Tutorial Morbili
Tutorial Morbili
Tutorial Infeksi
MORBILI
Disusun Oleh:
Radhiyana Putri
0910015031
Pembimbing:
dr. Fatchul Wahab, Sp.A
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN...................................................................................................1
BAB 2 STATUS PASIEN........................................................................................2
BAB 3 TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................11
BAB 4 PEMBAHASAN........................................................................................25
BAB 5 PENUTUP.................................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................28
BAB I
PENDAHULUAN
Campak atau morbili adalah suatu infeksi virus akut yang memiliki 3
stadium yaitu (1)Stadium inkubasi yang berkisar antara 10 sampai 12 hari setelah
pajanan pertama terhadap virus dan dapat disertai gejala minimal maupun tidak
bergejala,
(2)Stadium
prodromal
yang
menunjukkan
gejala
demam,
konjungtivitis, pilek, dan batuk yang meningkat serta ditemukannya enantem pada
mukosa (bercak Koplik), dan (3)Stadium erupsi yang ditandai dengan keluarnya
ruam makulopapular yang didahului dengan meningkatnya suhu badan.
Angka kejadian campak di Indonesia sejak tahun 1990 sampai 2002 masih
tinggi sekitar 3000-4000 per tahun demikian pula frekuensi terjadinya kejadian
luar biasa tampak meningkat dari 23 kali per tahun menjadi 174. Namun case
fatality rate telah dapat diturunkan dari 5,5% menjadi 1,2%. Umur terbanyak
menderita campak adalah 12 tahun.
Transmisi campak terjadi melalui udara, kontak langsung maupun melalui
droplet dari penderita saat gejala yang ada minimal bahkan tidak bergejala.
Penderita masih dapat menularkan penyakitnya mulai hari ke-7 setelah terpajan
hingga 5 hari setelah ruam muncul. Biasanya seseorang akan mendapat kekebalan
seumur hidup bila telah sekali terinfeksi oleh campak.
BAB II
STATUS PASIEN
Identitas pasien
-
Nama
: An. SH
Jenis kelamin
: Laki-laki
Umur
: 10 bulan
Alamat
Anak ke
: 6 dari 6 bersaudara
MRS
: 07 Oktober 2014
Nama Ayah
: Tn. AG
Umur
: 20 tahun
Alamat
Pekerjaan
Ayah perkawinan ke : I
Nama Ibu
: Ny. RS
Umur
: 19 tahun
Alamat
Pekerjaan
Pendidikan Terakhir
: SMP
Ibu perkawinan ke
:I
Anamnesa
Anamnesa dilakukan di ruang Melati RSUD AW. Sjahranie Samarinda.
Alloanamnesa oleh ibu kandung pasien
Keluhan Utama
: Demam
Pasien masuk IGD dengan keluhan utama demam sejak 4 hari SMRS.
Menurut ibu pasien, demam yang dirasakan awalnya tidak terlalu tinggi. Demam
naik turun, turun saat diberi obat penurun panas, kemudian naik lagi. Demam
yang dialami pasien tidak disetai menggigil. Selain itu, demam juga tidak disertai
kejang. Sebelum demam, pasien mengalami batuk pilek sejak 5 hari SMRS.
Batuk yang dialami berdahak. Pilek disertai lendir encer, bening, tidak berdarah.
Mata pasien merah juga berair sejak 5 hari SMRS, mata juga mengeluarkan
banyak kotoran terutama sat bangun tidur. Pada saat 1 hari SMRS, timbul
bercak-bercak kemerahan yang berawal dari leher pasien, kemudian meluas ke
wajah, badan, tangan, dan kaki pasien. Saat bercak muncul, menurut ibu, pasien
juga mengeluhkan nafsu makan dan minum anaknya berkurang. Pasien juga susah
tidur saat malam hari dan rewel. BAB cair (-). BAB dalam batas normal. BAK
lancar dan jernih.
Riwayat Penyakit Dahulu
- Pasien belum pernah mengalami keluhan seperti ini sebelumnya.
- Riwayat alergi dan asma disangkal.
- Pasien belum pernah dirawat di RS sebelumnya.
Riwayat Penyakit Keluarga
- Tidak ada keluarga pasien yang mengalami keluhan seperti yang dialami
pasien.
- Riw. Hipertensi, DM, Asma, dan penyakit jantung disangkal.
