Anda di halaman 1dari 28

SMF/Lab Ilmu Kesehatan Anak

Tutorial Infeksi

Fakultas Kedokteran Umum


Universitas Mulawarman

MORBILI

Disusun Oleh:
Radhiyana Putri
0910015031

Pembimbing:
dr. Fatchul Wahab, Sp.A

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2014

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .............................................................................................................


BAB 1

PENDAHULUAN...................................................................................................1
BAB 2 STATUS PASIEN........................................................................................2
BAB 3 TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................11
BAB 4 PEMBAHASAN........................................................................................25
BAB 5 PENUTUP.................................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................28

BAB I
PENDAHULUAN
Campak atau morbili adalah suatu infeksi virus akut yang memiliki 3
stadium yaitu (1)Stadium inkubasi yang berkisar antara 10 sampai 12 hari setelah
pajanan pertama terhadap virus dan dapat disertai gejala minimal maupun tidak
bergejala,

(2)Stadium

prodromal

yang

menunjukkan

gejala

demam,

konjungtivitis, pilek, dan batuk yang meningkat serta ditemukannya enantem pada
mukosa (bercak Koplik), dan (3)Stadium erupsi yang ditandai dengan keluarnya
ruam makulopapular yang didahului dengan meningkatnya suhu badan.
Angka kejadian campak di Indonesia sejak tahun 1990 sampai 2002 masih
tinggi sekitar 3000-4000 per tahun demikian pula frekuensi terjadinya kejadian
luar biasa tampak meningkat dari 23 kali per tahun menjadi 174. Namun case
fatality rate telah dapat diturunkan dari 5,5% menjadi 1,2%. Umur terbanyak
menderita campak adalah 12 tahun.
Transmisi campak terjadi melalui udara, kontak langsung maupun melalui
droplet dari penderita saat gejala yang ada minimal bahkan tidak bergejala.
Penderita masih dapat menularkan penyakitnya mulai hari ke-7 setelah terpajan
hingga 5 hari setelah ruam muncul. Biasanya seseorang akan mendapat kekebalan
seumur hidup bila telah sekali terinfeksi oleh campak.

BAB II
STATUS PASIEN
Identitas pasien
-

Nama

: An. SH

Jenis kelamin

: Laki-laki

Umur

: 10 bulan

Alamat

: Jl. Lambung Mangkurat

Anak ke

: 6 dari 6 bersaudara

MRS

: 07 Oktober 2014

Identitas Orang Tua/Wali


-

Nama Ayah

: Tn. AG

Umur

: 20 tahun

Alamat

Pekerjaan

Pendidikan Terakhir : SMP

Ayah perkawinan ke : I

Nama Ibu

: Ny. RS

Umur

: 19 tahun

Alamat

: Jl. Lambung Mangkurat

Pekerjaan

: Ibu Rumah Tangga

Pendidikan Terakhir

: SMP

Ibu perkawinan ke

:I

: Jl. Lambung Mangkurat


: Swasta

Anamnesa
Anamnesa dilakukan di ruang Melati RSUD AW. Sjahranie Samarinda.
Alloanamnesa oleh ibu kandung pasien
Keluhan Utama

: Demam

Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien masuk IGD dengan keluhan utama demam sejak 4 hari SMRS.
Menurut ibu pasien, demam yang dirasakan awalnya tidak terlalu tinggi. Demam
naik turun, turun saat diberi obat penurun panas, kemudian naik lagi. Demam
yang dialami pasien tidak disetai menggigil. Selain itu, demam juga tidak disertai
kejang. Sebelum demam, pasien mengalami batuk pilek sejak 5 hari SMRS.
Batuk yang dialami berdahak. Pilek disertai lendir encer, bening, tidak berdarah.
Mata pasien merah juga berair sejak 5 hari SMRS, mata juga mengeluarkan
banyak kotoran terutama sat bangun tidur. Pada saat 1 hari SMRS, timbul
bercak-bercak kemerahan yang berawal dari leher pasien, kemudian meluas ke
wajah, badan, tangan, dan kaki pasien. Saat bercak muncul, menurut ibu, pasien
juga mengeluhkan nafsu makan dan minum anaknya berkurang. Pasien juga susah
tidur saat malam hari dan rewel. BAB cair (-). BAB dalam batas normal. BAK
lancar dan jernih.
Riwayat Penyakit Dahulu
- Pasien belum pernah mengalami keluhan seperti ini sebelumnya.
- Riwayat alergi dan asma disangkal.
- Pasien belum pernah dirawat di RS sebelumnya.
Riwayat Penyakit Keluarga
- Tidak ada keluarga pasien yang mengalami keluhan seperti yang dialami
pasien.
- Riw. Hipertensi, DM, Asma, dan penyakit jantung disangkal.
Pertumbuhan dan Perkembangan Anak
Berat badan lahir

: 1200 gr

Panjang badan lahir

: Ibu Lupa

Berat badan sekarang

: 7,8 kg

Tinggi badan sekarang

: 63 cm

Gigi keluar

: 9 bulan

Tersenyum

: 3 bulan

Miring

: 4 bulan

Tengkurap

: 5 bulan

Duduk

: 8 bulan

Merangkak

: 10 bulan

Berdiri

:-

Berjalan

:-

Berbicara 2 kata

:-

Makan dan Minum Anak


ASI

: pasien minum ASI sejak lahir sampa


usia 6 bulan, dihentikan karena aanak
yang tidak mau minum ASI lagi.

