Anda di halaman 1dari 30

DAFTAR ISI

HALAMAN
BAB I . PENDAHULUAN
A. Pengertian kristalografi
2
B. Pengertian Kristal
3
C. Proses pembentukan Kristal
4
D. Daya ikat Kristal
4
I.
Unsur-unsur simetri Kristal.5
a. Bidang simetri
5
b. Sumbu simetri
5
c. Pusat simetri
6
d. Sudut simetri
6
E. Sistem kristalografi
7
1. Isometrik
7
2. Tetragonal
9
3. Hexagonal 10
4. Trigonal 11
5. Orthorhombic
13
6. Monoklin14
7. Triklin
15
A. Unsur-unsur simetri kristalografi
.16
a. Zona dan sumbu zona.16
b. Pusat atau Inti simetri titik inversi (i) .17
c. Bidang
Simetri
atau
Bidang
Cermin
(m)
.17
d. Sumbu Simetri atau Sumbu Lipat (n)17
F. Penggolongan18
a. Kristal logam19
b. Kristal ionic20
c. Kristal molekuler .23
d. Kristal kovalen .24
e. Kristal cair .26
DAFTAR PUSTAKA29

BAB I
PENDAHULUAN
1

A. PENGERTIAN KRISTALOGRAFI

Apa itu kristalografi? Dari kata dasarnya, Crystal, sudah dapat diketahui secara
umum bahwa Crystalgraphy merupakan suatu ilmu yang mempelajari tentang Kristal.
Kristal sendiri sebenarnya merupakan suatu zat padat yang mempunyai susunan atom
atau molekul yang teratur. Keteraturannya tercermin dalam permukaan kristal yang
berupa bidang-bidang datar dan rata yang mengikuti polapola tertentu, dan
sebenarnya memiliki suatu hukumyang dikenal sebagai Law of Constancy of
Interfacial Angles, yaitu suatu hokum yang memiliki kandungan bahwa sudut
pembentuk bidang Kristal besarnya adalan konstan.
Relasi dengan Mineralogy

MINERALOGY,adalah ilmu yang secara alami mengikutsertakan substansi padat


yang merupakan bagian dari alam semesta. Mineral adalah zat atau benda yang
biasanya padat dan homogen dan hasil bentukan alam yang memiliki sifat-sifat fisik
dan kimia tertentu serta umumnya berbentuk kristalin. Meskipun demikian ada
beberapa bahan yang terjadi karena penguraian atau perubahan sisa-sisa tumbuhan
dan hewan secara alamiah juga digolongkan ke dalam mineral,seperti batubara,
minyakbumi, tanahdiatome.
Jadi, sebenarnya Kristalografi adalah salah satu cabang ilmu dari Mineralogy.
Dalam konteks ini, Crystallography merupakan ilmu ini berkenaan dengan bentuk
2

geometris, simetri eksternal dan properti optikal dari kristal. Tujuan utama dari teknik
crystallography moderen adalah penentuan struktur kristal. Hal ini menyediakan
informasi lokasi dari semua atom, posisi ikatan dan tipe ikatannya, ikatan simetri dan
isi kimiawi dari unit sel.

B. PENGERTIAN KRISTAL
Kata kristal berasal dari bahasa Yunani crystallon yang berarti tetesan yang
dingin atau beku. Menurut pengertian kompilasi yang diambil untuk menyeragamkan
pendapat para ahli, maka kristal adalah bahan padat homogen, biasanya anisotrop dan
tembus cahaya serta mengikuti hukum-hukum ilmu pasti sehingga susunan bidangbidangnya memenuhi hukum geometri; Jumlah dan kedudukan bidang kristalnya
selalu tertentu dan teratur. Kristal-kristal tersebut selalu dibatasi oleh beberapa bidang
datar yang jumlah dan kedudukannya tertentu. Keteraturannya tercermin dalam
permukaan kristal yang berupa bidang-bidang datar dan rata yang mengikuti pola-pola
tertentu. Bidang-bidang ini disebut sebagai bidang muka kristal. Sudut antara bidangbidang muka kristal yang saling berpotongan besarnya selalu tetap pada suatu kristal.
Bidang muka itu baik letak maupun arahnya ditentukan oleh perpotongannya dengan
sumbu-sumbu kristal. Dalam sebuah kristal, sumbu kristal berupa garis bayangan
yang lurus yang menembus kristal melalui pusat kristal. Sumbu kristal tersebut
mempunyai satuan panjang yang disebut sebagai parameter.
Bila ditinjau dan telaah lebih dalam mengenai pengertian kristal, mengandung
pengertian sebagai berikut :
Bahan padat homogen, biasanya anisotrop dan tembus cahaya :

tidak termasuk didalamnya cair dan gas

tidak dapat diuraikan kesenyawa lain yang lebih sederhana oleh proses fisika

terbentuknya oleh proses alam


Mengikuti hukum-hukum ilmu pasti sehingga susunan bidang-bidangnya
mengikuti hukum geometri :

jumlah bidang suatu kristal selalu tetap

macam atau model bentuk dari suatu bidang kristal selalu tetap

sifat keteraturannya tercermin pada bentuk luar dari kristal yang tetap.
Apabila unsur penyusunnya tersusun secara tidak teratur dan tidak mengikuti hukumhukum diatas, atau susunan kimianya teratur tetapi tidak dibentuk oleh proses alam
(dibentuk secara laboratorium), maka zat atau bahan tersebut bukan disebut sebagai
kristal.

