Kolostrum
58
2,3
140
218
ASI
70
0,9
1 : 1,5
187
161
Susu Sapi
65
3,4
1 : 1,2
-
330
364
5,3
2,9
167
142
7,3
4,2
4,8
3,9
151
1,9
30
75
75
14
40
160
41
43
145
82
183
0,06
0,05
0,05
5,9
1,5
-
12-15
246
0,6
0,1
0,1
5
0,04
0,25
1,5
64
340
2,8
,13
0,6
1,1
0,02
0,07
6
39
85
40
70
35
40
40
100
130
108
14
70
4
14
74
48
22
4
15
57
15
14
12
120
145
58
30
Hasil
Nilai Normal
Interpretasi
Berat Badan
5.5kg
BB/PB: 7,5 Kg
BB/PB: severely
wasted
BB/U: 8.8 Kg
BB/U: severely
underweight
Panjang Badan
65 cm
Lingkar Kepala
44 cm
Wajah
Seperti
PB/U: 72 cm
Severely stunted
normal
abnormal
normal
abnormal
abnormal
Tidak atrofi
abnormal
Terdapat
Abnormal
baggy pants
pants
orang tua
Edema
Tidak ada
edema
Iga
Iga
gambang
Perut
Perut
cekung
Lengan dan
Lengan dan
tungkai
tungkai
atrofi
Bokong
MEKANISME ABNORMAL
Akibat kekurangan dan rendahnya nutrisi menyebabkan hilangnya
sebagian besar protein dan lemak, sehingga menyebabkan lemah
dan kendurnya otot dan sedikitnya lemak subkutan. Hal itu
menyebabkan
kenampakan
seperti
pada
manifestasi
klinis
Kasus ini diawali dengan adanya berbagai faktor resiko yang saling
berhubungan satu sama lain, yaitu pendidikan orang tua yang
rendah, kondisi sosioekonominya dan gizi yang buruk.
Semua faktor resiko tersebut dapat menyebabkan tubuh bayi
menjadi rentan terhadap infeksi, dalam hal ini rentan terjadi diare.
Diare pada kasus ini adalah diare sekretorik. Diare sekretorik
biasanya disebabkan adanya enterotoksin yang dikeluarkan oleh
organisme pada saat melekat pada permukaan sel. Beberapa
mekanisme toksin menimbulkan diare antara lain: (1) aktivasi adenil
siklase dengan akumulasi cAMP intra selular (Vibrio cholerae), (2)
aktivasi guanil siklase dengan akumulasi cGMP intra selular (ETEC),
(3) perubahan kalsium intra selular (EPEC), dan (4) stimulasi sistem
saraf enterik (Vibrio cholerae). Beberapa enterotoksin lainnya
menyebabkan diare melalui induksi sekresi klorida atau inhibisi
reabsorbsi natrium dan klorida.
Setelah diare sembuh baik diobati ataupun self limited, faktor resiko
masih tetap ada. Hal ini dapat memicu terjadinya diare kronis atau
diare berulang. Diare berulang dapat disebabkan beberapa hal :
-
akibat
kekurangan
dan
rendahnya
nutrisi
menyebabkan
lemah
dan
kendurnya
otot
dan
posyandu.
Masaklah air untuk diminum sampai mendidih
Biasakan mencuci tangan memakai sabun (CTPS) dari air bersih
yang mengalir sebelum menyiapkan makanan bayi dan anak
balita.
Biasakan mencuci alat-alat makan dan minum dengan air bersih
kepada anak.
Hangatkan terlebih dahulu lauk yang disimpan sejak kemarin.
7. SKDI
Malnutrisi energi-protein: 4A
Lulusan dokter mampu membuat diagnosis klinik dan melakukan
penatalaksanaan penyakit tersebut secara mandiri dan tuntas.
Kompetensi yang dicapai pada saat lulus dokter.
Learning Issue
Gizi buruk
I.
Definisi
Gizi buruk merupakan suatu kondisi seseorang yang kekurangan
nutrisi, atau nutrisinya dibawah standar rata-rata. Status gizi buruk
dibagi menjadi tiga bagian, yakni gizi butuk karena kehilangan protein
(disebut kwashiorkor), karena kekurangan karbohidrat atau kalori
(disebut marasmus), dan kekurangan kedua-duanya. Gizi buruk ini
biasanya
terjadi
pada
anak
balita
dan
ditampakkan
doleh
Berat
Tinggi
Berat
Nutrisi
Badan/Umu
Badan/Umu
badan/Ting
Badan Ideal
gi Badan
Kurus
Berat
< persentil 5
<85%-90%
Normal
Normal
< persentil 5
81-90%
< persentil 5
70-80%
rendah
Perawakan
< persentil 5
< persentil 5
pendek
Malnutrisi
ringan
rendah
Malnutrisi
sedang
rendah
Kwashiorkor
Marasmus
rendah
rendah
rendah
(sangat
Normal
(edema)
< 70%
rendah
kurus)
II.
pada
Kwashiorkor
kedua
adalah
punggung
kaki
malnutrisi
sampai
disertai
seluruh
edema
tubuh.
dan
normal
(tanda
bendera).
Perubahan
kulit
umum
<
60%
dari
normal
memperlihatkan
tanda-tanda
hepatomegali
terjadi
karena
kekurangan
protein.
Jika
terjadi
sejak
lahir,
diduga
berpengaruh
terhadap
terjadinya
marasmus.
Secara garis besar sebab - sebab marasmus adalah sebagai berikut:
a. Masukan makanan yang kurang : marasmus terjadi akibat masukan
kalori yang sedikit, pemberian makanan yang tidak sesuai dengan
yang dianjurkan akibat dari ketidaktahuan orang tua si anak,
misalnya pemakaian secara luas susu kaleng yang terlalu encer.
Hirschpurng,
deformitas
palatum,
palatoschizis,
metabolik,
misalnya
renal
asidosis,
idiopathic
mempengaruhi
dan
merupakan
predisposisi
untuk
akibat
pertumbuhan
kondisi
stunting
sangat
(postur
merugikan
tubuh
kecil
kognitif,
penurunan
integrasi
sensori,
gangguan
menderita
penyakit
infeksi,
cacat
bawaan
dan
diputuskan,
karena
keduanya
saling
terkait
dan
saling
Komplikasi Penyakit
Gejala yang bisa terjadi adalah anak tampak pucat, sering sakit
kepala, mudah lelah dan sebagainya. Pengaruh sistem hormonal yang
terjadi adalah gangguan hormon kortisol, insulin, Growht hormon
(hormon pertumbuhan) Thyroid Stimulating Hormon meninggi tetapi
fungsi tiroid menurun. Hormon-hormon tersebut berperanan dalam
metabolisme
karbohidrat,
lemak
dan
tersering
mengakibatkan