Research
Article
ABSTRAK:
Penelitian
ini
bertujuan
untuk
mengetahui
pengaruh
perendaman
tulang
cakar
ayam
dengan
konsentrasi
HCl
dan
lama
perendaman
yang
berbeda
beserta
interaksinya
terhadap
kualitas
warna,
tingkat
kejernihan
dan
tingkat
ketebalan
film
gelatin
tulang
cakar
ayam
sebagai
alternatif
bahan
dasar
edible
film.
Materi
yang
digunakan
adalah
tulang
cakar
ayam
bagian
femur,
HCl
dan
NaOH.
Variabel
yang
diamati
adalah
warna,
tingkat
kejernihan
dan
tingkat
ketebalan
film
gelatin
tulang
cakar
ayam.
Rancangan
percobaan
yang
digunakan
adalah
Rancangan
Acak
Lengkap
(RAL)
pola
Faktorial
3
x
3
dengan
3
ulangan.
Faktor
pertama
adalah
konsentrasi
asam
pengekstraksi
(A)
(a1
=
HCl
2%,
a2
=
HCl
3,5%
dan
a3
=
HCl
5%)
dan
faktor
kedua
adalah
lama
perendaman
(B)
(b1
=
24
jam,
b2
=
36
jam
dan
b3
=
48
jam).
Berdasarkan
hasil
penelitian,
penggunaan
berbagai
konsentrasi
HCl,
lama
perendaman,
dan
interaksi
keduanya
berpengaruh
nyata
terhadap
warna,
tingkat
kejernihan
dan
tingkat
ketebalan
film
gelatin
tulang
cakar
ayam.
Gelatin
tulang
cakar
ayam
terbaik
dihasilkan
dari
interaksi
antara
perendaman
5%
HCl
selama
48
jam
dengan
warna
3,05
abs,
tingkat
kejernihan
2,59
abs
dan
tingkat
ketebalan
film
0,05
mm.
Kesimpulan
dari
penelitian
ini
adalah
perendaman
tulang
cakar
ayam
dengan
menggunakan
5%
HCl
selama
48
jam
menghasilkan
warna,
tingkat
kejernihan
dan
tingkat
ketebalan
film
gelatin
tulang
cakar
ayam
terbaik
sehingga
gelatin
TCA
dapat
direkomendasikan
sebagai
alternatif
bahan
dasar
edible
film.
Kata
kunci
:
edible
film,
gelatin,
tulang
cakar
ayam
PENDAHULUAN
Cakar
ayam
merupakan
limbah
dari
Rumah
Pemotongan
Ayam
(RPA),
murah
dan
masih
belum
dimanfaatkan
secara
maksimal
oleh
masyarakat
(Miwada
dan
Simpen,
2007).
Komponen
penyusun
cakar
ayam
paling
besar
adalah
kolagen
yaitu
sebanyak
5,64
31,39%
(Liu
et
al.,
2001)
atau
28,73
-
36,83%
dari
total
protein
(Prayitno,
2007).
Kolagen
(terletak
pada
tulang,
kartilago
dan
kulit)
itu
sendiri
jika
dihidrolisis
parsial
akan
menghasilkan
gelatin
(Barbooti
et
al.,
2008;
Guillen
et
al.,
2011).
Selama
ini,
cakar
ayam
baru
dimanfaatkan
menjadi
rambak
cakar
ayam
dan
gelatin
kulit
cakar
ayam,
sedangkan
tulang
cakar
ayam
(TCA)
hanya
menjadi
limbah
saja,
padahal
di
dalam
TCA
terdapat
hidroksiprolin
3,26%
pada
femur
(Field
et
al.,
1974)
dan
dapat
dimanfaatkan
menjadi
gelatin.
Gelatin
berasal
dari
hidrolisis
kolagen
yang
banyak
terdapat
pada
kulit,
tulang
dan
jaringan
penghubung
(Hidaka
dan
Liu,
2003;
Bourtoom,
2008;
Guillen
et
al.,
2011
dan
Jayathikalan
et
al.,
2011).
Kulit
babi
merupakan
bahan
baku
pertama
yang
digunakan
oleh
manufaktur
gelatin
(Guillen
et
al.,
2011;
Hidaka
dan
Liu,
2003).
Kulit
babi
digunakan
sebagai
Artikel
dikirim
tanggal
3/4/2013,
diterima
tanggal
30/06/2013.
