Anda di halaman 1dari 18

BAB II

TIJAUAN PUSTAKA
A. Dukungan Keluarga
1. Pengertian Keluarga
Menurut Friedman (1998), keluarga merupakan unit terkecil
dalam

masyarakat

yang

merupakan

klien

penerima

asuhan

keperawatan, keluarga berperan dalam menentukan cara asuhan


keperawatan yang diperlukan bagi anggota keluarga yang mengalami
maslah kesehatan. Bila salah satu dari anggota keluarga mengalami
masalah kesehatan, maka system didalam keluarga akan terganggu.
Burgess dkk (1963) dalam Friedman (1998), mengemukakan
tentang definisi keluarga adalah sebagai berikut:
a.

Keluarga terdiri dari orang-orang yang disatukan oleh


ikatan perkawinan, darah dan ikatan adopsi.

b.

Para anggota sebuah keluarga biasanya hidup bersamasama dalam satu rumah tangga, atau jika mereka hidup secara
terpisah, mereka tetap menganggap rumah tangga tersebut sebagai
rumah mereka.

c.

Anggota keluarga berinteraksi dan berkomunikasi satu


sama lain dalam peran-peran sosial keluarga seperti suami-istri,
ayah dan ibu, saudara kandung.

d.

Penggunaan kultur yang sama didalam keluarga.

2. Tugas dan Fungsi Keluarga


Beberapa fungsi keluarga menurut Friedman (1998) yaitu:
a.

Fungsi afektif (fungsi pemeliharaan kepribadian):


Untuk stabilitas kepribadian keluarga dalam memenuhi
kebutuhan-kebutuhan anggota keluarganya termasuk dalam
mendapatkan kesehatan yang layak.
8

b.

Fungsi sosialisasi:
Untuk sosialisasi primer yang bertujuan membuat anggota
keluarga menjadi anggota masyarakat yang produktif.

c.

Fungsi reproduktif:
Menjaga kelangsungan generasi dan keberlangsungan hidup
anggota keluarga.

d.

Fungsi ekonomis:
Mengadakan sumber-sumber ekonomi yang memadai dan
pengalokasian secara efektif.

e.

Fungsi-fungsi perawatan kesehatan:


Untuk pengadaan, perawatan dan penyedia kebutuhankebutuhan fisik hingga kebutuhan akan perawatan kesehatan
bagi anggota keluarga.

Sedangkan beberapa tugas dari sebuah keluarga menurut Friedman,


(1998) adalah:
a.

Mengenal masalah, keluarga dituntut mampu mengenali


masalah kesehatan yang terjadi dikeluarga.

b.

Mampu mengambil keputusan yang tepat bila menemukan


masalah pada keluarga tersebut.

c.

Merawat anggota keluarga.

d.

Memelihara lingkungan.

e.

Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan.

Menurut tugas dan fungsi keluarga diatas, keluarga merupakan


faktor penting dalam pemberian atau penerimaan sebuah layanan
kesehatan, terutama bagi anggota keluarga yang mengalami masalah
kesehatan.
3. Jenis Dukungan Keluarga
Menurut Friedman (1998), menyatakan bahwa keluarga berfungsi
sebagai

sistem

pendukung

bagi

anggotanya.

Anggota

keluarga

memandang bahwa orang yang bersifat mendukung, selalu siap


memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan. Terdapat empat

10

dimensi dari dukungan keluarga yaitu:


a.

Dukungan emosional, mencakup ungkapan empati, kepedulian dan


perhatian orang-orang yang bersangkutan kepada anggota keluarga
yang mengalami masalah kesehatan, misalnya umpan balik dan
penegasan dari anggota keluarga. Keluarga merupakan tempat
yang aman untuk istirahat serta pemulihan penguasaan emosi.
(Smet Bart, 1999).

b.

Dukungan informasi, Keluarga berfungsi sebagai sebuah kolektor


dan disseminator (penyebar) informasi tentang dunia (Friedman,
1998). apabila individu tidak dapat menyelesaikan masalah yang
dihadapi maka dukungan ini diberikan dengan cara memberi
informasi, nasehat, dan petunjuk tentang cara penyelesaian
masalah. Keluarga juga merupakan penyebar informasi yang dapat
diwujudkan

dengan

pemberian

dukungan

semangat,

serta

pengawasan terhadap pola kegiatan sehari-hari.


c.

