Anda di halaman 1dari 36

BAB III

PENGUJIAN MESIN PENDINGIN


3.1 PENDAHULUAN
Mesin pendingin adalah sebuah alat siklus yang prinsip kerjanya hampir sama dengan mesin
kalor yang menggunakan fluida kerja berupa refrigeran. Siklus refrigerasi yang paling banyak
dipakai adalah daur refrigerasi kompresi uap yang melibatkan empat komponen dasar yaitu :
kompresor, kondensor katup ekspansi dan evaporator.
Tujuan dari mesin pendingin adalah untuk menjaga ruang refrigerasi atau ruangan tetap dingin
dengan menyerap panas dari ruang tersebut. Salah satu aplikasi yang menggunakan prinsip mesin
pendingin adalah air conditioner (AC). Pada dasarnya mesin pendingin ini adalah sebuah mesin
pendingin tetapi target yang didinginkan bukan ruang refrigerasi melainkan sebuah ruangan atau
gedung atau yang lainnya. [1]

Mesin pendingin pada rangkaian mesin bekerja untuk menghasilkan suhu atau
temperatur dingin (temperatur rendah). Hal ini sangat penting karena jika mesin terlalu
panas maka akan terjadi kerusakan pada komponennya [2]
Salah satu aplikasi pada mesin pendingin adalah truk pendingin. Yaitu sebuah truk yang
didesain berguna untuk membawa makanan agar tidak cepat rusak.[3]
3.2 TUJUAN PRAKTIKUM
Dalam praktikum ini para praktikan diharapkan mampu:
1.

Mengetahui karakteristik dan prinsip kerja dari sistem pendingin siklus


kompresi uap.

2.

Mengetahui bagian-bagian dari sistem pendingin dan dapat mengoperasikan


sistem pendingin.

3.

Mengetahui parameter-parameter unjuk kerja dari mesin pendingin. [4]

3.3 DASAR TEORI


3.3.1 PENGETAHUAN UMUM MESIN PENDINGIN
Perkembangan siklus refrigerasi dan perkembangan mesin refrigerasi (pendingin)
merintis jalan bagi pertumbuhan dan penggunaan mesin penyegaran udara (air
conditioning). Teknologi ini dimulai oleh Cagniard de la Tour (Perancis, 1823) yang
melakukan penelitian tentang keadaan kritis dan gas eter. Kemudian dilanjutkan oleh
Humphrey Dary dan asistennya M.Faraday (Inggris, 1824), merupakan orang pertama yang
berhasil menemukan cara mencairkan gas ammonia.
Prinsip dasar siklus refrigerasi dikembangkan oleh N.L.S. Carnot (Perancis, 1824).
Selanjutnya Joseph Mc.Creaty (Amerika, 1897), yang pertama membuat instalasi pendingin
yang dinamai mesin pencuci udara (air washer), yaitu suatu sistem pendingin yang
mempergunakan percikan air. Sedangkan Dr. Willis Hariland Carier (Amerika, 1906) dan
kemudian dipatenkan pada tahun 1911, membuat alat pengatur temperatur dan kelembaban
udara. [5]
Penggunaan teknologi LG Inverter pada produk pendingin ruangan memang sudah
terbukti mampu menekan biaya listrik rumah tangga. Ketika mesin dinyalakan untuk
pertama kalinya, teknologi LG Inverter ini akan memacu kerja mesin secara lebih optimal,
sehingga dapat mencapai tingkat suhu yang diinginkan penggunanya 15% lebih cepat bila
dibandingkan dengan pendingin udara konvensional.
Hal ini dilakukan melalui sensor deteksi yang secara cermat mengawasi naik dan
turunnya tingkat kedinginan di dalam ruangan. Sensor tersebut akan secara cermat
memonitor selisih suhu antara suhu di dalam rungan dengan suhu yang ditentukan supaya
perbedaannya tidak lebih dari 0.5 Celcius. Di mana, pendingin ruangan konvensional
hanya dapat mendeteksi, bila selisih suhu sudah mencapai rentang 1 Celcius. Penjagaan
optimal terhadap tingkat suhu udara di dalam ruangan, lantas dikombinasikan dengan
kenyamanan lainnya yang ditawarkan oleh teknologi LG Inverter melalui jaminan suara
mesin kompresor yang anti berisik. Perubahan arus listrik bolak balik menjadi arus listrik
searah, secara nyata mampu mereduksi hasilan suara mesin kompresor hingga tingkat
suara 19 dB.

Perhatian LG terhadap kenyamanan penggunanya, tak membuatnya lantas


mengesampingkan

nilai-nilai

pelestarian

lingkungan.

Ini

dibuktikannya

dengan

pengaplikasian zat pendingin terbaru yang aman bagi lingkungan. Zat pendingin
(refrigerant) jenis R410A ini dipilih karena gas jenis ini terbukti tidak mengandung CFC
(Cloro Fluoro Carbon) yang menjadi pemicu utama penyebab kebocoran pada lapisan
ozon. [6]
3.3.2 BAGIAN-BAGIAN SISTEM PENDINGIN SIKLUS KOMPRESI UAP
Berikut ini adalah bagian-bagian dari sistem pendingin siklus kompresi uap :
1. Kompresor pada refrigerator adalah sebuah alat yang berfungsi untuk menaikkan
tekanan refrigerant dan menyalurkan gas refrigerant ke seluruh system refrigerator. Jika
dianalogikan, cara kerja kompresor Refrigerator layaknya seperti jantung di tubuh
manusia. Kompresor memiliki 2 pipa, yaitu pipa hisap dan pipa tekan dan memiliki 2
daerah tekanan, yaitu tekanan rendah dan tekanan tinggi.