Penulis
Dyah
Ayu
Pedriatika
Puspitasari
adalah
dari
Program
Studi
Magister
Ilmu
Ternak,
Fakultas
Peternakan
dan
Pertanian,
Universitas
Diponegoro,
Semarang.
Penulis
V.
Priyo
Bintoro
dan
Bhakti
Etza
Setiani
adalah
dari
Program
Studi
Teknologi
Pangan,
Fakultas
Peternakan
dan
Pertanian,
Universitas
Diponegoro,
Semarang.
Kontak
langsung
dengan
penulis
Dyah
Ayu
Pediatrika
Puspitasari
(dyahayu.pedriatika@yahoo.com).
144
Vol.
2
No.
3,
Th.
2013
Jurnal
Aplikasi
Teknologi
Pangan
Kualitas
Warna,
Tingkat
Kejernihan
dan
Tingkat
Ketebalan
Film
Gelatin
kekhawatiran
masyarakat
mengenai
penyakit
seperti
bovine
Analisis
Statistik
spongiform
encephalopathy
dan
larangan
agama
islam
dan
Penelitian
dilakukan
dengan
menggunakan
yahudi
mengenai
kehalalan
bahan
makanan
maupun
bahan
Rancangan
Acak
Lengkap
(RAL)
pola
Faktorial
3
x
3
dengan
3
tambahan
pangan
(Choi
and
Regenstein,
2000;
Oh,
2012).
ulangan.
Faktor
pertama
adalah
konsentrasi
asam
Tujuan
penelitian
ini
adalah
untuk
mengetahui
pengekstraksi
(A)
(a1
=
HCl
2%,
a2
=
HCl
3,5%
dan
a3
=
HCl
karakteristik
warna,
tingkat
kejernihan
dan
tingkat
ketebalan
5%)
dan
faktor
kedua
adalah
lama
perendaman
(B)
(b1
=
24
film
gelatin
tulang
cakar
ayam
sebagai
salah
satu
alternatif
jam,
b2
=
36
jam
dan
b3
=
48
jam).
bahan
dasar
edible
film.
Manfaat
yang
dapat
diperoleh
dari
penelitian
ini
adalah
dapat
mengurangi
limbah
TCA,
HASIL
DAN
PEMBAHASAN
meningkatkan
daya
jual
TCA
serta
dapat
mengurangi
tingkat
Warna
Gelatin
Tulang
Cakar
Ayam
kekhawatiran
masyarakat
akan
ketidak
halalan
gelatin
Warna
gelatin
TCA
yang
dihasilkan
dari
2-5%
HCl
sebagai
bahan
tambahan
pangan.
dengan
24-48
jam
perendaman
dapat
dilihat
secara
ringkas
pada
Tabel
1.
Berdasarkan
perhitungan
statistik,
MATERI
DAN
METODE
penggunaan
berbagai
konsentrasi
HCl,
lama
perendaman,
Prosedur
Pembuatan
Gelatin
Tulang
Cakar
Ayam
(TCA)
dan
interaksinya
keduanya
berpengaruh
nyata
(p<0,05)
Proses
pembuatan
gelatin
dibagi
menjadi
tiga
tahap,
terhadap
warna.
Hal
ini
menunjukan
bahwa
perendaman
sesuai
dengan
lama
perendamannya,
yaitu
24
jam,
36
jam,
dengan
menggunakan
2-5%
HCl
selama
24-48
jam
dan
48
jam.
Pembuatan
gelatin
diawali
dengan
proses
mempengaruhi
warna
gelatin
TCA.
degreasing
yaitu
proses
penghilangan
lemak
dari
jaringan
Perendaman
TCA
dengan
menggunakan
2-5%
HCl
O
tulang,
dilakukan
pada
suhu
60
C
selama
2
jam,
kemudian
selama
24-48
jam
memiliki
warna
berkisar
antara
2,47-3,30
dilanjutkan
proses
demineralisasi
dengan
menggunakan
HCl
abs
(Tabel
1).
Warna
gelatin
TCA
tertinggi
dihasilkan
dari
2%
dan
direndam
selama
24
jam.
Setelah
proses
perendaman
dengan
3,5%
HCl
selama
36
jam
(3,30
abs)
dan
demineralisasi,
dilakukan
penetralan
dengan
menggunakan
warna
gelatin
TCA
terendah
(2,47
abs)
dihasilkan
dari
air
mengalir
dan
merendamnya
selama
15
menit
dengan
perendaman
2%
HCl
selama
48
jam.
soda
cair
0,01%.