Dukungan instrumental, Keluarga merupakan sebuah sumber


pertolongan praktis dan kongkrit (Friedman, 1998). dukungan ini
bersifat nyata dan bentuk materi bertujuan untuk meringankan
beban bagi individu yang membentuk dan keluarga dapat
memenuhinya, sehingga keluarga merupakan sumber pertolongan
yang praktis dan konkrit yang mencakup dukungan atau bantuan
seperti uang, peralatan, waktu, serta modifikasi lingkungan.

d.

Dukungan penghargaan, Keluarga bertindak sebagai sebuah


bimbingan

umpan

balik,

membimbing

dan

mempengaruhi

pemecahan masalah dan sebagai sumber dan validator identitas


anggota (Cohen, 1999). terjadi lewat ungkapan hormat atau positif
untuk pasien, misalnya: pujian atau reward terhadap tindakan atau
upaya penyampaian pesan ataupun masalah, keluarga bertindak
sebagai bimbingan umpan balik seperti dorongan bagi anggota
keluarga.

11

4. Sumber dan Manfaat Dukungan Keluarga


Dukungan keluarga mengacu pada dukungan yang dipandang oleh
keluarga sebagai sesuatu yang dapat diakses diadakan untuk keluarga
(dukungan bisa atau tidak digunakan, tetapi anggota keluarga
memandang bahwa orang yang bersifat mendukung selalu siap
memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan). Dukungan
keluarga dapat berupa dukungan keluarga internal, seperti dukungan dari
suami istri atau dukungan dari saudara kandung atau dukungan sosial
keluarga eksternal.
Menurut friedman (1998) Dukungan keluarga adalah sebuah proses
yang terjadi sepanjang masa kehidupan. Sifat dan jenis dukungan sosial
berbedabeda dalam berbagai tahapan siklus kehidupan. Namun
demikian, dalam semua tahap siklus kehidupan. Dukungan keluarga
membuat keluarga mampu berfungsi dengan berbagai kepandaian dan
akal sebagai akibatnya. Hal ini meningkatkan kesehatan dan adaptasi
keluarga.
B. Lansia
1. Pengertian Lansia
Menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara
perlahanlahan kemampuan jaringan untuk memperbaki diri atau
mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak
dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang di
derita (Nugroho, 2000).
Menurut undang undang no.4 tahun 1965 pasal 1, seseorang di
nyatakan sebagai lanjut usia setelah yang bersangkutan mencapai
umur 55 tahun, tidak mempunyai atau tidak berdaya mencari nafkah
sendiri untuk keperluan hidupnya sehari-hari dan menerima nafkah
dari orang lain (Mubarok, 2006).
Lanjut usia (lansia) adalah seseorang yang karena usianya

12

mengalami perubahan biologis, fisis, kejiwaan dan sosial (UU No23


Tahun 1992 tentang kesehatan). Pengertian dan pengelolaan lansia
menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 1998
tentang lansia sebagai berikut :
a.

Lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun


keatas

b. Lansia usia potensial adalah lansia yang masih mampu melakukan


pekerjaan dan kegiatan yang dapat menghasilkan barang atau
jasa
c.

Lansia tak potensial adalah lansia yang tidak berdaya mencari


nafkah sehingga hidupnya tergantung pada bantuan orang lain.

2. Batasan Lansia
Menurut dokumen kelembagaan lansia dalam kehidupan bangsa
yang diterbitkan oleh Departemen Sosial dalam rangka perencanaan
hari lansia nasional tanggal 29 Mei oleh Presiden RI, Batas umur
lansia adalah 60 tahun atau lebih (Setiabudhi, 1999), dan menurut
Pedoman Pembinaan Kesehatan Lansia bagi petugas kesehatan yang
diterbitkan oleh Departemen Kesehatan RI tahun 1999, umur lansia
dibagi menjadi 3 tahapan yaitu:
a. Usia pra senelis atau Virilitas adalah seseorang yang berusia 4549 tahun
b. Usia lanjut adalah seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih
c. Usia lanjut resiko tinggi adalah seseorang yang berusia 70 tahun
atau lebih atau dengan masalah kesehatan.
Menurut WHO penggolongan lansia meliputi:
a.