Gambar 3.1 Kompresor [2]


2. Kondensor
Kondensor berfungsi sebagai alat penukar kalor, menurunkan temperatur refrigeran, dan
mengubah wujud refrigeran dari bentuk gas menjadi cair. Kondensor pada AC biasanya
di simpan pada luar ruangan (outdoor). Kondensor biasanya didinginkan oleh kipas
(FAN), fan ini berfungsi menghembuskan panas yang di hasilkan kondensor pada saat pelepasan
kalor yang di serap oleh gas refrigeran. Agar proses pelepasan kalor bisa lebih cepat,
pipa kondensor didesain berliku dan dilengkapi dengan sirip.

Gambar 3.2 Kondensor [2]


3. Katup ekspansi dan pipa kapiler
Pipa kapiler merupakan komponen utama yang berfungsi menurunkan tekanan refrigeran
dan mengatur aliran refrigeran menuju evaporator. Fungsi utama pipa kapiler ini sangat
vital karena menghubungkan dua bagian tekanan berbeda, yaitu tekanan tinggi dan
tekanan rendah. refrigeran bertekanan tinggi sebelum melewati pipa kapiler akan di ubah
atau diturunkan tekanannya. Akibat dari penurunan tekanan refrigeran menyebabkan
penurunan suhu. Pada bagian inilah (pipa kapiler) refrigeran mencapai suhu terendah
(terdingin). Pipa kapiler terletak antara saringan (filter) dan Evaporator.
Pada refrigerator dengan kapasitas besar dan untuk industry biasanya menggunakan
katup ekspansi / Expantion Valve sebagai alat penurunan tekanan Refrigerant yang dapat
diatur secara automatis. Katup ekspansi dipergunakan untuk mengekspansikan secara
adiabatic cairan refrigran yang bertekanan dan temperatur tinggi sampai mencapai
tingkat keadan tekanan dan temperatur rendah. Disamping mengatur pemasukan
refrigran sesuai dengan beban pendingin yang harus dilayani oleh evaporator sehingga
diperoleh efisiensi siklus refrigrasi yang maksimal.

Gambar 3.3 Katup ekspansi dan pipa kapiler [2]


4. Evaporator
Evaporator berfungsi menyerap dan mengalirkan panas dari udara ke refrigeran.
Akibatnya, wujud cair refrigeran setelah melewati pipa kapiler / katup ekspansi akan
berubah wujud menjadi gas. Secara sederhana, evaporator bisa di katakan sebagai alat
penukar panas. Udara panas disekitar ruangan ber-AC diserap oleh evaporator dan
masuk melewati sirip-sirip pipa sehingga suhu udara yang keluar dari sirip-sirip menjadi
lebih rendah dari kondisi semula atau dingin. Sirkulasi udara ruangan ber-AC diatur
Oleh Blower indoor.

Gambar 3.4 Evaporator [2]


3.3.3 PRINSIP KERJA MESIN PENDINGIN SIKLUS KOMPRESI UAP
Siklus pendingin kompresor uap adalah satu siklus perpindahan energi yang
diterapkan pada sebuah mesin pendingin.

Gambar 3.5 Siklus pendingin kompresor uap [4]


Penjelasan dari proses siklus pendingin kompresi uap adalah sebagai berikut. Pada
proses (1-2), fluida kerja berupa refrigeran memasuki kompresor sehingga tekanan uap
refrigeran akan naik dengan naiknya temperatur uap refrigeran tersebut. Pada proses (2-3),
uap refrigeran akan masuk kedalam kondensor untuk didinginkan dan terjadilah proses
perubahan fasa refrigeran dari uap menjadi cairan. Proses pendinginan tersebut terjadi
akibat adanya pertukaran panas antara uap refrigeran dengan fluida pendingin biasanya
berupa udara sekitar atau air pendingin. Pada proses (3-4), refrigeran yang sudah berbentuk
fasa cair masuk ke alat ekspansi, di dalam alat ekspansi tersebut tekanan refrigeran di
turunkan, sehingga saat refrigeran keluar dari alat ekspansi refrigeran berfasa campuran cair
dan uap, proses pada entalphi konstan. Pada proses (4-1), terjadi proses penguapan
refrigeran. Proses penguapan ini terjadi karena adanya pertukaran panas antara refrigeran
dengan fluida yang didinginkan. Pada saat keluar dari evaporator refrigeran akan berfasa
uap jenuh. Proses selanjutnya refrigeran akan masuk kembali menuju kompresor, dan
begitu seterusnya.
Diagram p-h ini adalah alat yang paling umum digunakan dalam menganalisa dan
melakukan perhitungan kalor, usaha dan perpindahan energi dalam suatu siklus refrigerasi.
Sebuah siklus refrigerasi tunggal terdiri dari daerah bertekanan tinggi (high side) dan
daerah bertekanan rendah (low side). Perubahan dari tekanan dapat dilihat dengan jelas
pada diagram p-h ini. Juga kalor dan perpindahan energi dapat dihitung sebagai perubahan
enthalpy yang tergambar dengan jelas pada diagram p-h tersebut

.
Gambar 3.6 Diagram P-H [7]
Diagram temperatur-salinitas (T-S ) perairan penting untuk difahami karena
bermanfaat untuk mengetahui sumber massa air perairan setempat. Oleh karena itu perlu
pemahaman yang baik mengenai dinamika diagram T-S di setiap perairanKarakteristik
diagram T-S khususnya ditentukan olehperubahan pola horisontal dalam tiga lapisan, yaitu
air hangat di lapisan atas, air pertengahan, dan air dingin di laut bagian dalam.
Suhu entropi diagram, atau T-s diagram, digunakan dalam termodinamika untuk
memvisualisasikan perubahan suhu dan entropi selama proses termodinamika atau siklus.
Ini adalah alat yang berguna dan umum, terutama karena hal ini membantu untuk
memvisualisasikan perpindahan panas selama proses. Untuk proses (yang ideal) reversibel,
area under curve T-s proses adalah panas yang ditransfer ke sistem selama proses.