Susu formula/sapi

: meminum susu formula (SGM) sejak


usia 6 bulan dan tidak mengalami
keluhan seperti batuk ataupun diare.

Buah

: 8 bulan

Bubur sayur

: -

Makanan padat + lauk

:-

Pemeriksaan Prenatal
Periksa di

: Bidan

Penyakit kehamilan

: -

Obat-obat yang sering diminum

: Vitamin

Riwayat Perinatal
Lahir di

: Klinik Bersalin

Ditolong oleh

: Bidan

Usia dalam kandungan

: 9 bulan

Jenis partus

: Spontan

Riwayat kelahiran

: Bayi langsung menangis kuat

Pemeliharaan Postnatal
Periksa di

: Posyandu

Keadaan anak

: Sehat

Keluarga Berencana
4

Keluarga Berencana

: Ya

Memakai sistem

: Suntik setiap 3 bulan

Riwayat Imunisasi
Pasien hanya melakukan dua kali imunisasi
Imunisasi

Usia saat imunisasi

BCG
Polio

I
(+)
(+)

II
////////////
(+)

III
////////////
(-)

IV
////////////
(-)

Booster I
////////////
-

Booster II
////////////
-

Campak
DPT

(-)
(+)

(-)

////////////
(-)

////////////
////////////

////////////
-

////////////
-

Hepatitis

(+)

(-)

(-)

//////////

B
PEMERIKSAAN FISIK
Kesan umum

: Tampak sakit sedang

Kesadaran

: CM, GCS 15

Tanda Vital
-

Frekuensi nadi

: 100 x/menit, reguler, kuat angkat

Frekuensi napas

: 44 x/menit

Temperatur

: 38,1o C

Antropometri
Berat badan

: 7,8 kg

Panjang Badan

: 63 cm

BMI

: 19,65

Status Gizi

: Baik

Kepala
Rambut

: Warna hitam, tidak mudah dicabut

Mata

: Konjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik (-/-), pupil isokor


diameter 3mm/3mm, reflex cahaya (+/+), mata cowong
(-/-), konjungtiva merah (+/+), secret pada mata (-),
lakrimasi (+)

Hidung

: Sekret hidung (+), pernafasan cuping hidung (-)

Mulut

: Mukosa bibir tampak Kering, sianosis (-), lidah bersih,


faring hiperemis (-), pembesaran tosil (-), soft palatum
menutup sempurna, koplik spot (+)

Leher

: Kaku kuduk (-), pembesaran kelenjar getah bening (-)

Ruam makula-papular eritematous pada wajah, leher, ekstremitas, dan badan


(+)

Thoraks
Pulmo
Inspeksi

: Bentuk dan pergerakan simetris, retraksi subcostal (+)


retraksi suprasternal (-)

Palpasi

: Fremitus raba sulit dievaluasi

Perkusi

: Sonor di semua lapangan paru

Auskultasi

: Rhonki (-/-), wheezing (-/-)

Cor:
Inspeksi

: Iktus cordis tidak tampak

Palpasi

: Iktus cordis teraba di ICS V left midclavicular line

Perkusi

: Batas jantung
Kanan : ICS III right parasternal line
Kiri

Auskultasi

: ICS V left midclavicular line

: S1,S2 tunggal reguler, gallop (-), murmur (-)

Abdomen
Inspeksi

: Flat

Palpasi

: Soefl, nyeri tekan (-), hepatomegali (-), splenomegali (-),


turgor kulit baik.

Perkusi

: Timpani

Auskultasi

: Bising usus (+) kesan normal

Ekstremitas

: Akral hangat (+), oedem (-)

Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium

Darah Lengkap
Leukosit
12.800
Hb
13,4
Hct
36,7%
Plt
212.000
Kimia Darah Lengkap
GDS
107
Serum elektrolit
Na
138
K
4,6
Cl
108
-

IVFD D5 NS 780 cc/24 jam

Ambroxol syr. 3x cth

Vit. A 1 x 100.000 IU

Paracetamol syr 3 x cth

DIAGNOSIS
Diagnosis Utama

Morbili
Diagnosis Lain
:Diagnosis Komplikasi

:-

PENATALAKSANAAN :

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

Definisi
Campak adalah penyakit akut yang sangat menular disebabkan oleh infeksi
virus yang umumnya menyerang anak. Campak memiliki gejala- gejala klinis
khas yang terdiri dari 3 stadium yang masing-masing mempunyai ciri khusus : (1)
stadium masa tunas berlangsung kira-kira 10-12 hari, (2) stadium prodromal
dengan gejala pilek dan batuk yang meningkat dan ditemukan enantem pada
mukosa pipi (bercak Koplik), faring dan peradangan mukosa konjungtiva, dan (3)
stadium akhir dengan keluarnya ruam mulai dari belakang telinga menyebar ke
muka, badan, lengan dan kaki. Ruam timbul di dahului dengan suhu badan yang
meningkat, selanjutnya ruam menjadi menghitam dan mengelupas.
Etiologi
Virus campak berada di sektor nasofaring dan di dalam darah, minimal
selama masa tunas dan dalam waktu yang singkat sesudah timbulnya ruam. Virus
masih tetap aktif minimal 34 jam pada temperatur kamar, 15 minggu pada
pengawetan beku, minimal 4 minggu disimpan dalam temperatur 350C, beberapa
hari pada suhu 00C. Virus tidak aktif pada pH rendah.
Bentuk Virus
Virus campak termasuk golongan paramyxovirus berbentuk bulat dengan
tepi yang yang kasar dan bergaris tengah 140 nm, dibungkus oleh selubung luar
yang terdiri dari lemak dan protein. Di dalamnya terdapat nukleokapsit yang
berbentuk bulat lonjong, terdiri dari bagian protein yang mengelilingi asam
nukleat (RNA) yang merupakan struktur heliks nukleoprotein dan mixovirus.
pada selubung luar seringkali terdapat tonjolan pendek. Salah satu protein yang
berada di selubung luar berfungsi sebagai hemoglobin.