Usia pertengahan (middle age) ialah kelompok usia 45 sampai 59


tahun.

b. Lanjut usia (elderly) antara 60 74 tahun


c.

Lanjut usia tua (old) antara 75 90 tahun

d. Usia sangat tua (very old) di atas 90 tahun


3. Proses Menua

13

Menurut Constantindes (1994) dalam Nugroho (2000),


mengatakan bahwa proses menua adalah suatu proses menghilangnya
secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri
atau mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya, sehingga tidak
dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang
diderita. Proses menua merupakan proses yang terus-menerus secara
alamiah dimulai sejak lahir dan setiap individu tidak sama cepatnya.
Menua bukan status penyakit tetapi merupakan proses berkurangnya
daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam maupun
dari luar tubuh.
Manusia secara progresif akan kehilangan daya tahan terhadap
infeksi dan akan menumpuk makin banyak distorsi metabolik dan
stuktural yang disebut sebagai

penyakit degeneratif

seperti,

hipertensi, aterosklerosis, diabetes militus dan kanker yang akan


menyebabkan kita menghadapi akhir hidup dengan episode terminal
yang dramatik seperti strok, infark miokard, koma asidosis, metastasis
kanker dan sebagainya ( Martono & Darmojo, edisi ke-3 2004)
4. Perubahan Yang Terjadi Pada Lansia
Suatu proses yang tidak dapat dihindari yang berlangsung
secara terus-menerus dan berkesinambungan yang selanjutnya
menyebabkan perubahan anatomis, fisiologis dan dan biokemis. Pada
jaringan tubuh dan akhirnya mempengaruhi fungsi dan kemampuan
badan secara keseluruhan (Depkes RI, 1998). Perubahan yang terjadi
pada lansia yaitu:
a. Perubahan Fisiologis
Menurut Nugroho (2008) terjadi perubahan fisik meliputi
perubahan dari tingkat sel sampai kesemua sistem organ tubuh,
diantaranya

sistem

pernapasan,

pendengaran,

penglihatan,

kardiovaskuler, sistem pengaturan suhu tubuh, muskuloskeletal,


gastro intestinal, genitourinaria, endokrin dan integumen.
Menurut setiabudhi (1999) perubahan yang terjadi pada sel

14

seseorang menjadi lansia yaitu adanya perubahan genetika yang


mengakibatkan terganggunya metabolisme protein, gangguan
metabolisme DNA, terjadi ikatan DNA dengan protein stabil yang
mengakibatkan gangguan genetika, gangguan kegiatan enzim dan
system pembuatan enzim, menurunnya proporsi protein diotak,
otot, ginjal darah dan hati, terjadinya pengurangan parenchim
serta adanya penambahan lipofuscin.
Menurut Wibowo (dalam Harsuki, 2003: 245) adapun
perubahan-perubahan

fisioligis

yang

terjadi

pada

lansia

diakibatkan oleh adanya degenerasi fungsi alat-alat tubuh.


Penyebab dari degenerasi tersebut sampai saat ini belum diketahui
dengan pasti. Para pakar berpendapat karena adanya senyawa
radikal bebas, arteriklerosis, dan kurangnya aktivitas fisik.
b. Perubahan Psikologis
Perubahan psikologis pada lansia meliputi short term
memory, frustasi, kesepian, takut kehilangan kebebasan, takut
menghadapi kematian, perubahan keingginan, depresi, dan
kecemasan (Maryam, 2008).
Perubahan psikis pada lansia adalah besarnya individual
differences pada lansia. Lansia memiliki kepribadian yang
berbeda dengan sebelumnya. Penyesuaian diri lansia juga sulit
karena

ketidakinginan

lansia

untuk

berinteraksi

dengan

lingkungan ataupun pemberian batasan untuk dapat berinteraksi


(Hurlock, 2000).
c. Perubahan sosial
Umumnya lansia banyak yang melepaskan partisipasi sosial
mereka, walaupun pelepasan itu dilakukan secara terpaksa. Orang
lanjut usia yang memutuskan hubungan dengan dunia sosialnya
akan

mengalami

kepuasan.

