Pembimbing :
Dr. Chadijah Rifai. Sp.Kk
Disusun Oleh :
Sakina J.H.Saleh (2010730160)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya
pada kami sehingga kami dapat menyelesaikan laporan kasus dengan judul Post
Herpetik Neuralgia sesuai pada waktu yang telah ditentukan.
Salawat serta salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga,
serta para pengikutnya hingga akhir zaman. Laporan ini kami buat sebagai dasar
kewajiban dari suatu proses kegiatan yang kami lakukan yang kemudian diaplikasikan
dalam bentuk praktik kehidupan sehari-hari.
Terimakasih kami ucapkan kepada seluruh pembimbing yang telah membantu
kami dalam kelancaran pembuatan laporan kasus ini, dr. Chadijah Rifai. Sp.Kk. Semoga
laporan ini dapat bermanfaat bagi kami khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.
Kami harapkan kritik dan saran dari para pembaca untuk menambah
kesempurnaan laporan kami.
Penyusun
LAPORAN KASUS
I.
IDENTITAS PASIEN
Nama
: Ny.J
Jenis Kelamin
: Wanita
Usia
: 79 tahun
Alamat
Pekerjaan
Agama
: Islam
II.
ANAMNESIS
Diambil dari aloanamnesis tanggal 17 Maret 2015
Keluhan Utama
Nyeri pada bokong sebelah kiri
muncul namun semakin lama semakin banyak. Keluhan ini tidak dirasakan pada
bagian lain di tubuh. Keluhan ini didahului demam, pusing dan badannya terasa
lemas yang dirasakan sampai sekarang. Penderita saat ini juga sedang mengalami
kurang tidur.
Pasien sering menggaruk lenting-lenting tersebut sehingga timbul
kemerahan.
Oleh keluarga
pasien,
dioleskan
dengan salep
penghilang
gatal.Setelah diolesi salep, pasien merasa gatal sudah mulai berkurang, namun
masih sering dirasakan. Selain itu, nyeri yang dirasakan tidak menghilang. Pasien
mengaku belum pernah merasakan keluhan seperti ini sebelumnya. Pasien
menyangkal adanya riwayat alergi obat maupun makanan
Riwayat HT +
Riwayat CKD +
Riwayat DM-
Kedua anak pasien yang tinggal serumah ada yang menderita eksim pada kaki
setelah banjir pada bulan Februari 2015.
Riwayat Alergi :
Disangkal
Riwayat Pengobatan
Keluarga pasien mengoleskan salep penghilang gatal pada lenting, keluhan tidak banyak
perubahan.
Riwayat Psikososial
Pasien tinggal dengan kedua anakanya,ukuran rumah sedang, lingkungan padat
penduduk. Rumah pasien terkena banjir yang setinggi pinggang orang dewasa pada bulan
Februari 2015.
III.
STATUS GENERALIS
Keadaaan umum
Kesadaran
: Somnolen
Vital Sign
: Tekanan darah
: 110/70 mmHg
Nadi
: 72 x/menit
Pernafasan
: 18 x/menit
Suhu
: 37.6 0C
Kepala
Mata
Hidung
Telinga
Mulut
Tenggorokan
Thorax
: Jantung
Paru
Abdomen
STATUS DERMATOLOGIKUS
Lokasi
Distribusi
Ukuran
Bentuk
: herpetiformis
Efloresensi
IV.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tzanck Smear : tidak ada
V.
RESUME
Pasien wanita, usia 79 tahun datang dengan keluhan nyeri pada bokong
sebelah kiri, nyeri dirasakan semakin bertambah jika disentuh sejak 1 minggu
SMRS. Nyeri dirasakan sererti tertusuk-tusuk jarum. Keluhan disertai timbulnya
lenting pada bokong bagian kiri berisi cairan bening, semakin lama semakin
banyak, demam, pusing dan badannya terasa lemas. Pasien mengaku belum
pernah merasakan keluhan seperti ini sebelumnya. Riwayat varisela + saat kecil.
Pada pemeriksaan dermatologi, ditemukan di region gluteus sinistra
dengan distribusi dermatomal dan unilateral, tampak dasar eritema yang disertai
VI.
DIAGNOSIS BANDING
Herpes simpleks
Neuralgia post Herpetik
VII.
DIAGNOSA KERJA
Neuralgia Post Herpetik
IX.
Pemeriksaan Lab
Tzanck Smear
PENATALAKSANAAN
A. Non farmakologis
-
Istirahat cukup
B. Farmakologis
a.
Terapi oral
-
b.
- Bedak
- kompres terbuka
X.
PROGNOSIS
Quo ad vitam
: dubia ad bonam
Quo ad functionam
: dubia ad bonam
Quo ad sanationam
: dubia ad bonam
ANALISA KASUS
PEMERIKSAAN FISIK
Regioner, unilateral, dermatomal setinggi S1
Tampak gambaran polimorf, yaitu : tampak vesikel-vesikel berkelompok dengan
dasar yang eritematous yang tersusun secara herpetiformis. Disertasi krusta-krusta
berwarna kuning dan ekskoriasi.