Penggunaan
soda
cair
ditujukan
untuk
Warna
gelatin
terbaik
dihasilkan
dari
perendaman
5%
mempercepat
penetralan
dan
menyempurnakan
HCl
selama
48
jam
yaitu
3,05
abs.
Semakin
tinggi
angka
penghilangan
sumsum
tulang.
Proses
selanjutnya
dilanjutkan
warna,
menunjukkan
warna
gelatin
semakin
pekat.
Hal
ini
dengan
proses
asam,
yaitu
dengan
menggunakan
HCl
diduga
dipengaruhi
oleh
pH.
Sukkwai
et
al.
(2011)
dengan
konsentrasi
2%,
3,5%
dan
5%
dan
direndam
selama
menyatakan
bahwa
adanya
perbedaan
warna
dimungkinkan
24,
36
dan
48
jam,
setelah
itu,
ossein
dinetralkan
dengan
air
adanya
perbedaan
kondisi
ekstraksi,
yang
ditunjukkan
mengalir
dan
NaOH
0,1
N
selama
15
menit.
Ossein
dengan
pH
masing-masing
perlakuan.
Selain
itu,
warna
itu
diekstraksi
secara
bertahap
dengan
menggunakan
sendiri
tergantung
pada
jenis
raw
materialnya
dan
secara
waterbath.
Suhu
yang
digunakan
dalam
proses
ekstraksi
general,
warna
tidak
memperngaruhi
sifat
fungsional
gelatin
O
berawal
dari
65,
75
dan
85
C,
masing-masing
selama
4
jam,
(See
et
al.,
2010).
Menurut
Cole
dan
Roberts
(1997)
gelatin
O
kemudian
dipekatkan
pada
suhu
75
C
selama
2
jam,
supaya
yang
berwarna
gelap
memiliki
absorbansi
yang
bagus
jika
air
yang
masih
terkandung
di
dalamnya
dapat
menguap.
diuji
dengan
panjang
gelombang
700
nm
dan
400
nm.
Gelatin
yang
sudah
dikentalkan
kemudian
dicetak.
Panjang
gelombang
700
nm
akan
memberikan
garis
pada
Pencetakan
dilakukan
dengan
menuangkan
15
ml
(5
ml
area
spectrum
invisible
infra
merah,
sedangkan
pada
dalam
sekali
tuang).
Penuangan
berikutnya
dilakukan
jika
panjang
gelombang
400
nm
dapat
dijadikan
sebagai
acuan
gelatin
sebelumnya
sudah
kering.
Pengeringan
dilakukan
eror
pada
pengujian
warna.
dengan
incubator
(kardus
dengan
lampu
bohlam
10
watt)
(Modifikasi
Hajrawati
(2006),
Junianto
et
al.
(2006),
Kejernihan
Gelatin
Tulang
Cakar
Ayam
Yuniarifin
et
al.
(2006);
Jayathikalan
et
al.,
2011
dan
Tingkat
kejernihan
gelatin
TCA
yang
dihasilkan
dari
2-
Puspawati
et
al.,
2012).
5%
HCl
dengan
24-48
jam
perendaman
dapat
dilihat
secara
ringkas
pada
Tabel
2.
Berdasarkan
perhitungan
statistik,
Prosedur
Pengujian
Warna
dan
Tingkat
Kejernihan
Gelatin
penggunaan
berbagai
konsentrasi
HCl,
lama
perendaman,
Larutan
gelatin
dibuat
dengan
konsentrasi
6,67%
dan
interaksinya
keduanya
berpengaruh
nyata
(p<0,05)
(b/b)
disiapkan
dengan
aquades.
Warna
gelatin
diukur
terhadap
tingkat
kejernihan.
Hal
ini
menunjukan
bahwa
dengan
menggunakan
spektrofotometer
dengan
panjang
perendaman
dengan
menggunakan
2-5%
HCl
selama
24-48
gelombang
450
nm,
sedangkan
tingkat
kejernihannya
diukur
jam
mempengaruhi
tingkat
kejernihan
gelatin
TCA.
dengan
menggunakan
panjang
gelombang
620
nm.
Aquades
Perendaman
TCA
dengan
menggunakan
2-5%
HCl
digunakan
sebagai
larutan
standar
(Schrieber
dan
Gareis,
selama
24-48
jam
memiliki
tingkat
kejernihan
berkisar
2007).
antara
2,15-3,04
abs
(Tabel
2).
