Pendahuluan
1.1
Latar Belakang
Poly Lactic Acid (PLA) yang bersifat biodegradable dan biocompatible sebagai
alternatif pengganti plastik non-biodegradable yang dihasilkan dari minyak bumi,
batu bara atau gasa alam (Jin Bo et al, 2005; J. M Dominguez et al, 1999;
Efremenko E et al, 2006 dalam Manfaati, 2010).
Abdul et al.(2005) melakukan penelitian fermentasi asam laktat oleh
bakteri Streptococcus Bovis pada media fermentasi bubur ubi kayu dan
limbah cair tahu dalam reaktor batch. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
konsentrasi asam laktat yang diperoleh dari media produksi bubur ubi kayu dan
limbah cair tahu hanya 75% dari konsentrasi asam laktat yang diperoleh media
sintetik standar. Laju pertumbuhan spesifik dan total yield media produksi
bubur ubi kayu dan limbah cair tahu berkisar antara1/4 1/3 dan antara 1/5 1/4.
Pada umumnya fermentasi asam laktat menggunakan bakteri dapat menghasilkan
asam laktat dalam jumlah besar namun biaya yang dikeluarkan juga semakin
tinggi.
Jamur Rhizopus oryzae merupakan spesies yang potensial untuk
menghasilkan asam laktat. Fermentasi asam laktat dengan menggunakan Rhizopus
lebih menguntungkan karena dapat menekan biaya untuk proses pre-treatment
bahan baku dan penyediaan komponen nitrogen kompleks seperti yeast ekstrak
(Dominguez et al, 1999 dalam Manfaati, 2010).
Tepung tapioka merupakan bahan yang ekonomis dan mudah diperoleh
serta memiliki kandungan karbohidrat yang tinggi (Linders et al., 1997 dalam
Manfaati, 2010). Karbohidrat merupakan salah satu nutrisi utama yang dapat
dimanfaatkan untuk proses pertumbuhan dan mendukung viabilitas bakteri asam
laktat (Nisa dkk., 2008).
Oleh karena itu, dalam penelitian ini kami bertujuan untuk membuat Poly
Lactic Acid (PLA) dari fermentasi asam laktat oleh jamur Rhizopus oryzaedengan
menggunakan media limbah cair tahu dan tepung tapioka sehingga menghasilkan
konsentrasi asam laktat yang lebih tinggi.
1.2
Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengaruh kandungan pati terhadap konsentrasi asam laktat
yang dihasilkan?
2. Bagaimana pengaruh waktu fermentasi terhadap konsentrasi asam
laktat yang dihasilkan?
3. Bagaimana pengaruh konsentrasi asam laktat terhadap sifat elastisitas
PLA yang dihasilkan?
1.3
Tujuan
1. Membuktikan kandungan pati terhadap konsentrasi asam laktat yang
dihasilkan.
Hipotesis
1. Kandungan pati akan berpengaruh terhadap produksi asam laktat. Jika
semakin tinggi kandungan pati, maka produksi asam laktat akan
semakin tinggi.
2. Waktu fermentasi akan berpengaruh terhadap produksi asam laktat.
Jika semakin lama waktu fermentasi yang dibutuhkan, maka produksi
asam laktat akan meningkat.
3. Konsentrasi asam laktat akan berpengaruh terhadap sifat elastisitas
PLA yang dihasilkan.
1.5
Manfaat
1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai
proses pembuatan PLA dari fermentasi asam laktat oleh jamur
Rhizopus oryzae dengan menggunakan media limbah cair tahu dan
tepung tapioka.
2. Penggunaan limbah cair tahu, tepung tapioka, dan Rhizopus oryzae
diharapkan dapat meningkatkan konsentrasi produksi asam laktat dan
menurunkan biaya produksi asam laktat.
