentang
teks
sesungguhnya
ada
dalam
bahasa
oleh
karena
itu
15
16
Opcit., lih.hlm.3-4
Richard E.Palmer, Ibid., hlm.95
hlm. 97
Syafieh ibid., lih.hlm.10
itu
membentuk
bagian-bagian.
Lingkaran
secara
keseluruhan
mendefinisikan bagian-bagian individu, dan bagian-bagian tersebut bersamasama membentuk lingkaran itu. Semisal satu kalimat utuh adalah satu kesatuan.
Kalimat (whole) tersebut bisa dimengerti dilihat dari bagian kalimat tersebut yaitu
kata (part) sebagai acuan atau pijakan begitu juga sebaliknya keutuhan makna
dari kalimat bisa dimengerti bergantung pada makna kata itu. Adanya interaksi
yang dialektis tersebutlah kemudian disebut oleh Schleiermacher sebagai
lingkaran hermeneutis21
Sedangkan menurut kajian dari F Budi Hardiman(2014)22 dalam
memahami lingkaran hermeneutis Schleiermacher yang harus dipahami adalah
pertanyaan berikut : Manakah yang lebih utama: kalimat-kalimat yang dinyatakan
oleh
pengarang
atau
isi
pikiran
pengarang?
Sekilas
tampak
bahwa
bahasa tidak lain daripada wahana bagi pikiran pemakainya. Akan tetapi jika
membaca karyanya secara teliti, akan ditemukan sesuatu yang berbeda dari
kesan itu.
Pilihan prioritas antara bahasa dan pemakainya akan menghasilkan
konsekuensi berbeda. Jika isi pikiran lebih utama daripada bahasa yang dipakai
untuk menyampaikannya, interpretasi psikologis tentu akan mendapat prioritas
atas interpretasi gramatis, karena orang menganggap bahasa secara khusus
sebagai sarana orang mengomunikasikan pikiran-pikirannya. Begitu juga
pendapat yang sebaliknya, yaitu mengutamakan interpretasi gramatis, jika
menganggap orang dan tuturannya secara khusus sebagai kesempatan bagi
bahasa untuk menyatakan dirinya. Jika demikian baik interpretasi gramatis
maupun psikologis harus diperlakukan seolah-olah keduanya dapat saling
dipertukarkan terkait interpretasi gramatis dan psikologis akan dibahas pada bab
berikutnya.
Kedudukan setara antara interpretasi gramatis dan psikologis dalam
memahami makna teks itulah yang kemudian dikenal dengan istilah lingkaran
hermeneutis, yang intinya adalah bahwa setiap bagian dapat dipahami hanya
dari keseluruhan yang mencakupnya, dan sebaliknya
Interpretasi Gramatis dan Interpretasi Psikologis
Schleiermacher memandang bahwa sebuah interpretasi membutuhkan
pemahaman intuitif tentang teks tujuannnya adalah untuk merekonstruksi secara
imajinatif situasi lingkungan dan kondisi batin pengarang sehingga teks tidak
terlalu asing dengan penafsir. Ada dua model yang digunakan untuk menuju itu
yaitu
rekonstruksi
objektif-historis
dan
rekonstruksi
subjektif-historis.
10
untuk memahami teks harus melewati proses dialogis diantara dua sisi tersebut
secara simultan.23
Atas dasar pemahaman tersebut mempengaruhi Schleiermacher Dalam
memahami suatu teks dia menggunakan dua pendekatan yang kemudian ia
sebut sebagai dua tugas hermeneutika yaitu : Interpretasi gramatis dan
Interpretasi Psikologis. Interpretasi gramatis bekerja untuk memahami dimensi
bahasa yang digunakan oleh sebuah teks. Interpretasi secara gramatis ini
digunakan menurut aturan yang bersifat objektif dan umum. Aturan ini dibatasi
oleh kaidah-kaidah atau prinsip gramatika yang berlaku dalam suatu bahasa
tertentu yang digunakan dalam teks. 24
Dalam konsepsi Schleiermacher Persoalan dalam memahami teks dapat
disederhanakan menjadi berikut :
1. Memahami apa yang dikatakan dalam konteks bahasa yatu tulisan itu
sendiri
2. Dan memahami apa yang diakatakn itu sebagai sebuah fakta dalam
pemikiran penuturnya yaitu pikiran.