Pertumbuhan dan Perkembangan Anak
Berat badan lahir
: 1200 gr
: Ibu Lupa
: 7,8 kg
: 63 cm
Gigi keluar
: 9 bulan
Tersenyum
: 3 bulan
Miring
: 4 bulan
Tengkurap
: 5 bulan
Duduk
: 8 bulan
Merangkak
: 10 bulan
Berdiri
:-
Berjalan
:-
Berbicara 2 kata
:-
Susu formula/sapi
Buah
: 8 bulan
Bubur sayur
: -
:-
Pemeriksaan Prenatal
Periksa di
: Bidan
Penyakit kehamilan
: -
: Vitamin
Riwayat Perinatal
Lahir di
: Klinik Bersalin
Ditolong oleh
: Bidan
: 9 bulan
Jenis partus
: Spontan
Riwayat kelahiran
Pemeliharaan Postnatal
Periksa di
: Posyandu
Keadaan anak
: Sehat
Keluarga Berencana
4
Keluarga Berencana
: Ya
Memakai sistem
Riwayat Imunisasi
Pasien hanya melakukan dua kali imunisasi
Imunisasi
BCG
Polio
I
(+)
(+)
II
////////////
(+)
III
////////////
(-)
IV
////////////
(-)
Booster I
////////////
-
Booster II
////////////
-
Campak
DPT
(-)
(+)
(-)
////////////
(-)
////////////
////////////
////////////
-
////////////
-
Hepatitis
(+)
(-)
(-)
//////////
B
PEMERIKSAAN FISIK
Kesan umum
Kesadaran
: CM, GCS 15
Tanda Vital
-
Frekuensi nadi
Frekuensi napas
: 44 x/menit
Temperatur
: 38,1o C
Antropometri
Berat badan
: 7,8 kg
Panjang Badan
: 63 cm
BMI
: 19,65
Status Gizi
: Baik
Kepala
Rambut
Mata
Hidung
Mulut
Leher
Thoraks
Pulmo
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Cor:
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
: Batas jantung
Kanan : ICS III right parasternal line
Kiri
Auskultasi
Abdomen
Inspeksi
: Flat
Palpasi
Perkusi
: Timpani
Auskultasi
Ekstremitas
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium
Darah Lengkap
Leukosit
12.800
Hb
13,4
Hct
36,7%
Plt
212.000
Kimia Darah Lengkap
GDS
107
Serum elektrolit
Na
138
K
4,6
Cl
108
-
Vit. A 1 x 100.000 IU
DIAGNOSIS
Diagnosis Utama
Morbili
Diagnosis Lain
:Diagnosis Komplikasi
:-
PENATALAKSANAAN :
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi
Campak adalah penyakit akut yang sangat menular disebabkan oleh infeksi
virus yang umumnya menyerang anak. Campak memiliki gejala- gejala klinis
khas yang terdiri dari 3 stadium yang masing-masing mempunyai ciri khusus : (1)
stadium masa tunas berlangsung kira-kira 10-12 hari, (2) stadium prodromal
dengan gejala pilek dan batuk yang meningkat dan ditemukan enantem pada
mukosa pipi (bercak Koplik), faring dan peradangan mukosa konjungtiva, dan (3)
stadium akhir dengan keluarnya ruam mulai dari belakang telinga menyebar ke
muka, badan, lengan dan kaki. Ruam timbul di dahului dengan suhu badan yang
meningkat, selanjutnya ruam menjadi menghitam dan mengelupas.
Etiologi
Virus campak berada di sektor nasofaring dan di dalam darah, minimal
selama masa tunas dan dalam waktu yang singkat sesudah timbulnya ruam. Virus
masih tetap aktif minimal 34 jam pada temperatur kamar, 15 minggu pada
pengawetan beku, minimal 4 minggu disimpan dalam temperatur 350C, beberapa
hari pada suhu 00C. Virus tidak aktif pada pH rendah.
Bentuk Virus
Virus campak termasuk golongan paramyxovirus berbentuk bulat dengan
tepi yang yang kasar dan bergaris tengah 140 nm, dibungkus oleh selubung luar
yang terdiri dari lemak dan protein. Di dalamnya terdapat nukleokapsit yang
berbentuk bulat lonjong, terdiri dari bagian protein yang mengelilingi asam
nukleat (RNA) yang merupakan struktur heliks nukleoprotein dan mixovirus.
pada selubung luar seringkali terdapat tonjolan pendek. Salah satu protein yang
berada di selubung luar berfungsi sebagai hemoglobin.