Tingkat
kejernihan
gelatin
TCA
tertinggi
dihasilkan
dari
perendaman
dengan
3,5%
HCl
Prosedur
Pengujian
Tingkat
ketebalan
film
Gelatin
selama
36
jam
(3,04
abs)
dan
tingkat
kejernihan
gelatin
TCA
Sheet
gelatin
sebanyak
5
lembar
diukur
ketebalannya
terendah
(2,15
abs)
dihasilkan
dari
perendaman
2%
HCl
dengan
menggunakan
micrometer
sekrup
dengan
ketelitian
selama
48
jam.
Tingkat
kejernihan
terbaik
dihasilkan
dari
0,001
mm
dengan
pengambilan
tiga
posisi
yang
berbeda
perendaman
5%
HCl
selama
48
jam
(2,59
abs).
Semakin
(Bao
et
al.,
2009).
tinggi
angka
tingkat
kejernihan,
menunjukkan
tingkat
145
Vol.
2
No.
3,
Th.
2013
Jurnal
Aplikasi
Teknologi
Pangan
Kualitas
Warna,
Tingkat
Kejernihan
dan
Tingkat
Ketebalan
Film
Gelatin
kejernihan
gelatin
semakin
rendah.
dengan
adanya
20-30%
gelatin
dan
10-30%
plastisier
Tingkat
kejernihan
berbanding
terbalik
dengan
nilai
(gliserin
atau
sorbitol)
dan
40-70%
air
pada
saat
turbidity.
Semakin
tinggi
turbiditynya
maka,
tingkat
mengeringkan
gel
gelatin
(Bourtoom,
2008).
Penggunaan
kejernihannya
akan
semakin
rendah.
Nilai
turbidity
pada
plastisier
seperti
gliserol,
sorbitol,
sukrosa
dan
polietilen
gelatin
yang
tinggi
menunjukkan
bahwa
gelatin
memiliki
glikol
mampu
meningkatkan
sifat
kimia
gelatin
(Oh,
2012).
Tabel
1.
Rerata
Warna
Gelatin
TCA
dengan
Konsentrasi
dan
Lama
Perendaman
yang
Berbeda
Lama
Perendaman
(Jam)
Perlakuan
Rerata
24
36
48
Konsentrasi
HCl
(%)
-----------------------------abs---------------------------
bcd
d
a
2
3,03
3,30
2,47
2,94
abcd
ab
abc
3,5
2,90
2,60
2,72
2,74
cd
abcd
bcd
5
3,27
2,90
3,05
3,08
Rerata
3,07
2,94
2,75
Keterangan
:
Superskrip
yang
berbeda
menunjukkan
perbedaan
yang
nyata
(p<0,05)
Tabel
2.
Rerata
Tingkat
Kejernihan
Gelatin
TCA
dengan
Konsentrasi
dan
Lama
Perendaman
yang
Berbeda
Lama
Perendaman
(Jam)
Perlakuan
Rerata
24
36
48
Konsentrasi
HCl
(%)
-----------------------------abs---------------------------
bc
d
a
2
2,35
3,04
2,15
2,51
abcd
ab
abc
3,5
2,40
2,33
2,33
2,40
cd
abcd
bcd
5
2,54
2,42
2,59
2,52
Rerata
2,43
2,60
2,36
Keterangan
:
Superskrip
yang
berbeda
menunjukkan
perbedaan
yang
nyata
(p<0,05
Tabel
3.
Rerata
Tingkat
Ketebalan
Film
Gelatin
TCA
dengan
Konsentrasi
dan
Lama
Perendaman
yang
Berbeda
Lama
Perendaman
(Jam)
Perlakuan
Rerata
24
36
48
Konsentrasi
HCl
(%)
-----------------------------mm---------------------------
a
b
ab
2
0,06
0,11
0,08
0,09
a
a
a
3,5
0,07
0,05
0,07
0,06
ab
b
a
5
0,08
0,11
0,05
0,08
Rerata
0,07
0,09
0,07
Keterangan
:
Superskrip
yang
berbeda
menunjukkan
perbedaan
yang
nyata
(p<0,05)
kualitas
yang
rendah.
Tingginya
nilai
turbidity
akan
mengganggu
pengukuran
warna
gelatin.
Tingginya
nilai
turbidity
menunjukkan
bahwa
proses
penyaringan
yang
tidak
memadai
(See
et
al.,
2010).