C. Proses Pembentukan Kristal


Pada kristal ada beberapa proses atau tahapan dalam pembentukan kristal. Proses
yang di alami oleh suatu kristal akan mempengaruhi sifat-sifat dari kristal tersebut.
Proses ini juga bergantung pada bahan dasar serta kondisi lingkungan tempat dimana
kristal tersebut terbentuk.
Berikut ini adalah fase-fase pembentukan kristal yang umumnya terjadi pada

pembentukan kristal :
Fase cair ke padat : kristalisasi suatu lelehan atau cairan sering terjadi pada skala
luas dibawah kondisi alam maupun industri. Pada fase ini cairan atau lelehan
dasar pembentuk kristal akan membeku atau memadat dan membentuk kristal.

Biasanya dipengaruhi oleh perubahan suhu lingkungan.


Fase gas ke padat (sublimasi) : kristal dibentuk langsung dari uap tanpa melalui
fase cair. Bentuk kristal biasanya berukuran kecil dan kadang-kadang berbentuk
rangka (skeletal form). Pada fase ini, kristal yang terbentuk adalah hasil
sublimasi gas-gas yang memadat karena perubahan lingkungan. Umumnya gasgas tersebut adalah hasil dari aktifitas vulkanis atau dari gunung api dan
membeku karena perubahan temperature.

Fase padat ke padat : proses ini dapat terjadi pada agregat kristal dibawah
pengaruh tekanan dan temperatur (deformasi). Yang berubah adalah struktur
kristalnya, sedangkan susunan unsur kimia tetap (rekristalisasi). Fase ini hanya
mengubah kristal yang sudah terbentuk sebelumnya karena terkena tekanan dan
temperatur yang berubah secara signifikan. Sehingga kristal tersebut akan
berubah bentuk dan unsur-unsur fisiknya. Namun, komposisi dan unsur
kimianya tidak berubah karena tidak adanya faktor lain yang terlibat kecuali
tekanan dan temperatur.

D. Daya Ikat Kristal


4

Daya yang mengikat atom (atau ion, atau grup ion) dari zat-zat yang terdapat
pada kristal bersifat elektrostatis secara alami.. Tipe dan intensitasnya sangat
berkaitan dengan sifat-sifat fisik dan kimia dari mineral. Kekerasan, belahan, daya
lebur, kelistrikan dan konduktivitas termal, dan koefisien ekspansi termal
berhubungan secara langsung terhadap daya ikat. Secara umum, ikatan kuat memiliki
kekerasan yang lebih tinggi, titik leleh yang lebih tinggi dan koefisien ekspansi termal
yang lebih rendah. Ikatan kimia dari suatu kristal dapat dibagi menjadi 4 macam,
yaitu: ionik, kovalen, logam dan van der Waals.
Unsur-unsur Simetri Kristal
Bidang Simetri
Bidang simetri adalah bidang bayanganyang dapat membelah kristal menjadi dua
bagian yang sama, dimana bagian yang satu merupakan pencerminan (refleksi) dari
bagian yang lainnya atau Bidang simetri merupakan suatu bidang khayal yang
menembus dan membagi Kristal menjadi dua bagian yang sama besar dengan salah
satu sisi / bagian merupakan suatu pencerminan dari bidang yang lain. Bidang simetri
dibagi menjadi dua, yaitu :
1. Bidang Simetri Aksial, merupakan suatu bidang simetri yang melewati 2
sumbu Kristal.
2. Jika bidang tersebut terbentuk tegak lurus dengan sumbu c, maka disebut
dengan Bidang Simetri Horizontal.n Jjika bidang tersebut terbentuk sejajar
dengan sumbuu c, maka disebut dengan Bidang Simetri Vertikal
3. Bidang Simetri Intermediet, apabila bidang simetri tersebut hanya melewati 1
sumbu saja (Bidang Simetri Diagonal)
Sumbu Simetri
Sumbu simetri adalah garis bayangan yang dibuat menembus pusat kristal, dan
bila kristal diputar dengan poros sumbu tersebut sejauh satu putaran penuh akan
didapatkan beberapa kali kenampakan yang sama.

1. Gire, atau sumbu simetri biasa,cara mendapatkan nilai simetrinya adalah dengan
memutar Kristal pada porosnya dalam satu putaran penuh. Bila terdapat dua kali
kenampakan yang sama dinamakan digire, bila tiga trigire (3),dst..
2. Giroide adalah sumbu simetri yang cara mendapatkan nilai simetrinya dengan
memutar kristal pada porosnya dan memproyeksikannya pada bidang horisontal.
3. Sumbu inversi putar adalah sumbu simetri yang cara mendapatkan nilai simetrinya
dengan memutar kristal pada porosnya dan mencerminkannya melalui pusat kristal.
Penulisan nilai simetrinya dengan cara menambahkan bar pada angka simetri itu.
Bila tiga tribar (3), empat tetrabar (4),dst
Pusat Simetri
Suatu kristal dikatakan mempunyai pusat simetri bila dalam kristal tersebut dapat
dibuat garis bayangan tiap-tiap titik pada permukaan kristal menembus pusat kristal
dan akan menjumpai titik yang lain pada permukaan di sisi yang lain dengan jarak
yang sama terhadap pusat kristal pada garis bayangan tersebut Semua Kristal
memiliki pusat Kristal, namun belum tentu memiliki sumbu simetri.

Sudut simetri
Sudut simetri adalah sudut antar sumbu-sumbu yang berada dalam sebuah kristal.
Sudut-sudut ini berpangkal (dimulai) pada titik persilangan sumbu-sumbu utama pada
kristal yang akan sangat berpengaruh pada bentuk dari kristal itu sendiri.