Herpes simplek
Wanita 79 tahun
Pria = wanita
Pria = wanita
Malaise
Predileksi
dan unilateral
Tdak unilateral
R. Cacar
+/-
R. Kontak
+/-
Tzanck smear
Istirahat cukup
o Farmakologis
Terapi oral
10
Terapi topikal
- Bedak
- kompres terbuka
Antivirus : Diberikan dalam 3 hari pertama sejak lesi muncul. Indikasi obat
antiviral ialah herpes zoster oftalmikus dan pasien dengan defisiensi iminunitas
mengingat komplikasinya. Dosis asiklovir yang dianjrkan ialah 5x800 mg sehari
dan biasaya diberikan selama 7 hari.
Untuk neuralgia pasca herpetic belum ada obat pilihan. Menurut FDA, obat
pertama yang digunakan adalah pregabalin dengan dosis awal 2x75 mg sehari,
setelah 3-7 hari bila responnya kurang dapat dinaikkan menjadi 1x150 mg sehari.
Dosis maksimumnya 600 mg sehari.
Topikal
Tergantung stadiumnya
Stadium vesikel : Bedak
Erosif : Kompres terbuka
Ulserasi : Salep antibiotika
11
Quo ad vitam dubia ad bonam : karena pasien mengalami neuralgia post herpetic
dapat berlangsung sampai beberapa bulan bahkan beberapa tahun dengan gradasi
nyeri yang bervariasi dalam kehidupan sehari-hari.
Quo ad functionam dubia ad bonam : karena neuralgia post herpetic yang dialami
pasien dapat mengganggu aktivitas pasien sehari-hari.
TINJAUAN PUSTAKA
HERPES ZOSTER
Herpes Zoster adalah penyakit setempat yang terjadi terutama pada orang tua
yang khas ditandai oleh adanya nyeri radikuler yang unilateral serta adanya erupsi
vesikuler yang terbatas pada dermatom yang di inervasi oleh serabut saraf spinal maupun
ganglion serabut saraf sensoris dari nervus kranialis.2
12
Neuralgia Post Herpetik adalah radikuloneuritis akut pada herpes zozster yang
terdapat pada orang dengan usia tua dengan insiden 125/100.000 per tahun.Onset klinis
adalah nyeri pada segmen yang terdapat herpes zoster akut.
ETIOLOGI
Herpes zoster disebabkan oleh virus varicella zoster. Virus varicella zoster terdiri
dari kapsid berbentuk ikosahedral dengan diameter 100 nm. Kapsid tersusun atas 162
subunit protein-virion yang lengkap dengan diameternya 150-200 nm, dan hanya virion
yang terselubung yang bersifat infeksius. Infeksiositas virus ini dengan cepat dihacurkan
dengan bahan organik, diterjen, enzim proteolitik, panas dan suasana Ph yang tinggi.
Masa inkubasinya 14-21 hari.1
PATOFISIOLOGI
Pada episode infeksi primer, virus dari luar masuk ke tubuh hospes atau penerima
virus. Selanjutnya terjadilah penggabungan virus dengan DNA hospes, mengadakan
multiplikasi atau replikasi sehingga menimbulkan kelainan pada kulit. Virus akan
menjalar melalui serabut saraf sensorik ke ganglion saraf dan berdiam secara permanen
dan bersifat laten. Infeksi hasil reaktifasi virus varicella yang menetap di ganglion
sensorik setelah infeksi chicken fox pada masa anak-anak. Sekitar 20% orang yang
menderita cacar akan menderita shingles (herpes zoster) selama hidupnya dan biasanya
hanya terjadi sekali. Ketika reaktifasi virus berjalan dari ganglion ke kulit area
dermatom.1,2
13
Pada neuralgia post Herpetik dimukan adanya perubahan degeratif pada sel saraf
yaitu hilangnya sel ganglion, atrofi dan fibrosis sel saraf tepi. Pada neuralgia post herpetic
ditemukan adanya sensitisasi nosiseptor abnormal dan aktivitas sel saraf abnormal
menyebabkan terjadinya nyeri.2
14
FAKTOR RESIKO2
1. Usia lebih dari 50 tahun, infeksi ini sering terjadi pada usia ini, akibat daya tahan
tubuhnya melemah. Makin tua usia penderita herpes zoster makin tinggi pula
resiko terserang nyeri.
2. Orang yang mengalami penurunan kekebalan (immunocompromised) seperti HIV
dan leukemia. Adanya lesi pada ODHA merupakan menifestasi pertama dari
immunocompromised.
15
minggu.
Masa resolusi berlangsung 1-2 minggu.