3. Penggunaan limbah cair tahu dapat dijadikan salah satu cara alternatif
untuk mengurangi pencemaran lingkungan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
sebagai
Tepung Tapioka
Gula dan tepung digunakan secara luas sebagai sumber karbon untuk
media produksi asam laktat secara komersial. Berbagai bahan baku dari jenis
tepung-tepungan seperti gandum, jagung, kentang, sorghum, dan singkong telah
banyak diteliti sebagai bahan baku yang potensial untuk produksi asam laktat.
Tepung ubi kayu atau tapioka merupakan tepung yang paling murah harganya
(sekitar 32-64 US$/ton) dibandingkan jenis tepung yang lain. Tepung tapioka
diperoleh melalui proses ekstraksi pati dari ubi kayu. Komponen terbesar
penyusun tepung tapioka adalah amilum (Tjokroadikoesoemo, 1986 dalam
Manfaati, 2010).
Pati adalah salah satu jenis polisakarida atau cadangan makanan bagi
tumbuhan yang disimpan dalam biji (padi, jagung, gandum), dalam umbi (ubi
kayu, ubi jalar, kentang, talas), dan pada batang (sagu, aren). Pati mengandung
dua jenis polimer glukosa yaitu amilosa dan amilopektin. Perbandingan antara
amilosa dan amilopektin tergantung pada jenis tumbuhan. Ubi kayu termasuk
tumbuhan penghasil pati dengan kandungan amilopektin yang tinggi. Pati dengan
kandungan amilopektin yang tinggi sangat tepat digunakan sebagai bahan baku
industri. Pati jenis ini sedikit mengandung Insoluble Starch Particles (ISSP). ISSP
adalah partikel pati yang yang tersusun dari sejumlah besar amilosa yang
membentuk rantai lurus atau linear. ISSP dapat dihidrolisis dengan katalis asam
(Tjokroadikoesoemo, 1986 dalam Manfaati, 2010).
Amilosa terdiri dari rantai unit-unit D-glukosa yang panjang dan tidak
bercabang dihubungkan oleh ikatan (1-4). Amilosa memiliki berat molekul
bervariasi mulai dari 100.000500.000. Amilopektin memiliki berat molekul yang
tinggi dengan rantai yang bercabang. Ikatan glikosidik menggabungkan residu
glukosa yang berdekatan di dalam rantai amilopektin adalah ikatan (1-4), tetapi
titik percabangan amilopektin merupakan ikatan (1-6). Ikatan (1-6) sangat
sukar diputuskan, terlebih dengan katalisator asam. Enzim -amilase, -amilase
dan R-enzim bersama-sama akan memutuskan rantai tersebut pada saat diperlukan
(Lehninger, 1988 dalam Manfaati, 2010).
2.3
Rhizopus oryzae
Asam Laktat
Asam laktat (Lactic acid) adalah salah satu asam organik yang penting di
industri, terutam di industri makanan. Di samping itu, penggunaannya sekarang
lebih luas karena bisa dipakai sebagai bahan baku pembuatan PLA,
biodegradable plastics yang merupakan polimer dari asam laktat (Manfaati,
2011). Asam laktat merupakan asam karboksilat dengan rumus molekul C 3H6O3
(CH3.CHOH.COOH). Asam laktat memiliki gugus hidroksil berdekatan dengan
gugus asam karboksilat, sehingga membentuk sebuah Alpha Hydroxyl Acid
(AHA) (Narayanan, 2004).
Langkah pertama dalam sintesa PLA adalah produksi asam laktat. Asam
laktat (2-hydroxypropanoic acid) yang biasa disebut sebagai asam susu adalah
salah bahan kimia yang berperan penting dalam industri biokimia. Asam laktat
pertama kali berhasil diisolasi oleh ahli kimia Swedia, Carl Wilhelm Scheele pada
tahun 1780. Asam laktat mempunyai rumus kimia C3H6O3, termasuk keluarga
asam hidroksi propionat dengan rumus molekul CH 3CHOHCOOH. Asam laktat
dalam larutan akan kehilangan satu proton dari gugus asam dan menghasilkan ion
laktat CH3CH(OH)COO-. Asam laktat larut dalam air dan etanol serta bersifat
higroskopik (Wagiman, 2006).