Pernyataan

tadi

merupakan

disaggrement theory. Aktivitas sosial yang banyak pada lansia


juga mempengaruhi baik buruknya kondisi fisik dan sosial lansia.

15

(Hurlock, 2000).
d. Perubahan Ekonomi
Menurut

Kuntjoro (2002) Pada umumnya perubahan ini

diawali ketika masa pensiun. Meskipun tujuan ideal pensiun


adalah agar para lansia dapat menikmati hari tua atau jaminan hari
tua, namun dalam kenyataannya sering diartikan sebaliknya,
karena pensiun sering diartikan sebagai kehilangan penghasilan,
kedudukan, jabatan, peran, kegiatan, status dan harga diri. Reaksi
setelah orang memasuki masa pensiun lebih tergantung dari model
kepribadiannya.
Perubahan-perubahan yang terjadi pada usia lanjut pada
umumnya mengarah pada kemunduruan kesehatan fisik dan psikis
yang akhirnya akan berpengaruh juga pada aktivitas ekonomi dan
sosial mereka. Sehingga secara umum akan berpengaruh pada
aktivitas kehidupan sehari-hari.
5. Permasalahan Yang Terjadi Pada Lansia
Besarnya jumlah penduduk lanjut usia dan tingginya presentase
kenaikan lanjut usia memerlukan upaya peningkatan kualitas
pelayanan dan pembinaan kesehatan bagi lanjut usia. Pada tahun 2010
jumlah lanjut usia mencapai 16,5 juta jiwa. Di perkirakan tahun 2020
jumlah lansia mencapai 28 juta jiwa (Depkominfo, 2009) dan
diproyeksikan akan bertambah menjadi hampir 2 milyar pada tahun
2050, Bahkan Indonesia termasuk salah satu negara yang proses
penuaan penduduknya paling cepat di Asia Tenggara dan hal ini
menimbulkan permasalahan dari berbagai aspek antara lain:
a. Permasalahan Fisiologis
Menurut Hadi Martono (1997) dalam Darmojo (1999)
terjadinya perubahan normal pada fisik lansia yang berakibat pada
masalah fisik usia lanjut. Masalah tersebut akan terlihat dalam
jaringan dan organ tubuh seperti kulit menjadi kering dan keriput,

16

rambut beruban dan rontok, penglihatan menurun sebagian atau


menyeluruh, pendengaran berkurang, indra perasa menurun, daya
penciuman berkurang, tinggi badan menyusut karena proses
osteoporosis yang berakibat badan menjadi bungkuk, tulang
keropos, massanya dan kekuatannya berkurang dan mudah patah,
elastisitas paru berkurang, nafas menjadi pendek, terjadi
pengurangan fungsi organ didalam perut, dinding pembuluh darah
menebal dan menjadi tekanan darah tinggi otot jantung bekerja
tidak efisien, adanya penurunan organ reproduksi, terutama pada
wanita, otak menyusut dan reaksi menjadi lambat terutama pada
pria, serta seksualitas tidak terlalu menurun.
b. Permasalahan Psikologis
Menurut Hadi Martono (1997) dalam Darmojo (1999),
beberapa masalah psikologis lansia antara lain.
1)

Kesepian (loneliness)

2)

Duka cita (bereavement)

3)

Depresi, pada lansia stress lingkungan sering


menimbulkan depresi dan kemampuan beradaptasi sudah
menurun.

4)

Gangguan cemas

5)

Psikosis pada lansia

c. Permasalahan sosial
Menurut Setiabudhi (1999), permasalahan sosial lansia
secara umum yaitu :
1) Masih besarnya jumlah lansia yang berada di bawah garis
kemiskinan.
2) Makin melemahnya nilai kekerabatan sehingga anggota
keluarga yang berusia lanjut kurang diperhatikan, dihargai
dan dihormati, berhubung terjadi perkembangan pola
kehidupan keluarga yang secara fisik lebih mengarah pada
bentuk keluarga kecil.