Gambar 3.7 Diagram T-s [8]


Diagram P-H dari siklus pendingin kompresor uap pada sebuah mesin pendingin di
tunjukan pada Gambar 3.8. Pada diagram tersebut terdapat garis putus-putus yang

menunjukan proses standar dari siklus kompresi uap, dan garis penuh menunjukkan proses
aktual yang berlangsung. Perbedaannya pada siklus aktual terjadi penurunan tekanan pada
peralatan evaporator dan kondensor, serta terjadi kenaikan entropi pada kompresor.

Gambar 3.8 Diagram P-H dengan siklus aktual dan ideal [9]
3.3.4 REFIGERAN DAN KARAKTERISTIKNYA
1. Hydrochlorofluorocarbons (HCFCs) dan Zeotropic
HCFCs mengandung tom hydrogen, chlorine, fluorine, dan carbon dan tidak
sepenuhnya alogeneted. HCFCs memiliki waktu yang lama untuk hidup di atmosfir
selama hampir satu dasawarsa atau sepuluh tahun) sehingga dapat menyebabkan
menipisnya lapisan ozon (ODP 0,02 0,1). R22, R123, R124 dan seterusnya adalah
kelompok HCFCs. HCFCs secara umum dimana-mana selalu digunakan. HCFCs
hampir berupa azeotropic dan HCFCs zeotropic adalah campuran dari HCFCs dengan
HFCs. Kelompok refrigeran ini penggunaannya dibatasi sampai tahun 2004.
2. Campuran Inorganik
Campuran ini digunakan pada tahun 1931, seperti amonia R717, water R718 dan udara R729.
Kelompok ini masih digunakan arena tidak mengakibatkan tipisnya lapisan ozon. Amoniak
hanya digunakan ntuk keperluan industri saja karena sifat beracun dan mudah terbakar
dilarang untuk digunakan secara umum. Campuran inorganic oleh ASHRAE ditetapkan
dengan nomor 700 dan 799.

3. Hydroflurocarbons (HFCs)

Hanya berisi atom hydrogen, fluorine dan karbon, tidak menyebabkan lapisan ozon
menipis. Kelompok HFCs adalah : 134a, R32, R125, dan R245ca.
4. HFCs campuran azeotropic atau HFCs azeotropic
Azeotropic adalah uatu zat campuran multi komponen dari refrigeran yang mudah
menguap dan mengembun dan tidak berubah komposisi volumetriknya atau
temperatur jenuh jika zat tersebut menguap atau mengembun pada tekanan konstan.
FCs azeotropic dapat bercampur dengan refrigeran HFCs. ASHRAE menetapkan
angka antara 500 dan 599 untuk azeotropic. HFCs azeotropic R507, campuran dari
R125/R143, biasa dipergunakan untuk refrigeran pada sistem pengkondisian udara
kompresi uap temperatur rendah.
5. Chlorofluorocarbons, Halon dan Azeotropic
CFCS hanya memiliki kandungan atom chlorine, fluorine dan karbon. CFC S memiliki
waktu yang lama untuk hidup di atmosfer dan menyebabkan tipisnya lapisan ozon
(ODP 0,6 - 1). Kelompok refrigeran ini adalah R11, R12, R113, R114, R115 dan
sejenisnya. Halon atau BFCS terdiri dari atom bromide, fluorine dan karbon. Yang
termasuk dalam kelompok ini adalah : R13B1 dan R12B1. jenis ini sangat tinggi
untuk merusak dan mengakibatkan tipisnya lapisan ozon (ODP untuk R13B1 adalah
10). Sejak tahun 1995, R13B1 dipakai untuk sistem pengkondisian udara kompresi
uap dengan temperatur yang sangat rendah.
3.3.5 APLIKASI MESIN PENDINGIN
Refrigerated truck
Truk refrigasi adalah sebuah mobil jenis van untuk membawa bahan makanan yang
tidak lama awet. Sistem refrigerasi pada truk ini adalah menggunakan carbon dioksida
dalam bentuk es yang digerakan oleh mesin diesel. Mobil ini biasa digunakan untuk
membawa makanan yang mudah rusak seperti sayur-sayuran, daging, dan buah-buahan. [3]

Gambar 3.9 Truk Pendingin [10]


3.3.6 PERFORMA MESIN PENDINGIN
Mesin pendingin memiliki beberapa performansi yang menunjukkan karakteristik
mesin pendingin. Dari diagram P h sebagai berikut dapat dijelaskan beberapa
karakteristik mesin pendingin.