Ketahanan Virus
Virus campak adalah organisme yang tidak memiliki daya tahan tinggi.
Apalagi berada di luar tubuh manusia, keberadaannya tidak kekal. Pada
temperatur kamar ia akan kehilangan 60% sifat infektivitasnya setelah 3-5 hari,
pada suhu 370C waktu paruh usianya 2 jam, sedangkan pada suhu 560C hanya satu
jam. Sebaliknya virus ini mampu bertahan dalam keadaan dingin. Pada suhu
-700C dengan media protein ia dapat hidup selama 5,5 tahun, sedangkan dalam
lemari pendingin dengan suhu 4-60C, dapat hidup selama 5 bulan. Tetapi bila
tanpa media protein, virus ini hanya mampu bertahan selam 2 minggu, dan dapat
dengan mudah dihancurkan oleh sinar ultraviolet.
Oleh karena selubungnya terdiri dari lemak maka virus campak termasuk
mikroorganisme yang bersifat ether labile. Pada suhu kamar, virus ini akan mati
dalam 20% ether setelah 10 menit dan dalam 50% aseton setelah 30 menit. Virus
campak juga sensitif terhadap 0,01% betapropiacetone pada suhu 370C dalam 2
jam, ia akan kehilangan sifat infektivitasnya namun tetap memiliki anti genitas
penuh. Sedangkan dalam formalin 1/4.000, virus ini menjadi tidak efektif setelah
5 hari, tetapi tetap tidak kehilangan antigenitasnya. Penambahan tripsin akan
mempercepat hilangnya potensi antigenik.
Pertumbuhan Virus
Virus campak dapat tumbuh pada berbagai macam tipe sel, tetapi untuk
isolasi primer digunakan biakan sel ginjal manusia atau kera. Pertumbuhan virus
campak lebih lambat daripada virus lainnya, baru mencapai kadar tertinggi pada
fase larutan setelah 7-10 hari. Virus tidak akan tumbuh dengan baik pada
perbenihan primer yang terdiri dari continuous cell lines, tetapi dapat diisolasi dari
biakan primer sel manusia atau kera terlebih dahulu dan selanjutnya virus ini akan
dengan mudah menyesuaikan diri dengan berbagai macam biakan yang terdiri dari
continuous cell lines yang berasal dari sel ganas maupun sel normal manusia.
Sekali dapat menyesuaikan diri pada perbenihan tersebut, ia dapat tumbuh dengan
cepat dibandingkan dalam perbenihan primer, dan mencapai kadar maksimumnya
dalam 2-4 hari.
10
11
12
Demam
Droplet Infection (virus masuk)
Hipertermia
BAB cair (Diare)
Diare dapat disebabkan oleh beberapa mekanisme yaitu:
1. Gangguan osmotik akibat adanya makanan atau zat yang tidak dapat diserap
kemudian menyebabkan tekanan osmotik dalam lumen usus meningkat
sehingga terjadi pergeseran air dan elektroloit ke dalam lumen usus. Isi rongga
usus yang berlebihan akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga
timbul diare.
2. Gangguan sekresi akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding
usus akan terjadi peningkatan sekresi, air dan elektrolit ke dalam lumen usus
dan selanjutnya timbul diare karena peningkatan isi lumen usus.
3. Gangguan motilitas usus. Hiperperistaltik akan menyebabkan berkurangnya
kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga timbul diare. Sebaliknya
bila peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan,
selanjutnya dapat timbul diare.