Ketahanan Virus
Virus campak adalah organisme yang tidak memiliki daya tahan tinggi.
Apalagi berada di luar tubuh manusia, keberadaannya tidak kekal. Pada
temperatur kamar ia akan kehilangan 60% sifat infektivitasnya setelah 3-5 hari,
pada suhu 370C waktu paruh usianya 2 jam, sedangkan pada suhu 560C hanya satu
jam. Sebaliknya virus ini mampu bertahan dalam keadaan dingin. Pada suhu
-700C dengan media protein ia dapat hidup selama 5,5 tahun, sedangkan dalam
lemari pendingin dengan suhu 4-60C, dapat hidup selama 5 bulan. Tetapi bila
tanpa media protein, virus ini hanya mampu bertahan selam 2 minggu, dan dapat
dengan mudah dihancurkan oleh sinar ultraviolet.
Oleh karena selubungnya terdiri dari lemak maka virus campak termasuk
mikroorganisme yang bersifat ether labile. Pada suhu kamar, virus ini akan mati
dalam 20% ether setelah 10 menit dan dalam 50% aseton setelah 30 menit. Virus
campak juga sensitif terhadap 0,01% betapropiacetone pada suhu 370C dalam 2
jam, ia akan kehilangan sifat infektivitasnya namun tetap memiliki anti genitas
penuh. Sedangkan dalam formalin 1/4.000, virus ini menjadi tidak efektif setelah
5 hari, tetapi tetap tidak kehilangan antigenitasnya. Penambahan tripsin akan
mempercepat hilangnya potensi antigenik.
Pertumbuhan Virus
Virus campak dapat tumbuh pada berbagai macam tipe sel, tetapi untuk
isolasi primer digunakan biakan sel ginjal manusia atau kera. Pertumbuhan virus
campak lebih lambat daripada virus lainnya, baru mencapai kadar tertinggi pada
fase larutan setelah 7-10 hari. Virus tidak akan tumbuh dengan baik pada
perbenihan primer yang terdiri dari continuous cell lines, tetapi dapat diisolasi dari
biakan primer sel manusia atau kera terlebih dahulu dan selanjutnya virus ini akan
dengan mudah menyesuaikan diri dengan berbagai macam biakan yang terdiri dari
continuous cell lines yang berasal dari sel ganas maupun sel normal manusia.
Sekali dapat menyesuaikan diri pada perbenihan tersebut, ia dapat tumbuh dengan
cepat dibandingkan dalam perbenihan primer, dan mencapai kadar maksimumnya
dalam 2-4 hari.

10

Virus campak menyebabkan dua perubahan tife sitopatik. Perubahan


sitopatik yang pertama berupa perubahan pada sel yang batas tepinya menghilang
sehingga sitoplasma dari banyak sel akan sering bercampur dan membentuk
anyaman dengan pengumpulan 40 nukleus di tengah. Inclusion bodies tampak
pada kedua sitoplasma dan intinya. Efek sitopatik yang kedua menyebabkan
perubahan bentuk sel perbenihan dari poligonal menjadi bentuk gelondong. Sel ini
menjadi lebih hitam dan lebih membias daripada sel normal dan jika dicat
menunjukkan inclusion bodies yang berada di dalam inti. Efek pada sel gelondong
ini lebih sering terjadi pada sub-kultur yang berurutan, terutama apabila virus
lebih menyesuaikan diri dalam sel amnion manusia.
Ada atau tidak adanya glutamin dalam media mungkin menentukan efek
sitopatik utama mana yang akan timbul, terutama bila virus di tumbuhkan dalam
sel H.Ep2. tipe efek sitopatik yang bervariasi ini tergantung pada tipe sel penjamu,
media, jalur virus yang dilalui dan genetik strain virus itu sendiri. Struktur serat
dan pipa kecil terlihat dalam inti sel yang terinfeksi virus campak, namun struktur
tersebut bukan merupakan partikel virus melainkan tanda istimewa dari infeksi
virus campak. Struktur serupa juga terlihat pada kasus subacule sclerosing
encephalitis.
Patogenesis
Penularannya sangat efektif, dengan sedikit virus yang infeksius sudah
menimbulkan infeksi pada seseorang. Penularan campak terjadi secara droplet
melalui udara, sejak 1-2 hari sbelum timbul gejala klinis sampai 4 hari setelah
timbul ruam. Ditempat awal infeksi, penggandaan virus sangat minimal dan
jarang dapat ditemukan virusnya. Virus masuk kedalam limfatik lokal, bebas
maupun berhubungan dengan sel mononukluer, kemudian mencapai kelenjar
getah bening regional. Disini virus memperbanyak diri dengan sangat perlahan
dan dimulailah penyebaran ke sel jaringan limforetikular seperti limfa. Sel
mononuklear yang terinfeksi menyebabkan terbentuknya sel raksasa berinti
banyak (sel Warthin ), sedangakan limfosit-T (termasuk T-supresor dan T-helper)
yang rentan terhadap infeksi, turut aktif membelah.