Gambar 3.10 P h Diagram pada daur kompresi uap


Banyaknya panas setiap kg yang dapat diserap oleh refrigeran pada saat melewati
evaporator yang disebut dengan efek pendinginan (refrigerating effect) yang bertambah tiap
kg pada tekanan konstan yang diekpresikan sebagai :
q evap ( h1 h4 )

Dimana :
h1 h4 : perubahan entalpi refrigeran yang melewati evaporator (kJ/kg)

Pada siklus ideal, proses kompresi dapat diasumsikan dalam proses entropi konstan
yang ditunjukkan dalam gambar sebagai berikut :

Gambar 3.11 Diagram T s


Besar panas pada refrigerant yang melewati kompresor :
q com ( h1 h2 )

Dimana : h1 h2 : perubahan entalpi refrigeran yang melewati kompresor (kJ/kg).


Sedangkan pada proses kondensasi berlangsung pada tekanan konstan yang ditunjukkan
oleh persamaan sebagai berikut :
qcond ( h2 h3 )

Dimana : h3 h2 : perubahan entalpi refrigeran yang melewati kondensor

(kJ/kg).

Dari hukum termodinamika pertama : seluruh panas yang dibuang dari kondensor harus
sama dengan panas yang diserap ditambah dengan panas ekuivalen dari kerja mekanik
kompresi
q cond q evap q comp

Jika siklus berlangsung terus menerus dan berlangsung pada siklus tertutup, maka dapat
diperoleh :
a) Laju Aliran Massa Refrigeran ( mref )
Laju aliran massa adalah suatu subtansi yang mengalir per satuan waktu.
mref =

Daya
V I cos
=
( h2 h1 )
h2 h1

Keterangan :
m = laju aliran massa
V = tegangan pada kompresor
I = arus pada kompresor
h2 h1 = perubahan entalpi pada proses kompresi
b) Kapasitas Kompresor ( Q comp )
Kapasitas kompresor adalah jumlah tekanan udara yang dapat ditampung dalam
sekali kerja.
Q comp = mref

( h2 h1 )

Keterangan :
m = laju aliran massa
Q = kapasitas kompresor
h2 h1 = perubahan entalpi pada proses kompresi
c) Kapasitas Kondensor
Kapasitas kondensor adalah kemampuan kondensor untuk melepaskan kalor
dari refrigerant.
Q cond = mref

( h2 h3 )

Keterangan :
Q = kapasitas kondensor
m = laju aliran massa
h2 h3 = perubahan entalpi pada kondensor
d) Dampak Refrigeran ( href )
Dampak refrigeran adalah perubahan entalpi dari proses awal hingga akhir

href = h1 h4
Keterangan :
href = dampak refrigeran
h1 h2 = perubahan entalpi yang melewati evaporator
e) Laju Aliran Kalor Pendingin ( Qevap )
Laju aliran kalor adalah jumlah kecepatan kalor yang berpindah.
Qevap = mref

( h1 h4 )

Keterangan :
Q = laju aliran kalor
m = laju aliran masa refrigeran
h1 h4 = perubahan entalpi pada evaporator
f) Coefficient of Performance
Coefficient Of Performance adalah suatu indikator pada suatu sistem refrigerasi
COP =

h1 h4
h2 h1

Keterangan :
COP = koefisien dari sistem refrigerasi
h1 h4 = perubahan entalpi pada evaporator
h2 h1 = perubahan entalpi pada kompresor
g) Performance Factor ( PF )
Performance factor adalah faktor kerja mesin pada proses pendinginan
PF

Entalpi

h2 h1
h1 h4

PF = performance factor
h1 h4 = perubahan entalpi pada evaporator
h2 h1 = perubahan entalpi pada kompresor
adalah istilah dalam termodinamika yang

menyatakan

jumlah energi dari

suatu sistem termodinamika. Entalpi terdiri dari energi dalam sistem, termasuk satu dari
lima potensial termodinamika dan fungsi keadaan juga volume dan tekanan merupakan
besaran ekstensif. Total entalpi (H) tidak bisa diukur langsung. Sama seperti pada

mekanika klasik, hanya perubahannya yang dapat dinilai. Entalpi merupakan potensial
termodinamika, maka untuk mengukur entalpi suatu sistem, kita harus menentukan titik
reference terlebih dahulu, baru kita dapat mengukur perubahan entalpi H. Perubahan
H bernilai positif untuk reaksi endoterm dan negatif untuk eksoterm. [11]
Entropi adalah salah satu besaran termodinamika yang mengukur energi dalam sistem per
satuan temperatur yang tak dapat digunakan untuk melakukan usaha. Mungkin manifestasi
yang paling umum dari entropi adalah (mengikuti hukum termodinamika), entropi dari
sebuah sistem tertutup selalu naik dan pada kondisi transfer panas, energi panas berpindah
dari komponen yang bersuhu lebih tinggi ke komponen yang bersuhu lebih rendah. Pada
suatu sistem yang panasnya terisolasi, entropi hanya berjalan satu arah (bukan proses
reversibel/bolak-balik). Entropi suatu sistem perlu diukur untuk menentukan bahwa energi
tidak dapat dipakai untuk melakukan usahapada proses-proses termodinamika. Prosesproses ini hanya bisa dilakukan oleh energi yang sudah diubah bentuknya, dan ketika energi
diubah menjadi kerja/usaha, maka secara teoritis mempunyai efisiensi maksimum tertentu.
Selama

kerja/usaha

tersebut,

entropi

akan

lalu terdisipasi dalam bentuk panas buangan. [12]