E. Sistem Kristalografi
Dalam mempelajari dan mengenal bentuk kristal secara mendetail, perlu
diadakan pengelompokkan yang sistematis. Pengelompokkan itu didasarkan pada
perbangdingan panjang, letak (posisi) dan jumlah serta nilai sumbu tegaknya.
Bentuk kristal dibedakan berdasarkan sifat-sifat simetrinya (bidang simetri dan sumbu
simetri) dibagi menjadi tujuh sistem, yaitu :

Isometrik,
Tetragonal,
Hexagonal,
Trigonal,
Orthorhombik,
Monoklin dan
Triklin.
Dari tujuh sistem kristal dapat dikelompokkan menjadi 32 kelas kristal.

Pengelompokkan ini berdasarkan pada jumlah unsur simetri yang dimiliki oleh kristal
tersebut. Sistem Isometrik terdiri dari lima kelas, sistem Tetragonal mempunyai tujuh
kelas, sistem Orthorhombik memiliki tiga kelas, Hexagonal tujuh kelas dan Trigonal
lima kelas. Selanjutnya Monoklin mempunyai tiga kelas dan Triklin dua kelas.
1. Sistem Isometrik
Sistem ini juga disebut sistem kristal regular, atau dikenal pula dengan sistem
kristal kubus atau kubik. Jumlah sumbu kristalnya ada 3 dan saling tegak lurus satu
dengan yang lainnya. Dengan perbandingan panjang yang sama untuk masing-masing
sumbunya.
Pada kondisi sebenarnya, sistem kristal Isometrik memiliki axial ratio (perbandingan
sumbu a = b = c, yang artinya panjang sumbu a sama dengan sumbu b dan sama
dengan sumbu c. Dan juga memiliki sudut kristalografi = = = 90. Hal ini
berarti, pada sistem ini, semua sudut kristalnya ( , dan ) tegak lurus satu sama
lain (90).

Gambar 1 Sistem Isometrik

Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal, sistem Isometrik


memiliki perbandingan sumbu a : b : c = 1 : 3 : 3. Artinya, pada sumbu a ditarik garis
dengan nilai 1, pada sumbu b ditarik garis dengan nilai 3, dan sumbu c juga ditarik
garis dengan nilai 3 (nilai bukan patokan, hanya perbandingan). Dan sudut antar
sumbunya a+^b = 30. Hal ini menjelaskan bahwa antara sumbu a+ memiliki nilai
30 terhadap sumbu b.
Sistem isometrik dibagi menjadi 5 Kelas :
Tetaoidal

Gyroida
Diploida
Hextetrahedral
Hexoctahedral
Beberapa contoh mineral dengan system kristal Isometrik ini adalah gold, pyrite,
galena, halite, Fluorite

Contoh Mineral Sistem Kubic : Spalerit


Nama Mineral : Spalerit
Rumus kimia : ZnS
Berat Jenis (BD) : 3,9-4,1
Sistim Kristal : kubik
Belahan : sempurna
Warna : merah jingga sampai mendekati hitam
Goresan : coklat sampai kuning
Kekerasan : 3,5-4

2. Sistem Tetragonal
Sama dengan system Isometrik, sistem kristal ini mempunyai 3 sumbu kristal
yang masing-masing saling tegak lurus. Sumbu a dan b mempunyai satuan panjang
8

sama. Sedangkan sumbu c berlainan, dapat lebih panjang atau lebih pendek. Tapi pada
umumnya lebih panjang.
Pada kondisi sebenarnya, Tetragonal memiliki axial ratio (perbandingan sumbu) a = b
c , yang artinya panjang sumbu a sama dengan sumbu b tapi tidak sama dengan
sumbu c. Dan juga memiliki sudut kristalografi = = = 90. Hal ini berarti, pada
sistem ini, semua sudut kristalografinya ( , dan ) tegak lurus satu sama lain (90).

Gambar 2 Sistem Tetragonal


Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal, sistem kristal
Tetragonal memiliki perbandingan sumbu a : b : c = 1 : 3 : 6. Artinya, pada sumbu a
ditarik garis dengan nilai 1, pada sumbu b ditarik garis dengan nilai 3, dan sumbu c
ditarik garis dengan nilai 6 (nilai bukan patokan, hanya perbandingan). Dan sudut
antar sumbunya a+^b = 30. Hal ini menjelaskan bahwa antara sumbu a+ memiliki
nilai 30 terhadap sumbu b.
Sistem tetragonal dibagi menjadi 7 kelas:

Piramid

Bipiramid

Bisfenoid

Trapezohedral

Ditetragonal Piramid

Skalenohedral

Ditetragonal Bipiramid
9

Beberapa contoh mineral dengan sistem kristal Tetragonal ini adalah :


o Rutil
o Autunite
o Pyrolusite
o Leucite
o scapolite.

Contoh Mineral Sistem Tetragonal : Bornit


Nama Mineral : Bornit
Rumus kimia : Cu5FeS4
Berat Jenis (BD) : 5,0
Sistim Kristal :tetragonal
Belahan : dalam jejak
Warna : merah tembaga atau perunggu
Goresan : hitam keabu-abuan yang terang
Kekerasan : 3

3. Sistem Hexagonal
Sistem ini mempunyai 4 sumbu kristal, dimana sumbu c tegak lurus terhadap
ketiga sumbu lainnya. Sumbu a, b, dan d masing-masing membentuk sudut 120
terhadap satu sama lain. Sambu a, b, dan d memiliki panjang sama. Sedangkan
panjang c berbeda, dapat lebih panjang atau lebih pendek (umumnya lebih panjang).
Pada kondisi sebenarnya, sistem kristal Hexagonal memiliki axial ratio (perbandingan
sumbu) a = b = d c , yang artinya panjang sumbu a sama dengan sumbu b dan sama
dengan sumbu d, tapi tidak sama dengan sumbu c. Dan juga memiliki sudut
kristalografi = = 90 ; = 120. Hal ini berarti, pada sistem ini, sudut dan
saling tegak lurus dan membentuk sudut 120 terhadap sumbu .