Semisal tulisan surat anda dibaca oleh teman atau anak anda Isinya
apakah merefkeksikan pikiran anda atau malah terjadi distorsi makna dari yg
dikehendaki. Inilah kesenjangan yang dicoba diungkap oleh Schleiermacher
dengan interpretasi gramatis dan psikologisnya.
Dalam konteks interpretasi gramatis diarahkan untuk memberikan
pemahaman yang utuh akan teks dari sisi bahasa teks yang digunakan.
Sehingga idealnya semakin baik pemahaman bahasa tersebut kecendrungannya
semakin baik pula hasil interpretsinya. Schleiermacher menjabarkan bahwa ada
tiga prinsip utama yang harus dipegang dalam analisa interpretasi gramatis yaitu:
Pertama, Everything in given utterance which requires a more precise
determination may only be determined from the language area which is common
to the author and his original audiences (segala hal yang ada dalam ungkapan
tertentu yang menuntut penentuan [makna] yang lebih tepat hanya dapat
ditetapkan melalui bidang bahasa yang telah diketahui oleh pengarang dan
audiens atau pendengar yang orisinal (asli)
23
24
11
bahasa
pasaran).
Disamping
itu
pemaknaan
teks
itu
harus
12
antara yang part dan whole adalah hubungan timbal balik sehingga dengan dua
titik yang saling bersinggungan tersebut akan memberikan pemahaman utuh
pada suatu teks. Semisal Untuk memahami kalimat (whole) kita harus lebih
dahulu memahami kata (part) yang terkadang dikembalikan ke kata tersebut
untuk memahami kalimat dengan hubungan timbal balik itu (feedback) akan
mengungkap suatu makna.
Interpretasi Psikologis
Interpretasi Psikologis adalah interpretasi untuk memahami wilayah
pemikiran pengarang atau penulis teks. Dan interpretasi ini bersifat subjektif dan
individual. Maksutnya adalah jika ingin memahami teks harus pula memahami
subjektifitas dan individualitas pengarang atau memahamai proses mental yang
menyertai pengarang ketika menuliskan gagasannya dalam bentuk teks.26
Karena seseorang tidak mungkin memahami sebuah teks hanya berdasarkan
dimensi bahasa saja, melainkan juga harus memperhatikan dimensi kejiwaan
pengarangnya.
Schleiermacher mengatakan bahwa dalam memahami teks penafsir
harus
13
ide
sentral
yang
menggerakkan
pengarang.
Kedua,
pikirannya.
Keempat,
menemukan
pikiran-pikiran
sekunder
yang
14
sebuah
teks.
Sedangkan
interpretasi
Psikologis
adalah
15
Daftar Pustaka
E.Palmer, Ricrad, 1969, Hermeneutics, interpretation theory in schleirmacher,
Dilthey, Heidegger and Gadamer, Northwestern University press,
Evenston. Diterjemah oleh Masnur Hery dan Damanhuri, 2005
Hermeneutika Teori Baru Mengenal Interpretasi, Pustaka Pelajar,
Yogyakarta.
Faiz, Fakhruddin, 2002, Hermeneutika Qurani, antara teks, konteks, dan
kontekstualisasi, Qalam, Yogyakarta.
Hardirman, F. Budi, 2014, Seni Memahami: Hermeneutika dari Schleiermacher
sampai Gadamer, makalah sekolahfilsafat disampaiakan di Serambi
Salihara, Jakarta.
Hidayat, Komaruddin, 1996, Memahami Bahasa Agama, Sebuah kajian
hermeneutik, Paramadina, Jakarta.
Scheiermacher, Friedrich, Hermeneutics and Criticism and Other Writings , terj.
Andrew Bowie, 1998, Cambridge University Press
Schmidt ,Lawrence K., 2006,Understanding Hermeneutics Acumen, Durham.
Supena, Ilyas, 2012, Bersahabat dengan makna melalui hermeneutika, PPS IAIN
Walisongno Semarang.
Syafieh, F.D.E. Schleiermacher Dan Hermeneutika Romantisme, makalah
disampaikan pada kuliah umum hermeneutika program S3
Pascasarjana UIN Sumatra Utara Medan.
Umar, Nasaruddin, 2006, Menimbang Hermeneutika Sebagai Manhaj Tafsir,
dalam Jurnal Study al-Quran Vol.1 No.1 Januari 2006. UIN Sunan
Kalijaga, Yogyakarta.
16