Metode yang paling banyak digunakan oleh industri untuk menghasilkan
asam laktat adalah dengan teknik fermentasi. Menurut Hofvendahl dan Hahn
Hgerdal (2000) (dalam Wagiman, 2006), dari 80.000 ton dari asam laktat yang
dihasilkan di seluruh dunia setiap tahun sekitar 90% dibuat dengan cara
fermentasi bakteri asam laktat dan sisanya dihasilkan melalui sintesis kimia yaitu
hidrolisis laktonitril. Salah satu keunggulan metode fermentasi adalah asam laktat
yang dihasilkan bisa diatur hanya terdiri dari satu enantiomer berdasarkan bakteri
yang digunakan (Hofvendahl dan HahnHgerdal, 2000 dalam Wagiman, 2006).
Proses fermentasi dapat digolongkan berdasarkan jenis bakteri yang
digunakan;
1. Metode heterofermentatif, menghasilkan kurang dari 1.8 mol asam laktat per
mol heksosa dengan hasil fermentasi lainnya dengan jumlah yang signifikan
diantaranya asam asetat, etanol, gliserol, manitol dan karbondioksida.
2. Metode homofermantatif yang hanya menghasilkan asam laktat atau
menghasilkan produk samping dengan jumlah yang sangat kecil. Metode
homofermentatif ini banyak digunakan di industri dengan konversi yield
glukosa menjadi asam laktat lebih dari 90% (Hofvendahl dan Hahn
Hgerdal, 2000 dalam Wagiman, 2006).
2.5
Polylactid Acid
Gambar 2.2
Struktur Poli Asam
Laktat Struktur PLA sumber :
Gambar 2.1 ( Liu et al, 2004
dalam Nikmah, 2015)
Berdasarkan sifat mekanik, barrier, fisik, dan kimia PLA mempunyai
kombinasi yang cocok untuk digunakan sebagai bahan sekali pakai atau sebagai
bahan pengemas makanan. PLA diharapkan dapat menggantikan plastik
konvensional karena mempunyai emisi gas CO2 lebih rendah sehingga dapat
mengurangi pemanasan global (Widiarto, 2009 dalam Nikmah, 2015).
Kerapatan
Titik leleh
Kristalinitas
Suhu peralihan kaca
Modulus
Regangan
Biodegradasi
Permeabilitas air
Tegangan permukaan
1,25
161C
0-1 %
61C
2050 Mpa
9%
100
172 g/me
50 mN.nm
Waktu Fermentasi
Buckle
(1987)
dalam
Suprihatin
fase logaritmik selbakteri
akan
tumbuh
dan
membelah
diri
secara
eksponensial
sampai jumlah maksimum sehingga menghasilkan asam laktat yang tinggi.
Sedangkan sebelum fase logaritmik merupakan fase dimana pertumbuhan
mikroorganisme belum optimal atau disebut juga fase lag (lambat) yaitu waktu
yang dibutuhkan untuk kegiatan metabolisme dalam rangka persiapan dan
penyesuaian diri dengan kondisi pertumbuhan dalam lingkungan yang baru
sehingga menghasilkan asam laktat yang rendah. Fase selanjutnya merupakan
fase tetap yaitu populasi mikroorganisme jarang dapat tetap tumbuh untuk jangka
waktu yang lama. Akibatnya kecepatan pertumbuhan menurun dan pertumbuhan
mikroorganisme akhirnya terhenti merupakan atau disebut fase menurun (dead
log) yaitu sel-sel yang berada dalam fase tetap akan mati
BAB III
METODE PENELITIAN
1. Erlenmeyer
2. cawan petri
3. tabung reaksi
4. kapas
5. sumbat tutup
6. pipet ukur 10 ml
7. balp pipet
8. pipet mikro
9. rak tabung reaksi
10. incubator shaker
11. autoclave
12. centrifuge
13. glassware
14. jarum ose
15. oven
16. desikator
17. timbangan analitik
18. pH meter
19. HPLC
20. seperangkat alat uji
elastisitas
21.