Batuk berdahak
Batuk berdahak terjadi karena adanya iritasi pada bronkus. Batuk ini
bertujuan untuk membuang produk-produk radang keluar. Karena terlibatnya
bronkus pada setiap penyakit tidak sama, mungkin saja batuk baru ada setelah
13
14
15
16
meunjukkan peningkatan
globulin
dalam cairan
17
Manifestasi
Klinis
Morbili
Rubella
a. Stadium kataral (prodormal) Gejala klinis:
ditandai
oleh
demam Nyeri pada mata pada gerakan
ringan hingga sedang,
mata lateral dan ke atas
batuk
coryza,
kering
fotofobia
ringan,
(keluhan sangat
dan
mengganggu)
Konjungtivitis
konjungtivitis
Menjelang akhir stadium Sakit tenggorokan
Sakit kepala
kataral dan 24 jam Demam yang tidak terlalu
sebelum timbul enantema,
tinggi
Menggigil
timbul bercak koplik
Anoreksia
b. Stadium erupsi
Coryza dan batuk-batuk Mual
Pembengkakan kelenjar getah
bertambah.
bening auricularis posterior
Timbul enantema
dan terutama kelenjar getah
Terjadinya eritema yang
18
bening suboccipital
Tanda Forchheimer (suatu
berbentuk makula papula
disertai dengan menaiknya
suhu tubuh. Eritema timbul
dibelakang
telinga
dibagian
atas
lateral
bagian
bawah
Terdapat
kelenjar
disudut
belakang
pembesaran
getah
bening
mandibula
dan
normal
kecuali
lebih
(hiperpigmentasi)
tua
yang
Data
Laboratorium
enanthem diamati
pada 20% pasien
dengan rubella selama
periode prodromal,
terdapat pada beberapa
pasien selama
fase awal exanthem; terdiri
dari petechiae pinpoint atau
yang lebih besar
yang biasanya terjadi
pada palatum mole)
Gejala utama
infeksi virus rubella adalah
munculnya ruam(exanthem)
pada wajah yang
menyebar ke batang tubuh
dan anggota badan dan
biasanya memudar
setelah tiga hari (itu
sebabnya sering disebut
sebagai campak tiga hari)
Adanya
rubella-specific
menunjukkan
immunoglobulin M (IgM)
antibody
osis relatif
dan trombositopenia
meningkat 4 kali
atau
rubella-
Pengobatan
Pasien campak tanpa penyulit dapat berobat jalan. Anak harus diberikan
cukup cairan, sedangkan pengobatan bersifat simptomatik dengan pemberian
19
Bronkopneumonia
Diberikan antibiotik ampisilin 100 mg/kgBB/hari dalam 4 dosis intravena
dikombinasikan dengan klorampenikol 75 mg/kgBB/hari intravena dalam
4 dosis, sampai gejala sesak berkurang dan pasien dapat minum obat
peroral. Antibiotik diberikan sampai 3 hari demam reda. Apabila dicurigai
infeksi spesifik, maka uji tuberkulin dilakukan setelah anak sehat kembali
( 3-minggu kemudian ) oleh karena uji tuberkulin biasanya negatif (anergi)
pada
saat
anak
menderita
campak.
Gangguan
reaksi
delayed
Enteritis
Pada keadaan berat anak mudah jatuh dalam dehidrasi. Pemberian cairan
intravena dapat dipertimbangkan apabila enteritis+dehidrasi.
Otitis media
Seringkali disebabkan oleh karena infeksi sekunder, sehingga perlu
diberikan antibiotik kotrimoksazol-sulfametoksazol ( TMP 4mg/kgBB/hari
dibagi 2 dosis )
Ensefalopati
20
vitamin
A telah
dan mortalitas
dikaitkan dengan
dan muncul
untuk
mencegah
penyakit
didiagnosis
vitamin A berhubungan
campak, WHO
dengan campak
harus
dengan
penyakit yang
merekomendasikan semua
anak yang
A terlepas
21
prostaglandin H2, suatu molekul yang tidak stabil, yang dapat berubah menjadi
berbagai senyawa pro-inflamasi.
Kemungkinan lain mekanisme kerja parasetamol ialah bahwa parasetamol
menghambat enzim siklooksigenase seperti halnya aspirin, namun hal tersebut
terjadi pada kondisi inflamasi, dimana terdapat konsentrasi peroksida yang tinggi.
Pada kondisi ini oksidasi parasetamol juga tinggi, sehingga menghambat aksi anti
inflamasi.
Hal ini menyebabkan parasetamol tidak memiliki khasiat langsung pada
tempat inflamasi, namun malah bekerja di sistem syaraf pusat untuk menurunkan
temperatur tubuh, dimana kondisinya tidak oksidatif.