11

Gambaran kejadian awal dijaringan limfoid masih belum diketahui secara


lengkap, tetapi 5-6 hari setelah infeksi awal, terbentuklah fokus infeksi yaitu
ketika virus masuk kedalam pembuluh darah menyebar kepermukaan epitel
orofaring, konjungtiva, saluran napas, kulit, kandung kemih, dan usus.
Pada hari ke 9-10, fokus infeksi yang berada di epitel saluran nafas dan
konjungtiva, akan menyebabkan timbulnya nekrosis pada satu sampai dua lapis
sel. Pada saat itu virus dalam jumlah banyak masuk kembali ke pembuluh darah
dan menimbulkan manifestasi klinis dari sistem saluran nafas di awali dengan
keluhan batuk pilek disertai selaput konjungtiva yang tampak merah. Respon
imun yang terjadi ialah proses peradangan epitel pada sisitem saluran pernafasan
diikuti dengan manifestasi klinis berupa demam tinggi, anak tampak sakit berat
dan suatu ulsera kecil pada mukosa pipi yang disebut Koplik, yang dapat
dijadikan sebagai tanda pasti untuk menegakkan diagnosis.
Selanjutnya daya tahan tubuh menurun. Sebagai akibat respon delayed
hypersensitivity terhadap antigen virus, muncul ruam makulopapular pada hari 14
sesudah awal infeksi dan pada saat itu antibodi humoral dapat dideteksi pada kulit.
Kejadian ini tidak tampak pada kasus yang mengalami defisit sel-T.
Fokus infeksi tidak menyebar jauh ke pembuluh darah. Vesikel tampak
secara mikroskopik di epidermis tetapi virus tidak berhasil tumbuh dikulit.
Penelitian dengan imunofluoresens dan histologik menunjukkan antigen campak
dan di duga terjadi suatu reaksi Arthus. Daerah epitel yang nekrotik di nasofaring
dan saluran pernapasan memberikan kesempatan infeksi bakteri sekunder berupa
bronkopneumonia, ototis media dan lain-lain. Dalam keadaan tertentu pnemonia
juga dapat terjadi, selain itu campak dapat menyebabkan gizi kurang.

12

Demam
Droplet Infection (virus masuk)

Virus memasuki aliran darah

Sampai dan mempengaruhi termostat dalam hipotalamus

Titik setel termostat meningkat

Suhu tubuh meningkat

Hipertermia
BAB cair (Diare)
Diare dapat disebabkan oleh beberapa mekanisme yaitu:
1. Gangguan osmotik akibat adanya makanan atau zat yang tidak dapat diserap
kemudian menyebabkan tekanan osmotik dalam lumen usus meningkat
sehingga terjadi pergeseran air dan elektroloit ke dalam lumen usus. Isi rongga
usus yang berlebihan akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga
timbul diare.
2. Gangguan sekresi akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding
usus akan terjadi peningkatan sekresi, air dan elektrolit ke dalam lumen usus
dan selanjutnya timbul diare karena peningkatan isi lumen usus.
3. Gangguan motilitas usus. Hiperperistaltik akan menyebabkan berkurangnya
kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga timbul diare. Sebaliknya
bila peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan,
selanjutnya dapat timbul diare.
Batuk berdahak
Batuk berdahak terjadi karena adanya iritasi pada bronkus. Batuk ini
bertujuan untuk membuang produk-produk radang keluar. Karena terlibatnya
bronkus pada setiap penyakit tidak sama, mungkin saja batuk baru ada setelah

13

penyakit berkembang berminggu-minggu sampai berbulan-bulan peradangan


dimulai. Sifat batuk dimulai dari batuk nonproduktif (kering) kemudian setelah
timbul peradangan menjadi batuk produktif. Batuk pada morbili terjadi sebagai
manifestasi klinis akibat virus dalam jumlah banyak masuk kembali ke pembuluh
darah, pada focus infeksi di saluran nafas yang sebelumnya telah mengalami
nekrosis akibat viremia pertama.
Bercak Koplik (Kopliks spots)
Bercak koplik diambil dari nama henry koplik, seorang dokter spesialis anak
di Amerika Serikat yang pertama mendeteksi tanda tersebut. Bercak Koplik
seringkali digambarkan seperti garam yang di taburkan di atas permadani merah,
yang sebenarnya gambarannya berupa titik-titik putih kecil dikelilingi oleh dasar
mukosa mulut yang merah. Bercak ini hanya muncul pada masa inkubasi dan
cepat menghilang (3-5 hari) setelah gejala pertama (1-2 hari stelah munculnya
bercak koplik), demam menjadi semakin tinggi, lalu diikuti dengan munculnya
ruam-ruam kemerahan pada kulit.
Ruam pada kulit
Pada pasien yang menderita morbili, setelah 2-4 hari, virus campak
menginfeksi jaringan getah bening lokal, kemungkinan dibawa oleh makrofag
paru. Setelah amplifikasi virus campak di kelenjar getah bening regional, terutama
viremia terkait sel menyebar virus ke berbagai organ. Pada kulit terjadi ploriferasi
sel-sel endotel kalpiler di dalam korium, kemudian terjadi eksudasi serum dan
kadang-kadang eritrosit dalam epidermis yang kemudian menimbulkan rash/ ruam
kulit. Ruam-ruam ini berupa ruam makulo-papular dengan dasar eritematous.
Konjungtivitis
Konjungtiva berhubungan dengan dunia luar kemungkinan konjungtiva
terinfeksi dengan mikro organisme sangat besar. Pertahanan konjungtiva terutama
oleh karena adanya tear film, pada permukaan konjungtiva yang berfungsi
melarutkan kotoran dan bahan-bahan yang toksik kemudian mengalirkan melalui
saluran lakrimalis ke meatus nasi inferior. Tear film mengandung beta lysine,