3.1.2
8. (NH4)2SO4
9. MgSO4.7H2O
10. ZnSO4. 7H2O
11. Dinitro salicilyc acid
(DNS)
12. CaCO3
13. HCl
14.
3.2 Prosedur Penelitian
15.
Penelitian untuk membuat PLA dengan media fermentasi limbah
cair tahu dan tepung tapioka oleh Rhyzopus oryzae meliputi beberapa
tahapan,antara lain:
16.
3.2.1
Pembuatan PLA
19.
Glukosa yang dihasilkan pada tahap hidrolisis tepung
tapioka digunakan sebagai bahan fermentasi asam laktat yang
dilakukan oleh bakteri asam laktat yaitu berupa jamur Rhizopus
oryzae.Pada tahapan ini akan menghasilkan asam laktat.
d.) Esterifikasi dan Pembentukan Polimer
20.
Asam Laktat yang terbentuk melalui fermentasi kemudian
diesterifikasi. Kinetika reaksi dari pembuatan PLA dapat
ditingkatkan dengan penggunaan zink oksida dan suhu tinggi (135
C, 6 jam) dilanjutkan dengan pembukaan cincin Lactide dan
polimerisasi (Vink et al, 2003 dalam Nikmah 2015). Pada tahapan ini
akan menghasilkan PLA sebagai bahan pembuatan bioplastik yang
ramah lingkungan dan mudah terdegradasi oleh alam.
e.) Pencetakan dan Pembentukan.
21.
PLA yang dihasilkan dibentuk dan dicetak seperti plastik.
22.
3.2.1
23.
Analisa karakteristik PLA yaitu sifat elastisitasnya
menggunakan seperangkat alat uji elastisitas.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30. BAB IV
31. HASIL DAN PEMBAHASAN
32.
33.
4.1
34.
Menurut Stamer (1979) dalam Suprihatin( 2010) asam laktat dapat
diproduksi dari bahan-bahan pati dan selulosa yang diproses secara fermentasi,
proses fermentasi asam laktat berlangsung ditandai dengan timbulnya gas dan
meningkatnya jumlah asam laktat yang diikuti dengan penurunan pH. Sifat bakteri
laktat tumbuh pada pH 3 8 serta mampu memfermentasikan monosakarida dan
disakarida sehingga menghasilkan asam laktat.
35.
Pada proses fermentasi dibutuhkan media tumbuh atau sumber
hidup dari mikroorganisme itu sendiri. Dalam proses fermentasi perlu dibutuhkan
adanya bahan yang diuraikan menjadi produk oleh bantuan jamur, kapang atau
bakteri. Hasil penguraian yang dialakukan oleh mikroorganisme ini menghasilkan
produk fermentasi yang bisa digunakan dan dimanfaatkan sesuai kebutuhan.
Rhizopus oryzae merupakan mikroorganisme yang digunakan dalam proses
produksi asam laktat ini. Menurut Dominguez et al dalam Manfaati (2010)
Karakteristik dari Rhizopus oryzae ini adalah memiliki kapasitas metabolik dan
kemampuan enzimatik yang tinggi untuk memanfaatkan sumber karbon dalam
bentuk polisakarida (pati) untuk menghasilkan asam laktat, sehingga faktor
penghambatan oleh substrat dapat dihindari.
36.
Produksi asam laktat juga bergantung terhadap banyaknya sumber
makanan atau nutrisi dan juga sumber energi untuk Rhizopus oryzae mengubah
glukosa menjadi asam laktat. Hasil penelitian ini dapat diketahui hubungan antara
kandungan pati dengan konsentrasi asam laktat yang dihasilkan. Data tersebut
diolah dalam bentuk grafik sebagai berikut :
2
1.5
konsentrasi asam laktat (%)
1
0.5
0
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3
tepung tapioka (gram)
37.