17

3) Lahirnya kelompok masyarakat industri yang memiliki ciri


kehidupan yang lebih bertumpu kepada individu dan
menjalankan kehidupan berdasarkan perhitungan untung rugi,
lugas dan efisien yang secara tidak langsung merugikan
kesejahteraan lansia.
4) Masih rendahnya kuantitas tenaga professional dalam
pelayanan lansia dan masih terbatasnya sarana pelayanan
pembinaan kesejahteraan lansia.
5) Serta belum membudayanya dan melembaganya kegiatan
pembinaan kesejahteraan lansia.
d. Permasalahan Ekonomi
Menurut

Setiabudhi

(1999),

Masalah

lanjut

usia

merupakan satu bagian yang tidak terpisahkan dari kodisi sosial


ekonomi masyarakat. Oleh karena itu, para lanjut usia
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kependudukan
dan merupakan unsur penting dalam proses pembangunan
ekonomi. Ada beberapa hal yang yang berkaitan dengan
masalah ekonomi yaitu :
1)

Kedudukan lanjut usia dalam pranata sosial/masyarakat

2)

Masalah perumahan dan transportasi

3)

Kedudukan lanjut usia dalam keluarga

4)

Jaminan hari tua atau jaminan sosial, pemeliharaan serta


penyaluran kegiatan bagi lanjut usia.

5)

Masalah kesehatan dan gizi.

6)

Pelayanan sosial dan masyarakat.

C. Senam Lansia
1. Pengertian Senam Lansia
Senam adalah serangkaian gerak nada yang teratur dan terarah
serta terencana yang dilakukan secara tersendiri atau berkelompok
dengan maksud meningkatkan kemampuan fungsional raga (Santosa,

18

1994). Sedangkan senam lansia adalah serangkaian gerak nada yang


teratur dan terarah serta terencana yang diikuti oleh orang lanjut usia
yang dilakukan dengan maksud meningkatkan kemampuan fungsional
raga.
Senam lansia adalah olahraga ringan dan mudah dilakukan, tidak
memberatkan yang diterapkan pada lansia. Aktifitas olahraga ini akan
membantu tubuh agar tetap bugar dan tetap segar karena melatih
tulang tetap kuat, mendorong jantung bekerja optimal dan membantu
menghilangkan radikal bebas yang berkeliaran di dalam tubuh.
2. Jenis-jenis Senam lansia, meliputi :
a.

Senam kebugaran lansia

b.

Senam otak

c.

Senam osteoporosis

d.

Senam hipertensi

e.

Senam diabetes mellitus

f.

Olahraga rekreatif atau jalan santai.

3. Manfaat Olahraga Bagi Lansia


Menurut Nugroho (2008; 223) dan Maryam (2008: 149)
manfaat melakukan senam atau olahraga secara teratur dan benar
dalam waktu yang cukup bagi lansia antara lain:
a.

Memperlancar proses degenerasi karena perubahan usia

b.

Mempermudah untuk menyesuaikan kesehatan jasmani

dalam

kehidupan (adaptasi)
c.

Fungsi melindungi, yaitu memperbaiki tenaga cadangan dalam


fungsinya terhadap bertambahnya tuntutan, misalya sakit. Sebagai
rehabilitas pada lanjut usia yaitu terjadi penurunan masa otot serta
kekuatannya, laju denyut jantung maksimal, toleransi latihan,
kapasitas aerobik dan terjadinya peningkatan lemak tubuh.

d.

Megadakan koreksi terhadap sikap dan gerak

e. Membentuk sikap dan gerak


f. Memperlambat proses degenerasi karena perubahan usia.

19

g.

Membentuk kondisi fisik (kekuatan otot, kelenturan, keseimbangan,


ketahanan, keluwesan, dan kecepatan).

h.

Membentuk berbagai sikap kejiwaan (membentuk keberanaian,


kepercayaan diri, dan kesanggupan bekerja sama).

i.