14

lysozyne, Ig A, Ig G yang berfungsi menghambat pertumbuhan kuman. Apabila


ada kuman pathogen yang dapat menembus pertahanan tersebut sehingga terjadi
infeksi konjungtiva yang disebut konjungtivitis. Pada pasien morbili, focus infeksi
juga bisa terdapat pada saluran lakrimalis, viremia pada tempat tersebut dapat
mengakibatkan peradangan yang memunculkan konjungtivitis.
Manifestasi Klinis dan Diagnosis
Diagnosis campak dapat dibuat berdasarkan kelompok gejala klinis yang
sangat berkaitan yaitu koriza dan mata meradang disertai batuk dan demam tinggi
dalam beberapa hari, diikuti timbulnya ruam yang memiliki ciri khas, yaitu
diawali dari belakang telinga kemudian menyebar ke muka, dada, tubuh, lengan
dan kaki bersamaan dengan meningkatnya suhu tubuh dan selanjutnya mengalami
hiperpigmentasi dan mengelupas.
Pada stadium prodormal dapat ditemukan enantema di mukosa pipi yang
merupakan tanda patognomonis campak (bercak Koplik). Meskipun demikian
menuntukan diagnosis perlu ditunjang data epidemiologi. Tidak semua kasus
manifestasi sama dan jelas. Sebagai contoh, pasien yang mengidap gizi kurang
ruamnya dapat sampai berdarah dan mengelupas atau bahkan sudah meninggal
sebelum ruam timbul. Pada kasus gizi kurang juga dapat terjadi diare yang
berkelanjutan.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa diagnosis campak dapat ditegakkan secara
klinis, sedangkan pemeriksaan sekedar membantu; seperti pada pemeriksaan
sitologik ditemukan sel raksasa pada lapisan mukosa hidung dan pipi, pada
pemeriksaan serologi didapatkan IgM spesifik. Campak yang bermanifestasi tidak
khas disebut campak atifikal; diagnosis banding lainnya adalah rubela, demam
skarlatina, ruam akibat obat-obatan, eksantema subitum, dan infeksi Stafilokokus.
Penyulit
a. Laringitis akut
Laringitis timbul akibat adanya edema hebat pada mukosa saluran
nafas, yang bertambah parah pada saat demam mencapai puncaknya.

15

Ditandai dengan distress pernapasan, sesak, sianosis dan stridor.


Ketika demam keadaan akan membaik dan gejala akan menghilang.
b. Bronkopneumonia
Dapat disebabkan oleh virus campak maupun akibat invasi bakteri.
Ditandai dengan batuk, meningkatnya frekuensi nafas, dan adanya
ronki basah halus. Pada saat suhu turun, apabila disebabkan oleh virus
gejala pneumonia akan menghilang, kecuali batuk yang masih dapat
berlanjut sampai beberapa hari lagi. Apabila suhu tidak juga turun pada
saat yang diharapkan dan gejala saluran nafas masih terus berlangsung,
dapat diduga adanya pneumonia karena bakteri yang telah mengadakan
invasi pada sel epitel yang telah dirusak oleh virus. Gambaran infiltrat
pada foto thorak dan adanya leukositosis dapat mempertegas
diagnosis. Dinegara sedang berkembang dimana malnutrisi masih
menjadi masalah, penyulit pneumonia bakteri bisa terjadi dan dapat
menjadi fatal bila tidak diberi antibiotik.
c. Kejang demam
Kejang dapat timbul pada periode demam, umumnya pada puncak
demam pada saat ruam keluar. Kejang dalam hal ini diklasifikasikan
sebagai kejang demam.
d. Ensefalitis
Merupakan penyulit neurologik yang paling sering terjadi, biasanya
pada hari ke 4-7 setelah timbulnya ruam. Kejadian ensefalitis sekitar 1
dalam 1000 kasus campak, dengan mortalitas antara 30-40%.
Terjadinya ensefalitis dapat melalui mekanisme imunologik maupun
melalui invasi langsung virus campak kedalam otak. Gejala ensefalitis
dapat berupa kejang, letragi, koma, dan iritabel. Keluhan nyeri kepala,
frekuensi nafas meningkat, twitching, disorientasi juga dapat
ditemukan. Pemeriksaan cairan serebrospinal menunjukkan pleositosis
ringan, dengan predominan sel mononuklear, peningkatan protein
ringan, sedangkan kadar glukosa dalam batas normal.
e. SSPE ( Subacute Sclerosing Panencephalitis )