Dapat juga dijumpai pembesaran kelenjar getah bening regional
Lokalisasi penyakit ini adalah unilateral.
Dan bersifat dermatomal sesuai dengan tempat persyarafan.
Pada susunan syaraf tepi jarang timbul kelainan motorik. Tetapi pada susunan
syaraf pusat dapat terjadi kelainan motorik. Hiperestesi pada daerah yang terkena
merupakan gejala khas. Kelainan pada muka sering di sebabkan oleh karena gangguan
pada nervus trigeminus (ganglion gaseri). Nervus fasialis dan oftikus(ganglion
genikulatum).
KOMPLIKASI1,4
16
1. Neuralgia Pasca Herpes zoster (PHN) merupakan nyeri yang tajam dan spasmodik
(singkat dan tidak terus menerus) sepanjang nervus yang terlibat. Nyeri menetap
di dermatom yang terkena setelah erupsi.
2. Komplikasi mata antara lain: keratitis akut, skleritis, uveitis, glaukoma sekunder,
ptosis, korioretinitis, neuritis optika, dan paresis otot penggerak bola mata.
3. Herpes zoster diseminata/generalisata.
4. paralisis saraf motorik
PEMERIKSAAN PENUNJANG2
1. Tes diagnostik untuk membedakan dari impetigo, kontak dermatitis dan herpes
simpleks:
a. Tzanck smear: mengidentifikasi virus herpes tetapi tidak dapat
membedakan herpes zoster dan herpes simpleks.
b. Kultur dari cairan vesikel dan tes antibodi: untuk membedakan diagnosis
2.
3.
4.
5.
6.
7.
herpes virus.
Immunofluorescent mengidentifikasi varicella di sel kulit.
Pemeriksaan histopatologik.
Pemeriksaan mikroskop elektron.
Kultur virus.
Identifikasi antigen/asam nukleat VVZ.
Deteksi antibodi terhadap infeksi virus.
PENATALAKSANAAN
1. Pengobatan topikal
a. Pada stadium vesikular diberi bedak salisil 2% atau bedak kocok kalamin
untuk mencegah vesikel pecah.
b. Bila vesikel pecah dan basah diberikan kompres terbuka dengan larutan
antiseptik atau kompres dingin dengan larutan Burrow 3x sehari selama 20
menit.
17
c. Apabila lesi berkrusta dan agak basah dapat diberikan salep antibiotik
(basitrasin/polisporin) utuk mencegah infeksi sekunder selama 3x sehari.
2. Pengobatan Sistemik
Terapi sistemik umumnya bersifat simtomatik, untuk nyerinya diberikan
analgetik. Indikasi obat antiviral ialah herpes zoster oftalmikus dan pasien dengan
defisiensi imunitas mengingat komplikasinya. Obat yang biasa digunakan ialah
asiklovir dan modifikasinya, misalnya valasiklovir. Obat yang lebih baru ialah
famsiklovir dan pensiklovir yang mempunyai eaktu paruh eliminasi lebih lama
sehingga cukup diberikan 3x250 mg sehari. Obat-obat tersebut diberikan dalam 3
hari pertama sejak lesi muncul.
Dosis asiklovir yang dianjurkan ialah 5x800 mg sehiari dan bias any diberikan
selama 7 hari, sedangkan valasiklovir cukup diberikan 3x1000 mg karena
konstrasi dalam plasma lebih tinggi. Jika lesi baru masih tetap muncul obat-obat
tersebut masih dapat diteruskan dan dihentikan sesudah 2 hari sejak lesi baru tidak
timbul lagi.
Menurut FDA, obat pertama yang digunakan pada neuralgia pasca
herpetic ialah pregabalin. Obat tersebut lebih baik diberikan dari pada obat gaaba
yang analog ialah gabapentin, karena efek sampingnya lebih sedikit, lebih poten,
kerjanya lebih cepat, serta pengaturan dosisnya lebih sederhana. Dosis awal dapat
dapat diberikan 2x75 mg sehari, setelah 3-7 hari bila responnya kurang dinaikkan
menjadi 2x150 mg sehari, dosis maksimumnya 600 mg.
PROGNOSIS2
1. Umumnya baik, tergantung berat ringannya faktor predisposisi.
2. Pada orang muda dan anak umumnya baik.
18
DAFTAR PUSTAKA
1.
Djuanda A, Hamzah M, Aisyah S. Ilmu penyakit kulit dan kelamin. Edisi keenam.
Fakultas Kedokteran Indonesia. Jakarta. 2010
2. Wilhelm Doerr. Herpes Zoster. Recent Aspects of Diagnosis and Control. 2006.
Karger;Germany.
3. Herpes Zoster. www.conectique.com diakses pada 18 Maret 2015
4. David J. Gawkrodger. Dermatology An Illustrated Colourtext.2003. Elsevier
Science : Uk
19