Ketebalan
Sheet
Gelatin
Tulang
Cakar
Ayam
Tingkat
ketebalan
film
gelatin
TCA
yang
dihasilkan
dari
2-5%
HCl
dengan
24-48
jam
perendaman
dapat
dilihat
secara
ringkas
pada
Tabel
3.
Berdasarkan
perhitungan
statistik,
penggunaan
berbagai
konsentrasi
HCl,
lama
perendaman,
dan
interaksinya
keduanya
berpengaruh
nyata
(p<0,05)
terhadap
tingkat
ketebalan
film.
Hal
ini
menunjukan
bahwa
perendaman
dengan
menggunakan
2-5%
HCl
selama
24-48
jam
mempengaruhi
tingkat
ketebalan
film
gelatin
TCA.
Perendaman
TCA
dengan
menggunakan
2-5%
HCl
selama
24-48
jam
memiliki
tingkat
ketebalan
film
berkisar
antara
0,5-0,11
mm
(Tabel
3.).
Tingkat
ketebalan
film
gelatin
TCA
tertinggi
dihasilkan
dari
perendaman
dengan
3,5-5%
HCl
selama
36
jam
(0,11
mm).
Tingkat
ketebalan
film
terbaik
dihasilkan
dari
perendaman
5%
HCl
selama
48
jam
(0,05
mm).
Menurut
Junianto
et
al.
(2012)
menyatakan
bahwa
tingkat
ketebalan
pada
edible
film
semakin
meningkat
seiring
dengan
meningkatnya
konsentrasi
gelatin
dan
sorbitol.
Edible
film
yang
berasal
dari
10%
gelatin
lebih
tipis
dibandingkan
dengan
7,5%.
Gelatin
film
dapat
terbentuk
KESIMPULAN
Berdasarkan
hasil
penelitian
penggunaan
perbedaan
konsentrasi,
lama
perendaman,
dan
interaksinya
mempengaruhi
kualitas
warna,
tingkat
kejernihan
dan
tingkat
ketebalan
film
gelatin
TCA.
Seiring
meningkatnya
konsentrasi
HCl
dan
lamanya
waktu
perendaman,
kualitas
warna,
tingkat
kejernihan
dan
tingkat
ketebalan
gelatin
TCA
meningkat.
Hal
ini
diduga
dipengaruhi
oleh
nilai
pH.
Berdasarkan
kualitas
warna,
tingkat
kejernihan
dan
tingkat
ketebalan
gelatin
TCA
yang
sesuai
dengan
standar
GMIA
(2012),
maka
direkomendasikan
bahwa
gelatin
TCA
dapat
dimanfaatkan
sebagai
alternatif
bahan
baku
dasar
edible
film.
DAFTAR
PUSTAKA
Barbooti,
M.M.,
S.R.
Raouf
and
F.H.K.
Al-Hamdani.
2008.
Optimization
of
production
of
food
grade
gelatin
from
bovine
hide
wastes.
Eng
and
Tech.
26(2):
240-
253.
Bourtoom,
J.
2008.
Edible
films
and
coating
:
characteristics
and
properties.
International
Food
Research
Journal.
15
(3):
1-12.
Bao,
S.,
Xu,
S.,
&Wang,
Z.
(2009).
Antioxidant
activity
and
properties
of
gelatin
films
incorporated
with
tea
polyphenol-loaded
chitosan
nanoparticles.
Journal
of
146
Vol.
2
No.
3,
Th.
2013
Jurnal
Aplikasi
Teknologi
Pangan
Kualitas
Warna,
Tingkat
Kejernihan
dan
Tingkat
Ketebalan
Film
Gelatin
the
Science
of
Food
and
Agriculture.
89(15):
2692-
Liu,
D.C,
Y.K.
Lin,
and
M.T.
Chen,
2001.
Optimum
Condition
2700.
of
extrcting
collagen
from
Chicken
feet
and
its
Choi,
S.
and
J.M.
Regenstein.
2000.
Physicochemical
and
caracetristics.
Asian-Australasian
Journal
of
Animal
sensory
characteristics
of
fish
gelatin.
Journal
of
Food
Science
14
:
1638-1644.
Science.
65(2):
194-199
Miwada,
I.
N.
S
dan
I.
N.
Simpen.
2007.
Optimalisasi
potensi
Cole,
C.G.B
dan
J.J.
Roberts.
1997.
Gelatine
Colour
ceker
ayam
(Shank)
hasil
limbah
rpa
melalui
metode
Measurement.