3.4 PERALATAN DAN BAHAN PENGUJIAN


Peralatan yang dipakai antara lain :

terkumpul

pada

sistem,

yang

Gambar 3.12 Skema peralatan mesin pendingin kompresi uap [4]


Keterangan :
1. Refrigeran yang dipakai adalah R22
2. Kompresor adalah kompresor putar berjenis hermatik
3. Kondensor dan evaporator adalah mesin penukar panas berjenis koil bersirip
4. Alat ekspansi yang dipakai berjenis pipa kapiler
5. Setiap seksi masuk dan keluar dari komponen utama mesin pendingin dipasang
pressure gauge (P1,P2, P3, P4) dan termometer (T1, T2, T3, T4) untuk
mengetahui kondisi refrigeran pada kondisi tersebut.
Peralatan yang digunakan :
1. Refrigeran (R22).
Refrigeran ini berfungsi sebagai fluida kerja pada mesin pendingin.

Gambar 3.13 Refrigeran R22 [13]


2. Kompresor.
Kompresor adalah kompresor torak berjenis hermatik. Berfungsi untuk menaikkan tekanan
pada sistem refrigerasi mesin pendingin.

Gambar 3.14 Kompresor [13]


3. Kondensor.
Kondensor adalah mesin penukar panas berjenis koil bersirip. Alat ini berfungsi untuk
mengkondensasikan atau mengembunkan refrigeran dari kompresor secara konveksi paksa
melalui aliran udara dari fan.

Gambar 3.15 Kondensor [13]


4. Evaporator.
Evaporator adalah mesin penukar panas berjenis koil. Alat ini berfungsi untuk menguapkan
fluida dari pipa kapiler.

Gambar 3.16 Evaporator [13]


5. Pipa Kapiler.
Pipa kapiler adalah pipa dengan ukuran kecil yang berfungsi untuk menurunkan tekanan
refrigeran dari kondensor yang selanjutnya disupai ke evaporator.

Gambar 3.17 Pipa kapiler [13]


6. Pressure gauge dan thermometer.
Pressure gauge dan thermometer masing-masing berfungsi untuk mengukur tekanan dan
temperature refrigeran pada masing-masing komponen mesin pendingin.

Gambar 3.18 Pressure gauge dan termodisplay. [13]


3.5 PROSEDUR PERCOBAAN
Prosedur percobaan yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1.Menghubungkan kabel listrik mesin pendingin dengan sumber listrik.
2. Menjalankan motor kompresor.
3. Menjalankan fan kondensor.
4. Menunggu beberapa saat sampai kondisi steady.
5.

Mencatat beberapa data setiap terjadi perubahan suhu pada T 2 setiap kenaikan
1oC dan data lain diantaranya:
a. Temperatur refrigeran di titik 1, 2, 3, dan 4.
b. Tekanan refrigeran di titik 1, 2, 3,dan 4.

6.

Mematikan peralatan uji. [4]

3.6 PERHITUNGAN DATA DAN ANALISA GRAFIK


3.6.1 Data dan Hasil Percobaan
Tabel 3.1 Data Pengukuran Temperatur dan Tekanan Mesin Pendingin
No

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
ratarata

T1
(C)

1
P1
(Psi)

2
T2
(C)

3
P2
(Psi)

T3
(C)

4
P3
(Psi)

T4
(C)

P4
(Psi)

5
T5
(C)

21
24
25
25
25
25
25
25
25
25
25
25
25
25
25
25
25
25
25
25

18
19
20
21,5
22
22
22
22
23
23
23
24
25
25
26
26
26
27
28
29

36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55

200
210
210
210
210
210
210
210
220
220
220
220
220
220
220
225
225
230
230
230

37
38
38
39
39
39
39
39
39
39
39
39
40
40
40
40
40
40
41
41

200
205
210
210
210
210
210
210
220
220
220
220
220
220
220
220
225
225
225
230

13
-6
-6
-6
-6
-6
-6
-6
-6
-6
-6
-6
-6
-5
-5
-5
-5
-5
-5
-5

19
19
21
22
22
22
22
22
22
23
23
23
24
24
25
25
25
27
27
28

26
25
25
25
25
25
25
25
25
25
25
25
24
24
24
24
24
24
24
24

24,7
5

23,575

45,5

217,5

39,3

206,5

-4,2

23,25

24,65

3.6.2 Analisa data Berdasarkan Data Sampel


Data Sampel yang diambil adalah data pengujian ke -14.
Untuk keperluan analisis data, diambil satu sample sebagai berikut :
T1 = 25C = 77F

T3 = 40C = 105.8 F

Cos = 0,8

P1 = 25 Psi

P3 = 220 Psi

I = 1 Ampere

T2 = 49C = 120,2 F

T4 = -5C = 23 F

P2 = 220 Psi

a.