16

Subacute sclerosing panencephalitis merupakan kelainan degeneratif


susunan saraf pusat yang jarang disebabkan oleh infeksi virus campak
yang persisten. Kemungkinan untuk menderita SSPE pada anak yang
sebelumnya pernah menderita camapak adalah 0.6-2,2 per 100.000
infeksi campak. Resiko terjadi SSPE lebih besar pada usia yang lebih
muda, dengan masa inkubasi rata-rata 7 tahun. Gejala SSPE didahului
dengan gangguan tingkah laku dan intelektual yang progresif, diikuti
oleh inkoordinasi motorik, kejang umumnya bersifat mioklonik.
Laboratorium

meunjukkan peningkatan

globulin

dalam cairan

serebrospinal, antibodi terhadap campak dalam serum ( CF dan HAI )


meningkat ( 1:1280 ).Tidak ada terapi untuk SSPE. Rata-rata jangka
waktu timbulnya gejala sampai meninggal antara 6-9 bulan.
f. Otitis media
Invasi virus ke dalam telinga tengah umumnya terjadi pada campak.
Gendang telinga biasanya hiperemis pada fase prodormal dan stadium
erupsi. Jika terjadi invasi bakteri pada lapisan sel mukosa yang rusak
karena invasi virus akan terjadi otitis media purulenta. Dapat pula
terjadi mastoiditis.
g. Enteritis
Beberapa anak yang menderita campak mengalami muntah dan
mencret pada fase prodormal, keadaan invasi virus kedalam sel
mukosa usus. Dapat pula timbul enteropati yang menyebabkan
kehilangan protein ( protein losing enteropathy ).
h. Konjungtivitis
Pada hampir semua kasus campak terjadi konjungtivitis, yang ditandai
dengan adanya mata merah, pembengkakan kelopak mata, lakrimasi,
dan fotopobia. Kadang-kadang terjadi infeksi sekunder oleh bakteri.
Virus campak atau antigennya dapat dideteksi pada lessi konjungtiva
pada hari-hari pertama sakit. Konjungtivitis dapat memburuk dengan
terjadinya hipopion dan pan-oftalmitis hingga menyebabkan kebutaan.
Dapat pula timbul ulkus kornea.
i. Sistem kardiovaskuler

17

Pada EKG dapat ditemukan kelainan berupa perubahan gelombang T,


kontraksi prematur aurikel dan perpanjangan interval A-V. Perubahan
tersebut bersifat sementara dan tidak atau hanya sedikit mempunyai
arti klinis.
j. Adenitis servikal
k. Purpura trombositopenik dan non-trombositopenik
l. Pada ibu hamil dapat terjadi abortus, partus prematurus, dan kelainan
konginental pada bayi.
m. Aktivasi tuberkulosis
n. Pneumonia mediastianal
o. Emfisema subkutan
p. Apendisitis
q. Gangguan gizi sampai kwasiorkhor
r. Infeksi piogenik pada kulit
s. Kankrum oris ( noma )
Diagnosa Banding

Manifestasi
Klinis

Morbili
Rubella
a. Stadium kataral (prodormal) Gejala klinis:
ditandai
oleh
demam Nyeri pada mata pada gerakan
ringan hingga sedang,
mata lateral dan ke atas
batuk
coryza,

kering
fotofobia

ringan,

(keluhan sangat

dan

mengganggu)
Konjungtivitis
konjungtivitis
Menjelang akhir stadium Sakit tenggorokan
Sakit kepala
kataral dan 24 jam Demam yang tidak terlalu
sebelum timbul enantema,
tinggi
Menggigil
timbul bercak koplik
Anoreksia
b. Stadium erupsi
Coryza dan batuk-batuk Mual
Pembengkakan kelenjar getah
bertambah.
bening auricularis posterior
Timbul enantema
dan terutama kelenjar getah
Terjadinya eritema yang

18

bening suboccipital
Tanda Forchheimer (suatu
berbentuk makula papula
disertai dengan menaiknya
suhu tubuh. Eritema timbul
dibelakang

telinga

dibagian

atas

lateral

tengkuk, sepanjang rambut


dan

bagian

bawah
Terdapat
kelenjar
disudut

belakang
pembesaran

getah

bening

mandibula

dan

didaerah leher belakang


c. Stadium konvalesensi
Suhu menurun sampai
menjadi

normal

kecuali

bila ada komplikasi


Erupsi
berkurang
meninggalkan bekas yang
berwarna

lebih

(hiperpigmentasi)

tua
yang

bisa hilang sendiri

Data
Laboratorium

Pemeriksaan darah lengkap

enanthem diamati
pada 20% pasien
dengan rubella selama
periode prodromal,
terdapat pada beberapa
pasien selama
fase awal exanthem; terdiri
dari petechiae pinpoint atau
yang lebih besar
yang biasanya terjadi
pada palatum mole)
Gejala utama
infeksi virus rubella adalah
munculnya ruam(exanthem)
pada wajah yang
menyebar ke batang tubuh
dan anggota badan dan
biasanya memudar
setelah tiga hari (itu
sebabnya sering disebut
sebagai campak tiga hari)
Adanya
rubella-specific

menunjukkan

immunoglobulin M (IgM)

leukopenia dengan limfosit

antibody

osis relatif

specific IgG antibody yang

dan trombositopenia

meningkat 4 kali

atau

rubella-

Pengobatan
Pasien campak tanpa penyulit dapat berobat jalan. Anak harus diberikan
cukup cairan, sedangkan pengobatan bersifat simptomatik dengan pemberian