Gambar 3 Sistem Hexagonal


Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal, sistem Hexagonal
memiliki perbandingan sumbu a : b : c = 1 : 3 : 6. Artinya, pada sumbu a ditarik garis
dengan nilai 1, pada sumbu b ditarik garis dengan nilai 3, dan sumbu c ditarik garis
10

dengan nilai 6 (nilai bukan patokan, hanya perbandingan). Dan sudut antar sumbunya
a+^b = 20 ; d^b+= 40. Hal ini menjelaskan bahwa antara sumbu a+ memiliki nilai
20 terhadap sumbu b dan sumbu d membentuk sudut 40 terhadap sumbu b+.
Sistem ini dibagi menjadi 7:

Hexagonal Piramid

Hexagonal Bipramid

Dihexagonal Piramid

Dihexagonal Bipiramid

Trigonal Bipiramid

Ditrigonal Bipiramid

Hexagonal Trapezohedral

Beberapa contoh mineral dengan sistem kristal Hexagonal ini adalah :


o quartz
o corundum
o hematite
o calcite
o dolomite
o apatite.

Contoh Mineral Sistem Hexagonal : Grafit


Nama Mineral : Grafit
Rumus kimia : G
Berat Jenis (BD) : 2,2
Sistim Kristal : heksagonal
Belahan :
Warna : tanah sampai logam
Goresan : hitam
Kekerasan : 1-2

11

4. Sistem Trigonal
Jika kita membaca beberapa referensi luar, sistem ini mempunyai nama lain yaitu
Rhombohedral, selain itu beberapa ahli memasukkan sistem ini kedalam sistem kristal
Hexagonal. Demikian pula cara penggambarannya juga sama. Perbedaannya, bila pada
sistem Trigonal setelah terbentuk bidang dasar, yang terbentuk segienam, kemudian
dibentuk segitiga dengan menghubungkan dua titik sudut yang melewati satu titik
sudutnya.
Pada kondisi sebenarnya, Trigonal memiliki axial ratio (perbandingan sumbu) a = b
= d c , yang artinya panjang sumbu a sama dengan sumbu b dan sama dengan
sumbu d, tapi tidak sama dengan sumbu c. Dan juga memiliki sudut kristalografi =
= 90 ; = 120. Hal ini berarti, pada sistem ini, sudut dan saling tegak lurus dan
membentuk sudut 120 terhadap sumbu .

Gambar 4 Sistem Trigonal


Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal, sistem kristal
Trigonal memiliki perbandingan sumbu a : b : c = 1 : 3 : 6. Artinya, pada sumbu a
ditarik garis dengan nilai 1, pada sumbu b ditarik garis dengan nilai 3, dan sumbu c
ditarik garis dengan nilai 6 (nilai bukan patokan, hanya perbandingan). Dan sudut
antar sumbunya a+^b = 20 ; d^b+= 40. Hal ini menjelaskan bahwa antara sumbu
a+ memiliki nilai 20 terhadap sumbu b dan sumbu d membentuk sudut 40 terhadap
sumbu b+.
Sistem ini dibagi menjadi 5 kelas:

Trigonal piramid

Trigonal Trapezohedral

Ditrigonal Piramid

Ditrigonal Skalenohedral

Rombohedral

Beberapa contoh mineral dengan sistem kristal Trigonal ini adalah :


12

o Tourmaline
o cinabar

Contoh Mineral Sistem Trigonal : Bismut


Nama Mineral : Bismut
Rumus kimia : Bi
Berat Jenis (BD) : 9,8
Sistim Kristal : Trigonal
Belahan : sempurna, baik
Warna : putih timah dengan warna merah
mudah pucat
Goresan : putih
Kekerasan : 2-2,5

5. Sistem Orthorhombik
Sistem ini disebut juga sistem Rhombis dan mempunyai 3 sumbu simetri kristal
yang saling tegak lurus satu dengan yang lainnya. Ketiga sumbu tersebut mempunyai
panjang yang berbeda.
Pada kondisi sebenarnya, sistem kristal Orthorhombik memiliki axial ratio
(perbandingan sumbu) a b c , yang artinya panjang sumbu-sumbunya tidak ada
yang sama panjang atau berbeda satu sama lain. Dan juga memiliki sudut kristalografi
= = = 90. Hal ini berarti, pada sistem ini, ketiga sudutnya saling tegak lurus
(90).