P4 = 24 Psi

Tevap =

25 ( 5)
T1 T4
=
= 10oC = 50oF
2
2

Pevap =

P1 P4
25 24
=
= 24,5 Psi
2
2

Pkond =

P2 P3
220 220
=
= 220 Psi
2
2

Secara Ideal
Dalam diagram ini h3 = h4
1) Diagram P-h
Dalam tabel Termodynamic Properties of R22 on Saturation (A-8E) didapat bahwa
Pada Pevap = 24,5 Psi

h1 = 102.32 Btu/lbm

Pada Tkond = 105.5 oF, Pkond = 225 Psi (A-9E)

h2 = 112.27 Btu/lbm

Pada Pkond (A-8E)

h3 = h4 = 41.20 Btu/lbm

Konversi h ke satuan SI
h1 = 102.22 Btu/lbm = 238.78 kj/kg
h2 = 112.12 Btu/lbm = 261.85 kj/kg
h3 = h4 = 41.20 Btu/lbm = 50.01 kj/kg

225
24,5

Gambar 3.19 Diagram P-h Ideal Sampel


2) Diagram T-s
Dalam tabel Termodynamic Properties of R22 on Saturation (Tabel A-7E) .
h3 = h4 pada T = 105.5

40.99 Btu/lbm

hf4 = 5.31 Btu/lbm (A-8E)


hfg = 97.22 Btu/lbm (A-8E)
s1 = s2 = 0.2087 Btu/lbm R
s3 = 0.0825 Btu/lbm R
sf4 = 0.0123 Btu/lbm R (A-8E)
sg4 = 0.2333 Btu/lbm R (A-8E)
x=

= 0.41

s4 = sf4 + x4 (sg4 sf4)


= 0.0123 + 0.41 (0.2333 - 0.0123)
= 0.0574 Btu/lbm R

105.
5
21.2

Gambar 3.20 Diagram T-s Ideal Sampel


3) Perhitungan :
1. Laju Aliran Massa Refrigeran ( mref )
mref =

Daya
V I cos
320
=
=
= 13,29 x 10-3 kg/s
( h2 h1 )
h2 h1
(261.85 237.78)

2. Kapasitas Kompresor ( Q comp )


Q cond = mref

( h2 h1 ) = 13.29 x 10-3 kg/s (261.85 237.78)


= 707,78 W

3. Kapasitas Kondensor
Q cond = mref

( h2 h3 ) =

13.29 x 10-3 (261.85 50,01)

= 2439.81 W
4.Dampak Refrigeran ( href )
href = h1 h4
= 237.78 50,01
= 187.77 kJ/kg
5. Laju Aliran Kalor Pendingin ( Qevap )
Qevap

( h1 h4 )
= 13.29 10-3 187.77
= mref

= 2122.36 W
6. Coefficient of Performance
COP =

h1 h4 187.77
=
= 8,31
h2 h1
22.57

7. Performance Factor ( PF )
h2 h1
22.57
=
= 0,12
h1 h4 187.77
b. Secara Aktual

PF =

Dalam diagram ini h3

h4.

1) Diagram P-h
Dalam tabel Termodynamic Properties of R22 on Saturation (A-8E) didapat bahwa :
Pada Pevap = 24,5 Psi (A-9E)

h1 = 110.24 Btu/lbm

Pada Tkond = 105.5 oF, Pkond = 225 Psi (A-9E)

h2 = 117.27 Btu/lbm

Pada P3 = 220 Psi

h3 = 112.15 Btu/lbm

Pada P4 = 24 Psi

h4 = 5.06 Btu/lbm

Konversi h ke satuan SI
h1 = 102.52 Btu/lbm = 238,461kj/kg
h2 = 117.27 Btu/lbm = 272,27 kj/kg
h3 = 115.75 Btu/lbm = 269.23 kj/kg
h4 = 5.31 Btu/lbm = 12.35 kj/kg

225
24,
5

Gambar 3.21 Diagram P-h aktual Sampel


2) Diagram T-s
Dalam tabel Termodynamic Properties of R22 on Saturation (A-7E) didapat bahwa :
s1 = 0.2482 Btu/lbm R (A-9E)
s2 = 0.2087 Btu/lbm R (A-9E)
s3 = 0.0824 Btu/lbm R
s4 = 0.0123 Btu/lbm R

105.
5
21.2

Gambar 3.22 Diagram T-s Aktual Sampel


3) Perhitungan
1. Laju Aliran Massa Refrigeran ( mref )
mref =

Daya
V I cos
320
=
=
= 7.98 x 10-3 kg/s
( h2 h1 )
h2 h1
( 272.27 238.46)

2. Kapasitas Kompresor ( Q comp )


Q cond = mref

( h2 h1 ) = 7.98 x 10-3

kg/s

(272.27 238.46)

= 192.72 W
3. Kapasitas Kondensor
Q cond = mref

( h2 h3 ) = 7.98 x 10-3 (272,27 269,23)

= 33.41 W
4. Dampak Refrigeran ( href )
href = h1 h4
= 238.46 12.35
= 226.11 kJ/kg
5. Laju Aliran Kalor Pendingin ( Qevap )
Qevap
= mref ( h1 h4 )
= 7.57

226.11

= 1711.65 W
6. Coefficient of Performance
h1 h4
226.11
COP =
=
= 6,687
h2 h1
33.81
7. Performance Factor ( PF )
PF =

h2 h1
33,81
=
= 0,149
h1 h4
226.11

3.6.3 ANALISA DATA BERDASARKAN DATA RATA-RATA


Berdasarkan data rata-rata diperoleh enthalpi sebagai berikut:
T1 = 24.75 oC = 76.55 oF
T3 = 39.35oC = 102.83 oF
P1 = 23.575 Psi

P3 = 206.5 Psi
T2 = 45.5 oC = 113.9 oF
T4 = -4.2o C= 24,44 oF
P2 = 217.5 Psi
P4 = 23.25 Psi
Tevap =