Dosis: 10-15 mg/KgBB/kali
Efedrin
Merupakan obat dekongestan ini merupakan golongan simpatomimetik
yang beraksi pada reseptor adrenergic pada mukosa hidung untuk menyebabkan
vasokonstriksi, menciutkan mukosa yang membengkak, dan memperbaiki
pernafasan. Efek sentral lebih kuat dengan efek bronchodilatasi lebih ringan dan
bertahan lebih lama (4 jam).
Dosis : 0,8-1,6 mg/kgBB/hari
BAB IV
PEMBAHASAN
MORBILI
NO.
FAKTA
1. Pasien mengeluh demam dan batuk Tanda
TEORI
pertama penyakit
adalah
pilek serta napsu makan berkurang. demam dan malaise kemudian diikuti
22
muntah, diare.
Bercak-bercak merah dari belakang Ruam timbul 4 hari setelah tanda
2
telinga dan leher timbul pada hari ke- pertama penyakit dan diawali oleh
3 setelah demam.
Tidak ditemukan
diare
tanda
3.
komplikasi
seperti
4.
dehidrasi
- IVFD D5 1/4 NS 800cc/24 jam
disertai dehidrasi.
Pengobatan
Vit. A 1x100.000 iu
pemberian
antitusif,
antipiretik,
ekspektoran,
dan
sistem
pernafasan,
perbaikan
dengan
keadaan
memperbaiki
satu
kali
malnutrisi
apabila
dilanjutkan
Untuk
konjungtivitis
ringan
23
Oleskan
salep
mata
kloramfenikol/tetrasiklin, 3 kali
sehari selama 7 hari. Jangan
menggunakan salep steroid.
-
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Pasien masuk IGD dengan keluhan utama demam sejak 4 hari SMRS.
Menurut ibu pasien, demam yang dirasakan awalnya tidak terlalu tinggi. Demam
naik turun, turun saat diberi obat penurun panas, kemudian naik lagi. Demam
yang dialami pasien tidak disetai menggigil. Selain itu, demam juga tidak disertai
kejang. Sebelum demam, pasien mengalami batuk pilek sejak 5 hari SMRS.
Batuk yang dialami berdahak. Pilek disertai lendir encer, bening, tidak berdarah.
Mata pasien merah juga berair sejak 5 hari SMRS, mata juga mengeluarkan
24
banyak kotoran terutama sat bangun tidur. Pada saat 1 hari SMRS, timbul
bercak-bercak kemerahan yang berawal dari leher pasien, kemudian meluas ke
wajah, badan, tangan, dan kaki pasien. Saat bercak muncul, menurut ibu, pasien
juga mengeluhkan nafsu makan dan minum anaknya berkurang. Pasien juga susah
tidur saat malam hari dan rewel. BAB cair (-). BAB dalam batas normal. BAK
lancar dan jernih.
Adapun hasil pemeriksaan fisik yang ditemukan adalah kesadaran
komposmentis pada pasien, suhu meningkat, dan ruam makulopapular di seluruh
badan, serta mata kemerahan dengan banyak air mata. Berdasarkan hasil
anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang lain nya maka diagnosis
kerja pada pasien ini adalah Morbili dimana gejala klinis yang muncul salah
satunya adalah patognomonik dari morbili yaitu adanya
koplik spot,
konjungtivitis, cough, coriza dan BAB cair > 3 kali dalam 24 jam. Secara
prognosis penyakit ini baik karena tingkat penyembuhannya mencapai 100%. Jika
ditelaah berdasarkan anamnesis hingga pemeriksaan penunjang, maka didapatkan
kesimpulan bahwa telah sesuai dari diagnosis dan penatalaksanaan pada pasien ini
dengan literature yang kami dapatkan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Sumarno, S, Sudarmo, P, Hadinegoro, S, Satari H. Campak. Dalam : Buku
Ajar Infeksi & Pediatri Tropis. Cetakan Kedua. 2010. Ikatan Dokter Anak
Indonesia (IDAI) : Jakarta Hal : 109-116
2. Depkes RI. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Anak Di Rumah Sakit. 2009.
Departemen Kesehatan RI: Jakarta Hal : 81
3. Phillips C.S. 1983. Measles. In: Behrman R.E., Vaughan V.C. (eds) Nelson
Textbook of Pediatrics. 12th edition. Japan. Igaku-Shoin/Saunders. p.743
25
4. T.H. Rampengan, I.R. Laurentz. 1997. Penyakit Infeksi Tropik pada Anak.
Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Hal. 90
26