Meat
Science.
1:
23-31.
ekstraksi
termodifikasi
untuk
menghasilkan
gelatin.
Field,
R.A.,
M.L.
Riley,
F.C.
Mello,
M.H.
Corbridge
and
A.W.
Majalah
Ilmiah
Peternakan.
10
(1):
5-8.
Kotula.
1974.
Bone
composition
in
cattle,
pigs,
sheep
Oh,
J.H.
2012.
Characteristic
of
edible
film
fabricated
with
and
poultry.
Journal
of
Animal
Science.
39
(3):
493-
channel
catfish
(Istalurus
punctatus)
gelatin
by
cross-
499.
linking
with
transglutaminase.
Fish
Aquat.
Sci.
15
(1):
Gelatin
Manufacturer
Institute
of
America
(GMIA).
2012.
9-14.
Gelatin
Hand
Book.
America.
Prayitno.
2007.
Ekstraksi
kolagen
cakar
ayam
dengan
Guillen,
M.
C.
G.,
B.
Gimenez.,
M.
E.
L.
Caballero
and
M.
P.
berbagai
jenis
larutan
asam
dan
lama
perendaman.
Montero.
2011.
Functional
and
bioactive
properties
of
Animal
Production.
9
(2)
:
99
104.
collagen
and
gelatin
from
alternative
sources.
Food
Puspawati,
N.M.,
I.N.
Simpen
dan
S.
Miwada.
2012.
Isolasi
Hydrocolloids.
25:
1813-1827.
gelatin
dari
kulit
kaki
ayam
broiler
dan
karakterisasi
Hajrawati.
2006.
Sifat
Fisik
dan
Kimia
Gelatin
Tulang
Sapi
gugus
fungsinya
dengan
spektrofotometeri
FTIR.
dengan
Perendaman
Asam
Klorida
pada
Konsentrasi
Jurnal
Kimia.
6
(1)
:
87
79.
dan
Lama
Perendaman
yang
Berbeda.
Institut
Schrieber,
R
and
H.
Gareis.
2007.
Gelatin
Handbook.
Wiley-
Pertanian
Bogor,
Bogor
(Tesis
Magister
Sains).
VCH
Verlag
GmbH
&
Co.
KGaA,
Germany.
Hidaka,
S.
and
S.Y.
Liu.
2003.
Effects
of
gelatins
on
calcium
See,
S.F.
Hong,
P.K.,
Ng.,
K.L
Wan
Aida,
W.M.
and
A.S
Babdji.
phosphate
precipitation:
a
possible
application
for
2010.
Physiscochemical
properties
of
gelatins
distinguishing
bovine
bone
gelatin
from
porcine
skin
extracted
from
skins
of
different
freshwater
fish
gelatin.
Journal
of
Food
Composition
and
Analysis.
16:
species.
International
Food
Research
Journal.
17
:
809
477-483.
816.
Jayathikalan,
K.,
K.
Sultana,
K.
Radhakrishna
and
A.S.
Bawa.
Sukkwai,
S.,
K.
Kijroongrojana
and
S.
Benjakul.
2011.
2011.
Utilization
of
byproducts
and
waste
materials
Extraction
of
gelatin
from
bigeye
snapper
from
meat,
poultry
and
fish
processing
industries:
a
(Priacanthus
tayenus)
skin
for
gelatin
hydrolysate
review.
J
Food
Sci
Technol
:
DOI
10.1007/s13197-011-
production.
International
Food
Research
Journal.
18
0290-7.
(3):
1129-1134.
Junianto,
K.
Haetami
dan
I.
Maulina.
2006.
Produksi
Gelatin
Yuniarifin,
H.,
V.P.
Bintoro,
dan
A.
Suwarastuti.
2006.
Dari
Tulang
Ikan
dan
Pemanfaatannya
Sebagai
Bahan
Pengaruh
berbagai
konsentrasi
asam
fosfat
pada
Dasar
Pembuatan
Cangkang
Kapsul.
Hibah
Penelitian
proses
perendaman
tulang
sapi
terhadap
rendemen,
Dirjen
Dikti.
Fakultas
Perikanan
dan
Imu
Kelautan,
kadar
abu
dan
viskositas
gelatin.
J.
Indonesia
Trop.
Universitas
Padjajaran.
Anim.
Agric.
31
(1)
:
55
61.
147
Vol.
2
No.
3,
Th.
2013
Jurnal
Aplikasi
Teknologi
Pangan