24.75 ( 4.2)
T1 T4
=
= 10,275 oC = 50.495 oF
2
2

Pevap =

P1 P4
23.575 23.25
=
= 23.41 Psi
2
2

Pkond =

P2 P3
217.5 206.5
=
= 212 Psia
2
2

Dalam diagram ini h3 = h4


a. Secara Ideal
Dalam diagram ini h3 = h4
1) Diagram P-h
Dalam tabel Termodynamic Properties of R22 on Saturation (A-8E) didapat bahwa
Pada Pevap = 23.41 Psi

h1 = 102.2 Btu/lbm

Pada Tkond = 105.11 oF, Pkond = 223.25 Psi (A-9E)

h2 = 112.04 Btu/lbm

Pada Pkond (A-8E)

h3 = h4 = 40.80 Btu/lbm

Konversi h ke satuan SI
h1 = 102.2 Btu/lbm = 237.7 kj/kg
h2 = 112.04 Btu/lbm = 260.64 kj/kg
h3 = h4 = 40.80 Btu/lbm = 94.48 kj/kg

223,25
223.2
23.4
1

Gambar 3.23 Diagram P-h Ideal Rata-rata


2) Diagram T-s
Dalam tabel Termodynamic Properties of R22 on Saturation (Tabel A-7E) .
h3 = h4 pada T = 94.48

40.80 Btu/lbm

hf4 = 4.814 Btu/lbm (A-8E)


hfg = 97.51 Btu/lbm (A-8E)
s1 = s2 = 0.2086 Btu/lbm R
s3 = 0.0819 Btu/lbm R
sf4 = 0.0111 Btu/lbm R (A-8E)
sg4 = 0.2338 Btu/lbm R (A-8E)
x=

= 0.35

s4 = sf4 + x4 (sg4 sf4)


= 0.0111 + 0.35 (0.2338 - 0.0111)
= 0.0914 Btu/lbm R

94.48

23.4
1

Gambar 3.24 Diagram T-s Ideal Rata-rata

3) Perhitungan
1. Laju Aliran Massa Refrigeran ( mref )
mref =

Daya
V I cos
320
=
=
= 13.74 x10-3 kg/s
( h2 h1 )
h2 h1
( 260.64 237.7)

2. Kapasitas Kompresor ( Q comp )


Q cond = mref

( h2 h1 ) = 13.74 x10-3

kg/s

(260.64 237.7)

= 2733.13 W
3. Kapasitas Kondensor
Q cond = mref

( h2 h3 ) = 13.74 x10-3 (260.64 94.48)

= 1892.32 W
4. Dampak Refrigeran ( href )
href = h1 h4
= 237.7 94.48
= 143.22 kJ/kg

5. Laju Aliran Kalor Pendingin ( Qevap )


Qevap = mref ( h1 h4 )
= 11.15 143.22
= 1596.9 W
2. Coefficient of Performance
h1 h4 143.22
COP =
=
= 6.24
h2 h1
22.94
3. Performance Factor ( PF )
PF =

h2 h1
22.94
=
= 0,16
h1 h4 143.22

b. Secara Aktual
Dalam diagram ini h3

h4.

1) Diagram P-h
Dalam tabel Termodynamic Properties of R22 on Saturation (A-8E) didapat bahwa :
Pada Pevap = 23.41 Psi (A-9E)

h1 = 102.02 Btu/lbm

Pada Tkond = 105.11 oF, Pkond = 223,25 Psi (A-9E)

h2 = 112.04 Btu/lbm

Pada P3 = 222.25 Psi

h3 = 71.76 Btu/lbm

Pada P4 = 23.85 Psi

h4 = 4.81 Btu/lbm

Konversi h ke satuan SI
h1 = 102.02 Btu/lbm = 237.826 kj/kg
h2 = 112.22 Btu/lbm = 266.69 kj/kg
h3 = 71.76 Btu/lbm = 228.15 kj/kg
h4 = 4.81 Btu/lbm = 11.12 kj/kg

222,2
222.2
5
23.8
23,8
55

Gambar 3.21 Diagram P-h aktual Sampel


2) Diagram T-s
Dalam tabel Termodynamic Properties of R22 on Saturation (A-7E) didapat bahwa :
s1 = 0.2138 Btu/lbm R (A-9E)
s2 = 0.2069 Btu/lbm R (A-9E)
s3 = 0.0825 Btu/lbm R
s4 = 0.0375 Btu/lbm R

113.
23.6
3

Gambar 3.22 Diagram T-s Aktual Sampel

3) Perhitungan
1. Laju Aliran Massa Refrigeran ( mref )
mref =

Daya
V I cos
320
=
=
= 6 x 10-3 kg/s
( h2 h1 )
h2 h1
( 266.69 237.82)

2. Kapasitas Kompresor ( Q comp )

( h2 h1 ) = 6 x 10-3 kg/s (266.69 237.82)

Q cond = mref

= 173.22 W
3. Kapasitas Kondensor

( h2 h3 ) = 6

Q cond = mref

x 10-3 (266.69 228.15)

= 231.24 W
4. Dampak Refrigeran ( href )
href = h1 h4
= 237.82 11.12
= 226.7 kJ/kg
5. Laju Aliran Kalor Pendingin ( Qevap )
Qevap = mref ( h1 h4 )
=6