19

antipiretik, antitusif, ekspektoran, dan antikonvulsan bila diperlukan. Sedangkan


pada campak dengan penyulit, pasien perlu di rawat inap. Dirumah sakit pasien
campak dirawat di bangsal isolasi sistem pernafasan, diperlukan perbaikan
keadaan umum dengan memperbaiki kebutuhan cairan dan diet yang memadai.
Vitamin A 100.000 IU peroral diberiakan satu kali apabila terdapat malnutrisi
dilanjutkan 150.000 IU tiap hari.
Untuk konjungtivitis ringan dengan cairan mata yang jernih, tidak
diperlukan pengobatan. Jika mata bernanah, bersihkan mata dengan kain katun
yang telah direbus dalam air mendidih, atau lap bersih yang direndam dalam air
bersih. Oleskan salep mata kloramfenikol/tetrasiklin, 3 kali sehari selama 7 hari.
Jangan menggunakan salep steroid. Jaga kebersihan mulut, beri obat kumur
antiseptik bila pasien dapat berkumur.
Apabila terdapat penyulit, maka dilakukan pengobatan untuk mengatasi
penyulit yang timbul, yaitu:

Bronkopneumonia
Diberikan antibiotik ampisilin 100 mg/kgBB/hari dalam 4 dosis intravena
dikombinasikan dengan klorampenikol 75 mg/kgBB/hari intravena dalam
4 dosis, sampai gejala sesak berkurang dan pasien dapat minum obat
peroral. Antibiotik diberikan sampai 3 hari demam reda. Apabila dicurigai
infeksi spesifik, maka uji tuberkulin dilakukan setelah anak sehat kembali
( 3-minggu kemudian ) oleh karena uji tuberkulin biasanya negatif (anergi)
pada

saat

anak

menderita

campak.

Gangguan

reaksi

delayed

hipersensitivity disebabkan oleh sel limposit-T yang terganggu fungsinya.

Enteritis
Pada keadaan berat anak mudah jatuh dalam dehidrasi. Pemberian cairan
intravena dapat dipertimbangkan apabila enteritis+dehidrasi.

Otitis media
Seringkali disebabkan oleh karena infeksi sekunder, sehingga perlu
diberikan antibiotik kotrimoksazol-sulfametoksazol ( TMP 4mg/kgBB/hari
dibagi 2 dosis )

Ensefalopati

20

Perlu reduksi jumlah pemberian cairan hingga kebutuhan untuk


mengurangi edem otak, disamping pemberian kortikosteroid. Perlu
dikoreksi elektrolit dan gangguan gas darah.
Vitamin A 100.000 IU
Suplemen
pada morbiditas

vitamin

A telah

dan mortalitas

dikaitkan dengan

dan muncul

untuk

penurunan sekitar 50%


membantu

mencegah

kerusakan mata dan kebutaan.


Karena kekurangan
parah dari

penyakit

didiagnosis

vitamin A berhubungan

campak, WHO

dengan campak

harus

dengan

penyakit yang

merekomendasikan semua

anak yang

menerima suplemen vitamin

A terlepas

dari negara mereka tinggal, berdasarkan usia mereka.


Paracetamol
Terapi simptomatik dapat diberikan dengan pertimbangan untuk perbaikan
keadaan umum penderita, yakni antipiretik (penurun panas) untuk kenyamanan
penderita terutama anak.
Obat ini mempunyai nama generik acetaminophen. Parasetamol adalah
drivat p-aminofenol yang mempunyai sifat antipiretik / analgesik. Paracetamol
utamanya digunakan untuk menurunkan panas badan yang disebabkan oleh karena
infeksi atau sebab yang lainnya. Disamping itu, paracetamol juga dapat digunakan
untuk meringankan gejala nyeri dengan intensitas ringan sampai sedang. Ia aman
dalam dosis standar, tetapi karena mudah didapati, overdosis obat baik sengaja
atau tidak sengaja sering terjadi.
Mekanisme kerja yang sebenarnya dari parasetamol masih menjadi bahan
perdebatan. Parasetamol menghambat produksi prostaglandin (senyawa penyebab
inflamasi), namun parasetamol hanya sedikit memiliki khasiat anti inflamasi.
Telah dibuktikan bahwa parasetamol mampu mengurangi bentuk teroksidasi
enzim siklooksigenase (COX), sehingga menghambatnya untuk membentuk
senyawa penyebab inflamasi (4,5). Sebagaimana diketahui bahwa enzim
siklooksigenase ini berperan pada metabolisme asam arakidonat menjadi

21

prostaglandin H2, suatu molekul yang tidak stabil, yang dapat berubah menjadi
berbagai senyawa pro-inflamasi.
Kemungkinan lain mekanisme kerja parasetamol ialah bahwa parasetamol
menghambat enzim siklooksigenase seperti halnya aspirin, namun hal tersebut
terjadi pada kondisi inflamasi, dimana terdapat konsentrasi peroksida yang tinggi.
Pada kondisi ini oksidasi parasetamol juga tinggi, sehingga menghambat aksi anti
inflamasi.
Hal ini menyebabkan parasetamol tidak memiliki khasiat langsung pada
tempat inflamasi, namun malah bekerja di sistem syaraf pusat untuk menurunkan
temperatur tubuh, dimana kondisinya tidak oksidatif.
Dosis: 10-15 mg/KgBB/kali
Efedrin
Merupakan obat dekongestan ini merupakan golongan simpatomimetik
yang beraksi pada reseptor adrenergic pada mukosa hidung untuk menyebabkan
vasokonstriksi, menciutkan mukosa yang membengkak, dan memperbaiki
pernafasan. Efek sentral lebih kuat dengan efek bronchodilatasi lebih ringan dan
bertahan lebih lama (4 jam).
Dosis : 0,8-1,6 mg/kgBB/hari