Gambar 5 Sistem Orthorhombik


Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal, sistem Orthorhombik
memiliki perbandingan sumbu a : b : c = sembarang. Artinya tidak ada patokan yang
akan menjadi ukuran panjang pada sumbu-sumbunya pada sistem ini. Dan sudut antar
sumbunya a+^b = 30. Hal ini menjelaskan bahwa antara sumbu a+ memiliki nilai
30 terhadap sumbu b.
Sistem ini dibagi menjadi 3 kelas:
13

Bisfenoid

Piramid

Bipiramid
Beberapa contoh mineral denga sistem kristal Orthorhombik ini adalah stibnite,
chrysoberyl, aragonite dan witherite

Contoh Mineral Sistem Ortorombik : Topaz


Nama Mineral : Topas
Rumus kimia : Al2(SiO4)(F2OH)2
Berat Jenis (BD) : 19,3
Sistim Kristal : ortorombik
Belahan : sempurna
Warna : bening,kuning, merah
mudakebiruan, kehijauan
Goresan : Kekerasan : 8

6. Sistem Monoklin
Monoklin artinya hanya mempunyai satu sumbu yang miring dari tiga sumbu
yang dimilikinya. Sumbu a tegak lurus terhadap sumbu n; n tegak lurus terhadap
sumbu c, tetapi sumbu c tidak tegak lurus terhadap sumbu a. Ketiga sumbu tersebut
mempunyai panjang yang tidak sama, umumnya sumbu c yang paling panjang dan
sumbu b paling pendek.
Pada kondisi sebenarnya, sistem Monoklin memiliki axial ratio (perbandingan sumbu)
a b c , yang artinya panjang sumbu-sumbunya tidak ada yang sama panjang atau
berbeda satu sama lain. Dan juga memiliki sudut kristalografi = = 90 . Hal ini
berarti, pada ancer ini, sudut dan saling tegak lurus (90), sedangkan tidak tegak
lurus (miring).

14

Gambar 6 Sistem Monoklin


Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal, sistem kristal
Monoklin memiliki perbandingan sumbu a : b : c = sembarang. Artinya tidak ada
patokan yang akan menjadi ukuran panjang pada sumbu-sumbunya pada sistem ini.
Dan sudut antar sumbunya a+^b = 30. Hal ini menjelaskan bahwa antara sumbu a+
memiliki nilai 45 terhadap sumbu b.
Sistem Monoklin dibagi menjadi 3 kelas:

Sfenoid

Doma

Prisma
Beberapa contoh mineral dengan ancer kristal Monoklin ini adalah azurite,
malachite, colemanite, gypsum, dan epidot

Contoh Mineral Sistem Monoklin : Manganit


Nama Mineral : Manganit
Rumus kimia : MnO(OH)
Berat Jenis (BD) : 2,71
Sistim Kristal : monoklin
Belahan : sempurna
Warna : abu-abu gelap sampai hitam
Goresan : coklet kemerahan sampai

hitam

Kekerasan : 4
7. Sistem Triklin
Sistem ini mempunyai 3 sumbu simetri yang satu dengan yang lainnya tidak saling
tegak lurus. Demikian juga panjang masing-masing sumbu tidak sama.
15

Pada kondisi sebenarnya, sistem kristal Triklin memiliki axial ratio (perbandingan
sumbu) a b c , yang artinya panjang sumbu-sumbunya tidak ada yang sama
panjang atau berbeda satu sama lain. Dan juga memiliki sudut kristalografi =
90. Hal ini berarti, pada system ini, sudut , dan tidak saling tegak lurus satu
dengan yang lainnya.

Gambar 7 Sistem Triklin


Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal, Triklin memiliki
perbandingan sumbu a : b : c = sembarang. Artinya tidak ada patokan yang akan
menjadi ukuran panjang pada sumbu-sumbunya pada sistem ini. Dan sudut antar
sumbunya a+^b = 45 ; b^c+= 80. Hal ini menjelaskan bahwa antara sumbu a+
memiliki nilai 45 terhadap sumbu b dan b membentuk sudut 80 terhadap c+.
Sistem ini dibagi menjadi 2 kelas:

Pedial

Pinakoidal
Beberapa contoh mineral dengan ancer kristal Triklin ini adalah :
Albite
Anorthite
Labradorite
Kaolinite
Microcline
anortoclase
A. Unsur-unsur simetri kristalografi
1. Zona dan Sumbu Zona
Zona adalah satu set bidang-bidang hablur yang terletak sedemikian sehingga
garis-garis potongnya saling sejajar satu sama lain. Sedangkan sumbu zona adalah
16

suatu garis yang letaknya sejajar dengan garis potong dari bidang-bidang yang
terletak dalam satu zona.
2. Pusat atau Inti simetri titik inversi (i)
Suatu kristal dikatakan mempunyai pusat simetri (i) jika setiap garis yang ditarik
dari setiap titik pada permukaan kristal selalu melewati pusat kristal, sehingga
menghasilkan titik-titik yang berlawanan arah dengan jarak yang sama. Keadaan
ini berarti bidang-bidang yang berlawanan tersebut akan berjarak sama terhadap
pusat simetri (i) tersebut dan saling sejajar.
3. Bidang Simetri atau Bidang Cermin (m)
merupakan bidang imajiner atau bidang khayal yang memisahkan dua bidang yang
mempunyai bentuk muka yang sama dalam ukuran dan bentuk pada arah yang
berlawanan. Bidang imajiner haruslah merupakan bidang pencerminan (m) antara
satu bidang hablur terhadap bidang yang lainnya.
4. Sumbu Simetri atau Sumbu Lipat (n)
merupakan garis imajiner, dimana hablur dapat berotasi atau disebut pula sebagai
sumbu putar/ sumbu ganda. Hasil rotasi bidang harus benar-benar berimpit dengan
bentuk semula dari bidang kristal yang dipakai sebagai standar pengamatan awal
pada perputaran sebesar 360 derajat.
Untuk mengamati objek 3 dimensi, suatu kristal menjadi bentuk 2 dimensi
dilakukan dengan cara proyeksi kristalografi. prinsip proyeksi kristal adalah
penyederhanaan penggambaran kembali setiap bidang kristal menjadi suatu titik,
dengan cara menentukan posisi tersebut. Caranya adalah dengan menarik garis
tegak lurus atau garis normal dari suatu pusat kristal terhadap muka/bidang
kristalnya sehingga memotong bidang proyeksi.
Berikut ini adalah macam-macam proyeksi kristalografi, antara lain adalah:
1. Proyeksi Bola
Dimana bidang proyeksinya adalah bidang bolanya. Hasil proyeksi bola
ini masih kurang sederhana, karena proyeksi kristal yang asalnya berbentuk 3
dimensi akan berupa titik-titik yang tersebar pada bidang bola yang masih
berbentuk 3 dimensi.
17