Memberikan rasangan bagi saraf-saraf yang lemah, khususnya bagi


lansia

j.

Memupuk rasa tanggung jawab terhadap kesehatan diri dan


masyarakat.
Olahraga dengan teratur seperti senam lansia dapat mencegah
atau memperlambat kehilangan fungsional organ. Bahkan dari
berbagai penelitian menunjukan bahwa latihan atau olahraga seperti
senam lansia dapat mengeliminasi berbagai resiko penyakit seperti
hipertensi, diabetes melitus, penyakit arteri koroner dan kecelakaan
(Darmojo 2004; 101).
Semua senam dan aktifitas olahraga ringan sangat bermanfaat
untuk menghambat proses degeneratif. Senam ini sangat dianjurkan
untuk mereka yang memasuki usia pralansia (45 thn) dan usia lansia
(65 thn ke atas). Senam lansia disamping memiliki dampak positif
terhadap peningkatan fungsi organ tubuh juga berpengaruh dalam
meningkatkan imunitas dalam tubuh manusia setelah latihan teratur.
Tingkat kebugaran dievaluasi dengan mengawasi kecepatan denyut
jantung waktu istirahat yaitu kecepatan denyut nadi sewaktu
istirahat. Jadi supaya lebih bugar, kecepatan denyut jantung sewaktu
istirahat harus menurun (Poweell, 2000) Dengan mengikuti senam
lansia efek minimalya adalah lansia merasa berbahagia, senantiasa
bergembira, bisa tidur lebih nyenyak, pikiran tetap segar.
4. Keikutsertaan Senam Lansia
Keikutsertaan senam lansia adalah dimana lansia mengikuti
kegiatan senam lansia secara teratur, terukur serta terencana dan
tujuannya untuk meningkatkan kemampuaan fungsional raga.
Menurut Erfandi (2008), faktorfaktor yang mempengaruhi

20

lansia dalam mengikuti kegiatan posyandu lansia (senam lansia)


adalah :
1. Pengetahuan lansia
Pengetahuan lansia akan manfaat senam lansia ini dapat
diperoleh dari pengalaman pribadi dalam kehidupan sehariharinya. Lansia yang menghadiri kegiatan posyandu, akan
mendapatkan penyuluhan tentang bagaimana cara hidup sehat
dengan segala keterbatasan atau masalah kesehatan yang
melekat pada mereka. Pengalaman serta pengetahuan lansia
menjadi pendorong minat atau motivasi mereka untuk selalu
mengikuti kegiatan posyandu lansia (senam lansia)
2. Jarak
Jarak lokasi yang dekat akan membuat lansia mudah
menjangkau lokasi senam tanpa harus mengalami kelelahan atau
kecelakaan fisik karena penurunan daya tahan atau kekuatan
fisik

tubuh.

Kemudahan

dalam

menjangkau

lokasi

ini

berhubungan dengan faktor keamanan atau keselamatan bagi


lansia. Jika lansia merasa aman atau merasa mudah untuk
menjangkau lokasi tanpa harus menimbulkan kelelahan atau
masalah yang lebih serius, maka hal ini dapat mendorong minat
atau motivasi lansia untuk mengikuti kegiatan posyandu.
Keamanan merupakan faktor eksternal dari terbentuknya
motivasi untuk mengikuti senam lansia.
3. Dukungan keluarga
Dukungan keluarga sangat berperan dalam mendorong
minat atau kesediaan lansia untuk mengikuti kegiatan senam
lansia. Keluarga bisa menjadi motivator kuat bagi lansia apabila
selalu menyediakan diri untuk mendampingi atau mengantar
lansia, mengingatkan lansia jika lupa jadwal senam lansia, dan
berusaha membantu mengatasi segala permasalahan bersama
lansia.