BAB IV
PEMBAHASAN
MORBILI
NO.
FAKTA
1. Pasien mengeluh demam dan batuk Tanda

TEORI
pertama penyakit

adalah

pilek serta napsu makan berkurang. demam dan malaise kemudian diikuti

22

Pasien juga mengalami mata merah,


berair, dan mengeluarkan banyak
kotoran.

batuk, pilek, dan konjungtivitis. Selain


itu, terdapat pula keluhan yang sering
seperti sakit kepala, nyeri abdomen,

muntah, diare.
Bercak-bercak merah dari belakang Ruam timbul 4 hari setelah tanda
2

telinga dan leher timbul pada hari ke- pertama penyakit dan diawali oleh
3 setelah demam.
Tidak ditemukan

bintik koplik 2 hari sebelumnya.


tanda Komplikasi utama adalah otitis media,

diare

dan pneumonia, ensefalitis, diare akut

tanda

3.

komplikasi

seperti

4.

dehidrasi
- IVFD D5 1/4 NS 800cc/24 jam

disertai dehidrasi.
Pengobatan

Paracetamol syr 3 x 1 cth

Ambroxol syr 3 x cth

dapat berobat jalan. Anak harus

Vit. A 1x100.000 iu

diberikan cukup cairan, sedangkan

Pasien campak tanpa penyulit

pengobatan bersifat simptomatik


dengan

pemberian

antitusif,

antipiretik,

ekspektoran,

dan

antikonvulsan bila diperlukan.


-

Campak dengan penyulit, pasien


perlu di rawat inap. Dirumah sakit
pasien campak dirawat di bangsal
isolasi
diperlukan
umum

sistem

pernafasan,

perbaikan
dengan

keadaan

memperbaiki

kebutuhan cairan dan diet yang


memadai.
-

Vitamin A 100.000 IU peroral


diberiakan
terdapat

satu

kali

malnutrisi

apabila

dilanjutkan

150.000 IU tiap hari.


-

Untuk

konjungtivitis

ringan

dengan cairan mata yang jernih,


tidak diperlukan pengobatan. Jika

23

mata bernanah, bersihkan mata


dengan kain katun yang telah
direbus dalam air mendidih, atau
lap bersih yang direndam dalam air
bersih.

Oleskan

salep

mata

kloramfenikol/tetrasiklin, 3 kali
sehari selama 7 hari. Jangan
menggunakan salep steroid.
-

Jaga kebersihan mulut, beri obat


kumur antiseptik bila pasien dapat
berkumur.

Apabila terdapat penyulit, maka


dilakukan pengobatan untuk
mengatasi penyulit yang timbul

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Pasien masuk IGD dengan keluhan utama demam sejak 4 hari SMRS.
Menurut ibu pasien, demam yang dirasakan awalnya tidak terlalu tinggi. Demam
naik turun, turun saat diberi obat penurun panas, kemudian naik lagi. Demam
yang dialami pasien tidak disetai menggigil. Selain itu, demam juga tidak disertai
kejang. Sebelum demam, pasien mengalami batuk pilek sejak 5 hari SMRS.
Batuk yang dialami berdahak. Pilek disertai lendir encer, bening, tidak berdarah.
Mata pasien merah juga berair sejak 5 hari SMRS, mata juga mengeluarkan

24

banyak kotoran terutama sat bangun tidur. Pada saat 1 hari SMRS, timbul
bercak-bercak kemerahan yang berawal dari leher pasien, kemudian meluas ke
wajah, badan, tangan, dan kaki pasien. Saat bercak muncul, menurut ibu, pasien
juga mengeluhkan nafsu makan dan minum anaknya berkurang. Pasien juga susah
tidur saat malam hari dan rewel. BAB cair (-). BAB dalam batas normal. BAK
lancar dan jernih.
Adapun hasil pemeriksaan fisik yang ditemukan adalah kesadaran
komposmentis pada pasien, suhu meningkat, dan ruam makulopapular di seluruh
badan, serta mata kemerahan dengan banyak air mata. Berdasarkan hasil
anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang lain nya maka diagnosis
kerja pada pasien ini adalah Morbili dimana gejala klinis yang muncul salah
satunya adalah patognomonik dari morbili yaitu adanya

koplik spot,

konjungtivitis, cough, coriza dan BAB cair > 3 kali dalam 24 jam. Secara
prognosis penyakit ini baik karena tingkat penyembuhannya mencapai 100%. Jika
ditelaah berdasarkan anamnesis hingga pemeriksaan penunjang, maka didapatkan
kesimpulan bahwa telah sesuai dari diagnosis dan penatalaksanaan pada pasien ini
dengan literature yang kami dapatkan.

DAFTAR PUSTAKA
1. Sumarno, S, Sudarmo, P, Hadinegoro, S, Satari H. Campak. Dalam : Buku
Ajar Infeksi & Pediatri Tropis. Cetakan Kedua. 2010. Ikatan Dokter Anak
Indonesia (IDAI) : Jakarta Hal : 109-116
2. Depkes RI. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Anak Di Rumah Sakit. 2009.
Departemen Kesehatan RI: Jakarta Hal : 81
3. Phillips C.S. 1983. Measles. In: Behrman R.E., Vaughan V.C. (eds) Nelson
Textbook of Pediatrics. 12th edition. Japan. Igaku-Shoin/Saunders. p.743

25

4. T.H. Rampengan, I.R. Laurentz. 1997. Penyakit Infeksi Tropik pada Anak.
Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Hal. 90

26

Anda mungkin juga menyukai