2. Proyeksi Stereografi
Gambaran dua dimensi atau proyeksi dari permukaan sebuah bola sebagai
tempat orientasi geometri bidang dan garis. Proyeksi ini hanya
menggambarkan geometri kedudukan atau orientasi bidang dan garis,
sehingga hanya memiliki kemampuan untuk memecahkan masalah yang
berkaitan dengan geometri saja. Analisis geometri struktur geologi atau
bidang-bidang diskontinu menerapkan prinsip-prinsip proyeksi stereografi
menggunakan bantuan stereonet.
3. Proyeksi Gnomonik
Proyeksi ini sama dengan proyeksi stereografi, tetapi bidang proyeksi
gnomoniknya merupakan bidang singgung bola yang menyinggung bola pada
titik kutub utara bola berupa bidang.
4. Proyeksi Ortografi
Pada proyeksi ortografi, bidang proyeksi dapat diletakkan dimana saja
pada arah tertentu dari bola, tetapi pada umumnya bidang proyeksi ortografi
terletak diutara bola yang tegak lurus terhadap sumbu U dan S diatas bidang
proyeksi gnomonik.

F. Penggolongan
Kristal juga dapat diklasifikasikan dengan jenis partikel yang menyusunnya atau
dengan interaksi yang menggabungkan partikelnya (Tabel 8.2).

Tabel 8.2 Berbagai jenis kristal

logam

ionik

molekular

kovalen

Li

38

LiF

246,7

Ar

1,56

C(intan)

170

Ca

42

NaCl

186,2

Xe

3,02

Si

105

Al

77

AgCl

216

Cl

4,88

SiO2

433

Fe

99

Zn

964

CO2

6,03

200

CH4

1,96

18

Nilai yang tercantum di atas adalah energi yang diperlukan untuk memecah kristal
menjadi partikel penyusunnya (atom, ion, atau molekul (dalam kkal mol-1))
a. Kristal logam
Kisi kristal logam terdiri atas atom logam yang terikat dengan
ikatan logam. Elektron valensi dalam atom logam mudah
dikeluarkan (karena energi ionisasinya yang kecil) menghasilkan
kation. Bila dua atom logam saling mendekat, orbital atom
terluarnya akan tumpang tindih membentuk orbital molekul. Bila
atom ketiga mendekati kedua atom tersebut, interaksi antar
orbitalnya terjadi dan orbital molekul baru terbentuk. Jadi,
sejumlah besar orbital molekul akan terbentuk oleh sejumlah
besar atom logam, dan orbital molekul yang dihasilkan akan
tersebar di tiga dimensi.Karena orbital atom bertumpangtindih
berulang-ulang, elektron-elektron di kulit terluar setiap atom
akan dipengaruhi oleh banyak atom lain. Elektron semacam ini
tidak harus dimiliki oleh atom tertentu, tetapi akan bergerak
bebas dalam kisi yang dibentuk oleh atom-atom ini. Jadi,
elektron-elektron ini disebut dengan elektron bebas.
Sifat-sifat logam yang bemanfaat seperti kedapat-tempa-annya, hantaran listrik
dan panas serta kilap logam dapat dihubungkan dengan sifat ikatan logam.
Misalnya, logam dapat mempertahankan strukturnya bahkan bila ada deformasi.
Hal ini karena ada interaksi yang kuat di berbagai arah antara atom (ion) dan
elektron bebas di sekitarnya (Gambar 8.8).

19

Gambar 8.8 Deformasi sruktur logam.Logam akan terdeformasi bila gaya yang kuat
diberikan, tetapi logam tidak akan putus. Sifat ini karena interaksi yang kuat antara
ion logam dan elektron bebas.

Tingginya hantaran panas logam dapat juga dijelaskan dengan elektron bebas ini.
Bila salah satu ujung logam dipanaskan, energi kinetik elektron sekitar ujung itu
akan meningkat. Peningkatan energi kinetik dengan cepat ditransfer ke elektron
bebas. Hantaran listrik dijelaskan dengan cara yang sama. Bila beda tegangan
diberikan pada kedua ujung logam, elektron akan mengalir ke arah muatan yang
positif.
Kilap logam diakibatkan oleh sejumlah besar orbital molekul kristal logam.
Karena sedemikian banyak orbital molekul, celah energi antara tingkat-tingkat
energi itu sangat kecil. Bila permukaan logam disinari, elektron akan
mengabsorbsi energi sinar tersebut dan tereksitasi. Akibatnya, rentang panjang
gelombang cahaya yang diserap sangat lebar. Bila elektron yang tereksitasi
melepaskan energi yang diterimanya dan kembali ke keadaan dasar, cahaya
dengan rentang panjang gelombang yang lebar akan dipancarkan, yang akan kita
amati sebagai kilap logam.