21

4. Sikap lansia
Penilaian pribadi atau sikap yang baik terhadap petugas
merupakan dasar atas kesiapan atau kesediaan lansia untuk
mengikuti kegiatan senam lansia. Dengan sikap yang baik
tersebut, lansia cenderung untuk selalu hadir atau mengikuti
kegiatan yang diadakan di posyandu lansia dalam hal ini senam
lansia. Hal ini dapat dipahami karena sikap seseorang adalah
suatu cermin kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu obyek.
Kesiapan merupakan kecenderungan potensial untuk bereaksi
dengan cara-cara tertentu apabila individu dihadapkan pada
stimulus yang menghendaki adanya suatu respons.
D. Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Keikutsertaan Senam Lansia
Mengingat pada orang lanjut usia (lansia) banyak dari organ tubuh
yang mulai mengalami proses degenerasi atau menua serta berbagai
macam penyakit kronis yang mulai mengghinggapi mereka. Maka untuk
mendapatkan kesegaran tubuh perlu memilih olah raga yang sesuai
dengan kondisi kesehatanya. Olahraga yang dapat dilakukan berupa jalan
pagi atau olah raga aerobik seperti senam lansia, yang dilakukan secara
teratur dua atau tiga kali dalam seminggu dengan intensitas yang terukur
sehingga kualitas kesegaran fisik pada lansia dapat ditingkatkan
(Takasihaeng, 2002).
Dukungan sosial merupakan informasi verbal maupun non verbal,
saran, bantuan yang nyata yang diberikan oleh orang-orang yang dekat
dengan subjek di dalam lingkungan sosialnya, atau yang berupa
kehadiran dan hal-hal yang dapat memberikan keuntungan emosional
atau pengaruh pada tingkah laku penerimanya. Dukungan sosial juga
dapat didefinisikan sebagai adanya kenyamanan, perhatian, penghargaan,
atau sikap penerimaan, dukungan sosial tersebut diperoleh dari kelompok

22

maupun individu (Kunjoro 2002).


Senam Lansia adalah bagian dari olah raga yang merupakan suatu
bentuk aktivitas fisik yang terencana dan terstruktur, melibatkan gerakan
tubuh berulang-ulang dan ditujukan untuk meningkatkan kebugaran
jasmani (Setiono, 2007).
Keaktifan lansia dalam mengikuti senam lansia sangat dipengaruhi
oleh dukungan keluarga itu sendiri. keluarga diharapkan dapat
memberikan motivasi pada lansia dalam mempertahankan kesehatanya
(Maryam, 2008). Keluarga merupakan tempat bernaung dan berlindung
bagi para lansia, oleh karena itu keluarga diharapkan dapat memberikan
dukungannya terhadap lansia, karena dukungan keluarga merupakan
salah satu unsur terpenting dalam membantu individu menyelesaikan
masalah dalam hal ini masalah kesehatanya. Apabila ada dukungan, rasa
percaya diri akan bertambah dan motivasi untuk menghadapi masalah
yang terjadi akan meningkat (Stuart dan Sundeen, 1995 dalam Tamher
dan Noorkhasiani, 2009 ).

23

E. Kerangka Teori

Faktor-faktor yang mempengaruhi lansia


mengikuti kegiatan posyandu lansia (senam
lansia).
1. Pengetahuan
2. Jarak
3. Sikap Lansia

Keikutsertaan Senam Lansia

4. Dukungan keluarga

Dukungan Emosional

Dukungan Informasi

Dukungan Instrumental

Dukungan Penghargaan

Skema 2.1 Kerangka Teori

Sumber: Modifikasi Friedman (1998), Erfandi ( 2008 )

24

F. Kerangka Konsep
Variabel. Independent

Variabel Dependent

Dukungan Keluarga
- Informasi

Keikutsertaan Senam Lansia

- Instrumental
- Penghargaan
- Emosional

Skema 2.2 Kerangka Konsep

Variable dependent adalah variable terikat yang dipengaruhi oleh


veriable independent. Keikutsertaan lansia dalam senam lansia merupakan
variable dependent atau terikat yang dipengaruhi oleh dukungan keluarga
sebagai

variabel

independent.

Kondisi

pendahuluan

atau

variabel

independent dikaitkan dengan terjadinya kondisi atau efek lain atau variabel
dependent (Dempsey, 2002).
H. Hipotesis
Hipotesis dari rencana penelitian ini adalah, ada hubungan antara
dukungan keluarga dengan keikutsertaan senam lansia.

25

Anda mungkin juga menyukai