10-3

226.7

= 1360.2 W
6. Coefficient of Performance
h1 h4
226.7
COP =
=
= 7.85
h2 h1
28.87
7. Performance Factor ( PF )
PF =

h2 h1
28.87
=
= 0,127
h1 h4
226.7

3.6.4 PLOT HASIL PERHITUNGAN KE DIAGRAM P-h R-22


a. Data Sampel
1) Diagram P-h ideal

225
24,

Gambar 3.27 Diagram P-h Ideal Sampel

2) Diagram P-h aktual

225
24,

Gambar 3.28 Diagram P-h aktual sampel

3) Perbandingan diagram P-h ideal dan aktual

225
aktual

225

ideal

24,
5
24,
5

Gambar 3.29 Perbandingan diagram P-h ideal dan aktual sampel


b. Data rata-rata
1) Diagram P-h ideal

223,2
5
23,4

Gambar 3.30 Diagram P-h ideal rata-rata

2) Diagram P-h aktual

222,2
5
23,8

Gambar 3.31 Diagram P-h aktual rata-rata

3) Perbandingan diagram P-h ideal dan aktual

191.3
222,2
1
5
223,2

23,4

aktual

ideal

23,8

Gambar 3.32 Perbandingan diagram P-h ideal dan aktual rata-rata

3.6.5 ANALISA PERBEDAAN DIAGRAM IDEAL DENGAN DIAGRAM AKTUAL


(SAMPEL DAN RATA-RATA)
Analisa perbedaan diagram ideal dengan diagram

Tabel 3.2 Hasil analisa kondisi ideal dengan aktual berdasarkan data sample
Diagram Ideal (btu/lbm)
102,32

H
h1

Diagram Aktual (btu/lbm)


110.24

112.27

h2

117.27

41.20

h3

112.15

41.20

h4

5.06

8.31
68.687
COP
Tabel 3.3 Hasil analisa kondisi ideal dengan aktual berdasarkan data rata- rata.

Diagram Ideal (btu/lbm)


102.2

H
h1

Diagram Aktual (btu/lbm)


102.02

112.04

h2

112.04

40.80

h3

71.76

40.80

h4

4.81

6.24

COP

7.85

Hasil analisa :
1. Pada daur kompresi uap aktual selalu mengalami pengurangan efisiensi
dibandingkan dengan daur standar. Hal ini disebabkan adanya penurunan tekanan
pada kondensor dan evaporator akibat gesekan dan kerugian- kerugian lain pada
siklus aktual.
2. Diagram ideal, enthalpy diambil dari suhu evaporasi dan kondensasi. Pada diagram
aktual enthalpy diambil dari suhu sisi masuk dan sisi keluar dari komponen utama
mesin refrigrasi, begitu juga tekanannya.
3. Nilai h3 = h4 pada diagram P-h ideal dapat terjadi karena pada katup ekspansi tidak
ada kebocoran.
4. Nilai COP pada diagram aktual lebih besar dari diagram ideal karena usaha yang
dibutuhkan kompresor lebih kecil.

5. Rugirugi pada mesin refrigerasi disebabkan adanya bagian yang tidak terisolasi
dengan sempurna, sehingga terjadi kerugian panas pada bagianbagian mesin
tersebut.
6. Perbedaan nilai entalphy pada diagram Ph ideal maupun actual diakibatkan oleh
penyimpangan pembacaan suhu yang tidak sesuai dengan tekanan aslinya.
7. Pada diagram ideal dan actual, penentuan entalphi berdasarkan P dan T akan
mengalami perbedaan nilai yang cukup besar. Hal ini disebabkan oleh perbedaan
entropi pada P dan T yang akan ditentukan.
8. Pada proses evaporasi terjadi perubahan temperature dikarenakan kondisi
refrigerant pada keadaan evaporasi di panas lanjut.
3.1 KESIMPULAN DAN SARAN
3.1.1 KESIMPULAN
1. Daur refrigerasi yang dipakai dalam siklus adalah tipe kompresi uap yang
menggunakan Freon 22 (R22) sebagai refrigeran. Siklus kompresi uap
dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain : entalphi, kapasitas kompresor,
kapasitas kondensor, laju aliran massa refrigeran dan laju aliran kalor pendingin.
2. Laju aliran massa refrigeran ditentukan oleh daya listrik, dimana daya listrik
tersebut besarnya sama dengan kapasitas kompresor. Semakin besar daya listrik
maka semakin besar pula laju aliran massa refrigerannya.
3. Kapasitas kondensor dan kapasitas laju aliran kalor pendingin (kapasitas
evaporator) ditentukan oleh laju aliran massa refrigeran. Semakin besar laju
aliran massa refrigeran maka semakin besar pula kapasitas kondensor dan
evaporator. COP akan semakin besar jika perubahan entalphi di evaporator
semakin besar. COP yang tinggi dari suatu mesin refrigerasi menunjukkan
bahwa untuk melakukan refrigerasi hanya memerlukan sedikit usaha.
3.1.2 SARAN

1. Praktikan harus lebih berhatihati dalam melakukan pembacaan temperatur dan


tekanan sehingga didapatkan hasil pengamatan yang benar.
2. Sebelum melaksanakan praktikum mesin pendingin, maka praktikan hendaknya
sudah mengetahui prinsip kerja mesin.
3. Untuk mendapatkan hasil pengukuran yang lebih presisi maka diperlukan
peralatan yang lebih teliti lagi, misalnya dengan menggunakan pengukuran
tekanan digital.
4. Pengkonversian satuan pengukuran hendaknya dilakukan dengan teliti sehingga
tidak mengakibatkan kesalahan pengolahan data pada proses selanjutnya.
5. Setelah melaksanakan praktikum hendak membersihkan peralatan dan
perlengkapan dengan tertib

ideal

Anda mungkin juga menyukai