b. Kristal ionik

20

Kristal ionik semacam natrium khlorida (NaCl) dibentuk oleh


gaya tarik antara ion bermuatan positif dan negatif. Kristal ionik
biasanya memiliki titik leleh tinggo dan hantaran listrik yang
rendah. Namun, dalam larutan atau dalam lelehannya, kristal
ionik terdisosiasi menjadi ion-ion yang memiliki hantaran listrik.
Biasanya diasumsikan bahwa terbentuk ikatan antara kation dan anion. Dalam
kristal ion natrium khlorida, ion natrium dan khlorida diikat oleh ikatan ion.
Berlawanan dengan ikatan kovalen, ikatan ion tidak memiliki arah khusus, dan
akibatnya, ion natrium akan berinteraksi dengan semua ion khlorida dalam kristal,
walaupun intensitas interaksi beragam. Demikian juga, ion khlorida akan
berinteraksi dengan semua ion natrium dalam kristal.
Susunan ion dalam kristal ion yang paling stabil adalah susunan dengan
jumlah kontak antara partikel bermuatan berlawanan terbesar, atau dengan kata
lain, bilangan koordinasinya terbesar. Namun, ukuran kation berbeda dengan
ukuran anion, dan akibatnya, ada kecenderungan anion yang lebih besar akan
tersusun terjejal, dan kation yang lebih kecil akan berada di celah antar anion.
Dalam kasus natrium khlorida, anion khlorida (jari-jari 0,181 nm) akan
membentuk susunan kisi berpusat muka dengan jarak antar atom yang agak
panjang sehingga kation natrium yang lebih kecil (0,098 nm) dapat dengan
mudah diakomodasi dalam ruangannya (Gambar 8.9(a)). Setiap ion natrium
dikelilingi oleh enam ion khlorida (bilangan koordinasi = 6). Demikian juga,
setiap ion khlorida dikelilingi oleh enam ion natrium (bilangan koordinasi = 6).
Jadi, dicapai koordinasi 6:6.

21

Gambar 8.9 Struktur kristal natrium khlorida


Masing-masing ion dikelilingi oleh enam ion yang muatannya berlawanan.
Struktur ini bukan struktur terjejal.
Dalam cesium khlorida, ion cesium yang lebih besar (0,168nm) dari ion
natrium dikelilingi oleh 8 ion khlorida membentuk koordinasi 8:8. Ion cesium
maupun khlorida seolah secara independen membentuk kisi kubus sederhana, dan
satu ion cesium terletak di pusat kubus yang dibentuk oleh 8 ion khlorida

22

Gambar 8.10 Struktur kristal cesium khlorida.


Setiap ion dikelilingi oleh delapan ion dengan muatan yang berlawanan.
Struktur ini juga bukan struktur terjejal.
Jelas bahwa struktur kristal garam bergantung pada rasio ukuran kation dan
anion. Bila rasio (jarijari kation)/(jari-jari anion) (rC/rA) lebih kecil dari nilai rasio
di natrium khlorida, bilangan koordinasinya akan lebih kecil dari enam. Dalam
zink sulfida, ion zink dikelilingi hanya oleh empat ion sulfida. Masalah ini
dirangkumkan di tabel 8.3.
Tabel 8.3 Rasio jari-jari kation rC dan anion rA dan bilangan koordinasi.
Rasio jari-jari rC/rA

Bilangan koordinasi

Contoh

0,225-0,414

ZnS

0,414-0,732

Sebagian besar halida logam


alkali

>0,732

CsCl, CsBr, CsI

Latihan 8.4 Penyusunan dalam kristal ion


Dengan menggunakan jari-jari ion (nm) di bawah ini, ramalkan struktur litium
fluorida LiF dan rubidium bromida RbBr. Li+ = 0,074, Rb+ = 0,149, F- = 0,131,
Br- = 0<196
Jawab
Untuk LiF, rC/rA = 0,074/0,131 = 0,565. Nilai ini berkaitan dengan nilai rasio
untuk kristal berkoordinasi enam, sehingga LiF akan bertipe NaCl. Untuk RbBr,
rC/rA = 0,149/0,196 = 0,760, yang termasuk daerah berkoordinasi 8, sehingga
RbBr diharapkan bertipe CsCl.
c. Kristal molekular
Kristal dengan molekul terikat oleh gaya antarmolekul semacam gaya van der
Waals disebut dengan kristal molekul. Kristal yang didiskusikan selama ini
tersusun atas suatu jenis ikatan kimia antara atom atau ion. Namun, kristal dapat

23

terbentuk, tanpa bantuan ikatan, tetapi dengan interaksi lemah antar molekulnya.
Bahkan gas mulia mengkristal pada temperatur sangat rendah. Argon mengkristal
dengan gaya van der Waaks, dan titik lelehnya -189,2C. Padatan argon
berstruktur kubus terjejal.
Molekul diatomik semacam iodin tidak dapat dianggap berbentuk bola. Walaupun
tersusun teratur di kristal, arah molekulnya bergantian (Gambar 8.11). Namun,
karena strukturnya yang sederhana, permukaan kristalnya teratur. Ini alasannya
mengapa kristal iodin memiliki kilap.

Gambar 8.11 Struktur kristal iodin.


Strukturnya berupa kisi ortorombik berpusat muka.
Molekul di pusat setiap muka ditandai dengan warna lebih gelap.
Pola penyusunan kristal senyawa organik dengan struktur yang lebih rumit
telah diselidiki dengan analisis kristalografi sinar-X. Bentuk setiap molekulnya
dalam banyak kasus mirip atau secara esensi identik dengan bentuknya dalam
fasa gas atau dalam larutan.
d. Kristal kovalen

24

Banyak kristal memiliki struktur mirip molekul-raksasa atau mirip polimer.