38.
39.
40.
41.
42.
43.
44.
45.
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan asam laktat yang
nantinya akan digunakan sebagai bahan baku dalam proses pembuatan PLA (poly
lactic acid). Hasil dari PLA yang terbentuk sangat bergantung dari konsentrasi
asam laktat yang dihasilkan dan ditambahkan ke dalam proses pembuatan PLA.
Asam laktat yang terbentuk merupakan hasil penguraian pati oleh Rhizopus
oryzae, dapat diketahui bahwa semakin banyak kandungan pati yang diuraikan
oleh mikroorganisme maka semakin banyak pula asam laktat yang mampu
dibentuk dalam proses fermentasi ini. Akan tetapi, hal ini juga memliki korelasi
dengan waktu fermentasi yang digunakan untuk memproduksi asam laktat itu
sendiri. Semakin lama waktu fermentasi maka sumber nutrisi dan juga semakin
energi yang ada akan habis karena telah diuraikan oleh Rhizopus oryzae.
46.
4.2
Pengaruh Waktu Fermentasi Terhadap Konsentrasi Asam
Laktat
47.
Fermentasi adalah suatu aktivitas mikroorganisme baik aerob
maupun anaerob untuk mendapatkan energi diikuti terjadinya perubahan kimiawi
2
1.5
konsentrasi asam laktat (%)
1
0.5
0
0
10 15 20 25 30
52.
53.
Pada dasarnya pertumbuhan sel mikroba dapat berlangsung tanpa
batas, akan tetapi karena pertumbuhan sel mikroba berlangsung dengan
mengkonsumsi nutrien sekaligus mengeluarkankan produk-produk metabolisme
yang terbentuk, maka setelah waktu tertentu laju pertumbuhan akan menurun dan
akhirnya pertumbuhan berhenti sama sekali. Berhentinya pertumbuhan dapat
disebabkan karena berkurangnya beberapa nutrien esensial dalam medium atau
karena terjadinya akumulasi aututuksin dalam media atau kombinasi dari
keduanya (Ansori, A., 1989 dalam Hasanah, 2008).
54.
Dari data yang didapatkan konsentrasi asam laktat mengalami
kenaikan dari hari ketiga sampai hari ke-15 karena pada hari ke-3 sampai hari ke15 merupakan fase log atau biasa dikenal dengan fase pertumbuhan cepat, dimana
konsentrasi asam laktat yang diperoleh terus mengalami kenaikan. Sedangkan
pada hari ke-18 merupakan fase pertumbuhan asam laktat yang paling optimum
dimana konsentrasi asam laktat yang diperoleh mencapai 1,8 % (% berat). Dan
hari selanjutnya merupakan fase dead log yang artinya proses pertumbuhan asam
laktat mengalami penurunan dan bahkan berhenti.
55. Hasil dari penelitian ini sesuai dengan teori, Menurut Buckle (1987)
dalam Suprihatin (2010) pada fase logaritmik sel-sel bakteri akan
tumbuh dan membelah diri secara eksponensial sampai jumlah
maksimum sehingga menghasilkan asam laktat yang tinggi.
Sedangkan sebelum fase logaritmik merupakan fase dimana
pertumbuhan mikroorganisme belum optimal atau disebut juga fase
lag (lambat) yaitu waktu yang dibutuhkan untuk kegiatan
metabolisme dalam rangka persiapan dan penyesuaian diri dengan
kondisi pertumbuhan dalam lingkungan yang baru sehingga
menghasilkan asam laktat yang rendah.
Fase selanjutnya
merupakan fase tetap yaitu populasi mikroorganisme jarang dapat
tetap tumbuh untuk jangka waktu yang lama. Akibatnya kecepatan
pertumbuhan menurun dan pertumbuhan mikroorganisme akhirnya
terhenti merupakan atau disebut fase menurun (dead log) yaitu selsel yang berada dalam fase tetap akan mati.