Dalam kristal seperti ini semua atom penyusunnya (tidak harus satu jenis)
secara berulang saling terikat dengan ikatan kovelen sedemikian sehingga
gugusan yang dihasilkan nampak dengan mata telanjang. Intan adalah contoh
khas jenis kristal seperti ini, dan kekerasannya berasal dari jaringan kuat yang
terbentuk oleh ikatan kovalen orbital atom karbon hibrida sp3 (Gambar 8.12).
Intan stabil sampai 3500C, dan pada temperatur ini atau di atasnya intan akan
menyublim.
Kristal semacam silikon karbida (SiC)n atau boron nitrida (BN)n memiliki
struktur yang mirip dengan intan. Contoh yang sangat terkenal juga adalah
silikon dioksida (kuarsa; SiO2) (Gambar 8.13). Silikon adalah tetravalen,
seperti karbon, dan mengikat empat atom oksigen membentuk tetrahedron.
Setiap atom oksigen terikat pada atom silikon lain. Titik leleh kuarsa adalah
1700 C.

Gambar 8.12 Struktur kristal intan


Sudut C-C-C adalah sudut tetrahedral, dan setiap
atom karbon dikelilingi oleh empat atom karbon lain.

25

Gambar 8.13 Struktur kristal silikon dioksida


Bila atom oksigen diabaikan, atom silikon akan membentuk struktur mirip
intan. Atom oksigen berada di antara atom-atom silikon.
Kristal yang diberikan di bawah ini termasuk kristal logam, ionik, kovalen,
atau molekular. Kenali jenis masing-masing.
padatan

Titik leleh (C)

Kelarutan dalam air

Hantaran listrik

150

Tak larut

Tidak

1450

Tak larut

Menghantar

2000

Tak larut

Tidak

1050

larut

Tidak

Jawab
A = kristal molekular, B = kristal logam, C = kristal kovalen, D = kristal ionik
Kristal biasanya diklasifikasikan seprti di latihan 8.5 di atas. Dalam metoda
lain, kristal diklasifikasikan bergantung pada partikel penyusunnya, yakni
atom, molekul atau ion. Kristal yang tersusun atas atom meliputi kristal logam,
kristal kovalen, dan kristal molekular seperti kristal gas mulia. Tabel 8.4
merangkumkan klasifikasi ini.
partikel

Jenis ikatan

Sifat

Contoh
26

keras
Jaringan atom

Ikatan kovalen berarah Titik leleh tinggi

intan

Insulator

Logam

Gas mulia

Ikatan kovalen tak


berarah

Gaya antarmolekul

Kekeresan bervariasi perak


Titik leleh bervariasi
besi
konduktor
Titik leleh sangat
rendah
lunak

Molekul (polar) Interaksi dipol-dipol

Titik leleh rendah


Insulator

argon

es
es kering

Keras
Ion

Ikatan ionik

Titik leleh tinggi

natrium khlorida

insulator

e. Kristal cair
Kristal memiliki titik leleh yang tetap, dengan kata laun, kristal akan
mempertahankan temperatur dari awal hingga akhir proses pelelehan.
Sebaliknya, titik leleh zat amorf berada di nilai temperatur yang lebar, dan
temperatur selama proses pelelehan akan bervariasi.
Terdapat beberapa padatan yang berubah menjadi fasa cairan buram pada
temperatur tetap tertentu yang disebut temperatur transisi sebelum zat tersebut
akhirnya meleleh. Fasa cair ini memiliki sifat khas cairan seperti fluiditas dan
tegangan permukaan. Namun, dalam fasa cair, molekul-molekul pada derajat
tertentu mempertahankan susunan teratur dan sifat optik cairan ini agak dekat
dengan sifat optik kristal. Material seperti ini disebut dengan kristal cair.
Molekul yang dapat menjadi kristal cair memiliki fitur struktur umum, yakni

27

molekul-molekul ini memiliki satuan struktural planar semacam cincin


benzen. Di Gambar 8.14, ditunjukkan beberapa contoh ristal cair.

Gambar 8.14 Beberapa contoh kristal cair


Dalam kristal-kristal cair ini, dua cincin benzen membentuk rangka planar.
Terdapat tiga jenis kristal cair: smektik, nematik, dan kholesterik. Hubungan
struktural antara kristal padat-smektik, nematik dan kholesterik secara skematik
ditunjukkan di Gambar 8.15. Kristal cair digunakan secara luas untuk tujuan
praktis semacam layar TV atau jam tangan.

28

Gambar 8.15 Keteraturan dalam kristal cair. Keteraturan adalm kristal


adalah tiga dimensi. Dalam kristal cair smektik dapat dikatakan keteraturannya di
dua dimensi, dan di nematik satu dimensi. T adalah temperatur transisi.

29

DAFTAR PUSTAKA
http://geoenviron.blogspot.com/2012/02/kristalografi-sistem-kristal.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Kristal
http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia_dasar/padatan1/berbagai-kristal/
http://myblog-tryz.blogspot.com/2011/03/kristal-dan-sistemnya.html
http://dunia-atas.blogspot.com/2011/04/kristalografi.html
http://thebestsolutionforgeologicalsciences.blogspot.com/2012/03/simbolkristalografi-dan-penentuan-klas.html
http://brownharinto.blogspot.com/2009/10/kristalografi.html
http://www.slideshare.net/vestersaragih/laporan-akhir-kristalografi-danmineralogi-16147588#btnNext

30

Anda mungkin juga menyukai