56. Menurut Saripah (1983) makin lama waktu fermentasi maka
jumlah bakteri makin meningkat. Meningkatnya jumlah bakteri
selama
fermentasi disebabkan kondisi substrat
masih
memungkinkan untuk berlangsungnya metabolisme bakteri. Adapun
faktor lain yang mempengaruhi menurunnya total asam yaitu
nutrien hasil fermentasi digunakan oleh mikroba untuk biomassa,
4.3
PLA
58.
Dari penelitian yang dilakukan untuk membuat PLA (poly
lactic acid) dengan menggunakan media limbah cair tahu dan tepung tapioka
sebagai sumber nutrisi dari jamur Rhizopus oryzae. Pada pembuatn PLA kali ini
variabel pembeda yang diberikan adalah konsentrasi asam laktat yang digunakan.
Dari data yang diperoleh kemudian data tersebut diolah dalam bentuk grafik
seperti berikut. Asam laktat yang digunakan diperoleh dari proses fermentasi yang
dilakukan dengan menggunakan media tumbuh limbah cair tahu dan juga
menggunakan tepung tapioka sebagai sumber nutrisi dari jamur Rhizopus oryzae,
karena nutrisi utama yang diuraikan oleh Rhizopus oryzae adalah pati.
59.
0.7
0.6
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
30
40
50
60
60.
61.
62.
63.
70
64.
65.
66. Gambar 4.3 Grafik hubungan antara konsentrasi asam laktat
dengan modulus elastisitas
67.
Modulus elastisitas adalah kemampuan bahan melawan perubahan
bentuk atau deformasi permanen akibat pembebanan (Tipler, 1998). Pada gambar
4.3 menunjukkan hubungan antara konsentrasi asam laktat dengan modulus
elastisitas. Pada konsentrasi asam laktat sebesar 30%; 40%; 50%; 60%; dan 70%
menunjukkan modulus elastisitas sebesar 0.49; 0.53; 0.622; 0.47; 0.476. Data
tersebut menunjukkan nilai yang fluktuatif, yaitu pada konsentrasi 30%-50%
mengalami kenaikan nilai modulus elastisitas sedangkan pada konsentrasi 60%
mengalami penurunan dan pada konsentrasi 70% mengalami sedikit kenaikan. Hal
ini menunjukkan adanya pengaruh konsentrasi asam laktat terhadap sifat
elastisitas PLA.
68.
Peningkatan konsentrasi asam laktat menyebabkan PLA menjadi
kaku karena bertambahnya karbohidrat yang menyebabkan ikatan molekul rantai
selulosa pada plastik biodegradable semakin kuat. Semakin banyak interaksi
hidrogen yang terdapat dalam PLA menyebabkan ikatan antar rantai akan semakin
kuat dan sulit untuk diputus karena memerlukan energi yang besar untuk
memutuskan ikatan tersebut. Selain itu, semakin tinggi konsentrasi asam laktat
akan meningkatkan ketebalan bioplastik. Namun, pada data tersebut terjadi
penurunan pada saat konsentrasi 60%. Hal ini dikarenakan, pada konsentrasi yang
semakin tinggi akan membentuk matriks film plastik yang semakin kuat sehingga
plastik akan bersifat tidak elastis atau mudah putus.
69.
Hal ini sesuai dengan penelitian Rhim et al. (1999) yang
mengatakan bahwa seiring dengan meningkatnya kekuatan renggang putus film
protein atau PLA akan diikuti oleh penurunan persentase perpanjangan atau sifat
elastisnya. Dapat disimpulkan bahwa konsentrasi asam laktat sebesar 50% dapat
menghasilkan PLA yang terbaik karena memiliki sifat elastisitas yang tertinggi.
70.
71.
72.
73.
74.
75.
76.
77.